I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. R
2. Umur : 38 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status : Belum Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Melayu
7. Bahasa : Indonesia
8. Pendidikan : -
9. Pekerjaan : -
10. Alamat dan no. telp :
11. Penanggung jawab : Tn. S ( Orang tua)
& hubgan dg klien
3. Lamanya keluhan:
± ½ tahun yang lalu
2. Pola minum
Di rumah
Frekuensi : Secukupnya
Jenis : Air putih & kopi
Jumlah : ± 1,5 Liter
Pantangan : -
Minuman disukai : Kopi
Kolostomi : ( √ ) tidak ( ) ya
2. Buang air kecil
Di rumah
Frekuensi : Sering
Jumlah : ± 1,8 Liter
Warna : Kuning Muda
2. Kebersihan diri
Di rumah
Mandi : 2 /hr
Gosok gigi : 1 /hr
Keramas : Setiap hari
Potong kuku : 1 /mgg
3. Aktivitas sehari-hari
Tidak Bekerja
4. Rekreasi
1 bulan sekali
5. Olahraga : ( √) tidak ( ) ya
2. Role/peran
( ) overload peran ( ) perubahan peran ( ) transisi peran karena sakit
(√) konflik peran ( ) keraguan peran
Jelaskan : Sering berbicara sendiri dan mengatakan adanya bisikan dan mengatakan “Aku tidak
Suka Kamu”
3. Identity/identitas diri
(√) kurang percaya diri (√) merasa kurang memiliki potensi
(√) merasa terkekang ( ) kurang mampu menentukan pilihan
( ) tidak mampu menerima perubahan ( ) menolak menjadi tua
Jelaskan : Pasien Sering Menyendiri dan banyak diam
b. Tahap Anger/Marah
(√)) marah pada diri sendiri ( ) meningkatnya kesadaran klien pada
(√) ) marah pada orang lain realita
Jelaskan : Kecewa
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
3. Kemampuan adaptasi
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
8. Sistem Integumen
Baik
9. Sistem Penginderaan
Mata
Normal
Hidung
Normal
Telinga
Normal
2. Photo
Tidak ada
3. Lain-lain
-
XIV. TERAPI
-
(Eristha Aprianti)
ANALISA DATA
1 2 3 4
1. - Klien mengatakan men- dengar - Klien kadang-kadang Gangguan persepsi sensori :
suara kaki dan suara yang tertawa sendiri. halusinasi pendengaran
mengatakan “aku tidaksuka kamu” - Klien tampak duduk
- Klien mengatakan suara itu sendirian.
didengar kadang-kadang, sehari - Klien kadang-kadang
bisa muncul 1-2 kali komat-kamit sendirian.
- Klien mengatakan saat mau tidur. - Klien tampak mondar
- Klien mengatakan suara yang mandir diruangan
didengar tidak lama Cuma 1 menit.
- Klien mengatakan setiap muncul
klien tidak merasa takut, klien
berusaha untuk melawan suara-
suara yang didengar tersebut nyata
atau tidak
2. - Klien mengatakan dia merupakan - Klien tampak lebih IsolasiSosial
orang yang tertutup sering menyendiri
- Klien mengatakan jarang bergaul diluar ruangan
dengan warga di lingkungan rumah sendirian
hanya sebagian warga saja yang - Klien tampak lebih
diajak akrab. banyak diam, mau
bicara apabila ditanya
3. - Klien mengatakan bila punya - Saat di ruangan klien Koping individu tidak
masalah selalu memendamnya jarang bergaul dan efektif
sendiri dan jarang menceritakan berkomunikasi dengan
masalahnya kepada keluarga dan temannya.
orang lain. - Klien tampak lebih
- Klien mengatakan dia orang yang sering menyendiri.
tertutup.
4. - Klien mengatakan mudah marah - Klien tampak mudah Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan emosinya marah
meningkat jika diganggu temannya - Emosi klien mudah
berubah
- Klien memiliki riwayat
Resiko perilaku
kekerasan
5. - Klien mengatakn mandi 1x sehari - Kebersihan klien Defisit Perawa- tan Diri
menggunakan sabun, kadang- tampak kurang
kadang klien tidak mandi sehari - Pakaian klien tampak
gosok gigi 1x sehari dan klien kurang bersih, ganti
keramas 1x seminggu tanpa baju dan celana tidak
menggunakan shampo cukup menentu
dengan sabun - Klien berpenampilan
tampak kurang bersih
1) Rumusan Masalah
b) Isolasi Sosial
Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan
Ditemukan Teratasi (Nama perawat)
1. Gangguan Persepsi Sensori : 12 Januari 2024
Halusinasi Pendengaran
RENCANA KEPERAWATAN
Hari/Tgl/ Diagnosa
NO Keperaw Rencana Tujuan Kriteria Evaluasi Interv Rasional
Jam atan ensi
1 2 3 4 5 6 7
1 Sabtu, Gangguan Setelah diberikan asuhan 1 .Ekspresi wajah klien 1.Bina hubungan Hubungan saling
Persepsi keperawatan jiwa selama bersahabat,Menunjukka saling percaya percaya merupakan
13 Sensori : pertemuan 15 menit n rasa senang,ada dengan dasar untuk
Januari Halusinasi diharapkanklien : kontak mata, Mau mengungkapkan kelancaran untuk
2024, Pendenga- berjabat tangan, prinsip interaksi selanjutnya
ran komunikasi
therapiutik :
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
g. Beri perhatian
pada klien dan
Setelah diberikan asuhan perhatikan
keperawatan jiwa kebutuhan dasar
selama pertemuan 15 klien
menit diharapkanklien :
2. Pasien dapat mengenal 2.1 Pasien dapat 2.1.1 Adakan kontak - Kontak sering
halusinasinya. Menyebutkan sering dan singkat tapi singkat
waktu, isi, frekuensi
secara timbulnya halusinasi.
bertahap. selain mem-
bina hubungan
saling percaya,
juga dapat
memutuskan
halusinasi.
1 2 3 4 5 6 7
atau kekanan
atau kedepan
seolah-olah ada
teman bicara
1 2 3 4 5 6 7
namun
perawat sen-
diri tidak
mendengarka
nnya(dengan
nada bersa-
habat tanpa
menuduh
atau meng-
hakimi)
d.Katakan
bahwa
pasien ada
juga yang
seperti pasien
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Setelah diberikan asuhan 3.1 Pasien dapat 3.1.1 Identifikas - Upaya untuk
keperawatan jiwa selama menyebutkan i bersamapasien memutuskan siklus
pertemuan 15 menit tindakan yang biasa caratindakan yang halusi-nasi sehingga
diharapkan klien : dila-kukan dila-kukan jika halusinasi tidak ber-
3. Pasien dapat untuk mengen- terjadi halusinasi lanjut
mengontrol dalikan halusinasi- (tidur, ma-rah,
halusinasi-nya nya menyi-bukkan diri
dll)
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
c. Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
agar halu-
sinasi tidak
muncul.
d. Minta kelu-
arga/ teman/
perawat jika
nampak bica-
ra sendiri
- Memotivasi
3.1.4Bantu dapat me-
klien me- ningkatkan
milih dan kegiatan kli-
melatih en untuk
cara me- mencoba
mutus memilih
halusinasi salah satu
secara cara me-
bertahap. ngendalikan
halusinasi
dan dapat
meningkat-
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
Kan harga
diri klien
Setelah diberikan
4.1 Pasien da-pat 4.1.1 Anjurkan - Untuk men-
asuhan keperawatan
mem-bina Pasien dapatkan
jiwa selama
hubu-ngan untuk bantuan
pertemuan
sa-ling mem-ber keluarga
15 menit
perca-ya tahu mengontrol
diharapkan klien :
dengan keluarga halusinasi
perawat jika me-
4.Klien dapat
ngalami
dukungan dari
halusinasi
keluarga dalam
mengontrol
4.2 Keluarga 4.1.2 Diskusi- - Untuk
halusinasi
dapat kan de- mengetahui
menye- ngan ke- pengetahu-
butkan luarga an keluarga
pengertian, (pada saat dan
tanda dan berkun- mening-
kegiatan jung / katkan
untuk pada saat kemam-
mengen- kunju- puan
dalikan ngan penge-
halusinasi rumah): tahuan
tentang
halusinasi
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
a. Gejala halu-
sinasi yang
dialami klien
b. Cara yang dapat
dila-kukan klien
dan keluarga
untuk me-mutus
halusinasi
c. Cara mera-wat
anggota keluarga
un-tuk me-mutus
halu-sinasi di
rumah, beri
kegiatan, ja-ngan
biar-kan sendiri,
makan ber-sama,
be-pergian ber-
sama
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
d. Beri infor-
masi waktu
follow up
atau kapan
perlu
mendapat
bantuan :
halusinasi
terkontrol
dari resiko
mencederai
orang lain
Setelah diberikan 5.1 Pasien 5.1.1Diskusikan - Dengan
asuhan keperawatan dan dengan menyebutka
jiwa selama keluarga pasien n dosis,
pertemuan 15 menit dapat dan keluarga
frekuensi
diharapkanklien : menyebut tentang dosis,
5. klien dapat kan frekuensi dan manfaat
memanfaatkan obat manfaat, manfaat obat obat.
dengan baik dosis dan
efek
samping
obat.
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
3. Rabu, 23 Januari 2024 1. Klien dapat membina hubungan saling S : Klien mengatakan :
percaya dengan menggunakan 1. Jarang atau sesekali mendengar bisikan yang
komunikasi terapeutik ( “ Selamat pagi mengatakan “aku tidak suka kamu”
pak R bagaimana perasaan hari ini ? “
Ahamdulillah baik mbak .) O:
2. Evaluasi klien dengan cara mengontrol 1. Klien dapat mengingat nama perawat
halusinasi bercakap-cakap dengan 2. Klien mampu menjawab dan memperagakan
orang lain ( “ Nah pak masih ingat kan ketiga cara tersebut.
kemaren yang saya ajarkan cara ke
dua? “ Iya mbak, ngobrol dengan A:
teman kan ?, “ Iya pak benar, sekarang Secara afektif, motorik dan psikomotor
coba bapak praktekkan kembali, “ Iya 1. Klien mampu melakukan aktivitas terjadwal
mbak, ayo ngobrol dengan saya, saya seperti membersihkan tempat tidur, menyapu,
sedang mendengar suara itu, gitu kan dan berolahraga (senam)
mbak? ,” Nah bagus sekali pak.
3. Latih klien dengan mengendalikan P:
halusinasinya dengan melakukan Perawat : Evaluasi dan latih kembali
kegiatan yang bisa dilakukan klien mengendalikan halusinasinya dengan melakukan
(Pak sekarang bapak saya latih dalam kegiatan yang bisa dilakukan, lanjutkan sp
melakukan aktivitas terjadwal ya, jadi selanjutnya yaitu mengkonsumsi obat secara teratur
kegiatan bapak selama disini apa saja Pasien : Diharapkan klien berlatih aktivitas
?”, “ Ya bersih bersih kamar mbak, terjadwal secara mandiri.
kadang juga nyapu, kalau ada senam
ya senam. “ Oh jadi itu ya pak, gini
pak di jam-jam.in aja jadwalnya, jam
06.00 pagi waktunya bersih-bersih
kamar, kemudian jam 07:00 makan
pagi, jam 08:00 senam pagi, atau jalan-
jalan kecil didepan, bisa ngaturnya kan
pak ?. “ Ya bisa bisa aja mbak, kan
sudah jadi kebiasaan. “ bagus kalau
begitu pak”.)
4. Anjurkan memasukkan ke dalam
jadwal harian ( “ Nah pak jangan lupa
ya dijadikan ke latihan jadwal setiap
harinya, “ Iya mbak.”)
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi,merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,perabahan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulasi yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti,2021).
B. Kondisi klien
a. Data subjektif :
1) Klien mengatakan mendengarkan suara kaki dan suara mengatakan “ Aku tidak suka kamu”
2) Klien mengatakan suara itu didengar kadang-kadang sehari bisa muncul 1-2 kali.
3) Klien mengatakan suara yang didengar yang didengar tidak lama Cuma 1 menit.
4) Klien mengatakan setiap muncul klien tidk merasa takut, klien berusaha untuk melawan suara-suara
yang didengar tersebut nyata atau tidak.
b. Data objektif
1) Klien kadang-kadang tertawa sendiri
2) Klien tmapak duduk sendirian
3) Klien kadang-kadang komat kamit sendirian
4) Klien tampak mondar-mandir diruangan.
C. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
D. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut:
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersediah menyebut Namanya
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
Fase Orientasi:
”Assalamualaikum bapak. Saya perawat yang akan merawat bapak. Nama Saya Eristha Aprianti,
senang dipanggil Eristha. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
Fase Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?” ”
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak dengar
suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara- suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara- suara itu muncul?
” Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empatminum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”. ”Caranya sebagai
berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, …
Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa”
Fase Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa bapak? Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
Fase Orientasi:
“Assalammu’alaikum bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus !
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Kita akanlatihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Fase Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak. Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya Kakak bapak katakan: Kak, ayo ngobrol dengan bapak. bapak sedang dengar suara-
suara. Begitu pak. Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak!”
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami
halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam
berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu
muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di
sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan
aktivitas terjadwal
Fase Orientasi: “Assalamu’alaikum bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Fase Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak
bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Fase Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan
siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 siang?Di ruang makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Fase Orientasi:
“Assalammualaikum bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan
tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu
makan siang. Di sini saja ya pak?”
Fase Kerja:
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak.
Jangan keliru dengan obat yang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada keluarga kalau di rumah. Nah sekarang waktunya makan . Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.
RESUME KASUS
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN TN. R
1. Biodata Pasien
Dari data pengkajian pasien didapatkan Tn. R berusia 38 tahun berpendidikan
terakhir Sarjana dan sekarang tidak bekerja. Pasien skizofrenia dengan halusinasi
pendengaran seringkali terjadi pada pria dibandingkan wanita dan mempunyai latar
belakang pendidikan menengah atas. Faktor lain yang berkontribusi munculnya masalah
halusinasi adalah seseorang yang hidup sendiri, tidak menikah dan tidak mempunyai
pekerjaan. Pasien gangguan jiwa lebih banyak terjadi pada usia produktif 20-40 tahun,
namun pada kasus ini Tn. R telah berusia 38 tahun.
2. Pengkajian
Pada tahap pengkajian yang dilakukan kepada Tn. R didapatkan data alasan dia
dibawa ke rumah sakit yaitu sejak tanggal 17 April 2022, Tn. R mengalami perubahan
tingkah laku yang berupa marah-marah sendiri, berbicara sendiri, dan gelisah. Hal
tersebut didukung data subyektif bahwa pasien mendengar bisikan suara-suara yang
mengatakan “Aku tidak suka kamu”. Dia mengatakan halusinasimucul saat dia melamun
dan saat malam hari. Suara muncul sebanyak 3-6 kali.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan.Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling
banyak terjadi, diantaranya mendengar suara-suara, paling sering adalah suara manusia
yang menyuruh untuk melakukan suatu tindakan karena stimulus yang nyata.
Data obyektifnya yaitu, Tn. R terlihat gelisah, marah dan bicara sendiri. Respon
yang dilakukan pasien saat terjadi halusinasi pendengaran yaitu marah dan berbicara
sendiri. Data obyektif yang mengatakan bahwa tanda dan gejala seseorang yang
mengalami halusinasi pendengaran, biasanya mengalami gejala yang khas yaitu
berbicara atau tertawa sendiri, marah- marah tanpa sebab, mencondongkan telinganya
ke arah tertentu dan menutup telinga.
Faktor predisposisi meliputi : faktor perkembangan, faktor sosiokultural, faktor
biokimia, faktor psikologis, faktor genetik. Pada Tn. R faktor predisposisi yang terjadi
pada pasien yaitu faktor psikologis. Pada tahun 2022 pasien pernah berobat di RSUD
Raja ahmad tabib tanjong pinang karena marah-marah dan berbicara sendiri. Pasien
pernah mengalami gagal menikah ditahun 2021.
Selanjutnya faktor presipitasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu: dimensi fisik,
dimensi emosional, dimensi intelektual, dimensi sosial, dimensi spiritual. Pada saat
dilakukan pengkajian pada Tn. R didapatkan faktor presipitasinya yaitu pasien sudah 1
tahun tidak memiliki pekerjaan. Semenjak tidak bekerja Tn. R mulai mendengar bisikan
suara-suara yang mengatakan “Aku tidak suka kamu”.Sehingga faktor presipitasi yang
terjadi pada pasien yaitu dimensi emosional. Berdasarkan data tersebut, penulis
menyimpulkan adanya kesesuaian dengan kenyataan seperti yang terjadi pada Tn. R.
3. Diagnosa keperawatan
Dari data-data yang ada saat pengkajian, diagnosa keperawatan utama pada Tn. R
adalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengan. Tanda dan gejala seseorang
yang mengalami halusinasi pendengaran, biasanya mengalami gejala yang khas yaitu
berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mencondongkan telinganya
ke arah tertentu dan menutup telinga.
Perilaku yang dapat teramati adalah Tn. R saat terjadi halusinasi pendengaran
terlihat marah dan berbicara sendiri. Teori tersebut sesuai dengan tanda dan gejala yang
dialami oleh pasien. Sebelum mengalami halusinasi pendengaran Tn. R mengalami
isolasi sosial dari lingkungan yang dibuktikan Tn. R merasa malu karena tidak memiliki
pekerjaan dan lebih sering berdiam diri dirumah. Resiko tinggi perilaku kekerasan
adalah dimana keadaan beresiko dapat melakukan tindakan kekerasan yang
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Pada saat pengkajian diperoleh data pada Tn. R terhadap status mentalnya yaitu
respon saat terjadi halusinasi pendengaran terlihat marah dan berbicara sendiri. Jika Tn.
R tidak dapat mengontrol halusinasi pendengarannya, maka dapat menjadi ancaman
bagi dirinya dan beresiko tinggi perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
4. Perencanaan
Perencanaan atau intervensi yang disusun oleh mahasiswa perawat untuk pasien
dengan gangguan persepsi sensori. Tujuan bagi pasien dapat mengenali halusinasi yang
dialami, pasien dapat mengontrol halusinasinya, pasien mengikuti program pengobatan
secara optimal. Untuk mengontrol halusinasinya, diharapkan metode strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Perawat merencanakan stategi pelaksanaan tindakan
keperawatan terdiri dari 4 SP yang diterapkan kepada Tn. R.
Dalam SP 1 diharapkan Tn. R dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi yang
menimbulkan, respon yang dilakukan pada saat timbul halusinasi dan mengerti cara
menghardik halusinasi. Sedangkan perencanaan SP 2 diharapkan pasien memahami cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan dapat berinteraksi dengan orang lain.
SP 3 diharapkan dia memahami cara mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
aktivitas yang telah disusun ruangan berdasarkan jadwal kegiatan harian serta terlihat
melakukan aktivitas. SP 4 diharapkan Tn. R dapat menyebutkan prinsip 5 benar obat.
Keluarga juga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. Perencanaan
keperawatan yang dapat dilakukan untuk keluarga pasien adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami
anggota keluarganya, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi. Selain dengan SP, pasien juga diberikan terapi psikofarmakologi. Dalam
perencanaan psikofarmakologi Tn. R diberikan obat Clozapin 25mg 3x1, Risperidon
2mg 3x1, Clobazam 10mg 3x1.
5. Implementasi
6. Evaluasi
Pada evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien halusinasi pendengaran dan keluarga antara lain: pasien memberikan
kepercayaan kepada perawat, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
wujudnya dan merupakan masalah yang harus diatasi, pasien dapat mengontrol
halusinasi, keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh
pasien, keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien saat dirumah, keluarga
mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien, keluarga mampu
menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah
halusinasi pasien jika muncul kembali, keluarga melaporkan keberhasilannya
dalam merawat pasien.
Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
pada Tn. R selama 3 hari yaitu adanya kesenjangan teori. Dibuktikan dengan
hasil yang didapatkan pada pasien yang mengatakan sudah bisa mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, dan
melakukan aktivitas secara terjadwal. Halusinasi masih terdengar namun sudah
berkurang. Dia juga mengatakan makan sesuai jadwal dan dapat merapikan
tempat tidur.
Respon obyektifnya adalah Tn. R mau makan sesuai jadwal, dia tampak
tenang, dan dapat merapikan tempat tidur. Hasilnya SP 3 tercapai pasien mau
melakukan aktivitas harian seperti makan secara teratur dan merapikan tempat
tidur. SP 1, 2, dan 3 tercapai namun SP 3 belum maksimal dikarenakan Tn. A
masih dikurung didalam rumah. Pemantauan terhadap pasien masih perlu
dilakukan.