Anda di halaman 1dari 19

Referat

ERITRODERMA

Disusun oleh :

Annisa Susanne Sarjono, S.Ked 04084822225203

Pembimbing :

Dr. Sarah Diba, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

BAGIAN/KSM DERMATOLOGI VENEREOLOGI DAN


ESTETIKA RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
ERITRODERMA

Disusun oleh :
Annisa Susanne Sarjono, S.Ked 04084822225203

Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik
Bagian/KSM Dermatologi, Venerologi dan Estetika RSMH Palembang, Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 2 Januari 2023 – 29 januari 2023

Palembang, 12 Januari 2023


Palembang

Dr. Sarah Diba, Sp. KK (K), FINSDV, FAADV.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan referat
dengan judul “Eritroderma” yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
dan penilaian kepaniteraan klinik Bagian/KSM Dermatologi, Venereologi dan
Estetika Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.Mohammad
Hoesin Palembang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sarah Diba, Sp.KK(K),
FINSDV, FAADV selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisa nreferat ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari penulisan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat.

Palembang, 12 Januari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
DEFINISI....................................................................................................... 2
EPIDEMIOLOGI........................................................................................... 2
ETIOLOGI..................................................................................................... 2
PATOFISIOLOGI ......................................................................................... 3
GAMBARAN KLINIS .................................................................................. 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................. 9
DIAGNOSIS .................................................................................................. 9
DIAGNOSIS BANDING ............................................................................ 10
TATALAKSANA........................................................................................ 10
KOMPLIKASI............................................................................................. 11
PROGNOSIS ............................................................................................... 11
RINGKASAN ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. A. Eritrema idiopatik tersebar luas dengan beberapa area kulit sehat, B.
Eritema idiopatik difus disertai pengelupasan kulit ............................... 5

Gambar 2.A. Tampak eritematosa dengan skuama tebal berwarna putih, B.


Palpebra okuli tampak ektropion, C. Kuku tampak diskolorisasi dan
hyperkeratosis subungual ....................................................................... 5

Gambar 3. A-B. Eritroderma psoriasis dengan eritema generalisata, deskuamasi


dan pustule, C. Gambaran histopatologi parakeratosis, hipogranulosis,
dan pustule subkorneal ........................................................................... 7

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Etiologi tersering Eritroderma .................................................................. 3

Tabel 1. Gejala Eritroderma lainnya ...................................................................... 6

vi
ERITRODERMA
Annisa Susanne Sarjono,S.Ked.
Pembimbing : Dr. Sarah Diba, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
Bagian/KSM Dermatologi, Venerologi dan Estetika
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

PENDAHULUAN
Eritroderma adalah kondisi peradangan kulit ditandai dengan eritema difus
melibatkan 90% atau lebih permukaan tubuh dan disertai skuama.1–3 Eritroderma
merupakan dermatitis berat dan berpotensi mengancam jiwa, lesi pada eritroderma
berupa lesi dengan dasar kemerahan (eritema) disertai pengelupasan kulit dengan
derajat bervariasi.2
Istilah eritroderma pertama kali dikenalkan oleh Hebra (1868) untuk
menjelaskan dermatitis eksfoliatifa mengenai lebih dari 90% permukaan kulit.
Eritroderma merupakan manifestasi dari kelainan kulit luas dan kelainan sistemik
seperti infeksi, keganasan, dan reaksi hipersensitivitas obat. Pemicu tersering
eritroderma adalah eksaserbasi dari dermatitis seperti psoriasis, dermatitis atopik,
dan dermatitis kontak. Reaksi obat juga menjadi penyebab penting, hampir 20%
eritroderma disebabkan oleh 135 agen obat pemicu. Penyebab keganasan tersering
eritroderma adalah Cutaneous T-cell Lymphoma (CTCL).2,3
Eritroderma merupakan representasi dari berbagai penyakit lain dan lebih
dari 50% diakibatkan oleh penyakit kulit primer mengalami generalisasi, sehingga
perlu di cari etiologi dasar kondisi tersebut.3 Lesi berupa pengelupasan kulit
dengan kemerahan luas pada dasarnya menyebabkan etiologi eritroderma sering
sekali sulit dibedakan sehingga diagnosis dan terapinya menjadi sulit.1,3
Eritroderma merupakan kondisi kegawatdaruratan pada penyakit kulit.
Beberapa komplikasi sistemik eritroderma dapat mengancam jiwa perlu
diperhatikan, seperti hipotermia, edema perifer, kehilangan cairan, elektrolit, dan
albumin, takikardi dan gagal jantung.3,4

1
DEFINISI
Eritroderma adalah kondisi peradangan kulit ditandai dengan eritema difus
disertai skuama melibatkan kulit secara universal 90 - 100 % permukaan tubuh.
Sedangkan lesi yang terjadi hanya 50-90% permukaan tubuh dapat disebut dengan
preeritoderma. Berdasarkan definisi, lesi pada eritroderma harus memiliki dasar
lesi eritema.1,3–6

EPIDEMIOLOGI
Insiden aktual dermatitis eksfoliatif pada Amerika Serikat dan seluruh dunia tidak
diketahui.3 Beberapa studi mencari insiden eritroderma di beberapa layanan
kesehatan, insidensi eritroderma pada orang dewasa berkisar 1 per 100.000. Pada
studi di India, insiden terjadi eritroderma dengan perawatan di rumah sakit
berkisar 35 per 100.000 pasien (0,035%), pada studi lain di Portugal menunjukkan
insiden eritroderma dirumah sakit sebesar 11,9%. Studi lain menunjukkan insiden
berkisar 1-2 pasien per 100.000.1,3
Kelainan kulit ini jarang terjadi pada anak-anak dan muncul pada
kelompok usia rata-rata 42-61 tahun, pada studi lain dikatakan muncul pada
kelompok usia rata-rata 40-60 tahun. Onset rata-rata eritroderma pada kisaran usia
52 tahun.3 Ketika onset muncul pada usia di bawah 40 tahun, kondisi ini timbul
akibat dermatitis atopik, dermatitis seboroik, staphylococcal scalded skin
syndrome, atau ichthyosis herediter. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada
kali-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 2-4 : 1 dan tidak ada
predileksi tersering pada ras tertentu.2,3

ETIOLOGI
Beberapa faktor diketahui sebagai pemicu dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori umum, yaitu berdasarkan kelainan kulit primer yang dialami sebelumnya,
obat-obatan yang dikonsumsi, keganasan, dan idopatik (tabel 1).

2
2
Tabel 1. Etiologi tersering Eritroderma.

I Idiopatik – 30%
Infeksi (HIV, HSV, dermatofitosis, skabies)
D Drug allergy – 20%
S Dermatitis Seboroik – 2%
Sarkoidosis
C Dermatitis kontak – 10%
Connective tissue disease
A Dermatitis Atopik – 10%
Autoimun
L Lymphoma dan leukemia – 14% (termasuk sindrom sezary)
P Psoriasis – 23%

Penyebab tersering eritroderma adalah akibat kelainan kulit primer yang


dialami sebelumnya, penyakit kulit tersering yaitu psoriasis sebanyak setengah
dari kasus eritroderma berdasarkan sejumlah penelitian.1 Kondisi ini juga dapat
ditimbulkan akibat pemakaian beberapa obat, seperti anti-epilepsi (fenitoin,
carbamazepin, dan fenobarbital), antibiotik (sulfonamid, penisilin, dan
vankomisin), litium, dan allopurinol. Beberapa keganasan dapat menjadi
penyebab terkuat yang berhubungan dengan eritroderma, yaitu CTCL seperti
mikosis fungoides dan sindrom sezary, leukemia limfositik kronis sel-B, dan
keganasan pada organ solid seperti lambung, esophagus, usus, hati, prostat dan
kanker paru.1,3

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pasti terjadi eritroderma belum dipahami secara pasti.1 Beberapa
studi menyatakan akibat peningkatan ekspresi molekul adhesi dalam sel epitel
dapat meningkatkan peradangan kulit dan proliferasi lapisan epidermis lebih
cepat. Peningkatan mitosis menyebabkan peningkatan jumlah sel epidermis secara

3
keseluruhan, peningkatan pergantian sel (turn over epidermis) dan penurunan
waktu transit melalui epidermis.1,7
Akibat suatu agen pencetus dalam tubuh, kemungkinan berbagai sitokin
berperan. Beberapa kemokin dan sitokin yang berperan pada patogenesis dapat
berupa Th1 dan sitokinnya, Th2 dan sitokinnya, reseptor kemokin CCR4, CCR5,
serta CXCR3. Interaksi antara molekul adesi dan sitokin meningkatkan mitosis
dan kecepatan turn over epidermis. Tubuh bereaksi dengan melebarkan pembuluh
darah kapiler (eritema) secara menyeluruh yang menyebabkan aliran darah ke
kulit menjadi meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Dari mekanisme
tersebut, pasien sering mengeluhkan gejala berupa dingin dan menggigil.1,4,7
Pada eritroderma kronis, penyakit ini dapat menimbulkan gagal jantung
dan hipotermia akibat peningkatan perfusi ke kulit. Proses kehilangan panas yang
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolisme kompensator cairan oleh transpirasi meningkat
sebanding dengan laju metabolism basal.1
Eritroderma biasanya disertai lesi sekunder berupa skuama. Setiap hari
skuama yang lepas dari kulit penderita eritroderma dapat mencapai 9 gram/m2
permukaan kulit sehingga dapat menyebabkan penderita mengalami kehilangan
protein. Kondisi hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan peningkatan
relatif globulin terutama globulin γ merupakan kelainan khas pada pasien. Edema
juga terjadi, hal ini mungkin disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang
ekstravaskular.1

GAMBARAN KLINIS
Gambaran tipikal (tabel 2) dari eritroderma dapat berupa patch eritema (bercak
merah terang) yang meluas progresif dan menyatu menutupi hampir seluruh
permukaan tubuh, diikuti dengan muncul sisik putih atau kuning.2,5

4
A B

Gambar 1 A. Eritrema idiopatik tersebar luas dengan beberapa area kulit sehat,
B. Eritema idiopatik difus disertai pengelupasan kulit.2

Pengelupasan dapat muncul berupa lembaran besar atau berupa serpihan


kecil, umumnya muncul 2-6 hari setelah onset muncul eritema.2 Kulit mungkin
tampak mengkilap dan tipis serta kulit terasa kencang akibat adanya progresivitas
likenifikasi dan edema.6

Gambar 2. A. Tampak eritematosa dengan skuama tebal berwarna putih,


B. Palpebra okuli tampak ektropion, C. Kuku tampak diskolorisasi dan
hyperkeratosis subungual.8

5
Keluhan gatal muncul pada hampir semua pasin, gejala berupa
gatal lebih berat pada pasien dengan dermatitis atopik dan sindrom sezary.
Gejala dan tanda seperti demam, limfadenopati, splenomegali, dan
hepatomegali muncul pada sebagian pasien eritroderma dan dapat
menunjukkan penyebab yang mengarah ke hipersensitivitas obat atau
keganasan.1

2
Tabel 2. Gejala lainnya

Skin Widespread erythema


Variable degree/character of scaling (2-6 days
after erythema)
Pruritus (can lead to licenification)
Eyes Eyelid swelling may lead to ectropion (eyelid
elevation), blepharitis, epiphora (excessive
tearing), ectropion (eyelid eversion)
Palms/soles May develop yellowish, diffuse keratoderma
Nails Dull, ridged, thickened
May develop onycholysis and shed
(onychomadesis)
Lymph Generalized lymphadenopathy which may be
nodes reactive or suggestive of lymphoma
Hair Telogen effluvium (scalling of the scalp)
leading to varying degrees of hair loss

Beberapa literatur membagi gambaran klinis eritroderma berdasarkan


etiologi yang mendasari.1,7
1. Eritroderma akibat alergi obat sistemik
Diperlukan anamnesis yang teliti. Pengertian alergi obat secara sistemik
adalah obat masuk dalam tubuh dengan berbagai cara, melalui mulut,
hidung, rectum dan vagina, serta melalui injeksi. Dapat disebabkan oleh

6
obat mata, obat kumur, tampal gigi dan kulit sebagai obat luar. Gambaran
klinis ditemukan eritema universal dan skuama timbul pada stadium
penyembuhan.1,3

2. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit


Penyakit paling sering menjadi penyebab mendasari eritroderma adalah
psoriasis, selain itu bisa disebabkan oleh dermatitis seboroik pada bayi
(penyakit leiner)1
- Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis sebagai pencetus eritroderma dapat disebabkan
oleh karena psoriasi yang dialami atau bahkan karena
pengobatannya terlalu kuat seperti penggunaan obat topikal
dengan ter konsentrasi tinggi. Pada anamnesis perlu untuk
diketahui apakah terdapat riwayat menderita psoriasis
sebelumnya. Penyakit ini bersifat residif dan menahun. Dengan
bentuk lesi berupa skuama berlapis dan kasar diatas kulit yang
eritematosa dan sirkumskrip. Umumnya, ditemukan eritema
yang tidak merata.1

Gambar 3. A-B. Eritroderma psoriasis dengan eritema generalisata,


deskuamasi dan pustule, C. Gambaran histopatologi parakeratosis,
hipogranulosis, dan pustule subkorneal.4

7
- Eritroderma karena penyakit leiner
Eritroderma ini merupakan Eritroderma deskuamativum.
Etiologi belum dipahami secara pasti namun dikaitkan dengan
dermatitis seboroik meluas, hampir selalu terdapat kelainan
khas dermatitis seboroik. Muncul pada kelompok usia 4 – 20
minggu. Keadaan umum baik dan tanpa keluhan. Lesi kulit
dapat berupa skuama yang kasar. 1

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan


Setiap kasus eritroderma yang bukan golongan I dan II harus dicari
tahu penyebabnya dengan pemeriksaan secara menyeluruh termasuk
pemeriksaan laboratorium dan foto thorax untuk melihat tanda infeksi
dalam atau fokal. Sindrom sezary, termasuk kedalam limfoma, sebagian
pendapat menyatakan bahwa mungkin merupakan stadium dini mikosis
fungoides. Penyebab belum diketahui namun diduga berhubungan dengan
infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL. Biasanya terjadi
pada laki-laki dengan kelompok usia rata-rata berumur 64 tahun dan
perempuan pada kelompok usia rata-rata 53 tahun.1,3
Pada sindrom ini lesi berupa eritema terang universal disertai
skuama dan rasa gatal dapat ditemukan infiltrate pada kulit dan edema.
Sebagian pasien dapat ditemukan splenomegali, limfadenopati superfisial,
alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis palmaris dan plantaris, serta
kuku yang distrofik.1,3
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, dengan
eosinofilia, dan limfositosis, selain itu ditemukan sel limfosit atipik disebut
sel sezary. Sel sezary juga ditemukan dalam darah, kelenjar getah bening,
dan kulit. Disebut sindrom sezary jika sel sezary beredar 1000/mm3 atau
lebih atau melebihi 10% sel-sel beredar.1

8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat berupa biopsi (kulit dan kelenjar limfa) dan
pemeriksaan laboratorium.7
1. Biopsi
Biopsi pada area yang memiliki karakteristik jelas seringnya diambil pada
kaki dan batang tubuh. Apabila didapatkan jenis lesi berbeda beda, seperti
ditemukannya jenis lesi berupa scale, plaq tebal, dan blister dapat
dilakukan biopsi setiap jenis lesi untuk diagnosis lebih tepat.
Membuntuhkan sekitar 4 mm jaringan biopsi untuk pemeriksaan histologi.
Dilakukan juga biopsi immunofloresensi melihat immunoglobulin pada
peralihan antara lapisan dermis-epidermis untuk kemungkinan eritroderma
oleh kondisi autoimun.4,7

2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah berupa darah lengkap dapat disesuaikan dengan
kondisi pasien. Dapat juga dilakukan kultur untuk pasien dengan kondisi
sepsis.4,6,7

Dapat juga dilakukan pemeriksaan lain berdasarkan kecurigaan penyebab,


seperti pemeriksaan CT-scan, MRI, dan biopsi kelenjar limfa regional pada kasus
eritroderma oleh lymphoma atau CTCL.4

DIAGNOSIS
Eritroderma merupakan diagnosis berdasar temuan klinis dengan korelasi dari
pemeriksaan laboratorium dan histopatologi untuk mengidentifikasi suspek dan
penyebab yang mendasari. Pemeriksaan imunofloresensi langsung dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kelainan dasar bulla atau jaringan ikat.1,5,6

9
DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan PPK Perdoski 2021 dan ilmu penyakit kulit, Eritroderma tidak
memerlukan diagnosis banding.

TATALAKSANA
Eritroderma merupakan penyakit kegawatdaruratan kulit yang membutuhkan
konsultasi langsung dermatologist dan perawatan di rumah sakit untuk kasus
kasus yang berat dalam mencegah terjadi komplikasi lebih lanjut. Prinsip terapi
terdiri dari penghentian semua obat dicurigai, menjaga kelembapan kulit dan
integritas kulit (pada perawakan luka agresif), hidrasi dan nutrisi adekuat,
penggantian elektrolit, dan penggunaan antibiotik untuk infeksi sekunder. 1,4
a. Non medikamentosa
- Eritroderma golongan I, obat dicurigai penyebab penyakit
harus di hentikan segera.
b. Medikamentosa
Pengobatan Ertiroderma umumnya diberikan kortikosteroid.
- Golongan I akibat alergi obat secara sitemik diberikan
prednison dengan dosis 4 x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat,
umumnya dalam beberapa hari – minggu.
- Golongan II akibat perluasan. Diberikan kortikosteroid, dosis
awal prednison 4 x 10-15 mg sehari. Jika setelah pemberian
beberapa hari tidak ada perbaikan, dosis di tingkatkan. Jika
tampak perbaikan pada awal pemberian, dosis diturunkan
perlahan. Eritroderma disebabkan oleh psoriasis dapat diberi
pengobatan dengan asetretin. Penyembuhan golongan ini
membutuhkan waktu beberapa minggu hingga bulan.
- Pengobatan penyakit leiner dengan kortikosteroid diberi dosis
prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom sezary pengobatan
terdiri atas kortikosteroid (prednisone 30 mg sehari) atau

10
metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik menggunakan
klorombusil dosis 2 – 6 mg sehari.
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang lebih > 1 bulan, lebih baik
menggunakan metilprednisolon daripada prednison dosis ekuivalen mengingat
efeknya sedikit.1,6 Pada eritroderma kronis diberikan diet tinggi protein akibat
kehilangan protein karena pengelupasan skuama. Perlu dioleskan emolien untuk
mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, dapat menggunakan salep
lanolin 10% atau krim urea 10%.1,6

KOMPLIKASI
Tingkat mortalitas eritroderma berkisar 4 – 64%, walaupun angka ini bergantung
pada kualitas dan manajemen tiap rumah sakit. Pada studi lainnya melaporkan
presentase tingkat mortalitas lebih rendah dan eritroderma tidak memiliki risiko
signifikan terhadap kematian. Infeksi pada eritroderma dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, atau gagal jantung yang merupakan
resiko tersering mortalitas eritroderma. Gagal jantung, syok sepsis dan pneumonia
menjadi komplikasi tersering kematian pasien eritroderma.4,6,7

PROGNOSIS
Respon terapi bervariasi sesuai penyebab mendasari. Eritroderma akibat
pemakaian obat atau alergi obat sistemik digolongkan ke dalam eritroderma
golongan I dengan prognosis baik, lebih cepat pulih dibandingkan golongan
lainnya.1,6 Eritroderma yang belum diketahui penyebabnya diberi pengobatan
kortikosteroid untuk mengurangi gejala namun pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantunagan.1 Dalam Panduan Praktik Klinis PERDOSKI tahun 2021,
prognosis berdasarkan quo ad vitam, quo ad functionam, dan quo ad sanationam
disesuaikan dengan penyebab yang mendasari eritroderma.5

11
RINGKASAN
Eritroderma adalah peradangan kulit ditandai dengan eritema difus disertai
skuama melibatkan kulit secara universal 90 - 100 % permukaan tubuh.
Sedangkan, lesi yang hanya mengenai 50-90% permukaan tubuh disebut
preeritoderma. Tingkat mortalitas eritroderma berkisar antara 4 – 64%, walaupun
angka ini bergantung pada kualitas dan manajemen tiap rumah sakit.
Gagal jantung, syok sepsis dan pneumonia menjadi komplikasi tersering
kematian pasien eritroderma. Dalam Panduan Praktik Klinis PERDOSKI tahun
2021, prognosis berdasarkan quo ad vitam, quo ad functionam, dan quo ad
sanationam eritroderma disesuaikan dengan penyebab yang mendasari.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. 7th ed. Jakarta: Universitas Indonesia Publishing; 2021.
2. Harper-kirksey K. Life Threathening Rashes. Erythroderma. 2018;265–74.
3. Kartowigno S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. 2nd ed.
Palrembang: Unsri Press; 2012.
4. Cuellar-Barboza A, Ocampo-Candiani J, Herz-Ruelas ME. A Practical
Approach to the Diagnosis and Treatment of Adult Erythroderma. Actas
Dermosifiliogr. 2018;109(9):777–90.
5. PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Dermatologi
dan Venereologi Indonesia. Perdoski. Jakarta Pusat: PERDOSKI; 2016.
154–156 p.
6. Austad SS, Athalye L. Exfoliative Dermatitis. 2022 May 8 [cited 2023 Jan
11]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554568/
7. Mistry N, Alavi A. A Review of the Diagnosis and Management of
Erythroderma (Generalized Red Skin) Category 1 Credit TM ANCC 2.5
Contact Hours 1.0 Pharmacology Contact Hours. 2015;
8. B-cell P, T-cell C. DERMATO-VENEREOLOGICA INDONESIANA.

13

Anda mungkin juga menyukai