Anda di halaman 1dari 8

PROSES BERPIKIR MATEMATIKA

Angkatan Tahun 2023 / 2027

TUGAS 1
Penalaran Induk dan Deduktif

Nama Mahasiswa
Rafiel Aliansyah Maulana
(2301105012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul
“Penalaran Induktif dan Deduktif” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Proses Berpikir
Matematika yang diampu oleh Ibu Syafika Ulfah, S.Pd., M.Sc Proses penulisan
makalah ini tidak lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu saya ucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah memberikan masukan kepada saya.
Makalah ini juga dimaksudkan sebagai salah satu bekal dalam mengikuti mata
pelajaran tersebut, dan untuk melatih saya agar mampu dalam menyusun makalah
dengan baik dan benar.

Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga saya terbuka dalam
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, 3 Oktober 2023

Rafiel Aliansyah Maulana


PENALARAN INDUKTIF

1. Sejarah Bapak penalaran induktif (Francis Bacon)


Francis Bacon adalah anak dari Lord Nicholas Bacon salah seorang pejabat
tinggi Kerajaan Inggris di zaman kekuasaan Ratu Elizabeth I. Bacon lahir di
York House London, Inggris, pada 22 Januari 1561. Dia hidup di abad
pertengahan dimana kebebasan ilmu pengetahuan diagungkan. Pada usia 12
tahun, dia telah bersekolah di Trinity College, Cambridge University. Disinilah
dia mempelajari pemikiran Plato dan Aristoteles untuk kemudian dikembangkan
menjadi sebuah pemikiran yang antipati terhadap filsafat Aristoteles. Tahun
1576, dia diangkat menjadi salah seorang staf kedutaan Inggris di Prancis.
Kemudian diusianya yang ke 23 tahun dia diangkat menjadi anggota parlemen.

Terkait dengan sumber dan hakikat pengetahuan dalam perspektif


epistomologi Bacon, kita bisa mengabstraksikan metode Bacon secara simple
dan sampai pada sebuah catatan sederhana tentang metode ilmiah. Pada
intinya, induktivisme Bacon berakar pada dua pilar; Observation dan induction.
Observasi yang dilakukan dalam memperoleh knowledge harus diambil tanpa
praduga (prejudice) atau pre-konsepsi (preconception). Ini menegaskan
pemikiran Bacon yang menisbikan pengetahuan akal yang telah ada –
anggapan tanpa rasionalitas – dan bahwa kita juga diwajibkan untuk mencatat
atau merekam hasil-hasil dari data-data pengalaman sensorik. Hasil-hasil dari
pengamatan diungkapkan dalam sesuatu yang dinamakan pernyataan
observasi (observation statments). Dari sebuah kesimpulan pengamatan
tersebut bisa digunakan sebagai landasan bagi hukum-hukum dan teoriteori
ilmiah. Selanjutnya, proses induksi yang akan dilakukan untuk memahami
pendekatan Induktif Bacon ini adalah dengan memulainya dari bagian-bagian
yang bisa diamati dan kemudian dipikirkan ke dalam pernyataan-pernyataan
umum ataupun hukum-hukum.

Pada abad XVII, metode induktif Bacon amat mendominasi atau melandasi
epistemologi modern, khususnya dalam metode keilmuan kealaman, yang
sudah barang tentu saat ini sudah mengalami banyak perubahan seiring
dengan kreativitas para ilmuan yang terus berdatangan memperbaharui teori
induktif Bacon. Dan mengalami modifikasi silih berganti seiring dengan
bergulirnya “english empirical movement”.

Bacon adalah seorang filosof yang berpengaruh pada zamannya. Menurut


para ilmuan, Bacon dianggap sebagai perintis perkembangan yang cukup besar
pada abad ke 17. Bacon berhasil mengembangkan metode induktif tersendiri
sebagai karya kritik terhadap metode logika deduktif Aristoteles.
2. Definisi dan contoh-contoh penalaran induktif

Penalaran induktif adalah proses logis di mana beberapa premis, semuanya dianggap
benar atau sebagian besar benar, digabungkan untuk mendapatkan kesimpulan
tertentu. Penalaran induktif, atau induksi, adalah penalaran dari kasus atau kasus
tertentu dan menurunkan aturan umum. Menarik kesimpulan dari pengamatan untuk
membuat generalisasi, dan ketika melakukannya, mampu mengenali bahwa
kesimpulan mungkin tidak benar.

Contoh Soal :

1. Buktikan Induksi Matematika bahwa untuk semua bilangan positif n 32 n +22 n+2
habis dibagi 5

Jawab:

Langkah 1:

2 .1 2.1 +2 2 4
n=1→ 3 +2 =3 +2
¿ 9+16
¿ 25 → Bisa dibagi5

Langkah 2:

2(n+1) 2 ( n+1) +2
p ( n+1 )=3 +2
2 n+ 2 2 n +2+2
¿ 3 +2
2 2n 2 2 n+2
¿ 3 .3 +2 . 2
2n 2 n+2 2n 2 n+2
¿ 10. 3 + 5. 2 −3 −2
¿ 5 ( 2 .3 2n +22 n +2 )−( 3 2n −22 n+2 ) → Bisa dibagi 5
PENALARAN DEDUKTIF

1. Sejarah Bapak penalaran deduktif (Aristoteles)


Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,
Macedonia tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama Nicomacus adalah
seorang tabib pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya meninggal
ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh oleh
pamannya yang bernama Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke
Athena balajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Kemudian ia
diangkat menjadi seorang guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di
bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Aristoteles merupakan orang pertama di dunia yang dapat membuktikan
bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan melihat
gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini dengan kata benda,
kata sifat, kata benda dan sebagainya, merupakan pembagian kata menurut
pemikirannya.

Inti dari logika Aristoteles yang kita kenal selama ini adalah
silogisme. Silogisme ini merupakan suatu alat dan mekanisme penalaran untuk
menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-premis yang benar yang
merupakan bentuk formal dari penalaran deduktif. Menurutnya, penalaran
deduksif ini merupakan metode terbaik untuk memperoleh konklusi demi
meraih pengetahuan dan kebenaran yang baru. Itulah sebabnya mengapa
metode Aristoteles ini disebut metode “silogistis-deduktif.”

Metode logika formal Aristoteles ini mempunyai pengaruh hingga generasi


setelahnya. Tidak dapat disangkal bahwa logika Aristoteles ini memainkan
peran yang amat penting dalam sejarah intelektual umat manusia.16 Sampai
saat ini, buku-buku rujukan dan pegangan logika sebagian besar diisi oleh
sumbangsih karya Aristoteles. Hal tersebut bisa dirasakan baik di dunia Timur
dan Barat.

Pemikiran deduktif Aristoteles berpengaruh besar pada sejarah


filsafat dan ilmu pengetahuan. Karyanya menjadi dasar bagi perkembangan
logika formal, yang menjadi landasan bagi ilmu pengetahuan dan pemikiran
filosofis selanjutnya. Deduksi Aristoteles membantu membentuk dasar bagi
metode ilmiah dan pemikiran rasional dalam budaya Barat.
2. Definisi dan contoh-contoh penalaran deduktif
o Penalaran deduktif merupakan invers atau kebalikan dari penalaran
induktif.
o Proses penarikan simpulan dari umum ke khusus.
o Simpulan didasarkan atas pernyataan yang berlaku umum dan
pernyataan khusus serta tidak menerima generalissasi dari hasil
observasi seperti pada penalaran induktif.

Contoh Soal:

1. Hana menabung Sebesar Rp 500.000,00 dengan Suku bunga tunggal


sebesar 5,5 % per tahun yang dibayarkan setiap 6 bulan sekali.
Berapakah Saldo tabungan Hana Jika dia mengambil uangnya setelah
41 bulan.

Jawab:

Dik:
M =Rp 500.000 .00
i=5 , 5 %=0,055 Pertahun
42
n= =7
6
Nominal yang didapat Hana adalah
B=M . n .i
¿ 500.000 . 7 .0,055
¿ 192.500
Mi=M + B
¿ 500.000+192.500
¿ Rp .692.500 .00
 Penalaran induktif dan deduktif

Contoh Soal:

1. Berapa Jumlah pola dibawah ini


6 12 18 24 … .180

Jawab:

a=6
b=6
n=?

Un=a+ ( n−1 ) . b
180=6+ ( n−1 ) .6
180=6+6 n−6
180=6 n
18 0
=3 0
6
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijitp/article/viewFile/4930/3428

https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15135/2/1220510067_bab-i_iv-atau-
v_daftar-pustaka%281%29.pdf

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/63778069/
Analisis_Pemikiran_Francis_Bacon20200629-13071-107p67n-libre.pdf?
1593455064=&response-content-disposition=inline%3B+filename
%3DAnalisis_Pemikiran_Francis_Bacon.pdf&Expires=1696172179&Signature=Eu~
Rfc897KiPjgX28~tVzZHB65RDLeLjpztwz0eeLMvqIgHP3IRkSjYl9Dk1-dIJ~ZyG75Fj-
kBGMqN2TjhkrDRI-pp-SAn1BWchdYY6tQn~h4ZlO-
SQiPsrtdTn~DcNdeR~5xisuRrgFtU2hZKNeU3rfn-
bXGrA9St4FTD1mk28aRfjBEAcpkxDd-pM3x~v10OIL1CVCFZ-
4dm2InadUWSSj2PkkUROm2PU12lc6ktW9zrZFMrI5Ge8ZEwCucFo41fnmfpPExBiIBq
mEvE0zQuQH7BrBtqd0PmYZeX-
O5oSYkGNIz97e1WhGJfOAYoHgYe~uAP0hN9RLl6xyFNAKQ__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/168/1/Masdar%20Hilmy_Induktivisme
%20sebagai%20basis%20pengembangan%20ilmu%20pengetahuan.pdf

Anda mungkin juga menyukai