Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HUTAN

SIMULASI PERKIRAAN DAMPAK


PENEBANGAN

Disusun oleh:
Sufyan Aryanto (E4401211046)

Dosen Praktikum:
Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut.,M.Life.,Env.Sc.

Asisten Praktikum:
1. Mikhael Pratama (E14190067)
2. Azelia Dwi Rahmawati (E14190067)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN
LINGKUNGAN
INSTITTUT PERTANIAN
BOGOR 2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi
kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun
intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu,
satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi,
perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Keberadaan hutan, dalam hal ini
daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat
ditentukan pada tinggi rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam
pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara
manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses
ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Niman
2019).
Pemanenan hutan adalah proses pengambilan kayu atau produk kayu lainnya dari
hutan. Praktik pemanenan hutan yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga kesehatan
dan keberlanjutan hutan serta mencegah kerusakan lingkungan yang dapat disebabkan oleh
praktik pemanenan yang tidak berkelanjutan. Pada umumnya, ada dua metode pemanenan
hutan, yaitu pemanenan hutan secara selektif dan pemanenan hutan secara konvensional.
Pemanenan hutan secara selektif melibatkan pengambilan kayu secara individual atau
sekelompok, sedangkan pemanenan hutan secara konvensional melibatkan penebangan
seluruh pohon di suatu area tertentu. Dalam praktik pemanenan hutan yang berkelanjutan,
pemantauan dan pengelolaan limbah dan sisa pemanenan juga menjadi perhatian utama.
Limbah dan sisa pemanenan harus dikelola dengan cara yang benar dan efektif untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Pemerintah dan
organisasi lingkungan berperan penting dalam memastikan bahwa praktik pemanenan hutan
yang berkelanjutan dilakukan dan dipatuhi. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi dan
kebijakan yang mengatur praktik pemanenan hutan yang berkelanjutan, sementara organisasi
lingkungan dapat memantau dan mempromosikan praktik pemanenan hutan yang
berkelanjutan serta memberikan sertifikasi terhadap praktik tersebut (Abdhy Waliad 2023).
Pemanenan hutan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya. Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat pemanenan hutan
antara lain; Kerusakan habitat satwa liar, Perubahan tata air, Peningkatan emisi gas rumah
kaca, Hilangnya pengetahuan tradisional, Konflik social. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan dampak pemanenan hutan dan mengambil tindakan yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan masyarakat yang terdampak. Salah satu cara untuk
melakukannya adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan
hutan (Hidayati 2017).
Rumusan Masalah:
 Apa yang dimaksud dengan penebangan
 Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat penebangan
 Mengetahui hubungan intensitas penebangan dengan % kerusakan tegakan yang
ditimbulkan
Tujuan
 Mengetahui pengertian dari penebangan.
 Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penebangan.
 Mengetahui hubungan intensitas penebangan dengan % kerusakan tegakan yang
ditimbulkan.
LANDASAN TEORI
Simulasi pemanenan hutan dapat dilakukan untuk memprediksi dampak pemanenan
hutan terhadap keanekaragaman hayati, kondisi tanah, dan sebagainya. Dengan demikian,
pengelola hutan dapat mengambil tindakan untuk meminimalkan dampak tersebut, seperti
melakukan restorasi hutan atau mengurangi skala pemanenan. Simulasi dapat membantu
pengelola hutan dalam mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab
dalam pemanenan hutan (Sudibyakto 2018).
Simulasi perkiraan dampak penebangan memiliki manfaat yang sangat penting untuk
keberlanjutan lingkungan. Simulasi ini dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari
penebangan, seperti perubahan iklim, erosi tanah, dan hilangnya habitat satwa liar. Selain itu,
simulasi juga dapat membantu mengoptimalkan manfaat dari penebangan bagi masyarakat,
seperti penghasilan dan bahan bakar, dan meningkatkan kesadaran lingkungan secara umum.
Dalam pengambilan keputusan, hasil simulasi dapat digunakan untuk meminformasikan dan
memperkuat keputusan yang dilakukan, seperti izin penebangan, pemilihan metode
penebangan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta menentukan lokasi penebangan
yang lebih strategis dan berkelanjutan. Oleh karena itu, simulasi perkiraan dampak penebangan
sangat penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan memberikan manfaat yang
seimbang bagi masyarakat dan lingkungan (Widianto et al. 2003).

Hubungan antara intensitas penebangan dengan persentase kerusakan tegakan hutan


tidaklah sederhana karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah jenis pohon yang ditebang, frekuensi penebangan, ukuran pohon yang
ditebang, dan metode penebangan. Pohon-pohon yang tumbuh dengan cepat lebih rentan
terhadap kerusakan karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk tumbuh kuat sebelum
ditebang. Semakin sering suatu daerah ditebang, semakin besar kemungkinan kerusakan yang
terjadi pada tegakan yang tersisa karena tegakan tersebut harus menahan tekanan yang lebih
besar dari faktor lingkungan. Pohon yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan yang lebih
besar pada tegakan sekitarnya karena memiliki sistem akar yang lebih dalam dan lebih kuat.
Metode penebangan yang digunakan juga dapat mempengaruhi tingkat kerusakan pada
ekosistem sekitarnya. Oleh karena itu, analisis yang teliti dengan mempertimbangkan faktor-
faktor tersebut dan lainnya diperlukan untuk memahami hubungan antara intensitas penebangan
dengan persentase kerusakan tegakan hutan (Saharjo 2018).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Tabel 1 Data % kerusakan tegakan ( semai, pancang, tiang, dan pohon) hutan alam tropika
akibat penebangan pada intensitas penbangan tertentu

Intensitas Penebangan btng/ha % Kerusakan


semai pancang tiang pohon
3 7,844 7,138 6,000 7,339
5 13,615 10,414 8,400 12,150
7 16,454 18,069 15,600 15,238
9 23,578 24,172 21,600 22,330
12 26,000 28,069 23,600 25,000
15 34,445 35,655 31,200 29,897

Hubungan Intensitas Penebangan dan % Kerusakan pada


Tegakan Tinggal Semai
45
40
35
30
% Kerusakan

25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Intensitas Penebangan

Gambar 1 Grafik hubungan intensitas penebangan dan % kerusakan pada tegakan tinggal
semai
Hubungan Intensitas Penebangan dan % Kerusakan pada
Tegakan Tinggal Pancang
45
40
35
30
% Kerusakan

25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Intensitas Penebangan

Gambar 2 Grafik hubungan intensitas penebangan dan % kerusakan pada tegakan tinggal
pancang

Hubungan Intensitas Penebangan dan % Kerusakan pada


Tegakan Tinggal Tiang
40
35
Intensitas Penebangan

30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Intensitas Penebangan

Gambar 3 Grafik hubungan intensitas penebangan dan % kerusakan pada tegakan tinggal
tiang
Hubungan Intensitas Penebangan dan % Kerusakan pada
Tegakan Tinggal Tiang
40

35

30
% Kerusakan

25

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Intensitas Penebangan

Gambar 4 Grafik hubungan intensitas penebangan dan % kerusakan pada tegakan tinggal
pohon

B. Pembahasan
Tahap awal dalam pemanenan hutan adalah penebangan pohon yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tegakan tinggal, sumberdaya tanah, air, hidupan liar, dan jasa
lingkungan. Penebangan pohon menciptakan ruang terbuka dan mengurangi tutupan tajuk
hutan, sehingga dapat mengubah komposisi dan struktur hutan. Kerusakan pada tegakan
tinggal dapat terjadi pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon, dan
ditandai dengan patah tajuk, roboh, patah dalam, dan terkelupas kulit. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa tingkat kerusakan paling tinggi terjadi pada tingkat pancang dan
intensitas penebangan 17 pohon/ha menghasilkan persentase kerusakan yang paling besar
dibandingkan dengan intensitas penebangan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
tinggi intensitas penebangan, semakin besar pula persentase kerusakan yang dihasilkan.
Pernyataan Elias (2002) yang dikutip oleh Sanijar et al. (2013) menyatakan bahwa semakin
tinggi intensitas penebangan, semakin besar kerusakan yang terjadi pada vegetasi. Besarnya
kerusakan pada hutan sangat bergantung pada sistem penebangan, kerapatan tegakan, jenis
pohon yang ditebang, dan diameter serta penutupan tajuk.

Dalam praktikum ini, dilakukan analisis hubungan antara intensitas penebangan dengan
kerusakan tegakan tinggal menggunakan persamaan Y = a + bX. Dimana Y merupakan persentase
kerusakan tegakan tinggal dan X merupakan intensitas penebangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel Y dan X bersifat linear, dan dapat dilihat dari grafik hubungan antara
intensitas penebangan dan persentase kerusakan yang menunjukkan pola linear. Selain itu, hasil analisis
data regresi menunjukkan bahwa nilai R square dan adjusted R square mendekati 1 pada setiap
tingkatan, yang mengindikasikan bahwa model regresi tersebut mampu menjelaskan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan baik. Menurut Aryanti dan Gustian (2020), semakin kecil
nilai koefisien determinasi (R square), maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin
lemah, sedangkan semakin mendekati 1, maka pengaruh tersebut semakin kuat. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa intensitas penebangan memiliki pengaruh yang besar terhadap kerusakan tegakan
tinggal.
PENUTUP
Kesimpulan
Penebangan adalah tindakan memotong atau menebang pohon secara sengaja untuk
berbagai tujuan. Namun, tindakan penebangan dapat menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan seperti kerusakan ekosistem, kehilangan habitat hewan, dan perubahan iklim.
Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat penebangan adalah kerusakan tegakan, yang
dapat diukur dengan persentase kerusakan yang dihasilkan dari intensitas penebangan.
Terdapat hubungan linier antara intensitas penebangan dengan persentase kerusakan tegakan,
dimana semakin tinggi intensitas penebangan, maka semakin tinggi pula persentase kerusakan
yang terjadi pada tegakan.

Saran
Agar tercipta pengelolaan hutan alam produksi yang lestari, perusahaan harus
menyesuaikan target produksinya dengan dinamika pertumbuhan dan hasil tegakan tinggal.
Selain itu, pengambilan data harus dilakukan dengan lebih teliti untuk menghindari bias yang
terlalu.
Daftar Pustaka

Abdhy Waliad, S. (2023). Pengaturan terhadap pemanfaatan jasa karbon sebagai upaya
perlindungan hutan di indonesia [Disertasi]. Padang: Universitas Andalas.

Aryanti Y, Gustian D. 2020. Sistem informasi penjualan barang dengan metode regresi linear
berganda dalam prediksi pendapatan perusahaan. Jurnal Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi. 2(2):39-51.

Elias 1993. Bahan Kuliah Pemanenan Hasil Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

Hidayati D. 2017. Memudarnya nilai kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air. Jurnal Kependudukan Indonesia. 11(1): 39-48.

Niman EM. 2019. Kearifan lokal dan upaya pelestarian lingkungan alam. Jurnal pendidikan
dan kebudayaan Missio. 11(1): 91-106.

Saharjo IBH. 2018. Pengendalian kebakaran hutan dan atau lahan Indonesia. Bogor: PT
Penerbit IPB Press.

Sanijar, Manurung TF, Yani A. 2013. Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan di
areal IUPHHK-HA PT. Kalimantan Satya Kencana Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari. 1(1):439-447.

Widianto KH, Suharjito D, Sardjono MA. 2003. Fungsi dan peran agroforestri. Bogor: ICRAF.

Anda mungkin juga menyukai