Arthur Alfonso Bab 4, Sub Bab (Pemahaman Proses Kebijkan)
Arthur Alfonso Bab 4, Sub Bab (Pemahaman Proses Kebijkan)
Disusun oleh :
Arthur Andreas Alfonso
NPM 2206117736
Kelompok 4
Menurut Walt (1994), ada empat tahapan dalam penyusunan kebijakan yang mungkin
terjadi pada setiap tingkat, baik nasional maupun daerah, dan juga membentuk setiap analisis
kebijakan :
1. Identifikasi masalah dan pengenalan masalah. Mengapa isu masuk ke dalam agenda
kebijakan; masalah mana yang tidak ditangani.
2. Perumusan kebijakan. Tujuan kebijakan; pilihan yang berbeda diidentifikasi dan
dianalisis; biaya dan manfaat dari kebijakan alternatif ditimbang; menentukan siapa
yang merumuskan kebijakan; bagaimana dan dari mana inisiatif itu berasal.
3. Implementasi kebijakan. Bagaimana kebijakan dilaksanakan; sumber daya apa yang
tersedia; bagaimana implementasi ditegakkan.
4. Evaluasi kebijakan. Bagaimana kemajuan ditinjau; menyiapkan sistem pemantauan;
bagaimana dan kapan adaptasi dilakukan.
Ada anggapan bahwa kebijakan adalah hasil dari pengambilan keputusan yang rasional di
mana pilihan dievaluasi dan solusi dipilih untuk mencapai tujuan.
Buse at all (2005) menjelaskan teori pengambilan kebijakan Top-Down dimana proses
kebijakan ditetapkan oleh pemimpinan di atas dan disampaikan serta dilaksanakan di
tingkat bawah, sedangkan Walker dan Gilson (2004) menjelaskan teori sebaliknya
Bottom-Up dimana arahan sebagaian besar disuarakan dan ditetapkan oleh tingkat bawah
dan disampaikan ke manajemen tingkat atas.
2 Usulan RUU kepada Komite Kebijakan Kabinet untuk dibahas dan disetujui Usulan dari
anggota
parlemen
3 Kertas hijau (dokumen untuk konsultasi dan diskusi publik untuk pribadi atau
dewan
mengusulkan proposal)
bangsawan
6 Pembacaan kedua RUU 'Bacaan' kedua RUU (debat substansial pertama; RUU diteliti)
8 Tahap laporan (Amandemen RUU diperdebatkan oleh DPR semua anggota parlemen
dapat mempertimbangkan amandemen)
12 Jika Bill tidak dibuang pada tahap sebelumnya, sekarang dapat menerima
Persetujuan Kerajaan – RUU menjadi UU Parlemen
Sumber : Blackmore (2003)
4.2 Pengenalan Masalah
Agar kebijakan disetujui dan diberlakukan, sebuah isu harus terlebih dahulu menjadi relevan
dan diidentifikasi sebagai sebuah masalah. Secara umum ada tiga cara di mana isu-isu
dapat masuk ke dalam agenda:
mengikuti tindakan oleh kelompok masyarakat yang mengarah pada gelombang opini
publik
diprakarsai oleh organisasi atau instansi terkait dengan masalah tersebut
oleh tokoh-tokoh politik kunci yang kemudian menggalang dukungan.
Selain itu, insiden-insiden kunci juga dapat menjadi pemicu untuk memperoleh dukungan dan
momentum bagi suatu kebijakan, terutama jika mendapat liputan media yang luas dan
memicu debat publik.
Contoh isu yang diangkat menjadi sebuah agenda / masalah adalah di Inggris, dimana
pemerintah Inggris seperti halnya negara maju lainnya telah mengidentifikasi obesitas
sebagai masalah utama dan dimasukkan dalam strategi nasional (DH 2008).
Tren saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2050 hampir 60% populasi Inggris akan
mengalami obesitas (Foresight Report 2008). Obesitas terkait dengan berbagai masalah
kesehatan termasuk hipertensi, diabetes, kadar kolesterol tinggi, asma, radang sendi dan
kesehatan yang buruk (Mokdad et al 2003). Efek kesehatan ini tidak hanya berdampak pada
kualitas hidup, tetapi memiliki implikasi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat secara
keseluruhan. Penyebab kelebihan berat badan dan obesitas sangat kompleks dan mencakup
peningkatan ketersediaan, pemasaran dan harga rendah makanan padat energi tinggi, dan
peningkatan penggunaan mobil dan kegiatan waktu senggang yang tidak banyak bergerak.
Strategi untuk mengatasi masalah ini, yang diadopsi oleh pemerintah Inggris dan Australia,
menekankan peran tanggung jawab individu terhadap kesehatan,dan pentingnya gaya hidup
individu dalam mengatasi masalah. Ada dimensi internasional yang meningkat di mana Uni
Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia dapat menetapkan perjanjian internasional.
Globalisasi mungkin menawarkan peluang baru untuk kerjasama dalam kesehatan
masyarakat, tetapi juga dapat menghambat kebijakan publik yang sehat. Globalisasi karena
itu memiliki efek ambigu pada tujuan nasional untuk makan sehat.