Disusun oleh:
12 MIPA 4
2024-2025
i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu,
saya ucapkan puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya,
hingga saya dapat menyusun makalah tentang “Ijtihad dan Bermazhab” yang
dapat terselesaikan tepat waktu
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada guru pembimbing
yang tak lelah untuk di ajak diskusi. Tentunya, saya tidak akan maksimal dalam
pembuatan makalah ini jika tidak mendapat dukungan dari beberapa pihak.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis,
saya berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih
baik. Di sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari
laporan penelitian yang saya susun. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus,
saya berharap semoga karya ilmiah yang telah disusun dapat memberikan manfaat
dan juga inspirasi pembaca.
siluneP
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I.................................................................................................. iii
1.1 Latar Belakang.............................................................................. iv
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... v
1.3 Tujuan............................................................................................ vi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, ijtihad diambil dari kata al-jahd atau al-juhd, yang
berarti al-masyaqat (kesulitan dan kesusahan) danath-thaqat (kesanggupan dan
kemampuan). Dengan kata lain, secara etimologis, ijtihad adalah
pengembangan segala kemampuan seseorang untuk mencapai sesuatu atau
melakukan suatu tindakan. Al-Quran mengatakan:
Ada juga arti lain dari ijtihad secara terminologi cukup beragam dan
dikemukakan oleh ulamaushul fiqih, tetap intinya tetap sama. Sebagai berikut:
vi
2. Al-Baidawi (w. 685 H), ahli Ushul Fiqh dari kalangan Syafi‟iyah
mendefinisikannya sebagai: “Pengerahan seluruh kemampuan dalam
upaya menemukan hukum-hukum syara”
3. Abu Zahra, ahli Ushul Fiqh yang hidup pada awal abab kedua puluh ini
mendefinisikan ijtihad sebagai: “Pengerahan seorang ahli fikih akan
kemampuannya dalam upaya menemukan hukum yang berhubungan
dengan amal perbuatan dari satu per satu dalilnya.” Pada definisi ketiga
ini, ditegaskan bahwa pihak yang mengerahkan kemampuannya itu adalah
ahli fikih, yaitu mujtahid, dan tempat menemukan hukum-hukum itu
adalah dalil-dalilnya. Pada definisi pertama dan kedua hal seperti ini tidak
ditegaskan karena dianggap sudah dimaklumi bahwa orang yang akan
melakuka ijtihad itu mestilah ahli fikih atau mujtahid. Demikian pula pada
definisi kedua dan ketiga, tidak ditegaskan bahwa kesimpulan-kesimpulan
fikih yang akan ditemukan oleh kegiatan ijtihad itu hanya sampai ke
tingkat zhanni (dugaan kuat), sebagaimana ditegaskan pada definisi kedua,
karena sudah dimaklumi.
vii
Syafi'i mengenai mengusap bagian kepala, kuatnya pendapat
Hanafi mengenai pengertian menyentuh wanita, dan kuatnya
pendapat bahwa tidak batal wudu karena tertawa dalam salat dan
lain sebagainya
4. Umat Islam dapat memahami sebab dari perbedaan pendapat
mengenai hukum sesuatu dengan mengetahui dalil yang mereka
gunakan. Dan masih banyak manfaat lainnya.
Hadis ini bukan hanya memberi legalitas ijtihad, akan tetapi juga
menunjukkan kepada kita bahwa perbedaan-perbedaan pendapat hasil ijtihad
bisa dilakukan secara individual (ijtihad fardi) yang hasil rumusan hukumnya
tentu relatif terhadap tingkat kebenaran.
viii
D. Tingkat Mujtahid
Mujtahid adalah sebutan untuk orang yang bisa mengenal dan menggali
hukum Islam secara langsung melalui nash-nash Alquran dan sunnah. Seorang
mujtahid memiliki pengetahuan dan kapabilitas khusus dalam melakukan ijtihad.
Menurut Wahbah Az-zuhaili dalam buku Studi Awal: Perbandingan antara
Mazhab dalam Fiqih, tingkatan mujtahid bisa dibedakan menjadi empat kelompok
dengan tugas dan fungsi yang berbeda. Tingkatan tersebut ada mujtahid mustaqil,
mutlak ghairu mustaqil, takhrij, dan tarjih.
ix
E. Syarat Mujtahid
x
Sedangkan menurut Wael B. Hallaq, sebagian dari syarat itu berkaitan
dengan akumulasi keahlian dalam berbagai bidang keilmuan. Dalam hal ini ia
menyebut enam syarat:
xi
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Ijtihad adalah upaya jujur untuk mempelajari dan memahami hukum Islam
serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan
berbagai metode dan syarat-syarat yang ditentukan. Tujuan Ijtihad adalah untuk
memenuhi kebutuhan akan hukum, mengingat permasalahan manusia yang
semakin hari semakin kompleks, maka diperlukan hukum Islam sebagai
solusinya. Lalu juga ada manfaat yang sudah dibahas dari ijtihad yaitu,
memudahkan ulama-ulama yang tidak mampu merumuskan kaidah-kaidah ijtihad
untuk melakukan ijtihad, mengetahui dasar hukum, memudahkan umat Islam
dalam memilih mana hasil ijtihad yang menurutnya paling kuat dalilnya, dan umat
Islam dapat memahami sebab dari perbedaan pendapat. Serta, ada beberapa
tingkatan yang ada pada mujtahid, terdapat empat yaitu, mujtahid mustaqil,
mutlak ghairu mustaqil, takhrij, dan tarjih.
2.2 Saran
xii
DAFTAR PUSTAKA
Februari 2024
https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur/article/download/21/20/.
xiii