Anda di halaman 1dari 2

Tata Cara Khitbah

Mengutip buku Panduan Lengkap Muamalah oleh Muhammad Al-Baqir, berikut merupakan
tata cara khitbah yang dapat dilakukan.

1. Jika telah tercapai kata sepakat antara kedua calon dan keluarganya, tentukan tanggal
tertentu untuk meminang serta berkunjung ke rumah keluarga calon wanita.
2. Mengisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, shalawat Nabi Muhammad dan
sebagainya dengan harapan agar hajat mereka akan mendapat keberkahan dari Allah.
3. Orang yang ditunjuk dari pihak keluarga peminang mengucapkan beberapa kata yang
mengandung permintaan agar pinangan dapat diteirma dengan baik oleh keluarga
perempuan.
4. Salah seorang dari pihak keluarga calon istri mengucapkan sepatah dua kata sebagai
jawaban yang berisi persetujuan atas pinangan tersebut.
5. Khitbah selesai dan ditutup dengan pembacaan doa serta surat Al Fatihah

Dua Syarat bagi Seseorang yang Akan Dikhitbah


Merujuk pada Buku Fikih Munakahat, terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh
seseorang yang ingin dikhitbah. Antara lain sebagai berikut:

1. Tidak Berada dalam Khitbah Lain


Syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan dikhitbah ialah dia tidak berada
dalam pinangan orang lain. Nabi Muhammad bersabda dalam sebuah hadits,

"Janganlah seseorang di antara kamu meminang seseorang yang dipinang saudaranya,


sehingga pinangan sebelumnya meninggalkannya dan mengizinkannya," (HR Bukhari dan
Muslim).

2. Tidak Ada Halangan Syar'i untuk Dinikahi


Perempuan atau laki-laki tidak memiliki halangan syar'i untuk dinikahi. Contoh dari larangan
syar'i itu ialah memiliki hubungan darah, kerabat, atau sepersusuan dengan pihak yang
mengkhitbah.

Kemudian, jika ia tidak beragama Islam maka tidak diperbolehkan untuk dikhitbah. Selain
itu, laki-laki yang memiliki empat orang istri juga tidak diizinkan.

Perempuan yang masih berstatus sebagai istri dari orang lain serta perempuan yang sedang
dalam masa iddah juga termasuk ke dalam halangan syar'i.

Dasar Hukum Khitbah


Masih dari Buku Fikih Munakahat, mayoritas fuqaha menyatakan khitbah menjadi syariat
Islam. Namun, seseorang tidak wajib melakukan khitbah sebelum menikah karena tidak ada
dalil dalam Al-Qur'an atau sunnah yang menunjukkan secara eksplisit kewajiban melakukan
khitbah.

Oleh karenanya, khitbah tidak bisa disebut sebagai bagian dari rukun nikah. Islam
menjadikan khitbah sebagai perantara untuk mengetahui sifat-sifat perempuan yang dicintai
sehingga laki-laki tenang terhadapnya, begitu pula dengan perempuan yang ingin mengenali
sifat calon suaminya kelak.

Hukum khitbah ada dua, yaitu jaiz dan haram. Jaiz artinya diperbolehkan apabila
perempuan yang akan dipinang tidak dalam status perkawinan dengan orang lain dan tidak
dalam masa iddah. Ini sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 235,

‫َو اَل ُج َن اَح َع َلْي ُك ْم ِفيَم ا َعَّر ْض ُتم ِبِهۦ ِمْن ِخ ْط َبِة ٱلِّن َس ٓاِء َأْو َأْك َن نُتْم ِفٓى َأنُفِس ُك ْم ۚ َع ِلَم ٱُهَّلل َأَّنُك ْم َس َت ْذ ُك ُر وَن ُهَّن َو َٰل ِكن اَّل ُتَو اِع ُد وُهَّن ِس ًّر ا ِإٓاَّل َأن‬
‫َٰت‬
‫َت ُقوُلو۟ا َق ْو اًل َّمْع ُروًف اۚ َو اَل َت ْع ِز ُمو۟ا ُع ْق َد َة ٱلِّن َك اِح َح َّتٰى َي ْب ُلَغ ٱْلِك ُب َأَج َلُهۥۚ َو ٱْع َلُم ٓو ۟ا َأَّن ٱَهَّلل َي ْع َلُم َم ا ِفٓى َأنُفِس ُك ْم َف ٱْح َذ ُروُهۚ َو ٱْع َلُم ٓو ۟ا َأَّن ٱَهَّلل‬
‫َغ ُفوٌر َح ِليٌم‬

Arab latin: Wa lā junāḥa 'alaikum fīmā 'arraḍtum bihī min khiṭbatin-nisā`i au aknantum fī
anfusikum, 'alimallāhu annakum satażkurụnahunna wa lākil lā tuwā'idụhunna sirran illā an
taqụlụ qaulam ma'rụfā, wa lā ta'zimụ 'uqdatan-nikāḥi ḥattā yablugal-kitābu ajalah, wa'lamū
annallāha ya'lamu mā fī anfusikum faḥżarụh, wa'lamū annallāha gafụrun ḥalīm

Artinya: "Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui
bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan
janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)
perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk berakad nikah,
sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada
dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun,"

Sementara itu, haram hukumnya jika perempuan yang ingin dipinang dalam status
perkawinan, telah dipinang lebih dulu oleh orang lain dan dalam masa iddah. Baik itu iddah
talak raj'i, talak bain, ataupun karena ditinggal mati suaminya.

Demikian informasi mengenai tata cara khitbah dan pembahasan terkaitnya.

Anda mungkin juga menyukai