Anda di halaman 1dari 13

Para pakar ekonomi barat telah mencoba untuk menyembunyikan

pemikiran keuangan dari muslimin arab dari pemikiran keuangan


modern untuk menunjukkan seolah-olah pemikiran keuangan
modern hanyalah pemikiran dari barat. Begitu juga para pemikir
keuangan arab tidak menunjukkan peran pentingnya pemikiran
tersebut dikalangan muslimin arab secara tepat.

Dan tulisan-tulisan mengenai ekonomi yang muncul dari sejarah


negara islam tidak hanya sekedar teori atau hipotesis, bahkan
tulisan-tulisan tersebut memiliki kesesuaian dengan keadaan negeri
islam dengan kebijakan fiskal dan moneternya. Dan tidak ada
pertentangan antara sistem ekonomi pada saat itu dengan islam
yang memang mengatur seluruh sektor kehidupan.

Dan pada tulisan ini kita akan sedikit mengetahui bagaimana


pemikiran ekonomi dan keuangan dari al-maqrizi yang berkontribusi
dalam mengatasi krisis ekonomi dan menghadirkan kestabilan
moneter, ekonomi, dan sosial. Dan akan dijelaskan juga bahwa
pemikiran al-Maqrizi juga telah mendahului pemikiran Irwing Fisher.

Begitu juga dalam tulisan ini kita akan mengetahui metodologi


analisa inflasi keuangan dari al-maqrizi dan fisher dan menjelaskan
sebab-sebabnya serta menghadirkan solusi yang tepat untuk
mengatasi inflasi, dan telah terungkap dalam studi bahwa kontribusi
ulama kaum muslimin terdahulu dalam ekonomi islam telah
mencapai 350 buku dari 282 penulis.

KONTRIBUSI PAKAR EKONOMI ARAB

Sesungguhnya setiap tulisan mengenai sejarah pemikiran ekonomi


harus mencakup kontribusi pakar ekonomi barat dan muslim.Dan
diantara beberapa pemikir tersebut adalah abu yusuf, yang menulis
dalam tema al-kharaj, Yahya bin Adam yang menulis tentang tema
yang sama dengan judul kitab yang sama, dan buku-buku yang ditulis
oleh Abdurrahman Ibnu Khaldun (1332-1406 M) yang mencakup
aspek-aspek kegiatan ekonomi yang disebut juga dengan wujuh al-
maasy (cara-cara mendapatkan penghasilan), dan yang paling jelas
dari pemikiran ekonomi arab adalah tulisan al-Maqrizi dalam sektor
moneter serta tulisannya dalam krisis pangan dan sebab-sebabnya
baik yang bersifat alami maupun sosial, sebagian sebabnya bersifat
politik yang berupa jeleknya manajemen dan sebagian lainnya
bersifat ekonomi dalam bentuk peningkatan beban produksi dan
peningkatan jumlah uang beredar.

INFLASI KEUANGAN MENURUT PARA PAKAR EKONOMI

Kenaikan tingkat harga umum secara berkelanjutan, atau yang


disebut inflasi keuangan dalam ilmu ekonomi sesungguhnya bukan
hal baru yang menimpa mata uang kertas saja, bahkan studi dalam
sejarah uang dan ekonomi menunjukkan bahwa inflasi sudah terjadi
sejak lahirnya sistem uang.

Inflasi keuangan sendiri memiliki beberapa definisi yang


menunjukkan berbagai macamnya pandangan ekonomi dalam
menafsirkan arti inflasi dan karakteristiknya, diantara beberapa
definisi tersebut adalah :

1. Inflasi keuangan : kenaikan tingkat harga umum secara


berkelanjutan

Dan definisi inilah yang paling umum dan paling banyak tersebar
dikalangan ahli ekonomi

2. Inflasi keuangan : kenaikan yang jelas pada jumlah uang


Dan definisi ini dibangun diatas dasar bahwa variable terpenting
dalam penentuan tingkat harga adalah jumlah uang, maka kenaikan
jumlah uang itulah yang menjadi asas inflasi, dan pandangan inilah
yang diketahui dalam ilmu ekonomi sebagai teori kuantitas uang.
Dan inilah yang diibaratkan oleh para ahli ekonomi dengan : (uang
yang banyak menghadapi barang yang sedikit)

3. Inflasi keuangan : pergerakan naik dalam harga yang bersifat


berkelanjutan yang berasal dari kelebihan permintaan diatas
daya penawaran.

Dan definisi ini menggabungkan antara 2 definisi sebelumnya dan


memiliki perbedaan dari 2 definisi diatas sebagai berikut:

a. Kenaikan harga yang bisa disifati sebagai inflasi adalah kenaikan


yang terus-menerus,karena karakteristik inflasi adalah kenaikan
harga –kumulatif
b. Sebab yang menyebabkan inflasi keuangan adalah kenaikan
permintaan atas konsumsi barang dan jasa atau
investasi.kenaikan yang melampaui daya penawaran total,dank
arena hal ini terjadi kenaikan harga yang akhirnya berujung
kepada inflasi.

Dan definisi ini juga menjelaskan tentang kesenjangan antara


peningkatan jumlah uang yang beredar dan jumlah barang dan jasa
yang tersedia di pasar, maka dari itu inflasi adalah hasil dari
perbedaan ini,dan kenaikan harga adalah indikatornya. Maka inflasi
adalah penurunan nilai riil mata uang apa saja jenisnya seperti emas,
perak, kertas, logam dan lain sebagainya. Maka hal ini membuat
beberapa pakar mendefinisikan inflasi sebagai penurunan nilai riil
mata uang.
Dan inflasi disertai dengan fenomena yang disebut dengan “money
deception” dimana kebanyakan orang tidak mengetahui dalam
transaksi keuangannya perbedaan antara nilai nominal dan nilai riil
mata uang. Maka banyak sekali orang yang senang dengan nominal
uang yang besar yang berhasil ia dapatkan dari transaksi tertentu
seperti jual beli ataupun sewa dan mereka tidak tahu bahwa
sebenarnya tingkat harga umum telah naik baru-baru ini ataupun
akan naik dikemudian hari yang menjadikan nilai riil atau daya beli
uang menjadi lemah atau lemah sekali.

Dan lawan dari inflasi dalam ilmu ekonomi adalah deflasi, dan deflasi
adalah “penurunan harga secara mendadak dan penurunan nilai
mata uang secara mendadak”. Dan hal ini menyebabkan penurunan
tingkat pergerakan ekonomi, yang biasanya bersamaan dengan
peningkatan jumlah pengangguran, penurunan tingkat produksi, dan
melemahnya konsumsi dan pembelian.

SIAPAKAH AL MAQRIZI

Taqiyyuddin Ahmad bin Ali al-Maqrizi adalah salah satu penulis yang
pertama kali berbicara tentang pengaruh kebijakan moneter
terhadap keadaan ekonomi dan social (inflasi dan harga), dan pakar
pertama yang mengkaitkan antara kebijakan moneter dan
pergolakan ekonomi (krisis dan kesulitan pangan) yang membuatnya
dijuluki Abu an-Nuqud (bapak ilmu keuangan), dan al-Maqrizi
memiliki perhatian terhadap krisis ekonomi terutama yang terjadi
pada dunia islam di tahun 1392-1404 M.

ANALISA KEUANGAN MENURUT AL-MAQRIZI:

Salah satu kitab al-Maqrizi yang berjudul “ighatsatul ummah fi kasyfil


ghummah” menjelaskan tentang sejarah inflasi dan kenaikan harga
di mesir serta menganalisa dan menjelaskan sebab dan pengaruhnya,
kata al-ghummah sendiri bermakna hyperinflation yang menyerang
mesir ketika al-Maqrizi hidup, dan al-Maqrizi menginginkan
analisanya untuk membedakan antara sebab inflasi struktural dan
moneter, dan sebab inflasi yang berkaitan dengan kebijakan umum.

Adapun sebab yang bersifat struktural maka yang paling penting


adalah penurunan tingkat produksi pertanian dan peternakan, dan
penyebab paling penting dari penurunan tingkat produksi tersebut
adalah menurunnya debit air sungai nil kemudian monopoli yang
mengambil keuntungan dari menurunnya produksi pertanian
kemudian suap kepada aparat pemerintahan terutama kepada
muhtasib (pengawas pasar).

Adapun sebab yang berkaitan dengan kebijakan umum maka


berbentuk lemahnya ketegasan pemerintah dalam mengatasi
monopoli dan suap sampai mereka tidak berani melakukannya. Dan
permasalahan utama dalam inflasi tersebut-menurut al-Maqrizi bisa
diringkas sebab-sebabnya dari :

a. Sisi Penawaran : menurunnya jumlah produk pertanian yang


disebabkan lesunya sektor pertanian,maka tingginya nilai sewa lahan
berbentuk uang yang dibebankan kepada para petani dan banyaknya
pajak dan retribusi yang dikenakan mempersulit petani, begitu juga
pengaruh pejabat dan tuan tanah dalam bahan pangan pokok dan
monopoli sebagian pedagang meningkatkan harga produk makanan
dan kebutuhan produksi, terutama benih dan pakan ternak,maka
para petani tidak bisa melanjutkan pertanian dan hewan ternak pun
mati yang mengakibatkan mereka kabur dan meninggalkan tanah
pertaniannya karena tidak mampu menanggung beban keuangan
yang dibebankan oleh para pejabat yang terus menaikkan pajak
tanah.
b. Sisi Permintaan : buruknya manajemen moneter negara yang
menyebabkan meningkatnya jumlah uang beredar setelah negara
meresmikan penggunaan al-fulus (setiap mata uang logam selain
emas dan perak), dan jenis uang ini tidak bisa dibatasi peredarannya
karena logam yang digunakan relatif lebih banyak persediaannya
dibandingkan emas dan perak, dan pihak regulator sektor keuangan
menemukan bahwa dengan menerbitkannya dan menghadirkannya
untuk masyarakat bisa menjadi sumber pembiayaan yang murah.

Al-imam as-Sarkhasi mengibaratkan hal ini dalam perkataannya:


”Sesungguhnya sifat mata uang dalam al-fulus uang selain emas dan
perak bergantung kepada kebiasaan manusia, adapun emas dan
perak sudah diciptakan sebagai mata uang dari asal penciptaannya”,
dan hal ini penting, karena emas dan perak sudah memiliki fungsi
penggunaan nyata sendiri disamping fungsinya sebagai mata uang
dan daya belinya sebagai mata uang,maka perubahan yang terjadi
pada emas dan perak tidak serta-merta mempengaruhi pemiliknya
dan kelangsungan ekonomi negara, adapun uang lainnya maka tidak
memiliki nilai pada aslinya, dan hal tersebut mempengaruhi efisiensi
mata uang tersebut dalam melaksanakan fungsinya sebagai mata
uang. Hal tersebut terjadi karena emas dalam kondisinya dianggap
sebagai mata uang dan juga komoditas yang memiliki nilainya
sendiri, maka perubahan dalam daya beli emas akan mempengaruhi
harga emas sebagai komoditas dengan tingkat yang sama dan
akhirnya menghadirkan stabilitas daya belinya dan tidak terjadinya
perubahan yang besar yang bisa mempengaruhi fungsinya sebagai
mata uang.

Adapun uang selain emas atau yang tidak berkaitan dengan emas,
maka kedudukannya sebagai harta sangat bergantung kepada
kedudukannya sebagai mata uang yang tentunya bergantung kepada
masyarakat apakah mereka menerima hal tersebut sebagai mata
uang atau tidak dan bukan bergantung kepada nilai penggunaan
nyata dari barang mata uang tersebut, yang akhirnya akan
menyebabkan pergolakan dalam daya beli mata uang tersebut, dan
teori dalam ekonomi modern yang menyebutkan hubungan antara
bahan baku uang dengan daya belinya dan efisiensinya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai mata uang telah disebutkan oleh
para ulama muslimin sejak dahulu kala.

AL-MAQRIZI DAN FENOMENA INFLASI

Al-Maqrizi menyebutkan bahwa inflasi adalah fenomena lama, dan


telah terjadi di mesir pada zaman Nabi Yusuf ‘alaihissalam pada
periode 7 tahun sulit yang akhirnya menyebabkan masyarakat
memakan persediaan pangan yang mereka punya, kesemuanya
dengan nikmat Allah yang membuat Yusuf ‘alaihissalam sebagai
menteri dan mengurus urusan mereka dan membantu mereka keluar
dari masa-masa krisis. Dan inflasi juga terjadi dimasa Nabi Musa
‘alaihissalam ketika Allah mengirimkan adzab kepada masyarakat
mesir karena kedzaliman mereka kepada diri mereka dalam bentuk
jangkrik, darah, penyakit lainnya yang akhirnya menyebabkan
kenaikan harga dengan sangat signifikan. Namun semua fenomena
ini menurut al-Maqrizi tidak bisa dibandingkan dengan apa yang
terjadi di Mesir pada zamannya disebabkan berlebihan dalam
peningkatan jumlah uang beredar, dan dengan fenomena tersebut
al-Maqrizi telah mengungkap penyebab hyperinflation sebelum
pakar-pakar lainnya. Dan penambahan uang yang beredar pun hanya
dimaksudkan untuk memenuhi keinginan para pembesar dan
penguasa dalam pembangunan kastil dan istana,bermegah-megahan
dan penambahan jumlah tentara, namun para penguasa tidak bisa
menambahkan jumlah dinar dan dirham karena emas dan perak
logam langka. Maka para penguasa tersebut mengarah kepada
penambahan jumlah al-fulus yang dibuat dari tembaga dan
perunggu (yang bisa diketahui dengan uang bernominal kecil). Maka
akhirnya mesir pun mengimpor logam ini dengan jumlah yang besar
dan akhirnya lembaga pencetakan uang mencetak al-fulus secara
terus menerus yang akhirnya menyebabkan pertambahan jumlah al-
fulus tidak bisa diimbangi dengan pertumbuhan jumlah barang yang
berujung pada kenaikan harga secara signifikan.

Disebabkan hal tersebut menurunlah daya beli al-fulus secara


signifikan yang menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada al-fulus sebagai mata uang dan tidak lagi bertransaksi
dengannya, berkata al-Maqrizi :”Mereka menjadikan beberapa
benda sebagai mata uang dalam bertransaksi, dan sebagian orang
menggunakan cangkang kerang atau siput sebagai mata uang”. Hal
ini juga terjadi pada 1920-an ketika jermah terlalu banyak mencetak
rentenmark yang akhirnya menyebabkan hyperinflation, yang
kemudian menghilangkan daya belinya dan kepercayaan masyarakat
dalam bertransaksi dengannya.

Agar ekonomi bisa berjalan seimbang antara sektor riil dan sektor
moneter maka harus ada sikronisasi dan koordinasi antara kedua
sektor tersebut-bahwa setiap pergerakan sektor keuangan harus
diimbangi dengan pergerakan disektor riil-jika tidak terjadi hal
tersebut maka akan terjadi penggunaan uang secara tidak tepat yang
pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan dan cacat dalam
sistem ekonomi, maka kenaikan jumlah uang secara tidak wajar
tanpa kenaikan yang sama dari barang dan jasa akan mengakibatkan
inflasi yang tidak diinginkan, begitu juga sebaliknya, penurunan
jumlah uang yang tidak wajar dan tidak berimbang dengan jumlah
barang dan jasa akan mengakibatkan deflasi yang tentunya juga tidak
diinginkan. Kedua hal tersebut adalah cacat dalam sistem ekonomi.
Dan hal inilah yang diserukan oleh al-Maqrizi dengan tidak
meremehkan perbaikan sektor riil, maka ia menyerukan perbaikan
manajemen dan pemberhentian sistem pajak tanah pada saat itu
dimana pada saat itu pembesar tanah dan pejabat membayar
sejumlah uang yang besar kepada kas negara untuk mendapatkan
hak menarik pajak tanah dari para petani, yang membuat mereka
ditambah dengan ketamakan mereka menarik pajak tanah yang
tinggi dari para petani dan mengambil untung dari selisih antara total
pajak tanah yang terkumpul dan dana yang harus dibayarkan kepada
kas negara)karena sistem inilah yang dianggap al-Maqrizi membunuh
perekonomian pedesaan dan merusak perekonomian wilayah
lainnya, dan al-Maqrizi berkeyakinan bahwa perbaikan manajemen
adalah syarat bagi hidupnya ekonomi perdesaan dan pertanian, dan
ini adalah cara pandang yang dikedepankan dalam analisa al-Maqrizi,
maka ia berpendapat bahwa fokus kepada penawaran dan
elastisitasnya menjadi sebagian penyelesaian untuk masalah inflasi.

Dan sebab-sebab yang dijelaskan al-maqrizi dalam masalah inflasi


adalah :

a. Unsur kerusakan akhlaq yang berbentuk suap kepada pejabat yang


membuat para penyuap tersebut bebas memonopoli pasar dan
menaikkan harga tanpa hukuman

b. Tambahan pajak yang terus dikenakan oleh para pejabat kepada


petani yang akhirnya menambah beban produksi pertanian dan
akhirnya menaikkan harga

c. Kenaikan jumlah al-fulus tanpa pertimbangan yang matang, dan


hal ini menjadi sebab paling penting yang menyebabkan berat dan
berlarutnya inflasi. Dan ini adalah pukulan untuk sistem “uang
murah” dan menguatkan pendapat bahwa sistem uang emas
menjamin terhindarnya ekonomi dari hyperinflation.
Dan bila kita membandingkan apa yang ditulis oleh al-Maqrizi di abad
ke-15 masehi dan teori modern tentang sebab-sebab inflasi maka
kita menemukan bahwa al-Maqrizi telah lebih dahulu menjelaskan
bahaya kenaikan jumlah uang secara terus menerus yang tidak
dibatasi dan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
penguasa, namun disisi lain ia tidak mengesampingkan faktor-faktor
struktural seperti monopoli dan kerusakan akhlaq dalam kenaikan
harga secara umum, begitu juga ia tidak mengesampingkan sebab-
sebab yang terjadi secara berkala seperti kekurangan sumber daya
air yang terjadi pada periode tertentu. Dan faktor-faktor struktural
ini memiliki urgensi yang besar di beberapa negara berkembang.

Adapun pengaruh dan akibat dari inflasi adalah penurunan tingkat


kehidupan faqir sampai kematian, dan penurunan taraf hidup
seluruh pemilik pendapatan tetap dan petani yang pendapatannya
tidak berubah banyak, adapun aparat hukum yang mencetak
sejumlah besar al-fulus pun juga merugi, dan dalam surat Fathir ayat
43 :

)‫(و ال يحيق المكر السيئ إال بأهله‬


“dan makar buruk itu hanya akan menimpa perencananya”

Dan pengaruh inflasi muncul ketika suatu transaksi bisnis dilakukan


pada suatu waktu kemudian diselesaikan dan dilakukan evaluasi
ulang terhadap nilainya diwaktu ketika daya beli uang menurun dan
harga naik, dan hal itulah yang mempengaruhi ekonomi secara global
dan tidak langsung, dan hal itu juga mempengaruhi secara langsung
hubungan antar pihak yang bertransaksi, seperti hak dan kewajiban
berkaitan dengan hutang, lalu ketidakmampuan pemilik pendapatan
tetap dalam memenuhi kebutuhannya, kemunculan keuntungan
yang semu,penurunan nilai modal dalam proyek ekonomi,
ketidakadilan dalam pembagian keuntungan diantara para serikat,
serta pengaruh lainnya, maka dengan demikian harus dilakukan
perhitungan resiko penurunan daya beli uang untuk mengatasi
masalah ini, dan penentuan siapa yang harus menanggungnya dari
kedua belah pihak, dan bersiap-siap untuk menghindari resiko ini
sebelum terjadi dan lainnya dari cara-cara manajemen resiko.

Dan dari hal-hal yang disebut diatas ada 2 pengaruh inflasi yang
sangat berbahaya :

1. Distribusi sumber daya ekonomi yang semakin menjauh dari


distribusi yang optimal, dan hal ini mempengaruhi secara negative
terhadap pertumbuhan GDP.

2.distribusi pendapatan riil yang tidak berkaitan dengan efisiensi


ekonomi dan keadilan sosial

Dan penjelasannya adalah sebagai berikut :

Distribusi sumber daya ekonomi : Cacat pertama dalam distribusi


sumber daya ekonomi yang disebabkan inflasi adalah bahwa semua
aset yang memiliki return yang tetap akan kehilangan urgensinya dan
daya tariknya di mata masyarakat. Dan hal ini disebabkan karena
pribadi maupun perusahaan yang menjadikan aset-aset seperti ini
untuk menyimpan kekayaan atau berinfestasi dengannya dengan
berharap return tetap akan menghadapi resiko penurunan nilai riil
returnnya bersamaan dengan terus berlanjutnya inflasi. Dan contoh
hal tersebut adalah obligasi dengan fixed return, perumahan, tanah
pertanian yang memiliki upah tetap dan disewa jangka panjang, dan
masyarakat akan condong untuk menyimpan hartanya dengan
pembelian aset riil yang akan naik harganya bersamaan dengan
inflasi seperti perhiasan, emas, apartemen, tanah namun tidak
disewakan dan tidak dipakai, dan semua hal ini mengarah kepada
buruknya distribusi sumber daya pembiayaan.
Dan al-Maqrizi mencoba untuk menghadirkan solusi terhadap
peningkatan jumlah uang beredar, maka ia mengusulkan untuk
penggunaan mata uang berasas logam mulia saja agar jumlahnya
bisa dikontrol.

Dan al-Maqrizi juga memiliki pandangan agar mata uang hanya


dibatasi pada 1 logam saja (emas atau perak) dan menjauhi tembaga
(karena hal itu bisa menghilangkan peredaran mata uang logam
mulia) sebagaimana al-Maqrizi juga berpendapat bahwa perak
memiliki nilainya sendiri sebagai barang dan bukan hanya sebagai
mata uang. Dan nilai riil perak sebagai barang berbeda dari nilai
nominalnya sebagai mata uang, dimana hal itu akan memotivasi
pemiliknya untuk menggunakannya dalam penggunaan lain selain
uang.

Dan dengan ini kita bisa mengambil kesimpulan dengan objektif


bahwa al-Maqrizi juga meletakkan pondasi Hukum Gresham dan
kaidah emas.

Sesungguhnya perhatian al-Maqrizi terhadap kebijakan moneter


dalam struktur ekonomi makro menjadikannya sebagai salah satu
pelopor pemikiran ekonomi keuangan sampai saat ini, dan cabang
ekonomi tersebut baru diperhatikan sejak kuartal pertama abad ke-
20 dimulai dari para penulis asal Swiss lalu berlanjut ke John
Maynard Keynes yang pemikirannya mengubah ilmu ekonomi yang
akhirnya berakhir kepada ekonom-ekonom Chicago School yang
diketuai oleh Milton Friedman.

Sumber :

https://www.aliqtisadalislami.net/‫وفي‬-‫المقريزي‬-‫عند‬-‫وآثاره‬-‫النقدي‬-‫التضخم‬/

Anda mungkin juga menyukai