Anda di halaman 1dari 15

MISI DAKWAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Tafsir Dakwah”

Dosen Pengampu:

Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I

Kelas : B4
Disusun oleh kelompok 3
Maulidya Safitri (04040323110)
Indah Mariyatus Solikah (04040323102)
Jingga Aprelia (04040323105)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta anugerah
dari-Nya, kami bisa menyelesaikan penulisan makalah kami dengan judul Misi dakwah ini.
Salawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yakni agama Islam.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca makalah ini
agar selanjutnya dapat kami lakukan revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa
makalah yang telah kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan. Kami haturkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu
kami selama proses penyusunan hingga rampungnya makalah ini, terutama kepada ibu Dr.
Ragwan Albaar, M.Fil.I yang telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah Tafsir
Dakwah.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami sangat berharap agar makalah yang telah
kami susun ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Surabaya, 28 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN: MISI DAKWAH................................................................................3
A. Q.S. Al-baqarah: 208.............................................................................................................3
1. Mufrodat ( kosa kata)...............................................................................................................3
2. Asbabun Nuzul.........................................................................................................................3
3. Tafsir........................................................................................................................................4
4. Analisis Ayat............................................................................................................................7
5. Kesimpulan..............................................................................................................................7
B. Q.S. Al-an’am:79.....................................................................................................................7
1. Mufrodat (Kosa kata)...............................................................................................................8
2. Tafsir........................................................................................................................................8
3. Analisis ayat...........................................................................................................................10
4. Kesimpulan............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur'an adalah kalam Allah, yang sekaligus merupakan mukjizat, yang
diturunkan kepada Muhammad Saw. yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-
tawâtur (langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf.
Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah
meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala
aspeknya.
Surat “al-Baqarah” yang terdiri dari 286 ayat ini diturunkan oleh Allah s.w.t
kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk disampaikan kepada umatnya, di saat beliau sudah
berada di Madinah. dan sebagian besar ayat-ayat tersebut diturunkan pada permulaan
tahun hijriyah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji Wadaa’ (Haji Nabi
Muhammad s.a.w. yang terakhir). Surat al-Baqarah juga merupakan surat yang
terpanjang di antara surat-surat Al-Qur’an dan yang di dalamnya terdapat pula ayat yang
terpanjang yaitu Ayat 282. Surat ini dinamakan “Al-Baqarah” karena di dalamnya
disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada bani Israil
(ayat 67 sampai dengan 74), di mana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Al-
Baqarah juga disebut “Fusthaathul Qur’an” (puncak al-Qur’an) karena memuat beberapa
hukum tatanan umat Islam dalam beribadah kepada Allah s.w.t. dan tata cara
berkomunikasi dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia (mu’amalat), aturan-
aturan tersebut tidak disebutkan dalam surat yang lain. Selain kedua sebutan nama
tersebut yang dimiliki surat al-Baqarah, ia juga dinamai surat “alif-laam-miim” karena
surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.
Surat al-An‟am berarti surat yang dinamai “Binatang Ternak”, adalah surat 6
dalam susunan mushaf. diturunkan di Makkah. Abu Ishaq al-Asfaraini berkata:
“Sesungguhnya di dalam surat alAn‟am terdapat tiang-tiang pokok Akidah Tauhid.” Dan
beliau berkata selanjutnya: “Penyususnan ini dan keletakan surat ditempatnya yang
sekarang, sesudah surat al-Maidah adalah tepat benar. Sebab akhir surat dari surat al-
Maidah adalah pembatalan kepercayaan Nasrani yang mengatakan bahwa Isa al-Masih

1
anak Allah atau Allah sendiri, yang telah ditegur dengan keras dan dijelaskan bahwa
kepercayaan itu kufur adanya dan sangat kacau.Di dalam surat ini dijelaskan bagaimana
sikap Nabi Ibrâhîm as. dalam mengajarkan akan pendidikan keimanan kepada kaum dan
ayahnya yang menyembah berhala. Kemudian Allah swt. memperlihatkan kepada Nabi
Ibrâhîm as. akan kekuasaan-Nya Yang Maha Agung segala yang ada di langit dan
dibumi, dengan adanya ciptaan Allah swt. tersebut dapat dijadikan pelantara untuk
memperteguh keimanannya. Oleh karena itu, di dalam Q.S. al-An‟am ini dijelaskan
bagaimana cara Nabi Ibrâhîm as. dalam mengajarkan kepada kaumnya agar bertauhid
kepada Allah swt. yang menurut penulis ini sangat penting dijadikan sebagai rujukan
dengan mencontoh kepada Nabi Ibrâhîm as. dalam mendidik kaumnya

B. Rumusan Masalah
1. Surat dan terjemahan dari surat Al-baqarah: 208 dan Al-an’am:79
2. Mufrodat (kosa kata) surat Al-baqarah: 208 dan Al-an’am:79
3. Asbabun Nuzul surat Al-baqarah dan Al-an’am
4. Tafsir surat Al-baqarah: 208 dan Al-an’am:79
5. Analisis ayat surat Al-baqarah: 208 dan Al-an’am:79

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mengenai isi dari surat Al-
baqarah: 208 dan Al-an’am:79 Selain itu penulis juga mengharapkan dengan adanya
makalah ini maka pembaca akan lebih memahami tentang apa yang ditulis dalam
makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
MISI DAKWAH
(Qs. Al-baqarah: 208 dan Al-an’am:79)

A. Q.S. Al-baqarah: 208


)208( ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْد ُخ ُلْو ا ِفى الِّس ْلِم َك ۤا َّفًۖة َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam Secara keseluruhan, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.”
(Q.S. Al-baqarah: 208)1

1. Mufrodat ( kosa kata)


Terjemahan Lafadz
Wahai orang-orang yang beriman ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا‬
masuklah ‫اْد ُخ ُلْو ا‬
Ke-dalam Islam ‫ِفى الِّس ْلِم‬
( Secara ) keseluruhan ‫َك ۤا َّفًۖة‬
Dan janganlah kamu ikuti ‫َّو اَل َتَّتِبُعْو ا‬
Langkah- langkah setan ‫ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن‬
Sungguh ia ‫ِاَّنٗه‬
Bagimu ‫َلُك ْم‬
(adalah) musuh ‫َع ُد ٌّو‬
Yang nyata ‫ُّم ِبْيٌن‬

2. Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, "Abdullah bin Salam,
Tsalabah, Ibnu Yanin, Asad bin Kaab, Usaid bin Ka'ab, Sa'ad bin Amr, dan Qais bin
Zaid adalah orang-orang Yahudi. Pada suatu hari, mereka berkata kepada Rasulullah
saw., 'Wahai Rasulullah, hari Sabtu adalah hari yang kami agungkan. Biarkanlah

1
At-Thayyib, Al-Qur'an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012) hal. 23

3
kami melakukan ritual kami pada hari itu. Taurat adalah kitab Allah, biarkanlah kami
bangun malam dengannya. Oleh karena itu, turunlah firman Allah (pada surah al-
Baqarah ayat 208),
'Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.2
segala hukumnya, yang berasaskan penyerahan diri, tunduk kepada Allah dan
ikhlas kepada Nya. Di antara dasar-dasar Islam adalah kerukunan dan perdamaian
sesama manusia, dan tidak saling menyerang antar pemeluknya. Perintah masuk
Islam berarti juga perintah untuk tetap dan kekal di dalamnya. Lebih jelas lagi ayat ini
bermakna
"Wahai semua orang yang beriman dengan lisan dan hatinya, tetaplah
kami dalam Islam, sejak memulai hari-harimu (sejak lahir) dan janganlah kamu
keluar dari syariatnya Peganglah keseluruhan ajaran Islam dan pahamilah apa
yang dikehendaki dari ajaran itu, dengan pilihan melihat pada setiap masalah
berdasarkan nash cash qaull (Al-Qur'an dan hadits dan sunnah amayah praktek),
kami amalkan. Janganlah masing masing mengambil suatu sarmah tetapi puszru
kamu Jadikan sebagai alasses menghantam orang lam. Hal ini akan
mengakibatkan orang menunggalkan beberapa Nash dan sunnah3

3. Tafsir
a. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas yaitu Allah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, agar
berpegang kepada seluruh tali Islam dan syari'atnya, mengerjakan perintah-Nya,
serta menjauhi semua larangan-Nya sekuat tenaga.
Dalam tafsir Ibnu Katsir al-'Aufi meriwyatakan dari Ibnu Abbas, Mujahid,
Thawus, adh-Dhahhak, Qatadah, as-Suddi, dan Ibnu Zaid: "yaitu Islam." Dan
adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, Abul 'Aliyah, dan Rabi bin Anas:

2
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an , (Depok, Darut Taqwa, 2001), hal. 79-80
3
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al- Qur'an Majid An-Nur, (Jakarta, Cakrawala Publishing, 2011)
hal.218

4
"Yakni ketaatan." Qatadah juga mengatakan "Yaitu perdamaian" (Syaikh, n.d., h.
514).4

b. Tafsir Al-Munir
Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa ayat ini ditujukan kepada para ahli
kitab yang ketika mereka sudah memilih agama Islam hendaknya tunduk kepada
Allah Swt. dalam segala hal. Pesannya adalah agar masuklah ke dalam agama
Islam secara keseluruhannya (‫)اْدُخ ُلوا ِفي الّس ْلِم َك اَفة‬, ambillah secara total dan jangan
mencampurnya dengan ajaran agama lain, dan laksanakan segala perkara yang
diperintahkan Islam: baik yang menyangkut ushül (soal akidah), furů (ibadah dan
muamalah), dan semua hukumnya tanpa memilah dan memilih. Jalan-jalan setan
‫ َتَّتِبُعوا ُخ ُطَو اِت الَّش ْيَطاِن‬adalah untuk berpecah belah dalam agama, atau jalan-jalannya
dalam pertentangan dan perselisihan. la menggoda manusia dengan berbagai
keuntungan dan maslahat serta ia memalingkan seseorang dari kebenaran dan
hidayah serta memecah belah jamaah.
Buya Hamka menjelaskan bahwa ada dua kalimat, yaitu kalimat kata as-
Silmi ‫السلم‬, dan perkataan kaffatan ‫گ‚ان‬. As-Silmi, menurut penafsiran dari Al-
Kisa'i, pada asal logatnya boleh dibaca dengan huruf sin yang di-fathah-kan (baris
di atas) jadi as-salmi dan boleh dibaca as- silmi, sebagaimana qiraah yang
terkenal. Arti kedua bacaan itu ialah satu saja, yaitu Islam, yang berarti menyerah
diri dengan tulus ikhlas; dan al-musalamah yang juga berarti suasana perdamaian
di antara dua pihak yang selama ini belum damai. Selanjutnya, kalimat kaffatan
yang berarti seluruhnya. Tafsir ayat ini menekankan kepada siapa pun yang
beriman dan telah menerima Islam sebagai agarna, hendaklah seluruh isi Al-
Qur'an dan tuntunan Nabi Muhammad Saw. diakui dan diikuti. Semuanya diakui
kebenarannya dengan mutlak5.

c. Tafsir Al mishbah

4
Riana Ratna Sari, " Islam Kaffah Menurut Ibnu Katsir " Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah. Vol. 1
No.2, Desember 2019, hal.142
5
Murniati Mukhlisin, Ekonomi Politik Industri Halal di Indonesia , (Depok, PT. RajaGrafindo Persada, 2023), hal. 142

5
Ayat di atas dalam pandangan M. Quraish Shihab mengandung pesan agar
orang-orang beriman masuk ke dalam keislaman secara total. Mereka (baca:
orang-orang beriman) tidak hanya diminta untuk melaksanakan dan percaya
sebagian ataupun menolak dan mengabaikan sebagaian yang lain. Shihab
melanjutkan bahwa ayat ini merupakan perintah kepada kaum Muslimin untuk
mencintai perdamaian. Peperangan dan permusuhan digambarkan sebagai
mengikuti jalan setan. Hidup damai antar sesama Muslim atau dengan kelompok
lain menjadi ajaran terpenting Islam. Karenanya peperangan inter dan antar umat
sedapat mungkin dihindari.6

d. Tafsir jalalain

‫ونزل في عبد اهلل بن سالم وأصحابه لما عظموا السبت وكرهوا اإلبل بعد اإلسالم {ياأيها‬

‫الذين ءاَم ُنوْا ادخلوا ِفي السلم} بفتح السين وكسرها اإلسالم { َك اَّفًة } حال من ( السلم‬

‫) أي في جميع شرائعه { َو َال َتَّتِبُعوْا خطوات } طرق { الشيطان } أي تزيينه بالتفريق‬

. ‫{ ِإَّنُه َلُك ْم َعُد ٌّو ُّمِبيٌن } بِّين العداوة‬

Ayat berikut diturunkan mengenai Abdullah bin Salam dan kawan-


kawannya tatkala mereka membesarkan hari Sabtu dan membenci unta sesudah
masuk Islam. (Hai orang-orang beriman! Masuklah kamu ke dalam agama Islam),
ada yang membaca 'salmi' dan ada pula 'silmi' (secara keseluruhan) 'hal' dari Islam
artinya ke dalam seluruh syariatnya tanpa kecuali, (dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah) atau jalan-jalan (setan), artinya godaan dan perdayaannya untuk
membeda-bedakan, (sesungguhnya ia musuhmu yang nyata), artinya jelas
permusuhannya terhadapmu.7

4. Analisis Ayat
a. Perintah Melaksanakan Ajaran Islam secara Keseluruhan
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran Jilid I (Jakarta: Lentera Hati, 2000),
hlm. 420.
7
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Diterjemah Bahrun Abubakar, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010) hal.109

6
merupakan perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk masuk
“ke dalam Islam keseluruhan.” Maksudnya, dalam seluruh syariat syariat agama,
mereka tidak meninggalkan sesuatu pun darinya, dan agar mereka tidak seperti
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apabila hawa nafsunya
itu sejalan dengan perkara yang disyariatkan, maka dia kerjakan, namun bila
bertentangan dengannya, maka dia tinggalkan. Yang wajib adalah menundukkan
hawa nafsunya kepada agama, dan ia melakukan segala perbuatan baik dengan
segala kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan, maka dia
berusaha dan berniat melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut.
Ketika masuk kedalam Islam dengan keseluruhan, maka tidak mungkin
dan tidak dapat dibayangkan terjadi, kecuali bertentangan dengan jalan-jalan
setan, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah setan,”
maksudnya, dalam perbuatan dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah.
“Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” musuh yang nyata tidaklah
akan mengajak kecuali kepada kejahatan dan kekejian serta segala yang
mengandung madharat bagi kalian.8

5. Kesimpulan
Penjelasan dari tafsir surat Al- Baqarah ayat: 208 di atas adalah bahwa Allah
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk masuk “ke dalam Islam
keseluruhan.” Maksudnya, dalam (menjalankan) seluruh syariat syariat agama, mereka
tidak meninggalkan sesuatu pun darinya. Lalu wajib baginya untuk menundukkan hawa
nafsunya kepada agama, dan ia melakukan segala perbuatan baik dengan segala
kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan, maka dia berusaha dan berniat
melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut.

B. Q.S. Al-an’am:79
٧٩ ‫ِاِّنْي َو َّجْهُت َو ْج ِهَي ِلَّلِذ ْي َفَطَر الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َحِنْيًفا َّو َم ٓا َاَن۠ا ِم َن اْلُم ْش ِرِكْيَۚن‬
Artinya

8
Abdurahman bin Nashir As-Sa'di, Tafsir As Sa'di, (Riyadh, Internatioal Islamic Publishing House, 2018) hal.257

7
Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh
kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
(Q.S. Al-an’am:79)9

1. Mufrodat (Kosa kata)


Terjemahan Lafadz
Aku ‫إني‬
Hadapkan ‫َو َّج ۡه ُت‬
Wajahku ‫َو ۡج ِهَى‬
Kepada (Allah) yang ‫ِلَّلِذ ۡى‬
Menciptakan ‫َفَطر‬
Langit ‫الَّسٰم ٰو ِت‬
Dan bumi ‫َو اَاۡلۡر َض‬
Dengan penuh kepasrahan ‫َح ِنۡي ًفا‬
(mengikuti) agama yang benar
Dan aku bukanlah ‫َّو َم ۤا َاَنا‬
Termasuk orang-orang musyrik ‫ِم َن اۡل ُم ۡش ِرِكۡي َن‬

2. Tafsir
a. Tafsir Al-Mishbah
Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku, yakni seluruh jiwa, raga dan
totalitasku kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan isinya, termasuk
semua benda-benda angkasa seperti matahari, bintang dan bulan. Aku
menghadapkan wajahku dalam keadaan hanifan cenderung kepada agama yang
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuban,
yakni bukan menganut apa yang dianut oleh kaumnya bahkan oleh siapa pun yang
mengakui dalam hati, atau ucapan atau perbuatannya bahwa add penguasa atau
pemberi pengaruh terhadap sesuatu selain Allah swt. atau kecuali atas izin-Nya.
Kata ‫ حنیف‬kani biasa diartikan lurus atau lenderung kepada sesuatu. Kata
ini pada mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak kaki dan
kemuringannya kepada telapak pasangannya. Yang kanan condong ke arah kiri,
9
At-Thayyib, Al-Qur'an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012) hal. 138

8
dan yang kiri condong ke arah kanan. Ini menjadikan manusia dapat berjalan
dengan lurus. Kelurusan itu, menjadikan si pejalan tidak mencong ke kiri, tidak
pula ke kanan. Ajaran Nabi Ibrahîm as. Adalah banij, tidak bengkok, tidak
memihak kepada pandangan hidup yang hanya memenuhi kebutuhan jasmani,
tidak juga semata-mata mengarah kepada kebutuhan Rohani.10

b. Tafsir Ibnu Kasir


Dengan kata lain, sesungguhnya aku hanya menyembah Pencipta semua
benda-benda itu, yang mengadakannya, yang menundukkannya, yang
menjalankannya, dan yang mengaturnya. Di tangan kekuasaan-Nyalah kerajaan
segala sesuatu, Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, Dialah Tuhan, Pemilik
dan Penguasa kesemuanya.11

c. Tafsir Jalalain

‫{ ِإِّنى َو َّج ْهُت َو ْج ِه َى } قصدت بعبادتي { ِلَّلِذ ى َفَطَر } خلق { السموات واالرض } أي‬

‫اهلل { َح ِنيفًا } مائًال إلى الدين القِّيم { َو َم ا َأَنْا ِم َن المشركين } به‬

("Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri


dengan beribadah (kepada Tuhan yang telah menciptakan) yang telah
mewujudkan (langit dan bumi) yaitu Allah swt. (dengan cenderung)
meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar (dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan.") Allah.12

3. Analisis ayat
a. Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah
Ketika Ibrahim melihat matahari terbit dengan matanya di pagi hari, Nabi
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid.4
hal. 178
11
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung,
2001) hal.386
12
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Diterjemah Bahrun Abubakar, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010) hal.539

9
Ibrahim mengatakan, Ini adalah Tuhanku karena ini lebih besar dari bulan dan
bintang yang terlihat. Namun ketika matahari telah terbenam dan menghilang dari
cahaya malam, Nabi Ibrahim menyimpulkan ketika dia menyimpulkan ketika dia
melihat bintang-bintang dan bulan tenggelam sambil berkata,“Saya membebaskan
diri dari penyembahan bintang dan sekutunya.”
Makna sesungguhnya yang saya hadirkan dalam ibadah saya hanya kepada
pencipta langit dan bumi, (dan pencipta bintang-bintang ini) adalah berpalingnya
Nabi Ibrahim dari kegelapan ke cahaya agama yang benar. Nabi Ibrahim tidak
termasuk dalam kelompok musyrik yang menyembah Tuhan selain Allah. Namun,
dia memuja pencipta dan penguasa segala sesuatu yang memiliki segala
kekuasaan. Dia adalah Pencipta, Raja, dan Penguasa segala sesuatu.13
Allah mengisahkan ketidakterlibatan Nabi Ibrahim dari kemusyrikan
kaumnya, dan kelanjutan dari ketidakterlibatannya itu dengan menggambarkan
sikap Ibrahim dan akidah tauhidnya yang murni, yaitu Ibrahim menghadapkan
dirinya dalam ibadah-ibadahnya kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Dia pula yang menciptakan benda-benda langit yang terang benderang di angkasa
raya dan yang menciptakan manusia seluruhnya, termasuk pemahat patung-patung
yang beraneka ragam bentuknya. Ibrahim cenderung kepada agama tauhid dan
menyatakan bahwa agama- agama lainnya adalah batil, dan dia tidak termasuk
golongan orang-orang yang musyrik.14
4. Kesimpulan
Penjelasan dari tafsir surat Al-An'am ayat:79 di atas adalah bahwa larangan Allah
kepada hambanya yang berbuat kemusyrikan dan beribadah hanya kepada Allah seperti
hal nya kisah nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim tidak termasuk dalam kelompok musyrik yang menyembah Tuhan
selain Allah. Namun, dia memuja pencipta dan penguasa segala sesuatu yang memiliki
segala kekuasaan. Ibrahim menghadapkan dirinya dalam ibadah-ibadahnya kepada Allah
yang menciptakan langit dan bumi. Dia pula yang menciptakan benda-benda langit yang

13
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Tafsiir al-Munir: Fi al-‘Aqidah Wa al-Syriah Wa al-Manhaj, Diterjemah Abdul Hayyie, Tafsir
Al-Munir: Aqidah, Syariah & Manhaj J, (Depok: Gema Insani, 2013) hlm.243
14
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Widya Cahya, 2011)
hal.164

10
terang benderang di angkasa raya dan yang menciptakan manusia seluruhnya, termasuk
pemahat patung-patung yang beraneka ragam bentuknya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman bin Nashir As-Sa'di, Tafsir As Sa'di.2018. (Riyadh, Internatioal Islamic Publishing
House)
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi.2001. Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Sinar
Baru Algesindo Bandung)
As-Suyuthi Jalaluddin. 2001. Asbabun Nuzul Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an. (Depok, Darut
Taqwa)
At-Thayyib. 2012. Al-Qur'an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta
Bagus Segara)
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti.2010. Diterjemah Bahrun Abubakar, Tafsir
Jalalain, (Bandung: Sinar Baru Algesindo)
Kementerian Agama RI.2011. Al-Qur'an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta:
Widya Cahya)
M. Quraish Shihab.2000. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran Jilid I
(Jakarta: Lentera Hati)
Mukhlisin Murniati.2023. Ekonomi Politik Industri Halal di Indonesia , (Depok, PT.
RajaGrafindo Persada)
Sari Riana Ratna Riana.2019. " Islam Kaffah Menurut Ibnu Katsir " Ishlah: Jurnal Ilmu
Ushuluddin, Adab dan Dakwah. Vol. 1 No.2, Desember
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. 2011. Tafsir Al- Qur'an Majid An-Nur. (Jakarta,
Cakrawala Publishing)
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Tafsiir al-Munir: Fi al-‘Aqidah Wa al-Syriah Wa al-Manhaj, Diterjemah
Abdul Hayyie.2013. Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syariah & Manhaj J, (Depok: Gema
Insani)

12

Anda mungkin juga menyukai