LAPORAN PTK - 2020 - I Wayan Sumartika
LAPORAN PTK - 2020 - I Wayan Sumartika
PROVINSI BALI
2020
ii
KATA PENGANTAR
Seraya mengucap puji syukur pangastungkara kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Mata
Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis Melalui Pembelajaran Daring Asinkronus”. Tulisan Penelitian Tindakan Kelas ini
disusun sebagai bahan bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan
dalam pembuatan Penelitian Tindakan Kelas bagi teman sejawat.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Drs. I Made Mardika, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Dawan
2. Nyoman Fajar Ananda Cipta, S.Pd. selaku Kepala Perpustakaan SMA Negeri 1 Dawan
3. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan. Demikian yang dapat disampaikan, akhir kata diucapkan banyak terima kasih.
Penulis
iii
ABSTRAK
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan Tahun
Pelajaran 2020/2021 Pada Mata Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Pemetaan, Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografis Melalui Pembelajaran Daring Asinkronus.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan dengan menerapkan pembelajaran daring
asinkronus pada mas pandemic covid-19 sesuai dengan konsep Merdeka Belajar.
Penelitian ini merupakan classroom action research (penelitian Tindakan kelas).
Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2020/2021 berjumlah 31 peserta
didik. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) siklus dan setiap siklus terdiri dari 1 (satu) pertemuan.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes tulis berupa post-tes yang dilakukan
selama dan setiap akhir siklus. Metode analisis data yaitu dengan menggunakan analisis
kuantitatif deskriptif.
Hasil penelitian Tindakan kelas ini yaitu: (1) Pelaksanaan pembelajaran didital learning
daring asinkronus menggunakan web blog pada mata pelajaran Geografi kelas X IPS 1 sudah
berjalan lancar. Hal ini ditandai dengan peningkatan keaktifan peserta didik yang sebelumnya
cenderung pasif setelah diterapkan model pembelajaran ini mulai mengalami peningkatan dalam
keaktifannya di dalam kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Keaktifan peserta didik
tersebut dilihat dari statistik banyaknya kunjungan pada materi di web blog., (2) Pelaksanaan
pembelajaran didital learning daring asinkronus menggunakan web blog pada mata pelajaran
Geografi kelas X IPS 1 meningkatkan partisipasi peserta didik. Hal tersebut berdasarkan pada
rekapitulasi daftar hadir pada smansada.com, (3) Hasil belajar pada pelaksanaan pembelajaran
didital learning daring asinkronus menggunakan web blog pada mata pelajaran Geografi kelas X
IPS 1 sudah mengalami peningkatan dan mencapai target di atas 80% ketuntasan. Hal ini dapat
diketahui dari hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan
siklus I, II dan siklus III.
iv
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Identifikasi Masalah...............................................................................................3
3. Rumusan Masalah..................................................................................................3
4. Tujuan Penelitian...................................................................................................3
5. Manfaat Penelitian.................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas.....................................................................................5
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan kelas....................................................7
3. Digital Learning.....................................................................................................8
4. Kualitas Pembelajaran..........................................................................................10
5. Hasil Belajar Peserta Didik....................................................................................10
6. Indikator Hasil Belajar Peserta Didik....................................................................12
7. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik......................................12
8. Penilaian Hasil Belajar...........................................................................................13
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan harus memiliki suatu landasan yang tepat, jelas dan kokoh. Landasan
pendidikan memberikan dasar pondasi yang kuat bagi pendidik untuk menjalankan
perannya sehingga dapat menentukan tujuan yang jelas dan terarah. Penerapan isi
kurikulum dan berimprovisasi di dalamnya sesuai dengan prinsip Merdeka Mengajar
adalah upaya menjadikan peserta didik sebagai pelajar Pancasila dan mencapai hakikat
tujuan pendidikan nasional.
Setelah munculnya wabah covid 19 di belahan bumi sejak Maret 2020, sistem pendidikan
pun mulai mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih
adanya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh
penyampaian materi akan di sampaikan di rumah masing – masing. Masa Pandemi
Corona Virus Desease 2019 (Covid 19) ini membuat proses pembelajaran yang biasanya
dilaksanakan dengan tatap muka di depan kelas tak dapat dilaksanakan lagi. Hal ini
karena adanya kekhawatiran makin menyebarnya covid19. Perlunya alternatif
pembelajaran untuk menunjang kualitas pembelajaran yang baik demi keberlangsungan
pendidikan putra dan puteri bangsa Indonesia.
1
Keadaan seperti ini berpengaruh besar terhadap proses pendidikan sehingga berdampak
terhadap perubahan peran guru. Penyesuaian peran guru perlu dilakukan utamanya dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi abad 21. Perkembangan Ilmu
Teknologi telah mengubah karakteristik peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan
cara pembelajaran yang inovatif yang mengadposi konsep Technology Pedagogic and
Content Knowledge (TPACK).
Pada observasi awal sebelum penerapan digital learning secara Asinkron, kualitas belajar
peserta didik masih rendah pada pembelajaran kompetensi dasar pemetaan, penginderaan
jauh dan sistem informasi geografis Kelas X Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021 di
SMA Negeri 1 Dawan. Dikemasnya pembelajaran dalam bentuk daring desinkron
menjadi penting sebagai inovasi yang tentunya diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran peserta didik khususnya di masa Covid19 ini pada peserta didik tersebut di
atas.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik yang dilakukan, dan berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas, dengan mempertimbangkan solusi, peneliti
menganggap bahwa penerapan metode digital learning secara asinkronus ke dalam
pembelajaran sangatlah penting, sehingga perlu dilakukan penerapan model tersebut ke
dalam pembelajaran melalui penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada
Mata Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis Melalui Pembelajaran Daring Asinkronus.
2
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa masalah:
1) Kondisi Pandemi Covid 19 dapat menurunkan kualitas pembelajaran peserta didik.
2) Kegiatan belajar mengajar masih didominasi pembelajaran yang satu arah.
3) Peserta didik kurang fokus dalam kegiatan belajar mengajar.
4) Dalam kegiatan belajar-mengajar, hanya sedikit peserta didik yang berpartisipasi
aktif seperti bertanya ataupun mengajukan pendapat di kolom komentar.
5) Pada kegiatan belajar-mengajar, peserta didik umumnya belajar secara individu
sehingga kurang melakukan interaksi baik dengan guru maupun peserta didik
lainnya.
6) Peserta didik memperoleh hasil kurang maksimal selama mengikuti pembelajaran
daring model asinkron.
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, masalah yang dapat diidentifikasi antara
lain sebagai berikut:
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan
masalah. Batasan masalah ini tentang partisipasi belajar, hasil belajar, dan metode
pembelajaran yang digunakan. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik melalui penerapan digital learning
secara asynchronous sebagai alternative Model Merdeka Belajar di masa Pandemi covid
19 untuk meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan
Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Mata Pelajaran Geografi Kompetensi Dasar Pemetaan,
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Melalui Pembelajaran Daring
Asinkronus.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah “Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X IPS
1 SMA Negeri 1 Dawan Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Mata Pelajaran Geografi
Kompetensi Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Melalui Pembelajaran Daring Asinkronus.”
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
(a) Bagi Peserta Didik:
1) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran daring
asiknronus.
2) Meningkatkan antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran daring
asinkronus.
3) Meningkatkan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran daring
3
asinkronus.
4
(b) Bagi Guru:
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu
action research yang dilakukan di kelas. Action Research, sesuai dengan arti katanya,
diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr dan Kemmis dalam Hamalik (2005)
didefinisikan sebagai berikut.
Ide pokok dari pengertian tersebut di atas menurut Wardhani, dkk. (2007) sebagai berikut:
1) Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui
refleksi diri.
2) Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti
guru, peserta didik, atau kepala sekolah.
3) Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4) Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan kepantasan dari
praktik- praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat
praktik tersebut dilaksanakan.
Dari keempat ide pokok tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan
penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama,
dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan
dalam berbagai aspek. Tidak berbeda dengan penelitian tersebut,
Mills (dalam Wardhani, dkk., 2007) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk
meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice” yang memperbaiki hasil
belajar peserta didik.
Karakteristik dan prinsip penelitian tindakan kelas karakteristik utama penelitian tindakan kelas
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.
Penelitian tindakan kelas harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan secara positif. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan
atau perubahan negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter penelitian tindakan kelas.
Adapun karakteristik yang menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
1) Inkuiri reflektif.
6
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari
dihadapi oleh guru dan peserta didik. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan
tugas (practise driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(action driven).
2) Kolaboratif.
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di
luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan peserta didik. Penelitian tindak kelas
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan.
3. Reflektif.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan.
Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan
empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi
terhadap proses dan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik
apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menerapkan enam prinsip, yaitu sebagai
berikut (Hopkins, 1993): Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar peserta
didik sehingga apapun metode penelitian tindakan kelas yang akan diterapkan tidak akan
mengganggu komitmen sebagai pengajar. Metode pengumpulan data yang di gunakan tidak
menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran.
Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan
strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan memperoleh data yang dapat digunakan
untuk menjawab hipotesis yang di kemukakannya.
Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang
merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen
yang diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk bertahan dalam pelaksanaan
kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas pengajarnya.
Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus selalu bersikap konsisten
menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini
penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak, penelitian tindakan kelas juga hadir
dalam suatu konteks organisasional sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata
krama kehidupan berorganisasi.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas sejauh mungkin digunakan classroom excedding perspektive, artinya
permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,
melainkan dalam perspektif yang lebih luas ini akan berlebih-lebih lagi terasa urgensinya apabila
dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku.
7
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu
merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi seperti pada gambar 1.
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana
jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau memecahkan
masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali
perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang
direncanakan sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah ataau kerisauan
baru dari guru.
Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK (Wardhani, dkk. 2007) pada
penjelasan singkat di bawah ini:
Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penellitian
tindakan kelas, seperti: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan pembuatan media
pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan yang akan
diterapkan.
Observasi (Observe), observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua rencana yang
telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil
yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kegiatan observasi dapat
dilakukan dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan
data yang dibutuhkan.
Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang
diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang.
Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana
8
tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan.
Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat
dilakukan.
3. Digital Learning
Di era digital yang terus tumbuh ini, semakin banyak peserta didik yang perlahan tapi
pasti bergerak menuju digital online course di hampir setiap bidang. Selain pembelajaran digital
melibatkan media teknologi yang sangat maju, pembelajaran digital juga mampu memberikan
peserta didik banyak fleksibilitas, memungkinkan mereka untuk belajar kapan saja, dari mana
saja dengan kecepatan mereka sendiri tanpa khawatir tentang jadwal atau scheduling. Para
peserta didik juga memiliki kebebasan untuk memilih apa yang mereka pelajari dan apa yang
tidak ingin mereka pelajari sesuai dengan kebutuhan pencapaian kompetensi yang ingin mereka
capai atau pun kuasai.
Berikut ini adalah pengertian pembelajaran digital yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Williams (1999), pembelajaran digital dapat dirumuskan sebagai ‘a large collection of
computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.
Pengertian pembelajaran digital yang dimaksud oleh William tersebut adalah meliputi aspek
perangkat keras (infrastruktur) berupa seperangkat komputer yang saling berhubungan satu sama
lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis, video
maupun audio.
Dengan kemampuan ini maka pembelajaran digital dapat diartikan sebagai suatu jaringan
komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya ke seluruh penjuru dunia
(Kitao, 1998). Namun demikian, pengertian pembelajaran digital bukan hanya berkaitan dengan
perangkat keras saja, melainkan juga mencakup perangkat lunak berupa data yang dikirim dan
disimpan yang sewaktu-waktu dapat diakses. Beberapa komputer yang saling berhubungan satu
sama lain dapat menciptakan fungsi sharing yang secara sederhana hal ini dapat disebut sebagai
jaringan (networking).
Terkait dengan ragam pemanfaatan pembelajaran digital, ada beberapa aplikasi yang
dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan dalam kelas digital, diantaranya adalah penggunaan
mobile learning atau m-learning, pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Instagram,
Youtube, Snapchat, Twitter, Whatsapp, Line, dan sebagainya; pemanfaatan pembelajaran
berbasis permainan, serta pemanfaatan Cloud Computing.
Dalam pembelajaran online dapat dilakukan pembelajaran secara sinkron dan asinkron.
Contoh e-learning sinkron adalah obrolan online dan konferensi video. Setiap alat pembelajaran
real-time, seperti pesan instan yang memungkinkan peserta didik dan guru untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan dengan segera, adalah pembelajaran sinkron. Daripada belajar sendiri,
peserta didik yang mengikuti pembelajaran sinkron dapat berinteraksi dengan peserta didik lain
dan guru mereka selama pelajaran berlangsung.
Manfaat utama pembelajaran sinkron adalah bahwa hal ini memungkinkan peserta didik
menghindari perasaan terisolasi karena mereka berkomunikasi dengan orang lain selama proses
belajar. Namun, pembelajaran sinkron tidak begitu fleksibel dalam hal waktu karena peserta
didik harus menyisihkan slot waktu tertentu untuk menghadiri sesi pengajaran langsung atau
pembelajaran online pada waktu yang sebenarnya (real-time). Jadi mungkin tidak ideal bagi
mereka yang sudah memiliki jadwal sibuk. Pembelajaran asinkron di sisi lain bisa dilakukan
bahkan saat peserta didik atau guru sedang offline (tidak aktif). Pembelajaran dan komunikasi
yang disampaikan melalui web, email dan pesan yang diposting di forum komunitas adalah
contoh sempurna dari e-learning asinkron. Dalam kasus ini, peserta didik biasanya akan
menyelesaikan pelajaran mereka sendiri dan sekadar menggunakan internet sebagai alat
pendukung, bukannya menjelajah secara online hanya untuk kelas interaktif.
1
4. Kualitas Pembelajaran
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas
dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya Hamdani
(2011:194). Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di
dalam maupun di luar diri seseorang. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas,
akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan suatu
proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu sehingga diperoleh proses dan
kualitas pembelajaran yang optimal. Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang
berkualitas diperlukan keterkaitan antara indikator – indikatornya. Menurut Depdiknas (2004:7)
indikator – indikator kualitas pembelajaran meliputi perilaku pembelajaran guru, perilaku dan
dampak belajar peserta didik, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan
sistem pembelajaran. Peneliti akan mengkaji indikator – indikator tersebut ke dalam tiga
variabel penelitian yaitu keterampilan guru, aktivitas peserta didik, dan hasil belajar. Ketiga
variabel tersebut dianggap mampu mewakili enam indikator kualitas pembelajaran karena,
keterampilan guru sudah mampu mencakup perilaku pembelajaran guru, iklim pembelajaran,
materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran, variabel aktivitas peserta
didik mencakup perilaku dan dampak belajar peserta didik, variabel hasil belajar mencakup
perilaku dan dampak belajar peserta didik.
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh
keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.
Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh peserta didik dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada
setiap semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang
dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka
harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat
diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar
peserta didik. Hasil belajar peserta didik menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran
1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta didik
di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
1
keberhasilan peserta
1
didik. Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar
meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Sedang domain
psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks dan kreativititas.
Menurut Arsyad (2005: 1) pengertian hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara
terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi
obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta
didik yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif
(kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif
(penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas). Hasilnya
dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi
belajar yang dicapai peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa
suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu
proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan
dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada
kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses
belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan
tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada peserta didik. Penilaian formatif ini
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang
ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam
rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi
peserta didik
1
yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
Yang menjadi indikator utama hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara
individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya
dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik,
baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi
Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan
adalah daya serap.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai 3 hal (Slamento, 2010). Faktor-faktor tersebut
diuraikan dibawah ini, yaitu:
a) Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis.
Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca
indera perlu dijaga dengan cara: makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga.
Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara
fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi:
inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga
merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi
sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita
sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari
lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih
cerah. Berprestasilah.
b) Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:
1
- Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan
berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari
lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus
bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada
begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh
terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang
lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar.
Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar.
- Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar. Kualitas guru di
kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita terbangun di
dalam kelas. Memang pada kenyataanya banyak peserta didik yang merasa guru mereka
tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal
ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
- Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya
seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki
motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada
pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua,
jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir
beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat,
mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan
stress itu dibawa ke dalam kelas.
- Masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat akademik mereka akan
mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan masyarakatnya. Jadi
lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk berprestasi. Masyarakat
juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi tidakan seseorang,
begitupun juga berpengaruh terhadap peserta didik dan mahapeserta didik.
- Lingkungan non-sosial, meliputi: kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-
sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali
dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil
belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi
mereka bisa mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan
prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah
favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh.
cuala alam, berpengaruh terhadap hasil belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk
mengukur dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik tersebut dapat dilakukan melalui tes
1
prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan
ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
a) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dalam waktu tertentu.
b) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan
pokok- pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan
pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar
peserta didik dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan
untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan
sebanyak 31 orang semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.
2. Tempat Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Dawan Kabupaten Klungkung.
3. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2021.
4. Data dan Sumber
Data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer, dimana data diperoleh secara
langsung dari subyek penelitian yaitu peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Dawan.
Adapun penjabaran data dan sumber data pada penelitian ini yaitu:
Tabel a. Data dan Sumber Data
No Aspek yang Diamati Sumber Data Instrumen Keterangan
1 Pembelajaran daring - Guru - RPP Selama kegiatan
asinkron - Peserta - Lembar pembelajaran
Didik observasi
- Lembar
Jobsheet
2 Hasil belajar peserta - Peserta - Tes Selama kegiatan
didik didik - Dokumen pembelajaran
- Rubrik
penilaian
5. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), tes tulis (tes kognitif), catatan lapangan, dan dokumentasi.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun untuk pedoman kegiatan
pembelajaran di kelas. Rencana pembelajaran dibuat setiap kompetensi dasar.
b. Tes Tulis aspek Kognitif
Tes yang diberikan disini berupa soal ujian yang digunakan untuk mengetahui nilai
dan hasil belajar peserta didik dan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan belajar
peserta didik dalam aspek kognitif.
c. Lembar Penilaian Produk
Lembar penilaian kinerja ini diambil dari portofolio peserta didik
1
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yang dilaksanakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara daring
asinkron menggunakan media www.smansada.com dan
www.geografi.sumartikaiwayan.com. Kegiatan observasi juga dilaksanakan pada saat
pelaksanaan mengecek daftar hadir untuk menilai partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran daring asinkronus.
b. Tes Aspek Kognitif
Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk post-tes yang
dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Post-tes dilaksanakan untuk mengukur
pemahaman peserta didik terhadap materi dengan melihat hasil belajar peserta didik
setelah menggunakan model daring asinkronus.
c. Lembar Penilaian Keterampilan
Lembar penilaian kerja ini, diambil dari hasil portofolio yang sudah dikerjakan peserta
didik secara asinkron
7. Analisis Data
Analisis data kuantitatif pada penelitian in didapat dari hasil observasi atau pengamatan observer
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil belajar Peserta Didik setelah mengerjakan
post-tes di setiap akhir siklus. Hasil belajar Peserta Didik yang diperoleh dari bidang kognitif
ditentukan dari perolehan skor nilai post-tes. Untuk perhitungan hasil belajar pada bidang
kognitif antara siklus I dan siklus II menggunakan rata-rata skor kelas dari post-tes yang
diberikan dan persentase peserta didik yang melampui KKM (>=65). Nilai KKM yang
ditetapkan untuk Mata adalah tujuh puluh lima. Hasil belajar bidang kognitif pada penelitian ini
akan dihitung rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal setiap siklusnya. Menurut Gantini dan
Suhendar (2017: 28), rumus menghitung nilai rata-rata kelas adalah:
Ketuntasan belajar klasikal menurut Daryanto (2011:191) merupakan ketuntasan belajar dalam
kelas. Kelas dikatakan tuntas apabila dalam suatu pembelajaran apabila hasil belajar seluruh
Peserta Didik yang melampui KKM dalam kelas tersebut mencapai 75%. Berikut rumus
menghitung ketuntasan klasikal:
1
8. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dirancang untuk mengetahui keefektifitasan
tindakan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas. Refleksi adalah kegiatan untuk
mengkaji tindakan perbaikan yang telah dilakukan, tentang apa yang telah dihasilkan atau
yang belum dituntaskan atas tindakan perbaikan tersebut. Hasil dari kegiatan evaluasi dan
refleksi adalah menentukan tindakan atau langkah lebih lanjut untuk upaya mencapai tujuan
dari penelitian.
1
(b) Siklus II
Kegiatan peserta didik pada siklus II ini terdiri atas:
Kegiatan pendahuluan
Guru membuka salam menggunakan WhatsApp.
Guru dan peserta didik bersama-sama berdoa dengan arahan melalui WhatsApp.
Guru melakukan presensi menggunakan media www.smansada.com.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang pembelajaran dasar-dasar
penginderaan jauh melalui media web blog.
Kegiatan inti
Peserta didik membaca uraian materi tentang penginderaan jauh pada halaman ang
disediakan.
Peserta didik membaca rangkuman materi pada halaman tersebut.
Peserta didik mengerjakan penugasan mandiri menginterpretasi citra.
Peserta didik berdiskusi mengenai penugasan mandiri melalui media WhatsApp dan
komentar pada web blog.
Kegiatan penutup
Peserta didik mengerjakan post-tes.
Guru memberikan evaluasi dan menarik kesimpulan dari pekerjaan peserta didik
melalui WhatsApp.
Refleksi
Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai dilaksanakan, peneliti dan guru
pengamat mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan
penelitian. Diskusi hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan yang terdapat pada siklus II. Refleksi dilakukan dengan melihat
keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
2
Peserta didik membaca uraian materi tentang system informasi geografis pada
halaman yang disediakan.
Peserta didik membaca rangkuman materi pada halaman tersebut.
Peserta didik mengerjakan penugasan mandiri membuat peta konsep SIG.
Peserta didik berdiskusi mengenai penugasan mandiri melalui media WhatsApp dan
komentar pada web blog.
Kegiatan penutup
Peserta didik mengerjakan post-tes.
Guru memberikan evaluasi dan menarik kesimpulan dari pekerjaan peserta didik
melalui WhatsApp
Refleksi
Setelah proses pembelajaran pada siklus III selesai dilaksanakan, peneliti dan guru
pengamat mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan
penelitian. Diskusi hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan yang terdapat pada siklus III. Refleksi dilakukan dengan melihat
keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
2
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kegiatan penelitian pada siklus I meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut uraian mengenai keempat tahap kegiatan tersebut.
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
Pembelajaran Siklus I dilakukan selama 1 kali pertemuan pada hari Kamis, 27 Agustus 2020
secara asinkron menggunakan WhatsApp, smansada.com dan web blog, dengan rincian sebagai
berikut:
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
2
e. Uraian Materi
f. Rangkuman
g. LKPD
h. Postest
4. Setelah melihat stimulan, peserta didik diarahkan untuk diskusi dan aktif tanya jawab via
kolom komentar di Web Blog.
5. Peserta didik mengerjakan LKPD.
6. Peserta didik mengupload hasil LKPD ke WA: http://wa.me/6289686126678
7. Peserta didik mengerjakan postest.
Kegiatan Penutup
Refleksi
Setelah proses pembelajaran pada siklus III selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
siklus III. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
c. Pengamatan Siklus I
2
Gambar 1. Rekap Kehadiran Peserta Didik Siklus I
Pengamatan Siklus I dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan
yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama proses
pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tingkat partisipasi
peserta didik dilihat melalui rekapitulasi daftar hadir dan statistik pengunjung link materi dapat
dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Setelah dibagikan link materi pembelajaran, maka dapat dilihat pengunjung artikel tersebut telah
dibuka sebanyak 122 kali. Ini merupakan indikator bahwa peserta didik dalam membaca dan
mengerjakan tugas mandiri serta post-tes cukup antusias. Indikator lain dalam penelitian kali ini
adalah nilai post-tes serta nilai keterampilan hasil pengerjaan penugasan mandiri. Gambar 3
adalah hasil pekerjaan peserta didik pada penugasan mandiri yang diambil secara acak. Dari
gambar tersebut, keterampilan yang diperlihatkan peserta didik dalam membuat peta salah satu
provinsi di Indonesia sudah dikerjakan dengan baik sehingga berdasarkan kriteria penilaian
rekapitulasi dapat ditampilkan pada Tabel 1.
2
Gambar 3. Hasil Pengerjaan Penugasan Mandiri Peserta Didik Siklus I
Hasil belajar dilihat melalui rekapitulasi ranah kognitif dan ranah keterampilan. Berikut
dijelaskan dalam Tabel 1 rekapitulasi kehadiran dan nilai pengetahuan serta keterampilan peserta
didik di Kelas X IPS 1 Siklus I.
Tabel 1. Rekapitulasi Kehadiran, Nilai Pengetahuan & Keterampilan Peserta Didik Siklus I
Nilai Nilai
No Nama Kehadiran Predikat Predikat
Pengetahuan Keterampilan
1 A.A.Gede Raka Darma Yoga hadir 70.58 C 66 C
2 Ahmad Rizal Danuarta sakit
3 Albertho Yansen Rihi hadir 64.7 D 64 D
4 I Dewa Gde Yoga Pramesta alpa
5 I Dewa Gede Gangga Putra Mahotama hadir 70.58 C 67 C
6 I Gusti Ngurah Rai Sentana hadir 70.58 C 68 C
7 I Kadek Agus Julles Bimantara sakit
8 I Kadek Arya Sudiartana Wahyu Putra ijin
9 I Kadek Budiarta hadir 64.7 D 68 C
10 I Kadek Sukrawan ijin
11 I Ketut Widiantara hadir 88.23 A 66 C
12 I Komang Adi Wiana ijin
13 I Komang Agus Wirawan hadir 70.58 C 66 C
14 I Komang Ari Setiawan hadir 88.23 A 67 C
15 I Komang Edo Artha Yudantara hadir 76.47 B 64 D
16 I Komang Indra Adi Kusuma alpa
2
17 I Nengah Muliana hadir 64.7 D 68 C
18 I Putu Dewangga Raditya alpa
19 I Wayan Agus Apriana hadir 64.7 D 68 C
20 I Wayan Suriata hadir 76.47 B 69 C
21 Ni Kadek Budiswastini hadir 88.23 A 70 C
22 Ni Kadek Emik Rismawati ijin
23 Ni Kadek Juliantari hadir 70.58 C 70 C
24 Ni Kadek Julianti hadir 82.35 B 70 C
25 Ni Ketut Noviantari hadir 82.35 B 71 C
26 Ni Made Swanitarias Anggreni hadir 88.23 A 70 C
27 Ni Putu Ayu Trisna Diah Maharani hadir 82.35 B 70 C
28 Ni Putu Bunga Citra Lestari hadir 82.35 B 72 C
29 Ni Putu Dinar Sari Dewi hadir 82.35 B 71 C
30 Ni Putu Ratna Anjani hadir 64.7 D 72 C
31 Putu Duta Pradipta Saputra hadir 82.35 B 73 C
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kognitif siklus I, tingkat partisipasi dalam
pembelajaran daring asinkronus adalah 22 dari 31 peserta didik yaitu 70,9%. Nilai rata-rata hasil
pengetahuan dan keterampilan masing-masing 75.9 dan 68,42. Persentase ketuntasan penilaian
pengetahuan adalah 77,27% yang mana ada 5 peserta didik yang tidak tuntas dan harus
menjalankan kegiatan remidi. Persentase ketuntasan penilaian keterampilan yaitu 90,9% dengan
jumlah peserta didik yang tidak tuntas adalah 2 orang. Dilihat dari hasil post-tes, statistik
perolehan peserta didik berdasarkan kategori adalah:
d. Refleksi Siklus I
Setelah proses pembelajaran pada siklus I selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat
pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik peserta
didik. Dari hasil proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik siklus I, h -hal yang
sudah dicapai adalah dan menjadi kelebuhan adalah:
2
1. Peserta didik lebih terpadu dalam mengakses materi pembelajaran dengan web blog.
2. Peserta didik dapat berinteraksi dalam pembelajaran dengan guru baik dari WA Group
maupun kolom komentar pada kolom web blog.
3. Peserta didik lebih terarah dalam menyelesaikan penugasan mandiri.
4. Peserta didik menggunakan sedikit kuota untuk mengakses pembelajaran desinkron.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, menunjukkan bahwa beberapa kekurangan yang ditemui
oleh guru pada siklus I, yaitu:
1. Tingkat kehadiran peserta didik dalam pembelajaran daring asinkronus rendah.
2. Penguasaan IT untuk mengakses pembelajaran daring desinkron masih rendah.
3. Waktu yang diberikan pada peserta didik selama 1 hari ful tidak efektif dan
menumbuhkan sifat menunda-nunda pembelajaran dan tugas.
Namun berdasarkan uraian kelemahan di atas, sudah ada beberapa perbaikan dan
peningkatan pada siklus I. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I ini guru perlu
melakukan perbaikan lagi supaya hasil belajar bisa lebih maksimal. yaitu dengan
memberikan semangat kepada peserta didik yang kurang berusaha secara maksimal untuk
memahami materi yang diajarkan, memberikan stimulus dan komponen pada link web blog
pembelajaran yang lebih lengkap dan menarik supaya peserta didik tidak merasa bosan.
Selain itu, perbaruan dan penambahan komponen media pada link materi diperlukan saat
pembelajaran Siklus II agar menggugah motivasi belajar peserta didik.
Kegiatan penelitian pada siklus II meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut uraian mengenai keempat tahap kegiatan tersebut.
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
2
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran Siklus II dilakukan selama 1 kali pertemuan pada hari Kamis, 03 September 2021
secara asinkron menggunakan WhatsApp, smansada.com dan web blog, dengan rincian sebagai
berikut:
Kegiatan pendahuluan,
Kegiatan inti
Kegiatan penutup
2
Refleksi
Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
siklus II. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
c. Pengamatan Siklus II
Pengamatan Siklus II juga dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Tingkat partisipasi peserta didik dilihat melalui rekapitulasi daftar hadir dan statistik
pengunjung link materi dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
2
Pengamatan Siklus I dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan
yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama proses
pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), partisipasi peserta didik
melalui rekap daftar hadir dan statistic pengunjung link materi.
Setelah dibagikan link materi pembelajaran, sesuai gambar x, maka dapat dilihat pengunjung
artikel tersebut telah dibuka sebanyak 140 kali. Ini merupakan indikator bahwa peserta didik
dalam membaca dan mengerjakan tugas mandiri serta post-tes dengan antusias. Meningkat dari
122 menjadi 140 kali atau meningkat sejumlah 12.85%.
Indikator lain dalam penelitian kali ini adalah kehadiran peserta didik dan nilai post-tes serta
nilai keterampilan hasil hasil pengerjaan penugasan mandiri. Gambar 6 adalah hasil pekerjaan
peserta didik pada penugasan mandiri melakukan interpretasi citra yang ditampilkan secara acak
pada 5 peserta didik.
3
Hasil belajar dilihat melalui rekapitulasi ranah kognitif dan ranah keterampilan. Berikut
dijelaskan dalam Tabel 2 rekapitulasi kehadiran dan nilai pengetahuan serta keterampilan peserta
didik di Kelas X IPS 1 Siklus II.
Tabel 2. Rekapitulasi Kehadiran, Nilai Pengetahuan & Keterampilan Peserta Didik Siklus II
Nilai Nilai
No Nama Kehadiran
Pengetahuan Keterampilan
1 A.A.Gede Raka Darma Yoga hadir 80.95 B 66 C
2 Ahmad Rizal Danuarta sakit
3 Albertho Yansen Rihi hadir 61.9 B 67 C
4 I Dewa Gde Yoga Pramesta ijin
5 I Dewa Gede Gangga Putra Mahotama hadir 66.67 C 69 C
6 I Gusti Ngurah Rai Sentana hadir 80.95 B 70 C
7 I Kadek Agus Julles Bimantara sakit
8 I Kadek Arya Sudiartana Wahyu Putra hadir 61.9 D 67 C
9 I Kadek Budiarta hadir 80.95 B 69 C
10 I Kadek Sukrawan hadir 80.95 B 69 C
11 I Ketut Widiantara hadir 80.95 B 67 C
12 I Komang Adi Wiana hadir 80.95 B 68 C
13 I Komang Agus Wirawan hadir 61.9 D 67 C
14 I Komang Ari Setiawan hadir 85.71 B 70 C
15 I Komang Edo Artha Yudantara hadir 61.9 D 67 C
16 I Komang Indra Adi Kusuma hadir 80.95 B 67 C
17 I Nengah Muliana hadir 85.71 B 67 C
18 I Putu Dewangga Raditya hadir 61.9 D 69 C
19 I Wayan Agus Apriana hadir 61.9 D 69 C
20 I Wayan Suriata hadir 85.71 B 70 C
21 Ni Kadek Budiswastini hadir 90.47 A 69 C
22 Ni Kadek Emik Rismawati hadir 90.47 A 70 C
23 Ni Kadek Juliantari hadir 80.95 B 71 C
24 Ni Kadek Julianti hadir 85.71 B 70 C
25 Ni Ketut Noviantari hadir 85.71 B 70 C
26 Ni Made Swanitarias Anggreni hadir 90.47 A 69 C
27 Ni Putu Ayu Trisna Diah Maharani hadir 85.71 B 71 C
28 Ni Putu Bunga Citra Lestari hadir 85.71 B 71 C
29 Ni Putu Dinar Sari Dewi hadir 80.95 B 72 C
3
30 Ni Putu Ratna Anjani hadir 85.71 B 73 C
31 Putu Duta Pradipta Saputra hadir 85.71 B 74 C
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kognitif siklus II, tingkat partisipasi dalam
pembelajaran daring asinkronus adalah 28 dari 31 peserta didik yaitu 90,32%. Meningkat
19,36%. Nilai rata-rata hasil pengetahuan dan keterampilan meningkat menjadi masing-masing
78.65 dan 69,03. Persentase ketuntasan penilaian pengetahuan adalah 78,57% yang mana ada 6
peserta didik yang tidak tuntas dan harus menjalankan kegiatan remidi. Persentase ketuntasan
penilaian keterampilan yaitu 100% dengan jumlah peserta didik yang tidak tuntas adalah 0
orang. Dilihat dari hasil post-tes, statistik perolehan peserta didik berdasarkan kategori adalah:
d. Refleksi Siklus II
Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat
pada siklus II. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik
peserta didik. Dari hasil proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik siklus II, hal-hal
yang sudah dicapai adalah dan menjadi kelebuhan adalah:
1. Peningkatan rata-rata capaian belajar peserta didik pada ranah pengetahuan dan
keterampilan.
2. Meningkatnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran daring asinkronus.
3. Peserta didik lebih terpadu dalam mengakses materi pembelajaran dengan web blog.
4. Peserta didik dapat berinteraksi dalam pembelajaran dengan guru baik dari WA Group
maupun kolom komentar pada kolom web blog.
5. Peserta didik lebih terarah dalam menyelesaikan penugasan mandiri.
6. Peserta didik menggunakan sedikit kuota untuk mengakses pembelajaran desinkron.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, menunjukkan bahwa beberapa kekurangan yang ditemui
oleh guru pada siklus II, yaitu:
1. Peserta didik yang tidak tuntas dalam post-tes bertambah dari 5 pada siklus I menjadi 6
peserta didik pada siklus II.
3
Namun berdasarkan uraian kelemahan di atas, sudah ada beberapa perbaikan dan
peningkatan pada siklus II. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I ini guru perlu
melakukan perbaikan lagi supaya hasil belajar bisa lebih maksimal. yaitu dengan
memberikan semangat kepada peserta didik yang kurang berusaha secara maksimal untuk
memahami materi yang diajarkan, memberikan stimulus yang lebih menarik dan komponen
pada link web blog pembelajaran yang lebih lengkap dan menarik supaya peserta didik tidak
merasa bosan. Selain itu, perbaikan yang dilakukan dan akan diterapkan dalam siklus III
adalah perubahan bentuk soal post-tes dari esai menjadi pilihan ganda.
Kegiatan penelitian pada siklus III meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut uraian mengenai keempat tahap kegiatan tersebut.
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
Pembelajaran Siklus I dilakukan selama 1 kali pertemuan pada hari Kamis, 10 September 2020
secara asinkron menggunakan WhatsApp, smansada.com dan web blog, dengan rincian sebagai
berikut:
Kegiatan pendahuluan
3
Kegiatan inti
Kegiatan penutup
Refleksi
• Setelah proses pembelajaran pada siklus III selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
siklus III. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
3
c. Pengamatan Siklus III
Pengamatan Siklus III dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung selama 2 x
60 menit. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
partisipasi peserta didik melalui rekapitulasi daftar hadir dan statistik pengunjung link materi
pembelajaran.
Gambar 8. Pengunjung Link Materi Pembelajaran pada Web Blog Siklus III
3
Setelah dibagikan link materi pembelajaran, sesuai Gambar 8, maka dapat dilihat
pengunjung artikel tersebut telah dibuka sebanyak 529 kali. Meningkat 277,85% dari
pengunjung link materi pembelajaran pada siklus II yaitu 140 kali dikunjungi. Ini
merupakan indikator bahwa peserta didik dalam membaca dan mengerjakan tugas
mandiri serta post-tes dengan sangat antusias.
Indikator lain dalam penelitian kali ini adalah kehadiran peserta didik dan nilai post-tes
serta nilai keterampilan hasil hasil pengerjaan penugasan mandiri. Gambar 9 adalah hasil
pekerjaan peserta didik pada penugasan mandiri membuat LKPD yang diambil secara
acak sebanyak 5 peserta didik.
Tabel 3. Rekapitulasi Kehadiran, Nilai Pengetahuan & Keterampilan Peserta Didik Siklus III
3
3 Albertho Yansen Rihi hadir 60 D 68 C
4 I Dewa Gde Yoga Pramesta sakit
5 I Dewa Gede Gangga Putra Mahotama hadir 80 B 69 C
6 I Gusti Ngurah Rai Sentana hadir 80 B 70 C
7 I Kadek Agus Julles Bimantara hadir 60 D 68 C
8 I Kadek Arya Sudiartana Wahyu Putra hadir 80 B 68 C
9 I Kadek Budiarta hadir 80 B 70 C
10 I Kadek Sukrawan hadir 80 B 68 C
11 I Ketut Widiantara ijin
12 I Komang Adi Wiana hadir 60 D 69 C
13 I Komang Agus Wirawan hadir 80 B 68 C
14 I Komang Ari Setiawan hadir 80 B 69 C
15 I Komang Edo Artha Yudantara hadir 80 B 68 C
16 I Komang Indra Adi Kusuma hadir 60 D 68 C
17 I Nengah Muliana hadir 60 D 70 C
18 I Putu Dewangga Raditya hadir 80 B 70 C
19 I Wayan Agus Apriana hadir 80 B 70 C
20 I Wayan Suriata hadir 80 B 71 C
21 Ni Kadek Budiswastini hadir 80 B 72 C
22 Ni Kadek Emik Rismawati hadir 100 A 71 C
23 Ni Kadek Juliantari hadir 80 B 72 C
24 Ni Kadek Julianti hadir 80 B 72 C
25 Ni Ketut Noviantari hadir 100 A 71 C
26 Ni Made Swanitarias Anggreni hadir 100 A 72 C
27 Ni Putu Ayu Trisna Diah Maharani hadir 100 A 72 C
28 Ni Putu Bunga Citra Lestari hadir 80 B 72 C
29 Ni Putu Dinar Sari Dewi hadir 100 A 73 C
30 Ni Putu Ratna Anjani hadir 80 B 74 C
31 Putu Duta Pradipta Saputra hadir 100 A 74 C
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kognitif siklus III, tingkat partisipasi dalam
pembelajaran daring asinkronus adalah 29 dari 31 peserta didik yaitu 93,54%. Nilai rata-rata
hasil pengetahuan dan keterampilan meningkat menjadi masing-masing 80.71 dan 70,1.
Persentase ketuntasan penilaian pengetahuan adalah 82,75% yang mana ada 5 peserta didik yang
tidak tuntas dan harus menjalankan kegiatan remidi. Persentase ketuntasan penilaian
keterampilan yaitu 100% dengan jumlah peserta didik yang tidak tuntas adalah 0 orang. Dilihat
dari hasil post-tes, statistik perolehan peserta didik berdasarkan kategori adalah:
3
a) Sangat Baik (A) berjumlah 7 peserta didik dan persentase 24,13%
d. Refleksi Siklus II
Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai dilaksanakan, peneliti dan guru pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Diskusi
hasil pengamatan dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
siklus II. Refleksi dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan praktik peserta didik.
Dari hasil proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik siklus II, hal-hal yang sudah
dicapai adalah dan menjadi kelebuhan adalah:
1. Peningkatan komponen pembelajaran dalam we blog dari pendahuluan sampai refleksi
pembelajaran.
2. Peningkatan persentase ketuntasan peserta didik.
3. Peningkatan pengunjung link materi pada web blog.
4. Peningkatan rata-rata capaian belajar peserta didik pada ranah pengetahuan dan keterampilan.
5. Meningkatnya partisipasi dan disiplin peserta didik dalam pembelajaran daring asinkronus.
6. Peserta didik lebih terpadu dalam mengakses materi pembelajaran dengan web blog.
7. Peserta didik dapat berinteraksi dalam pembelajaran dengan guru baik dari WA Group
maupun kolom komentar pada kolom web blog.
8. Peserta didik lebih terarah dalam menyelesaikan penugasan mandiri.
9. Peserta didik menggunakan sedikit kuota untuk mengakses pembelajaran desinkron.
Berdasarkan hasil refleksi siklus III, menunjukkan bahwa beberapa kekurangan yang ditemui
oleh guru pada siklus III, yaitu:
1. Masih terdapat peserta didik yang tidak tuntas dan harus menjalani pembelajaran remidi.
2. Masih terdapat peserta didik yang tidak hadir.
Berdasarkan uraian kelemahan di atas, sudah ada beberapa perbaikan dan peningkatan pada siklus
III. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus III ini guru perlu melakukan perbaikan lagi
supaya hasil belajar bisa maksimal. yaitu dengan memberikan motivasi kepada peserta didik
yang kurang berusaha secara maksimal untuk memahami materi yang diajarkan, Memberikan
stimulus yang lebih menarik dan komponen pada link web blog pembelajaran yang lebih
lengkap dan menarik supaya peserta didik tidak merasa bosan. Selain itu, perbaikan yang
dilakukan dan akan diterapkan dalam pembelajaran reguler adalah penerapan pembelajaran
seperti pada siklus III.
3
BAB V
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
2. Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran daring asinkronus penelitian ini
dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan inovasi untuk peningkatan
pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas namun perlu dipertimbangkan kriteria mata
pelajaran sebaiknya mata pelajaran tersebut sesuai karakteristik peserta didik dan materi
pembelajaran.
b. Bagi Guru
Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran ini diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal yaitu, (a) untuk memperhatikan dalam penggunaan waktu agar sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) guru memilih materi yang sesuai karakteristik model
pembelajaran daring desinkron (c) peran guru sangat dibutuhkan untuk memberi pengarahan
pada peserta didik, agar peserta didik lebih percaya diri sehingga berdampak pada hasil
belajar peserta didik yang menjadi lebih baik. Dengan beberapa pertimbangan tersebut
diharapkan
3
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar dapat memenuhi
kriteria ketuntasan belajar minimum.
c. Bagi Peserta Didik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat model pembelajaran daring
asinkronus perlu meningkatkan keaktifan dalam bertanya maupun berpendapat agar lebih
memahami materi dan bisa menjadi inovasi pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan
hasil belajar.
4
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.Yogyakarta: Gava Media
Kustandi, C dan Bambang S. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Slamento. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wardhani, IGAK., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK., Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasoetion. 2000. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
.2020. Sinkronus atau Asinkronus?. https://pjj.ui.ac.id/ufaqs/sinkronus-atau-
asinkronus/ Wardhani, IGAK., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wardhani, IGAK., Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasoetion. 2000. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
.2020. Sinkronus atau Asinkronus?.https://pjj.ui.ac.id/ufaqs/sinkronus-atau-asinkronus/.