Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Desy Rinawati , M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH:

AMBROSIUS RUNIK (2201140693)

CRISTHELA STEVANI JELITA DENGI (2201140696)

HIKMATUL MAULIDIYAH (2201140704)

NESYA MAHARANI (2201140709)

ALIDA Y.T YAME (2201140719)

ISKIA GHANDE (2201140727)

MINCE GANDAIMU (2201140732)

KELOMPOK: 1

KELAS: CAPELLA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan, karena atas
kehendaknya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Faktor Penyebab Korupsi ”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Budaya Anti Korupsi.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah yang diberikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
keselahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.

Akhir kata, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 14 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Proses Keperawatan............................................................................................... 6

2.2 Faktor-Faktor Umum yang Menyebabkan Korupsi ............................................................. 7

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi Berdasarkan Gone Theory ............................................... 8

2.4 Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi ..................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak
akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh media seolah-olah
merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal
yang biasa bagi semua kalangan, mulai dari bawah hingga kaum elite.
Korupsi sebagai "masalah keserakahan elite" yang telah mencoreng citra Bangsa di mata
internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan sebagai salah satu
upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun faktor tersebut.
berpusat pada satu hal yakni "toleransi terhadap korupsi". Kita lebih banyak wicara dan upacara
ketimbang aksi.
Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal bergerak menuju
pemberantasan korupsi yang riil. Korupsi di tanah negeri, ibarat "warisan haram" tanpa surat
wasiat. la tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde
yang datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila
disederhanakan, penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa
malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga.
yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari
aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis
misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat
dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial
yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah proses dari keperawatan?

2. Apa saja Faktor-faktor umum yang menyebabkan korupsi?

3. Apa saja Faktor-faktor penyebab korupsi berdasarkan Gone Theory?

4. Apa saja Faktor-faktor internal dan eksternal penyebab korupsi?

4
1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah proses dari keperawatan

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor umum yang menyebabkan korupsi

3. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab korupsi berdasarkan Gone Theory

4. Untuk mengetahui Faktor-faktor internal dan eksternal penyebab korupsi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Proses Keperawatan

Zaman Purba, pada zaman ini perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh


agama atau kepercayaan. Kepercayaan pada kekuatan gaib atau mistik yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Mereka masih percaya jika seseorang sakit karena
kekuatan gaib seperti percaya pada pohon dan batu besar. Pada masa sini perawatan
belum begitu berkembang desbabkan masyarakat lenih mempercayai dukun untuk
mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mempu untuk mencari,
mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ketubuh orang sakit. Peran perawat pada
masa ini masih berkembang masa ini telihat seperti sejarah mesir dan cina.

Zaman permulaan Masehi, kemajuan peradaban manusia dimulai dari manusia


mulai mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan
peradaban manusia sehinggan berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan.
Zaman ini dipengaruhi oleh perkembangan dan penyebaran dua agama yakni agama
kristen dan islam. Pada perkembangan keperawatan masa penyebaran kristen pada masa
itu, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepestan
perkembangan agama kristen. Pada masa Lord Constantine yang mendirikan
xenodhoerun atau hospes yaitu tempat penampungan orang yang memebutuhkan
pertolongan terutama bagi orang yang sakit dan membutuhkan perawatan, Selanjutnya
pada masa penyebaran islam pada masa ioni di jazira arab berkembang pesat ilmu
pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip prinsip
dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan makan, air dan
lingkungan berkembang secara pesat.

Zaman Pertengahan, pada zaman ini terjadi perang besar antar agama yang
dikenal dengan perang salib. Perang ini membawa banyak derita bagi rakyat korban luka
dan terbunuh, kelaparan dan berbagai penyakit lain. Untuk mengatasi kondisi tersebut
mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna memberikan pertolongan dan perawatan
untuk korban perang. Akhirnya, ilmu pengobatan dan perawatan terus mengalami
kemajuan.

Zaman baru( Renaisans), pengaruh renains juga merambah ke ilmu keperawatan.

6
Pengola rumah sakit yang semula dikerjakan oleh pihak gereja pada masa tersebut
diambil alih oleh sipil. Pengola rumah sakit yang semula dikerjakan oleh pihak gereja
pada masa tersebut diambil alih oleh sipil. Akhirnya, perawatan bagi orang sakit pun
mengalami kemunduran karena peran perawat digantikan oleh orang awam yang tidak
mengerti tentang keperawatan.

Pada tahun 1950-1967, Proses keperawatan yang dimulai tahun 1950 dianggap
sebagaistadium embrio. Pada saat itu proses keperawatan belum dipahami dan juga
belum bisa diterima, tetapi sudah dilakukan sehari-hari. Baru padatahun 1955 Lydia Hall
memberikan presentasinya tentang "Perawatan adalah suatu proses". Pada hakikatnya
keperawatan menyangkut empat hal pokok yaitu :a) Nursing at the patient. b) Nursing to
the patient c). Nursing for the patient d). Nursing with the patientfase dalam proses
keperawatn diidentifikasi oleh para dosenkeperawatan Universitas Katolik Amerika pada
tahun 1967 meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Zaman Modern, di inggris kemajuan yang pesat untuk bidang keperawatan


diantaranya adalah pembangunan sekolah-sekolah perawat pendirian perhimpunan
perawat nasional inggris (British nurse assosiation) oleh Erenwick pada tahun 1887
perhimpunan ini bertujuan untuk mempersatukan perawat-perawat yang ada di inggris.
Kemudian pada I juli 1889 Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut
International Council Of Nurses (ICN). Setelah era tersebut, dunia keperawatan terus
berkembang pesat kondisi ini mendorong munculnya tokoh-tokoh dalan keperawatan.

Keperawatan pada Masa Kini, Perawat profesional memberikan perawatan


dengan penuh kasih sayang, perhatian, rasa hormat terhadap harga diri klien. Seiring
berkembangnya zaman ilmu pengetahuan terus berkembang seiring penemuan baru dan
inovasi. Keperawatan perlindungan, promosi, optimalisasi kesehatan dan kemampuan
mencegah penyakit, cidera, meringankan penderita melalui diagnose keperawatan dan
penanganan respon manusia dan advokasi dalam penanganan individu, keluarga,
masyarakat dan populasi (ANA, 2003)

2.2 Faktor-Faktor Umum yang Menyebabkan Korupsi


Faktor-faktor penyebab korupsi dapat meliputi:
1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika
terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika
meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan dan politik
7
uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan
sisi lain lemahnya penegakan hukum. Ini bisa meliputi aturan yang diskriminatif dan tidak
adil, rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir, hingga sanksi
yang terlalu ringan
3. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Selain rendahnya
gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya korupsi,
diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan bagi
pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Namun, kenyataannya korupsi juga
dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Ini membuat korupsi sebenarnya bukan
disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi.
4. Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau
di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi Berdasarkan Gone Theory


Teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE theory, bahwa
faktor faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:
1. Greeds (keserakahan) adalah berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial
ada didalam diri setiap orang. Keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi, menjadikan
koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya;
2. Opportunities (kesempatan) adalah berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan dikarenakan sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi;
3. Needs (kebutuhan) adalah berkaitan dengan faktor faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk
menunjang hidupnya yang wajar. Sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat
dengan kebutuhan yang tidak pernah puas atau kuranng bersyukur;
4. Exposures (pengungkapan) adalah berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi
oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan. Hukuman yang
dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.
Dalam hal ini kasus tidak hanya diungkap tetapi juga lebih luas yaitu penegakan hukum /law
8
enforcement secara konsinten. Seorang koruptor harus dihukum berat sesuai dengan kesalahnnya
sehingga memberikan efek jera bagi yang lain

2.4 Faktor-faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi


Ada beberapa faktor penyebab korupsi yang menjadi pemicu perilaku kotor ini. Faktor
penyebab korupsi yaitu:
A. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Persepsi terhadap
korupsi. Pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Salah satu penyebab
masih bertahannya sikap primitif terhadap korupsi karena belum jelas mengenai batasan bagi
istilah korupsi, sehingga terjadi beberapa pandangan berbeda dalam melihat korupsi. Kualitas
moral dan integritas individu. Adanya sifat serakah dalam diri manusia dan himpitan ekonomi
yang rendah juga dapat membuat seseorang melakukan korupsi.
Adapun beberapa pernyataan ahli yang disimpulkan beberapa poin sebab- sebab terjadinya
korupsi adalah sebagai berikut:
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Selain faktor-faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal lainnya, faktor tersebut
yaitu:
a. Aspek Perilaku Individu: Sifat Tamak/Rakus Manusia Korupsi yang dilakukan bukan karena
kebutuhan primer, yaitu kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan,
tetapi memiliki sifat tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur
penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu sifat tamak/rakus. Maka
tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukum nya.
b. Moral yang kurang kuat
Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk melakukan tindak korupsi. Godaan
bisa datang dari berbagai pengaruh di sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan,
atau pihak lain yang memberi kesempatan.
c. Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif. Perilaku
konsumtif yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang sesuai, menciptakan peluang bagi
seseorang untuk melakukan tindak korupsi.
d. Aspek Sosial
Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku koruptif. Menurut kaum
bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat menjadi pendorong seseorang bertindak
korupsi, mengalahkan sifat baik yang sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya.
Lingkungan justru memberi dorongan bukan hukuman atas tindakan koruptif seseorang.
9
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Sistem hukum di
Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Hukum tidak dijalankan sesuai
prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh
masyarakat. Politik Monopoli kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya
kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat.
Faktor yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyelahgunaan
wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) yang masih sangat tinggi dan tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan
masyarakat menganggap bahwa korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi.
Sosial Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi.
Korupsi merupakan budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Ada aspek-aspek yang membuat orang-orang melakukan korupsi. Aspek tersebut meliputi:
a. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi
Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga nama baik
organisasi. Demikian pula tindak korupsi dalam sebuah organisasi sering kali ditutup-
tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak korupsi seakan mendapat pembenaran, bahkan
berkembang dalam berbagai bentuk. Sikap masyarakat yang berpotensi memberi peluang
perilaku korupsi antara lain:
1) Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya korupsi.
Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis terhadap kondisi, seperti darimana
kekayaan itu berasal.
2) Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat tindak
korupsi adalah Negara. Padahal justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh
masyarakat sendiri. Contohnya akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi
berkurang, pembangunan transportasi umum menjadi terbatas misalnya.
3) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap
tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun masyarakat justru terbiasa
terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak
disadari.
4) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Umumnya masyarakat menganggap bahwa pencegahan pemberantasan korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah.
b. Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi. Pendapatan yang

10
tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak masalah ekonomi membuka
ruang bagi seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah korupsi.
c. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di
mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang
atau kesempatan terjadinya korupsi. Aspek-aspek penyebab korupsi dalam sudut pandang
organisasi meliputi:
1) Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin
Pemimpin adalah panutan bagi bawahannya. Apa yang dilakukan oleh pemimpin
merupakan contoh bagi bawahannya. Apabila pemimpin memberikan contoh
keteladanan melakukan tindak korupsi, maka bawahannya juga akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.
2) Tidak Adanya Kultur Budaya Organisasi yang Benar
Organisasi harus memiliki Tujuan Organisasi yang fokus dan jelas. Tujuan organisasi
ini menjadi pedoman dan memberikan arah bagi anggota organisasi dalam
melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya. Tujuan organisasi menghubungkan
anggotanya dengan berbagai tatacara dalam kelompok: juga berfungsi untuk
membantu anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan
melakukan suatu tindakan. Tatacara pencapaian tujuan dan pedoman tindakan inilah
kemudian menjadi kultur/budaya organisasi. Kultur organisasi harus dikelola dengan
benar, mengikuti standar-standar yang jelas tentang perilaku yang boleh dan yang tidak
boleh.Kekuatan pemimpin menjadi penentu karena memberikan teladan bagi anggota
organisasi dalam mebentuk budaya organisasi. Peluang terjadinya korupsi apabila
dalam budaya organisasi tidak ditetapkan nilai-nilai kebenaran, atau bahkan nilai dan
norma-norma justru berkebalikan dengan norma-norma yang berlaku secara umum
(norma bahwa tindak korupsi adalah tindakan yang salah).
3) Kurang Memadainya. Sistem Akuntabilitas
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan visi dan misi yang diembannya, yang
dijabarkan dalam rencana kerja dan target pencapaiannya. Dengan cara ini penilaian
terhadap kinerja organisasi dapat dengan mudah dilaksanakan. Apabila organisasi tidak
merumuskan tujuan, sasaran, dan target kerjanya dengan jelas, maka akan sulit
dilakukan penilaian dan pengukuran kinerja. Hal ini membuka peluang tindak korupsi
dalam organisasi.
4) Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi
dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah
organisasi semakin terbuka peluang tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Tindak Pidana Korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan
kekuatan-kekuatan formal (misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya
diri sendiri. Dalam UU No. 30 31 Tahun 1999 jo. UU No. 21 Tahun 2001 ada tiga puluh satu jenis
tindakan yang dapat di kategorikan sebagai tindak pidana korupsi, secara ringkas tindakan tindakan
itu dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu:

1) Kerugian keuntungan negara

2) Suap menyuap

3) Penggelapan dalam jabatan

4) Pemerasan

5) Perbuatan curang

6) Benturan kepentingan dalam pengadaan

7) Gratifikasi

Penyebab terjadinya Tindak Pidana Korupsi ada dua aspek, aspek internal dan eksternal. Aspek
internal meliputi:

1) Aspek Sosial

2) Aspek Perilaku Individu

3) Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya

4) Kemiskinan dan ketidaksamaan

5) Gaji yang rendah

6) Peninggalan pemerintahan colonial

Faktor eksternal merupakan factor yang berasal dari luar diri seseorang Meliputi beberapa aspek,
antara lain:

1) Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

2) Aspek Ekonomi

12
3) Aspek Organisasi

Cara penanggulangan Tindak Pidana Korupsi antara lain:

1) Pembentukan Lembaga Anti Korupsikat.

2) Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3) Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat

4) Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang Mendukung Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi

5) Pemantauan dan Evaluasi

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, harapan penulis disini adalah dengan adanya Pendidikan
anti korupsi diharapkan mampu menanamkan kedalam diri seseorang tentang betapa pentingnya
Pendidikan anti korupsi dan menjauhi prilaku korupsi yang memang harus ditanamkan sejak dini
mulai dari hal yang paling terkecil. Dan semoga makalah ini dapat membantu para pembaca yang
mungkin masih kebingungan mengenai factor-faktor internal dan ekstemal penyebab terjadinya
korupsi. Penulis juga mohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurangan. Penulis banyak
mengharapkan saran, agar dapat menjadi motivasi bagi penulis agar lebih baik buat kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andrisman Tri, 2013, Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia Serta
Pengembangannya Dalam Konsep KUHP 2013, Bandar Lampung,

Aura Publishing Arief Barda Nawawi, 2008, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan Jakarta, Kencana

14

Anda mungkin juga menyukai