Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA


PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN
SUDUT DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV SD 002 SEI BEDUK
2021/2022

Disusun oleh :
RUBIAH. S, S.Pd.SD
NIP. 196903102000102001

PEMERINTAHAN KOTA BATAM


DINAS PENDIDIKAN
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan penelitian ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat baik lang-
sung ataupun tidak langsung yang telah membantu kelancaran penelitian tindakan
kelas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca selalu penulis harapkan demi kesem-
purnaan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini. Akhirnya penulis berharap semoga
laporan penelitian ini bermanfaat bagi kita.

Batam, Maret 2023


Penulis,

Rubiah

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................6


A. Penelitian Tindakan Kelas..................................................................6
B. Pengertian Belajar...............................................................................9
C. Pengertian Hasil Belajar....................................................................12
D. Pembelajaran Matematika di SD.......................................................12
E. Model Pembelajaran Kooperatif........................................................14
F. STAD ( Students Teams Achievement Division )..............................15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................20


A. Jenis Penelitian dan Subjek Penelitian.............................................20
B. Tempat Penelitian ............................................................................21
C. Waktu Penelitian...............................................................................21
D. Jenis Data dan Sumber ata................................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................23
F. Analisa Data......................................................................................23
G. Prosedur Penelitian...........................................................................24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28


A. Hasil Penelitian..........................................................................................28
B. Pembahasan................................................................................................44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................47


A. Simpulan .................................................................................................47
B. Saran ........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu............................................18
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok...........................................................18
Tabel 3.1 Subjek Penelitian Siswa Kelas IV SD Negeri 002 sei Beduk................20
Tabel 3.2 Alokasi Waktu penelitian ......................................................................22
Tabel 3.3 Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal.......................................................23
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1...............................................30
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Siswa Siklus I..............................................................32
Tabel 4.3 Hasil tes Formatif Siswa Siklus I...........................................................34
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1I..............................................38
Tabel 4.5 Hasil Aktivitas Siswa Siklus II..............................................................40
Tabel 4.3 Hasil tes Formatif Siswa Siklus II.........................................................42

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Siklus PTK..........................................................................................25

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1:.............................................................................................................

vi
ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Ma-


teri Pengukuran Sudut Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika ten-
tang pengukuran sudut siswa kelas Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Keca-
matan Sungai Beduk Kota Batam. Lokasi penelitian ini di IV SD Negeri 002 Sei
Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam dengan Jumlah siswa 31 anak, 18
anak Siswa putra dan 13 anak siswa putri. Data dalam penelitian ini diperoleh dari
hasil wawancara,angket, hasil observasi tindakan, dan hasil evaluasi. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar tahapan: (1)
menyusun rencana kegiatan, (2) melaksanakan tindakan,(3) observasi, dan (4)
analisis yang dilanjutkan dengan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dengan penggunaan alat peraga
pada proses pembelajaran maka hasil belajar siswa dapat lebih meningkat.
Kegiatan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan pem-
belajaran yang aktif dan menyenangkan. Peningkatan hasil belajar matematika
materi pengukuran sudut diperoleh data siswa tuntas pada siklus I dari 31 siswa,
ada 19 siswa dengan presentase 61,3%, sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 12
siswa dengan presentase 38,7%. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup
signifikan yaitu siswa yang tuntas menjadi 29 siswa dengan prosentase 93,5%,
sedangkan siswa yang belum tuntas 2 siswa dengan presentase 6,5%. Artinya se-
cara keseluruhan kelas dapat dikatakan tuntas.
Berdasar hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika
materi pengukuran sudut serta meningkatkan kerja sama siswa dalam menyele-
saikan tugas kelompok. Pembelajaran menjadi menyengankan sehingga siswa tak
mudah jenuh.

Kata-kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika di SD dan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan
strategis dalam pembangunan nasional, karena salah satu penentu kemajuan suatu
bangsa. Pendidikan bahkan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas
hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, serta yang dapat mengantarkan
bangsa mencapai kemakmuran.
Muhammad Saroni (2011: 10) mengatakan, “Pendidikan merupakan suatu
proses yang berlangsung dalam kehidupan sebagai upaya untuk menyeimbangkan
kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses penyeimbangan ini merupakan
bentuk survive yang dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang
berlangsung dalam kehidupan.” Pendidikan di dalamnya merupakan suatu proses,
ada hubungan antara pendidik dan peserta didik, serta memiliki tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan merupakan su-
atu proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang
bertujuan menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan.
Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945, maka pengertian pen-
didikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak ke-
hidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, ter-
ampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan per-
masalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan
anak yang berusia antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan di tingkat
dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karak-
teristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa. Disinilah siswa
sekolah dasar ditempa berbagai bidang studi yang kesemuanya harus mampu
dikuasai siswa. Tidaklah salah bila di sekolah dasar disebut sebagai pusat pen-
didikan. bukan hanya di kelas saja proses pembelajaran

1
2

Pembelajaran matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah
berkembang amat pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan se-
hari-hari . Penguasaan matematika secara baik sejak dini perlu ditanamkan se-
hingga konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam ke-
hidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar matematika maka anak akan
memiliki bekal untuk menguak perkembangan ilmu dan teknologi yang berkem-
bang pesat dewasa ini. Terutama sekali pada anak pada tingkat Sekolah Dasar an-
tara usia 7 sampai 13 tahun.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar memiliki arti penting
bagi siswa pada pembentukan pribadi warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan Un-
dang-Undang Dasar 1945 (Depdiknas, 2006:97-104).
Peran guru untuk membekali dan mengembangkan nilai sikap dan moral
pada diri siswa di sekolah dasar tentu sangat diperlukan. Namun pengembangan
nilai sikap dan moral pada diri siswa mustahil untuk dicapai apabila siswa tidak
memahami konsep- konsep tentang nilai dan moral itu sendiri. Konsep tentang ni-
lai sikap dan moral sesungguhnya telah termuat di dalam ruang lingkup mata pela-
jaran PKn fokus terhadap terbentuknya warga negara yang paham dan melak-
sanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
terampil, cerdas serta berkarakter sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti lebih lanjut di SD Negeri 002 Sei
Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam, hasil belajar siswa kelas Kelas IV
SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam pada pembela-
jaran matematika pada materi pengukuran sudut masih tergolong rendah. Rendah-
nya hasil belajar siswa dapat peneliti lihat dari hasil nilai harian siswa pada se-
mester ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023. Berdasarkan hasil nilai harian pelajaran
matematika materi pengukuran sudut dari 31 siswa, diperoleh siswa yang menda-
pat nilai di atas KKM 65, sebanyak 18 orang siswa (58%) dan yang mendapat ni-
lai di bawah KKM sebanyak 13 siswa (42%). Berarti hanya 18 orang siswa yang
sudah mencapai standar ketuntasan dan 13 siswa dinyatakan belum mencapai
3

standar ketuntasan yang diharapkan. Secara garis besar peneliti lihat bahwa ketun-
tasan belajar siswa pada pembelajaran matematika masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan guru dalam memberikan pembelajaran kurang
melibatkan anak turut berinteraksi dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Cara
pembelajaran guru cenderung monothon tidak ada variasi.
Berdasarkan hal tersebut peneliti mengidentifikasikan masalah yang di-
alami siswa. Dari beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu:
1) Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru cenderung berpusat
pada guru dan kurangmelibatkan siswa aktif dalam belajar,
2) Guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tu-
gas,
3) Materi – materi yang diajarkan juga masih kurang dikaitkan dengan ke-
hidupan sehari – hari siswa,
4) Sumber belajar yang ada hanyalah guru pemberi informasi dan buku,
5) Guru masih belum menggunakan media pada pembelajaran matematika,
sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dianalisis yang men-
jadi akar permasalahan adalah penjelasan guru yang cenderung membuat siswa
bosan. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh
guru kurang bervariatif, sehinggga siswa cenderung jenuh dan bosan bahkan tim-
bul kemalasan untuk mengikuti pembelajaran. Disamping itu guru kurag meli-
batkan siswa turut berpartisipasi dan interaksi diantara sesama siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang
termotivasi. Kekurangan media pembelajaran juga menjadi salah satu penyebab
siswa tidak tertsrik dalam pembelajaran matematika.
Untuk itu dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti harus meng-
ganti metode pembelajaran agar hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matem-
atika tentang materi pengukuran sudut di Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Ke-
camatan Sungai Beduk Kota Batam dapat meningkat. Mungkin dengan menggu-
nakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Divisions) siswa bisa belajar lebih aktif.
4

Berdasarkan analisis masalah diatas, langkah selanjutnya guru meren-


canakan alternatif pemecahan masalah, untuk memperbaiki proses pembelajaran
maka peneliti mengambil judul penelitian tindkan kelas yaitu : “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Materi Pengukuran
Sudut Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IV
SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasar uraian di atas maka penelitian ini ditekankan pada Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pengukuran Sudut Kelas IV SD 002
Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.
Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahan sebagaai berikut:
Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pen-
gukuran Sudut Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk
Kota Batam?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memperbaiki
suatu model pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan
hasil yang diharapkan.
Adapun tujuan perbaikan yang ingin dicapai melalui kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah :
1. Mendeskripsikan efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matem-
atika Materi Pengukuran Sudut Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Keca-
matan Sungai Beduk Kota Batam.
2. Menganalisis tingkat keberhasilan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matem-
atika Materi Pengukuran Sudut Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Keca-
matan Sungai Beduk Kota Batam.
5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat penelitan dan perbaikan pembelajaran ini sangat besar keuntun-
gannya baik bagi guru, sekolah, dan pendidikan secara umum agar masalah-
masalah siswa dan kejadian-kejadian didalam kelas dapat diatasi dengan baik dan
tidak dibiarkan begitu saja. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di kelas-
nya.
2. Bagi Siswa
Sebagai masukan bagi siswa untuk benar-benar memanfaatkan model pembela-
jaran Kooperatif Tipe STAD di kelasnya dalam rangka meningkatkan hasil belajar
dan pemahaman terhadap pembelajaran Matematika.
3. Bagi SD Negeri 002 Sei Beduk
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan
Sungai Beduk Kota Batam, dapat lebih meningkatkan penerapan model pembela-
jaran kooperatif tipe STAD agar hasil belajar dan pemahaman siswa lebih baik
dan meningkat serta dimungkinkan untuk diterapkan pada pelajaran lain dan
tingkat kelas lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action re-
search (CAR), yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom Ac-
tion Research diawali dari istilah action research. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebgai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat.
Menurut Wijaya Kusuma (2011:9) penelitian tindakan kelas adalah peneli-
tian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien seba-
gaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya.
Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Y.Padmono (2010) meny-
atakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di
dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pan-
dangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolab-
oratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif terse-
but perlu diuji sejauh mana efektifitasnya.
Dengan demikian penelitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan
mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat
meminta atau bekerja sama dengan pihak lain.
Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Y.Padmono
(2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri
kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial
mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situ-

6
7

asi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. Kemmis dan Taggart memandang,


bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang
mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam
bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research 1986.
Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala
sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk mem-
perbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan
yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situ-
asi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif den-
gan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 60-63) karakteristik penelitian tin-
dakan kelas antara lain:
1) Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3) Dilakukan dalam beberapa putaran
4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel terbatas
b. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Untuk mencapai hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan, maka
prosedur dalam penelitian tindakan kelas dibuat melalui beberapa tahapan.
Berikut ini beberapa tahapan dalam prosedur Penelitian Tindakan Kelas menurut
para ahli.
Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas,
yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan,
pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK.
8

Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih (2011:75) langkah penelitian


adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan ob-
servasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-
langkah penelitian sebagai berikut :
1) Adanya ide awal
Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan
atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
2) Praservei
Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan
diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3) Diagnosis
Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang di-
jadikan sasaran.
4) Perencanaan
Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan
umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan.
Merupakan realisasi dari suati tindakan yang sudah direncanakan sebelum-
nya. Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
5) Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring
haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.
6) Evaluasi dan refleksi
Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang di-
lakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK.
Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi
tindakan dan hasil observasi.
7) Penyusunan laporan PTK.
9

Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sis-


tematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian
PTK.

B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah upaya dan proses yang di lakukan dalam setiap
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang baik serta dalam bentuk
keterampilan, sikap dan pengetahuan sebagai suatu pengalaman dari berbagai ma-
teri yang telah di pelajari. Dibawah ini disampaikan beberapa definisi tentang be-
lajar menurut para ahli.
Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organ-
isme atau pribadi (Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, 2015: 11). Menurut
A.M Sardiman (2016: 20), belajar mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti ter-
batas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat di artikan sebagai kegiatan
psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang meru-
pakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa belajar meru-
pakan usaha penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang menuju ter-
bentuknya kepribadian secara utuh.
Menurut Nana Sudjana (2016: 28) belajar adalah proses yang diarahkan
kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati
dan memahami sesuatu. Oemar Hamalik (2015: 37) berpendapat belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkun-
gan.
Sedangkan menurut W.Gulo (2002: 8) belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku dalam berfikir,
bersikap dan berbuat.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:37) “Hasil belajar adalah kemam-
puan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Dalam kegiatan pem-
10

belajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan
berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pelajaran yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dimyati dan Mujiono (2012:3) memaparkan bahwa “Hasil belajar meru-
pakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah
selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, se-
belum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Sudjana (Y.Padmono, 2010:37) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Dari beberapa uraian di atas diketahui bahwa belajar adalah Berdasarkan
teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan pen-
guasaan berbagai macam keterampilan, pengetahuan setelah siswa memperoleh
pengalaman belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai di-
tentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Suatu
proses perubahan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mengubah tingkah
laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada individu yang belajar. Jika
demikian, apakah ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar? Pe-
rubahan tingkah laku yang dimaksud adalah :
a. Perubahan terjadi secara sadar.
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang - kurangnya ia merasakan telah tejadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang ter-
11

jadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidu-
pan ataupun proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Den-
gan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan
makin baik perubahan yang diperoleh. perubahan yang bersifat aktif artinya
bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha
individu scndiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk be-
berapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan
sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap dan permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat mene-
tap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku
yang benar - benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, se-
belumnya, sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar
mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang
telah ditetapkannya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyelu-
ruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

C. Pengertian Hasil Belajar


12

Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilihat


dari hasil belajarnya. Dengan kata lain ketercapaian tujuan pembelajaran dapat
dilihat dari hasil belajar siswa.
Menurut, Dimyati dan Mudjion (2013 : 200) hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembela-
jaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai
berupa huruf atau kata atau symbol.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
Pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Oe-
mar Hamalik, 2015 : 155).
S.Nasution (2011 : 61) menyatakan hasil belajar siswa dirumuskan sebagai
tujuan instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesi-
fik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi.

D. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memberikan arti penting bagi
perkembangan konsep berpikir anak. Dalam mempelajari matematika, siswa perlu
menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah
mereka miliki. Penekanan pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan
dan kontinuitas konsep dalam matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan
segera menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari memiliki persamaan
atau perbedaan dengan konsep yang sudah mereka pelajari.
Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Ny-
oman S.Degeng, 2013:1). Bertolak dari devinisi tersebut pembelajaran dapat diar-
tikan sebagai suatu kegatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga
terjadi proses belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa memerlukan suatu
strategi, yaitu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran matematika adalah
kegiaatan yang dipilih oleh pengajar (guru) dalam proses pembelajaran yang dapat
13

memberikan fasilitas belajara sehingga memperlanacar tujuan belajar matematika


Hudoyo dalam (Endang Styo dan Sri Harmini, 2011:9)
Pendidikan matematika di sekolah dasar merupakan basis pendidikan dalam
membentuk insan Indonesia seutuhnya, seperti diisyaratkan dalam kebijakan-kebi-
jakan pemerintah dari tahun ketahun. Lulusan sekolah dasar diharap dapat mem-
bekali dirinyaa dengan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan mereka
mau dan mampu menata kehidupan yang lebih layak baik dalam proses pen-
didikan formal selanjutnya maupun dalam kehidupan di tengah-tengah
masyarakat. Sasaran tersebut dapat terjangkau jika program pembelajaran di seko-
lah memenuhi basis pendidikan bermutu.
Dalam Depdikbud (1993) disebutkan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah dasar berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan-bilangan smbol-simabol serta ketajaman penalaran yang
dapat membantu memperjelas dan mempermuda menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada jenjang sekolah dasar diutamakan
agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kai-
tannya dengan praktek kehidpupan seharai-hari.
Sejalan dengan fungsi pembelajaran matematika di sekolah dasar disebutkan
tujuan umum pendidikan matematika di sekolah dasar adalah belajar
bernalar ,pembentukan sikap siswa, dan keterampilan dalam dalam menerapkan
matematika.
Jadi dalam setiap pembelajaran matematika di sekolah dasar guru tidak
cukup hanya memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi lebih dari itu guru harus
lebih dapat membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk.untuk itu guru
wajib berupaya mengembangkan diri dalam profesinya.
E. Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan
guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan ( materi) tertentu dan dalam pemil-
ihan suatu model harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi pelajaran.
Tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia
14

sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga model pembelajaran yang diharapkan


dapat tercapai.
Eggn dan Kauchak ( dalam Trianto, 2015:42) mengatakan bahwa pembela-
jaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisi-
pasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan bela-
jar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara
kolaboratif maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah
( Trianto, 2015:42).
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam mem-
bantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menum-
buhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bek-
erja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik ( Trianto, 2015: 42). Pembela-
jaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas ter-
hadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidak-
mampuan ( Ibrahim, dkk, 2015:9).
Lungren (dalam Trianto, 2015:46) menyusun ketrampilan- ketrampilan ko-
operatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan ketrampilan yaitu :

a. Ketrampilan kooperatif tingkat awal , yaitu :


1) Berada dalam tugas yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya
2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan
tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok
15

3) Mendorong adanya partisipasi yaitu memotivasi semua anggota kelompok


untuk memberikan kontribusi
4) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat / persepsi
b. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, yaitu :
1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan peran fisik dan verbal
agar pembicara mengetahui bahwa informasi diserap secara energik
2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih
lanjut
3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang
berbeda Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memas-
tikan bahwa jawaban tersebut benar
c. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain mengolaborasi, yaitu mem-
perluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat
dengan topik tertentu.
Model pembelajaran kooperatif berkaitan dengan penelitian ini dikarenakan
guru mempunyai inisiatif yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif agar
kerjasama antar siswa dalam pembelajaran matematika berjalan dengan baik se-
hingga mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

F. STAD ( Student Teams Achievement Division )


Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggu-
nakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang
siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2015:52).
Robert E.Slavin (2005 :11) menyatakan bahwa dalam STAD, siswa dibagi
dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemam-
puan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran,
lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran.
16

Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-


sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Trianto, 2015: 52-56) ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Perangkat pembelajaran
Meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa(LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama,
jenis kelamin,dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan
latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat di-
dasarkan pada prestasi akademik.
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal
ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila
tidak ada pengaturan tempat duduk maka mengakibatkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran.
e. Kerja kelompok
Terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada
langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase
STAD antara lain berikut ini:
Fase Kegiatan guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
17

Fase 2 Menyajikan / menyampaikan informasi


Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat
bahan bacaan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok (Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007:54)
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menghitung skor awal
Menurut Robert E.Slavin (2005:159) untuk memberikan skor perkembangan
individu dihitung pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1
Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor Kuis Skor Perkembangan


Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin-1 poin di bawah skor awal 10 poin
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal ) 30 poin
18

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin

b. Menghitung skor kelompok


Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-
rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor
perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kate-
gori skor kelompok seperti tercantum pada tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-Rata Tim Prediket
0<x<5 -
Tim Baik
5 < x < 15
Tim Hebat
15 < x < 25
Tim Super
25 < x < 30
( Sumber : Ratumanan dalam Trianto, 2015: 56)
c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing- masing
kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah / penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
Kaitan STAD (Student Teams Achievement Division) dengan penelitian ini
yaitu dengan menggunakan STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ak-
tivitas siswa serta aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dikarenakan
guru memulai pembelajaran dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyam-
paian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok sehingga pem-
belajaran ini menarik bagi siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
matematika.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN

A. Jenis Penelitian dan Sujek Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan untuk menghimpun data tentang pen-
ingkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika adalah penilitian
deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan subjek saat itu,
atau menggambarkan lapangan sebagaimana adanya (Nana Sudjana. 2016 : 45).
Atau penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi juga menyediakan data,
menganalisis dan menginterfrestasi.
Penelitian ini bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan ak-
tual mengenai fakta dan sifat-sifat populasi Abu Achmadi dan Narbuko (2013 :
44). Informasi yang ingin peneliti gali dari siswa (Responden) adalah apakah ada
peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD
dalam pembelajaran Matematika materi Pengukuran Sudut pada siswa kelas IV
SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas siswa kelas IV SD
Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.yang berjumlah 31
orang, dimana terdiri dari 18 siswa laki laki dan 13 siswa perempuan. Adapun
data siswa sebagai berikut pada Tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Subjek Penelitian Siswa IV SD Negeri 002 Sei Beduk
JENIS KELAMIN
NO NAMA SISWA
(L/P)
1 Abiyu Nawal Aghla Mulyadi

2 Adelia Puspita Sari P


3 Adytia Allmusaleh L
4 Afinas L
5 Ahmad Safiul Izzan L
6 Aldo L

19
20

7 Alya Muna Ummi W P


8 Andrin Kevin Gea L
9 Apriadi L
10 Aurellia P

11 Avika Wulandari P

12 Aviona Wulandari P

13 Batama Simon Sibarani L


14 Edry Muazam Shah L
15 Ester Manullang P

16 Fitri Handayani P

17 Gisel Malani Hutauruk P

18 Hamira Safitri P

19 Hanifa Zakiya P

20 Ibnu Fatih Zakaria L


21 Kaira Dewi P
22 Muhammad Akbar L
23 Muhammad Afif L
24 Muhammad AL Hadi L
25 Muhammad Syafiqu Rohman L
26 Mulia Safitri P
27 Natasha Ramadhani P
28 Renault Syaripudin L
29 Reno L
30 Rosyid Ahmad L
31 Suhandi L
Sumber: SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk

B. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan
Sungai Beduk Kota Batam. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajar
di SD Negeri 002 Sei Beduk tersebut dan lokasi SD ini berada Kecamatan Sungai
Beduk Kota Batam.

C. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada Semester Ganjil tahun pela-
jaran 2022/2023. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober-November 2022.
21

Peneliti menentukan waktu tersebut dengan alasan siswa masih menerima waktu
belajar efektif, yang ditetapkan oleh SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai
Beduk Kota Batam. Selain itu peneliti menetapkan bulan Oktober dan November
2023 sesuai dengan alokasi penelitian dan disejalankan dengan program penga-
jaran materi pecahan merupakan materi pelajaran pada semester genap. Untuk
lebih jelasnya berkaitan dengan alokasi/waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Alokasi/waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Pembelajaran WaktuPelaksanaan
1 Mempersiapkan perangkat pembelajaran 5 Oktober 2022
2 Pelaksanaan penelitian siklus 1 14 Oktober 2022
3 Pelaksanaan penelitian siklus 2 17 Oktober 2022
4 Pengolahan hasil penelitian 21 Oktober 2022

D. Jenis Data dan Sumber Data


1. Jenis Data
a. Data kuantitatif
Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dari hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam
yang diambil dengan cara memberikan tes pada awal siklus dan kuis pada akhir
siklus.
b. Data kualitatif
Data kualitatif didapatkan dari observasi aktivitas belajar siswa dan ak-
tivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
2. Sumber data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh ( Arikunto,
2002:107). Dalam penelitian tindakan kelas ini, sumber datanya terdiri atas:
1) Siswa kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota
Batam
22

2) Guru kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota
Batam yang mengajar sebagai guru kelas.
3) Data dokumen meliputi daftar nilai kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Keca-
matan Sungai Beduk Kota Batam mata pelajaran matematika dan observasi
aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes ini berupa kuis dikerjakan siswa secara individual setelah mempelajari
suatu materi pada akhir pembelajaran Siklus I dan Siklus II. Tes ini juga
berupa LKS/LKPD yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
diskusi (tim).
b. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat
pembelajaran berlangsung, dimana siswa sedang mengikuti pembelajaran
di kelas dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat. Pengamat mencatat
semua aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Hasil nilai evaluasi siswa
b. Lembar observasi
Dalam melaksanakan siklus I dan II teman sejawat sebagai pengamat
mencatat semua aktivitas siswa dan guru sesuai instrumen pada lembar
pengamatan.

F. Analisis Data
Data berupa hasil belajar matematika yang dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rata-rata. Adapun penya-
jian data kuantitatif yang berupa hasil belajar dianalisis dengan menentukan mean
atau rerata kelas. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase.
Adapun rumus persentase tersebut adalah sebagai berikut:
23

P=
n x 100 %

Keterangan:

 n = Jumlah Frekuensi yang muncul

N = Jumlah total siswa


P = Persentase siswa

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa


dikelompokkan ke dalam 2 kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria seba-
gai berikut:

Tabel 3.3
Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
> 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas

Data kualitatif berupa data hasil observasi keaktifan siswa, dan aktivitas
guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dianalisis dengan analisis
deskriptif kualitatif. Adapun data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dip-
isah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus. Adapun tahapan-tahapan tindakan tiap siklus yang terdiri dari empat tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Siklus I akan dijadikan
sebagai acuan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II. Siklus II akan silaksanakan
apabila terdpat kekurangna pada siklus I. Dalam penelitian ini, siklus II akan tetap
dilaksanakan sebagai penguatan apabila siklus I telah mencapai target.
24

Gambar 3.1 Siklus PTK

Refleksi Perencanaan Perencanaan

Pelaksanaan

Siklus I

Refleksi Pelaksanaan
Siklus II

Pengamatan

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas


seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sperti yang diuraikan pada
deskripsi persiklus.
I. Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan fokus masalah dan untuk ketuntasan keseluruhan tahapan yang
telah dirancang, maka penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus dapat diu-
raikan sebagai berikut yaitu :
1. Siklus I :
a). Merencanakan
Merencanakan segala sesuatu yang terkait dengan pembelajaran :
1. Menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pem-
belajaran (terlampir)
2. Membuat lembar observasi (terlampir)
3. Lembar penilaian proses aktivitas siswa (terlampir)
4. Lembar penilaian hasil belajar siswa (terlampir)
5. Lembar refleksi setelah melakukan pembelajaran (terlampir)
25

6. Meminta ijin kepala sekolah


7. Persiapan media pembelajaran, sumber dan penunjang pembelajaran.
b) Melaksanakan
Pada langkah kedua ini peneliti melaksanakan segala rencana yang telah
disiapkan sebelumnya dalam kegiatan pembelajaran. Selama peneliti melak-
sanakan pembelajaran di kelas, pengamat atau teman sejawat memperhatikan
proses pembelajaran secara seksama dari awal sampai akhir pertemuan dengan
menggunakan lembar observasi.
c) Refleksi
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui tentang hal-hal yang sudah dicapai
dalam pelaksanaan tindakan, serta hal-hal yang merupakan penghambat terjadinya
masalah kegagalan pada pelaksanaan tindakan untuk menentukan rencana per-
baikan siklus berikutnya. Dari data-data yang diperoleh dalam siklus I tentunya
belum dapat mencerminkan apa yang diharapkan,. Oleh karena itu peneliti
bersama teman sejawat membicarakan dan memikirkan rencana tindakan selan-
jutnya, agar memperoleh hasil yang lebih optimal dari pembelajaran sebelum-
nya
2. Siklus II :
a) Merencanakan
Merencanakan dalam siklus II ini persiapannya sama seperti pada siklus I
yaitu :
1. Menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk perbaikan rencana pelak-
sanaan pembelajaran (terlampir)
2. Membuat lembar observasi (terlampir)
3. Lembar penilaian proses aktivitas siswa (terlampir)
4. Lembar penilaian hasil belajar siswa (terlampir)
5. Lembar refleksi setelah melakukan pembelajaran (terlampir)
6. Meminta ijin kepala sekolah
7. Persiapan media pembelajaran, sumber dan penunjang pembelajaran.
b) Melaksanakan
26

Selanjutnya peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran Matem-


atika pada siklus II. Materi secara rinci berupa perbaikan rencana pelaksanaan
pembelajaran (terlampir). Selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung,
pengamat atau penilai atau teman sejawat juga melaksanakan pengamatan di ke-
las sampai akhir dengan menggunakan instrumen observasi (terlampir)
c) Refleksi
Temuan yang dialami pada siklus II ternyata banyak mengalami perubahan
dan perkembangan kemajuan yang sangat berarti. Siswa sudah mulai suka dan be-
rani dalam mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran,
dengan demikian interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa jadi sesuai dengan yang diharapkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tindakan kelas “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Un-
tuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Materi Pen-
gukuran sudut Kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota
Batam”. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di IV SD Negeri 002 Sei Beduk
Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam dilakukan pada tanggal 14 November sam-
pai dengan 21 November 2022, dengan jadwal rincian sebagai berikut:
1) Tanggal 14 November 2022 mata pelajaran Matematika Ulangan Harian
Siklus I
2) Tanggal 17 November 2022 mata pelajaran Matematika Ulangan Harian
Siklus II
Data penelitian yang diperoleh berupa pengamatan aktivitas siswa dan guru
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan data tes formatif siswa pada se-
tiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung dan aktivitas guru dalam men-
gelola model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk menge-
tahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Data tes formatif atau ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketun-
tasan belajar minimal, serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Adapun tahapan – tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan model pem-
belajaran kooperatif tipe STAD ini yaitu :
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan

27
28

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan 1 kali pertemuan yaitu pada tanggal 14


November 2022 selama 2 x jam pelajaran ( 2x35 menit) dengan materi penguku-
ran sudut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada tahap
awal ini peneliti bersama guru mata pelajaran Matematika berdiskusi tentang per-
masalahan yang ada di kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai
Beduk Kota Batam. Setelah peneliti mengetahui permasalahan yang ada, peneliti
berusaha menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD supaya dapat
meningkatkan hasil belajar.
Adapaun hal – hal yang dipersiapkan oleh peneliti yaitu mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), materi, lembar kerja,soal tes formatif dan instrumen observasi aktivitas
guru dan siswa serta alat – alat yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus I ini peneliti bertindak sebagai guru dan
dibantu oleh guru mata pelajaran Matematika. Adapun kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan awal ini guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima
pelajaran, berdoa bersama-sama, kemudian dilanjutkan dengan apersepsi yaitu
menggali pemahaman siswa tentang materi pengukuran sudut. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menyampaikan
metode pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya kegiatan inti di mulai dengan guru menjelaskan tentang materi
pengukuran sudut. Setelah guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok dengan
tingkat kemamuan akademis yang berbeda dari yang tinggi, sedang dan rendah,
serta membagikan lembar kerja pada masing – masing kelompok. Guru meminta
siswa untuk mendiskusikan dan mengerjakan tugas materi pengukuran sudut serta
mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan penutup di lakukan untuk mengambil kesimpulan bersama – sama
antara guru dan siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian di akhiri
dengan pemberian soal kepada siswa.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
29

Adapun data hasil observasi aktivitas yang diperoleh dalan penelitian siklus
I ini adalah sebagai berikut :
1) Hasil observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif Tipe STAD siklus I.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I
PENILAIAN
NO ASPEK YANG DIAMATI
1 2 3 4

Kegiatan Awal

1. Salam dan Do’a
1 √
2. Memberikan Pretest

3. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran



Kegiatan Inti

2 1. Menjelaskan Materi pengukuran sudut

2. Membagi siswa menjadi 5 kelompok

3. Membagikan lembar tugas

4. Mengamati kegiatan siswa

5. Mendengarkan presentasi siswa

6. Menyimpulkan hasil diskusi
7. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
8. Meluruskan kesalahpahaman dan memberi
penguatan
30

Kegiatan Akhir √

1. Menyimpulkan materi pelajaran √


3
2. Memberikan evaluasi √

3. Mengakhiri kegiatan belajar mengajar den-


gan berdo’a bersama

4 Pengelolaan Waktu √

Jumlah
53

Prosentase
70,7 %

Ketentuan Skor Maksimum = 75

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ X 100


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Nilai = 53 X 100 = 70,7 %


75

Hasil aktivitas guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, jumlah skor yang diperoleh 53
dan skor maksimumnya adalah 75. Dengan demikian prosentase skornya adalah
70,7% dan termasuk kategori baik.
Dengan demikian pembelajaran dikatakan belum sesuai dengan harapan
karena indikator keberhasilan tercapai apabila aktivitas kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran mencapai nilai > 75%. Hasil diskusi antara peneliti den-
gan guru mata pelajaran Matematika mengambil kesimpulan bahwa ada beberapa
hal yang harus diperbaiki diantaranya yaitu kurang variasi dalam pembagian
kelompok, siswa merasa takut untuk untuk bertanya, dan kurang jelas dalam
memberikan penguatan materi pelajaran. Dengan demikian dari tiga hal yang
masih kurang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya.
31

2) Hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I

Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I
PENILAIAN
NO ASPEK YANG DIAMATI
1 2 3 4

Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam √
1 2. Mengerjakan Pretest dari guru √
3. Mendengarkan tujuan pembelajaran yang √
dijelaskan guru

Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan dan memperhatikan √
penjelasan guru tentang pengukuran sudut
2. Siswa melaksanakan instruksi guru untuk
2 pembentukan kelompok, dan dibagi 6 √
kelompok
3. Siswa mengerjakan tugas guru secra kelom- √
pok sesuai instruksi guru
4. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam √
kelompok
5. Siswa berpartipasi dalam presentasi kelom- √
pok √
6. Siswa mendengarkan kesimpulan hasil
diskusi dari guru √
7. Siswa bertepuk tangan ketika ada temannya
yang menerima penguatan dari guru
32


Kegiatan Akhir

3 4. Mendengarkan kesimpulan dari guru

5. Mengerjakan evaluasi
6. Berdo’a bersama-sama

4 Pengelolaan Waktu √

Jumlah
51

Prosentase
68 %

Ketentuan Skor Maksimum = 75

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ X 100


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Nilai = 51 X 100 = 68 %
75

Hasil observasi aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti dalam


mengikuti pembelajaran pada siklus I diperoleh skor 51 sedangkan skor maksi-
mumnya adalah 75 %. Dan hasil prosentasinya adalah 68 % yang berarti aktivitas
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran berada dalam kategori cukup
baik.

3) Hasil tes formatif 1 tentang materi pengukuran sudut Pelajaran Matematika


model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I.

Tabel 4.3
33

Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I


Keterangan
No Nama Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 Abiyu Nawal Aghla Mulyadi 65 √
2 Adelia Puspita Sari 40
3 Adytia Allmusaleh 70 √
4 Afinas 70 √
5 Ahmad Safiul Izzan 50 √
6 Aldo 40 √
7 Alya Muna Ummi W 75 √
8 Andrin Kevin Gea 70 √
9 Apriadi 65 √
10 Aurellia 75 √
11 Avika Wulandari 70 √
12 Aviona Wulandari 50 √
13 Batama Simon Sibarani 65 √
14 Edry Muazam Shah 50 √
15 Ester Manullang 65 √
16 Fitri Handayani 60 √
17 Gisel Malani Hutauruk 70 √
18 Hamira Safitri 70 √
19 Hanifa Zakiya 60 √
20 Ibnu Fatih Zakaria 55 √
21 Kaira Dewi 60 √
22 Muhammad Akbar 70 √
23 Muhammad Afif 40 √
24 Muhammad AL Hadi 75 √
25 Muhammad Syafiqu Rohman 50 √
26 Mulia Safitri 65 √
27 Natasha Ramadhani 50 √
28 Renault Syaripudin 75 √
29 Reno 65 √
30 Rosyid Ahmad 40 √
31 Suhandi 75 √
Jumlah 1900 12 19
Rata-Rata 61,3
34

Prosentase Ketuntasan 61,3%

Berdasarkan tabel 4.3 hasil tes formatif pada siklus I dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh nilai
rata – rata siswa yaitu 61,3 dan ketuntasan belajar baru mencapai 61,3 % atau ada
19 siswa yang tuntas belajar dari 31 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pada sik-
lus I ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memper-
oleh nilai di atas KKM 65 hanya sebesar 61,3 % lebih kecil dari prosentase ketun-
tasan yang dikehendaki yaitu 80 %. Hal ini disebabkan siswa masih kurang
mampu memahami dari materi yang disampaikan, dan perlu diperbaiki untuk
tahap selanjutnya.
d. Refleksi
Adapun hasil diskusi yang diperoleh dari siklus I adalah sebagai berikut.
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah :
1) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas guru, dalam kegiatan pembela-
jaran baru mencapai kriteria keberhasilan 70,7% berada dalam katagori baik.
Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan aktifitas guru mata pelajaran Matem-
atika dalam pembelajaran pada siklus I belum tercapai, karena skor maksimum
adalah 75.
2) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan pembela-
jaran baru mencapai kreteria keberhasilan 68 %. Berada dalam kategori cukup
baik. Ini berarti bahwa kreteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran dalam
siklus I belum tercapai, karena skor maksimum 75, akan tetapi masih perlu dit-
ingkatkan untuk mencapai kategori baik atau sangat baik.
3) Hasil evaluasi tes formatif pada siklus I rata-rata 61,3. Sedangkan nilai stan-
dart kompetensi minimal mata pelajaran matematika adalah minimal dengan
nilai 65. Dimana nilai ketuntasan baru mencapai 61,3%. Hal ini berarti siswa
kurang berhasil dalam mencapai standart nilai yang telah ditetapkan.
4) Ada beberapa anak yang masih kesulitan melakukan diskusi dan menjawab
soal – soal evaluasi. Dalam diskusi masih didominasi oleh anak-anak yang
memiliki kemampuan tinggi, sehingga perlu adanya bimbingan secara individu
35

bagi semua siswa dan khususnya bagi semua siswa yang berkemampuan ren-
dah.
5) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam kelom-
pok
6) Dari beberapa hasil pengamatan selama penelitian, peneliti bersama guru mata
pelajaran Matematika menyimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan selama sik-
lus I belum berhasil dengan baik, untuk itu perlu ditingkatkan dan diulang pada
tindakan siklus II.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat peren-
canaan sebagi berikut :
1. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif dan kompak lagi
dalam pembelajaran
2. Lebih intensif lagi dalam membimbing dan mengarahkan kelompok yang
mengalami kesulitan.
3. Memberi penguatan terhadap jawaban siswa

2. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan 1 kali pertemuan yaitu pada
tanggal 17 November 2022, selama 2 x jam pelajaran ( 2x35 menit). Sebagai
acuan pelaksanaan tindakan ini, guru perpedoman dari hasil refleksi siklus I.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini didasarkan pada perencanaan yang ter-
dapat pada siklus I. Pada siklus II ini peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembe-
lajaran.
Adapaun persiapan – persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu memper-
siapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembela-
jaran (RPP), materi, lembar kerja,soal tes formatif dan instrumen observasi aktivi-
tas guru dan siswa serta alat – alat yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II ini peneliti dibantu oleh guru mata pela-
jaran Matematika. Proses pembelajarannya mengacu pada rencana pelaksanaan
36

pembelajaran siklus I, sehingga pada siklus ini bisa lebih baik dari siklus I. Ada-
pun kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan awal ini di awali dengan berdoa bersama-sama, kemudian di-
lanjutkan dengan apersepsi yaitu tanya jawab dari materi yang telah disampaikan.
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa berse-
mangat untuk mengikuti pelajaran.
Kegiatan inti di mulai dengan guru mengulas materi tentang pengukuran
sudut dengan bantuan media pembelajaran yang ada di papan tulis. Kemudian
guru memberikan contoh tentang beberapa benda pengukuran sudut dan memben-
tuk siswa menjadi 6 kelompok. Selanjutnya membagikan lembar kerja pada mas-
ing – masing kelompok. Siswa melakukan diskusi tentang pengukuran sudut dan
hasil diskusinya dipresentasikan di depan kelas. Hal ini di lakukan untuk melatih
keberanian dalam diri siswa.
Kegiatan penutup di lakukan untuk mengambil kesimpulan bersama – sama
antara guru dan siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian di akhiri
dengan pemberian soal kepada siswa.
Dengan demikian proses kegiatan pembelajaran selesai, peneliti bersama
guru mata pelajaran Matematika berdiskusi tentang pelaksanaan siklus II.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Adapun data hasil observasi aktivitas yang diperoleh dalan penelitian siklus
II ini adalah sebagai berikut :

1) Hasil observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II.

Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus II
PENILAIAN
NO ASPEK YANG DIAMATI
1 2 3 4
37

Kegiatan Awal

1. Salam dan Do’a
1 √
2. Appersepsi

3. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Kegiatan Inti

1. Menjelaskan Materi pengukuran sudut

2 2. Membagi siswa menjadi 6 kelompok

3. Membagikan lembar tugas kepada siswa

perkelompok

4. Mengamati kegiatan siswa

5. Mendengarkan presentasi siswa pada tiap

kelompok
6. Menyimpulkan hasil diskusi

7. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
8. Meluruskan kesalahpahaman dan memberi
penguatan

Kegiatan Akhir

1. Menyimpulkan materi pelajaran

3 2. Memberikan evaluasi

3. Mengakhiri kegiatan belajar mengajar den-

gan berdo’a bersama
4. Memberikan PR

4 Pengelolaan Waktu √

Jumlah
62

Prosentase
82,7 %
38

Ketentuan Skor Maksimum = 75

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ X 100


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Nilai = 62 X 100 = 82,7 %


75

Hasil observasi aktivitas guru dalam proses kegiatan pembelajaran den-


gan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II, jumlah skor
yang diperoleh 62 dan skor maksimumnya adalah 75. Dengan demikian pros-
entase skornya adalah 82,7% dan termasuk kategori sangat baik.

2) Hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan


model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II

Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus II
PENILAIAN
NO ASPEK YANG DIAMATI
1 2 3 4

Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam √
1 2. Menjawab appersepsi dari guru √
3. Mendengarkan tujuan pembelajaran yang √
dijelaskan guru

2 Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan dan memperhatikan √
penjelasan guru tentang pengukuran sudut
2. Siswa melaksanakan instruksi guru untuk
pembentukan kelompok, dan dibagi 6 √
kelompok
3. Siswa mengerjakan tugas guru secra kelom- √
pok sesuai instruksi guru
4. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam √
39

kelompok √
5. Siswa berpartipasi dalam presentasi kelom- √
pok
6. Siswa mendengarkan kesimpulan hasil
diskusi dari guru √
7. Siswa bertepuk tangan ketika ada temannya
yang menerima penguatan dari guru

Kegiatan Akhir √

1. Mendengarkan kesimpulan dari guru √


3
2. Mengerjakan evaluasi √

3. Siswa mencatat tugas PR dari guru √

4. Berdo’a bersama-sama

4 Pengelolaan Waktu √

Jumlah
59

Prosentase
78,7 %

Ketentuan Skor Maksimum = 75

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ X 100


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Nilai = 59 X 100 = 78,7%


75

Hasil observasi aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti dalam


mengikuti pembelajaran pada siklus II diperoleh skor 59 sedangkan skor mak-
simumnya adalah 75. Dan hasil prosentasinya adalah 78,7 % yang berarti ak-
tivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran berada dalam kategori
baik.
40

3) Hasil tes formatif 2 tentang materi pengukuran sudut Pelajaran Matematika


model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II.

Tabel 4.6
Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II
Keterangan
No Nama Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 Abiyu Nawal Aghla Mulyadi 65 √
2 Adelia Puspita Sari 70 √
3 Adytia Allmusaleh 70 √
4 Afinas 70 √
5 Ahmad Safiul Izzan 80 √
6 Aldo 70 √
7 Alya Muna Ummi W 75 √
8 Andrin Kevin Gea 70 √
9 Apriadi 75 √
10 Aurellia 75 √
11 Avika Wulandari 65 √
12 Aviona Wulandari 50 √
13 Batama Simon Sibarani 65 √
14 Edry Muazam Shah 70 √
15 Ester Manullang 65 √
16 Fitri Handayani 60 √
17 Gisel Malani Hutauruk 70 √
18 Hamira Safitri 70 √
19 Hanifa Zakiya 70 √
20 Ibnu Fatih Zakaria 75 √
21 Kaira Dewi 60 √
22 Muhammad Akbar 75 √
23 Muhammad Afif 70 √
24 Muhammad AL Hadi 75 √
25 Muhammad Syafiqu Rohman 70 √
26 Mulia Safitri 65 √
27 Natasha Ramadhani 80 √
28 Renault Syaripudin 75 √
41

29 Reno 75 √
30 Rosyid Ahmad 80 √
31 Suhandi 75 √
Jumlah 2180 2 29
Rata-Rata 70,3
Prosentase Ketuntasan 93,5%

Berdasarkan tabel 4.6 hasil tes formatif pada siklus II diperoleh nilai rata –
rata 70,3 dan ketuntasan belajar mencapai 93,5% atau ada 38 siswa yang tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa su-
dah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 sebesar 93,5 % lebih
besar dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80 %, sehingga penelitian
ini sudah tuntas pada siklus II.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika ke-
las IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam pada ma-
teri pengukuran sudut memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Refleksi
1. Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, telah mencapai kriteria keberhasilan 82,7 % berada
dalam kategori sangat baik. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan aktifitas
guru mata pelajaran Matematika dalam pembelajaran pada siklus II telah
berhasil dengan baik.
2. Aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar sudah mengarah ke model
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara lebih baik. Siswa mampu memban-
gun kerjasama dalam kelompok untuk memahami materi yang diberikan oleh
guru.
3. Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan pembela-
jaran telah mencapai kriteria keberhasilan 78,7 %. Berada dalam katagori baik.
Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran dalam siklus
II telah berhasil dengan baik.
42

4. Hasil evaluasi tes formatif 2 pada siklus II rata-rata 70,3. Sedangkan nilai stan-
dart kompetensi minimal mata pelajaran matematika adalah minimal dengan
nilai 65. Dimana nilai ketuntasan telah mencapai 93,5%. Hal ini berarti siswa
telah berhasil dalam mencapai standar nilai yang telah ditetapkan.
5. Pada saat pembelajaran siklus II suasana sudah banyak terjadi perubahan,
karena kegiatan kerja kelompok dalam materi pengukuran sudut, semua siswa
berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
6. Dalam kegiatan presentasi hasil diskusi siswa yang tadinya masih malu-malu
dan kurang aktif menjadi lebih aktif karena motivasi guru dan teman kelom-
poknya, sehingga mereka menjadi lebih percaya diri.
7. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata
membawa dampak positif terhadap aktifitas belajar siswa.
8. Siswa semakin akrab dan sudah berani bertanya kepada teman kelompoknya
atau gurunya apabila ada hal-hal yang belum dimengerti.
9. Dari beberapa hasil pengamatan selama penelitian, peneliti bersama guru mata
pelajaran Matematika menyimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan selama sik-
lus II sudah berhasil dengan baik, untuk itu tidak perlu lagi diulang pada tin-
dakan siklus yang ke tiga.

B. Pembahasan
1. Siklus I
a. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembela-
jaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak positif terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk
Kota Batam. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini. Dari
hasil penelitian sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yaitu baru 61,3 % pada siklus I.
b. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
43

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I
masih tergolong rendah dengan perolehan skor 53 atau 70,7% sedangkan skor ide-
alnya adalah 75. Ini belum sesuai dengan harapan karena indikator keberhasilan
tercapai bila aktivitas guru mencapai 85%. Hal ini terjadi karena guru kurang per-
siapan dalam pembelajaran, kurang memberikan motivasi dan kurangnya kebi-
asaan menggunakan media.
Begitu juga dalam hasil observasi siswa, siswa belum terbiasa dengan pem-
belajaran menggunakan media dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru,
sehingga siswa masih bingung dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dikuatkan
juga dari nilai hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matem-
atika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 51 atau 68 % masih
tergolong kategori cukup baik. Padahal nilai idealnya adalah 85%.

2. Siklus II
a. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembela-
jaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak positif terhadap hasil belajara
Matematika siswa kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk
Kota Batam. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketun-
tasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu dari 61,3% menjadi 93,5%. Pada
siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
b. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari aktivitas siswa dan guru
yang mengalami peningkatan, aktivitas siswa meningkat dari skor perolehan 68 %
pada siklus I, menjadi 78,7 % pada siklus II.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembela-
jaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang paling
dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan / mem-
perhatikan penjelasan guru, dan saling kerjasama antar siswa/antara siswa. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
44

Aktivitas Guru meningkat dari skor perolehan 70,7 % pada siklus I, menjadi
82,7 % pada siklus II. Untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melak-
sanakan langkah-langkah modl pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimb-
ing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan dengan
menggunakan media, memberi umpan balik, evaluasi, tanya jawab dimana presen-
tase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan dari hasil temuan penelitian di atas menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan terhadap aktifitas siswa dan hasil belajar Matematika
materi pengukuran sudut pada siswa kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Keca-
matan Sungai Beduk Kota Batam setelah dilakukan intervensi dengan menggu-
nakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pengukuran sudut pada siswa kelas
IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa
kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam pada
mata pelajaran Matematika materi pengukuran sudut dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi pengukuran
sudut siswa kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk
Kota Batam dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
telah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) penyampa-
ian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) belajar di
dalam kelompok, e) pemberian tes, dan f) pemberian penghargaan.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi pengukuran sudut
kelas IV SD Negeri 002 Sei Beduk Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam
tahun pelajaran 2022/2023. Hal ini tampak dari hasil ulangan siswa pada kon-
disi awal yaitu nilai rata - pada siklus I belum ada peningkatan yaitu 61,3
dengan persentase siswa yang mencapai KKM 65 baru 61,3 % dan pada sik-
lus II meningkat menjadi 70,3 dengan persentase siswa yang mencapai KKM
93,5 %.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dari penelitian perbaikan
pembelajaran ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru Sekolah Dasar, khususnya Guru SD Negeri 002 Sei Beduk
Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam, agar mempertimbangkan pembe-
rian materi pembelajaran dengan berbagai macam strategi dan metode,
salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

45
46

2. Kepada Guru hendaknya mempunyai kreatifitas dalam memilih dan meng-


gunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran.
3. Guru mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan
permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
47

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Raja Grafindo

Abu Achmadi dan Narbuko Cholid. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi.
Aksara

Depdikbud. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Endang Mulyatiningsih. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Bandung : CV. Alfabeta

Endang Setyo dan Sri Harmini. (2011). Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Ibrahim, dkk. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press

Mulyono Abdurrahman. (2012). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta : Rineka Cipta

Nana Sudjana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya

Nyoman, S. Degeng. (2013). Ilmu Pembelajaran: Klasifikasi Variabel untuk.


Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung: Aras Media

Oemar Hamalik. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Robert E. Slavin. (2005), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Ban-
dung: Nusa Media

S. Nasution. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain .(2015),Strategi Belajar Menga-


jar,Jakarta : PT. Rineka Cipta

Trianto Al-Tabany. (2015). Mendesaian Model Pembelajaran Inovatic, Progresif


dan Kontekstual. Surabaya : Prenadamedia Group

W. Gulo, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo

Wijaya Kusuma. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks


48

Y. Padmono. (2010). Kekurangan dan kelebihan, Manfaat Penerapan PTK. (on-


line)Tersedia : http//edukasi.kompasiana.com/2010/10/19/kekurangan-
kelebihan-manfaat-dan-penerapanptk.

Anda mungkin juga menyukai