Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG


UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN 2024/2025

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia


Dosen Pengampu : Tim Pengampu Mata Kuliah
Bentuk Assesment : Tes
Hari, tanggal, pukul mulai mengerjakan : Senin / 12 Februari 2024 / 10.00 WIB
Hari, tanggal, batas akhir mengerjakan : Senin / 12 Februari 2024 / 11.40 WIB

Petunjuk :
1. Jawab pertanyaan dengan singkat dan jelas.
2. Sifat ujian Open Book/Take Home
3. Peserta ujian wajib mengetik ikrar peserta ujian di lembar ujian lembar jawab sebelum mulai
mengetik pekerjaan. Teks yang diketik yaitu “Saya bersaksi bahwa pekerjaan yang saya
kerjakan tidak mengcopy hasil pekerjaan dari teman lain dan siap menerima sanksi jika tidak
bertindak jujur”.
4. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal ujian.

Soal:
1. Sebagai Calon Guru Profesional pemahaman tentang Perjalanan Pendidikan Nasional menjadi
bagian yang sangat penting. Untuk mewujudkan pemahaman tersebut uraikan argumen kritis saudara
dalam memahami ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’. Anda dapat memperkaya referensi pemahaman
Anda dengan mempelajari perjuangan para pemuda seperti perkumpulan Budi Utomo dan Gerakan
perubahan R. A. Kartini serta tokoh-tokoh pergerakan Nasional yang relevan dalam Upaya
membangun manusia Indonesia! (skor 15)

2. Anda sudah sering mendengar kata-kata seperti budi pekerti, ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karso, tut wuri handayani yang menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Buatlah argumen
kritis dan reflektif untuk memaparkan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya
dengan peran Anda sebagai pendidik dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada peserta
didik! (skor 25)

3. Berikan telaah yang mendalam tentang pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan
yang dituangkan dalam tulisan Ki Hadjar Dewantara yaitu: Dasar-Dasar Pendidikan; dan Metode
Montessori, Froebel Taman Anak! (20)

4. Rancanglah sebuah desain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD untuk mewujudkan
‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ (skor 25)

5. Kebhinekatunggalikaan menjadi kekuatan bangsa Indonesia memaknai keberagaman sosio-kultural


dan nilai-nilai luhur yang ada pada setiap daerah. Dengan menggunakan metode fenomenologi atau
analisis eksistensial, manusia Indonesia berarti identitas manusia yang menghayati nilai-nilai
kemanusiaan khas Indonesia. Menurut saudara bagaimanakah identitas manusia Indonesia! (Skor
20)
10-02- 11-02- 11-02-
24 24 24
Selamat Mengerjakan

Sub Unit Penjaminan Mutu Program Studi Mengetahui


Soal Masuk Revisi Disetujui Kaprodi,
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
Paraf Paraf Paraf paraf

Jawaban :

1. Memahami perjalanan pendidikan nasional merupakan hal yang sangat penting bagi seorang calon
guru profesional, karena hal tersebut memungkinkan mereka untuk mengenali dan memahami
sejarah, perkembangan, serta tantangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Berikut adalah
beberapa argumen kritis dalam memahami perjalanan pendidikan nasional, dengan memperkaya
referensi dari perjuangan para pemuda, gerakan R.A. Kartini, dan tokoh-tokoh pergerakan nasional:
• Pemuda dan Perkumpulan Budi Utomo:
Perkumpulan Budi Utomo merupakan salah satu organisasi yang ikut serta dalam memperjuangkan
pendidikan nasional di awal abad ke-20. Para pemuda yang tergabung dalam organisasi ini
menyadari pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan bangsa. Mereka mengadvokasi
pendirian sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi dan memperjuangkan pemerataan akses terhadap
pendidikan di Indonesia. Memahami peran dan perjuangan para pemuda Budi Utomo dapat
memberikan wawasan tentang pentingnya pendidikan sebagai alat untuk membebaskan bangsa dari
penjajahan dan ketertindasan.
Gerakan Perubahan R.A. Kartini: R.A. Kartini, dengan semangatnya dalam memperjuangkan hak-
hak pendidikan bagi perempuan, juga memiliki peran yang signifikan dalam perjalanan pendidikan
nasional. Kartini mengusung gagasan tentang pentingnya pendidikan untuk membebaskan
perempuan dari keterbelakangan dan ketergantungan. Melalui perjuangannya, Kartini mendorong
pembukaan sekolah untuk perempuan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan
bagi perempuan dalam masyarakat. Memahami perjuangan Kartini membantu kita menyadari
betapa pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan kesetaraan gender dan
mengembangkan potensi seluruh anggota masyarakat.

• Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional:


Tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara,
juga memiliki peran yang besar dalam memajukan pendidikan nasional. Mereka mengusung
gagasan-gagasan tentang pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk membangun kesadaran
nasionalisme, meningkatkan kemandirian bangsa, dan menciptakan masyarakat yang adil dan
sejahtera. Dengan mempelajari pemikiran dan aksi mereka, kita dapat memahami bagaimana
pendidikan dijadikan sebagai instrumen untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan
bangsa.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang perjalanan pendidikan nasional, seorang calon guru
dapat mengambil pelajaran berharga tentang peran dan tantangan dalam memajukan pendidikan di
Indonesia. Hal ini akan membantu mereka menjadi pendidik yang lebih berwawasan, berkomitmen,
dan mampu menginspirasi generasi muda untuk terlibat aktif dalam membangun masa depan
pendidikan yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

2. Pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara, yang tercermin dalam konsep-konsep seperti budi
pekerti, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani, memiliki
relevansi yang besar dengan peran seorang pendidik dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpihak pada peserta didik. Berikut adalah argumen kritis dan reflektif mengenai relevansi
pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan peran seorang pendidik:

• Budi Pekerti:
Konsep budi pekerti menekankan pentingnya pengembangan karakter dan moralitas siswa dalam
pendidikan. Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya mengajarkan
pengetahuan akademis, tetapi juga membimbing siswa dalam mengembangkan nilai-nilai positif
seperti kejujuran, disiplin, kerja keras, dan empati. Dengan menginternalisasi nilai-nilai budi
pekerti, siswa dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, beretika, dan memiliki integritas
yang tinggi dalam kehidupan mereka.

• Ing Ngarso Sung Tulodo:


Konsep ini mengajarkan kepada kita untuk menjadi teladan bagi siswa, baik dalam kata maupun
dalam perbuatan. Sebagai pendidik, kita harus mempraktikkan nilai-nilai yang kita ajarkan kepada
siswa, sehingga mereka dapat terinspirasi dan mengikuti jejak kita sebagai model yang baik.
Dengan menjadi teladan yang baik, kita dapat membantu siswa memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai yang kita ajarkan dengan lebih baik.
• Ing Madya Mangun Karso:
Konsep ini menekankan pentingnya pembangunan diri dan peningkatan kemampuan dalam
mencapai tujuan hidup yang mulia. Sebagai pendidik, kita harus membantu siswa untuk
mengembangkan potensi mereka secara maksimal, baik dari segi akademis maupun non-akademis.
Kita harus memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi kepada siswa untuk terus belajar,
berkembang, dan mencapai prestasi yang tinggi dalam kehidupan mereka.
• Tut Wuri Handayani:
Konsep ini mengajarkan kepada kita untuk selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa,
seperti seorang pemandu yang membimbing jalan bagi mereka yang memerlukan bantuan. Sebagai
pendidik, kita harus senantiasa siap memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi kepada siswa
dalam proses pembelajaran mereka. Kita harus menjadi fasilitator yang membantu siswa dalam
mengatasi tantangan, mengembangkan potensi mereka, dan mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Dengan memahami dan menginternalisasi konsep-konsep yang diajarkan oleh Ki Hadjar
Dewantara, seorang pendidik dapat menjadi lebih efektif dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpihak pada peserta didik. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti, menjadi teladan,
membantu siswa mengembangkan diri, dan memberikan bimbingan yang berkesinambungan,
seorang pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi, inspiratif, dan
memberdayakan bagi siswa untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka.

3. Ki Hadjar Dewantara, atau lebih dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah tokoh
pendidikan Indonesia yang memiliki pemikiran filosofis yang mendalam tentang pendidikan. Dua
tulisan penting yang menggambarkan pemikiran filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah
"Dasar-Dasar Pendidikan" dan "Metode Montessori, Froebel Taman Anak". Berikut adalah telaah
mendalam tentang kedua tulisan tersebut:
• Dasar-Dasar Pendidikan:
Dalam tulisan ini, Ki Hadjar Dewantara menyoroti pentingnya pendidikan sebagai sarana
untuk membangun karakter dan kepribadian yang unggul bagi generasi muda,
Ia menekankan bahwa pendidikan haruslah berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, kebersamaan, dan kebebasan.
Ki Hadjar Dewantara juga menegaskan bahwa pendidikan harus mengakomodasi kebutuhan
individual siswa, dengan memberikan pendidikan yang holistik dan berpusat pada
perkembangan potensi kreatif, kognitif, emosional, dan sosial mereka. Pemikiran filosofis
Ki Hadjar Dewantara dalam "Dasar-Dasar Pendidikan" menekankan pentingnya pendidikan
sebagai instrumen untuk membentuk manusia yang berbudi luhur, berkarakter kuat, dan siap
menghadapi tantangan masa depan.
• Metode Montessori, Froebel Taman Anak:
Dalam tulisan ini, Ki Hadjar Dewantara melakukan telaah terhadap dua pendekatan
pendidikan yang cukup terkenal, yaitu metode Montessori dan pendekatan Froebel dalam
pendidikan anak.
Ki Hadjar Dewantara melihat bahwa kedua pendekatan ini memiliki kesamaan dalam
pendekatan pedagogis yang mengedepankan kebebasan, kemandirian, dan aktivitas belajar
siswa.
Namun demikian, ia juga mengkritisi bahwa kedua pendekatan tersebut mungkin
kurang sesuai dengan konteks budaya dan kebutuhan pendidikan di Indonesia, yang
cenderung lebih kolektivis dan memiliki nilai-nilai lokal yang berbeda.

Dalam telaahnya, Ki Hadjar Dewantara mengusulkan bahwa meskipun ada hal-hal


yang dapat dipelajari dari metode Montessori dan pendekatan Froebel, pendidikan di
Indonesia haruslah tetap mengakar pada nilai-nilai budaya lokal dan memperhatikan konteks
sosial, ekonomi, dan politik yang unik.
Dari kedua tulisan tersebut, tergambar pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara
tentang pendidikan sebagai sarana untuk membentuk manusia yang berbudi luhur,
berkepribadian kuat, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Pemikirannya juga
menekankan pentingnya pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan,
keadilan, kebersamaan, dan kebebasan, serta mengakomodasi kebutuhan individual siswa
dan konteks budaya lokal Indonesia.

4. ntuk merancang desain strategi dalam mewujudkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) untuk
menciptakan 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid', kita dapat mengintegrasikan konsep-konsep
utama yang dianut oleh KHD dengan pendekatan modern dalam pendidikan. Berikut adalah desain
strategi :

Pembelajaran Berpusat pada Murid (Student-Centered Learning):


• Mengembangkan kurikulum yang fleksibel dan responsif, yang memungkinkan siswa
untukmemilih jalur belajar yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka.
• Mendorong pendekatan pembelajaran kolaboratif di mana siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, memungkinkan mereka untuk bekerja sama, berbagi ide, dan belajar satu
sama lain.
Pengembangan Potensi Individual (Individual Potential Development):
• Menerapkan program pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa untuk
mengembangkan potensi mereka secara optimal, termasuk pengembangan keterampilan
akademis, sosial, dan emosional.
• Menyediakan bimbingan dan dukungan individual kepada siswa untuk membantu mereka
mengidentifikasi minat, bakat, dan tujuan pribadi mereka, serta merencanakan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Pembelajaran Berbasis Nilai (Values-Based Learning):
• Memasukkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap aspek pembelajaran, dengan
mengintegrasikan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan empati ke
dalam kurikulum dan aktivitas pembelajaran.
• Mendorong refleksi dan diskusi tentang nilai-nilai ini, serta memberikan contoh-contoh
konkrettentang bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan Pendidikan Holistik (Holistic Education Approach):
• Mengakui pentingnya mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk aspek
intelektual, emosional, sosial, dan spiritual.
• Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam berbagai aktivitas
ekstrakurikuler, seperti seni, olahraga, dan kegiatan sosial, yang dapat membantu mereka
mengembangkan diri secara holistik.
Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning):
• Mendorong pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman langsung, di mana siswa
memiliki kesempatan untuk belajar melalui praktik, eksperimen, dan refleksi.
• Mengintegrasikan pembelajaran di luar kelas, seperti kunjungan lapangan, proyek praktik,
dan magang, yang memungkinkan siswa untuk mengalami aplikasi nyata dari konsep-
konsep yang dipelajari.
Dengan menerapkan desain strategi ini, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, responsif, dan
relevan bagi siswa, memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi dan kebutuhan individu mereka. Ini akan membantu mewujudkan visi Ki Hadjar
Dewantara untuk menciptakan 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' yang bermakna dan berdaya
guna bagi setiap generasi bangsa Indonesia.

5. Identitas manusia Indonesia, ketika dilihat melalui lensa metode fenomenologi atau analisis
eksistensial, merupakan sebuah konstruksi kompleks yang terbentuk dari interaksi antara berbagai
faktor sosio-kultural, historis, dan individu. Identitas ini menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas
Indonesia, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut adalah pemahaman
saya tentang identitas manusia Indonesia:

• Keberagaman Sosio-Kultural:
Identitas manusia Indonesia tercermin dalam keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat,
dan agama yang ada di seluruh negeri. Melalui metode fenomenologi, kita dapat memahami
bagaimana individu mengalami dan menghayati keberagaman ini dalam kehidupan sehari-
hari mereka, baik melalui tradisi, upacara, atau interaksi sosial.
• Kehangatan dan Solidaritas:
Identitas manusia Indonesia sering kali dicirikan oleh rasa kehangatan, keramahan, dan
solidaritas. Fenomenologi memungkinkan kita untuk memahami bagaimana individu
merasakan dan membangun hubungan sosial yang erat, baik dalam lingkungan keluarga,
komunitas, atau masyarakat luas.
• Nilai-Nilai Kemanusiaan Khas Indonesia:
Identitas manusia Indonesia juga menghayati nilai-nilai luhur seperti gotong royong,
toleransi, kejujuran, dan keadilan. Melalui analisis eksistensial, kita dapat melihat
bagaimana individu menjalani hidup mereka dengan memegang teguh nilai-nilai ini sebagai
panduan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
• Semangat Kreativitas dan Ketahanan: Identitas manusia Indonesia mencerminkan semangat
kreativitas, inovasi, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. Dengan menggunakan
metode fenomenologi, kita dapat memahami bagaimana individu mengekspresikan
kreativitas mereka dalam berbagai aspek kehidupan, serta bagaimana mereka menghadapi
dan mengatasi rintangan yang muncul.

Kesadaran akan Sejarah dan Identitas Nasional: Identitas manusia Indonesia juga mencakup
kesadaran akan sejarah dan identitas nasional sebagai bagian dari kesatuan bangsa. Analisis
eksistensial memungkinkan kita untuk memahami bagaimana individu menyusun dan memaknai
narasi sejarah serta perannya dalam menjaga dan mengembangkan identitas nasional yang kuat.
Dengan demikian, identitas manusia Indonesia dapat dipahami sebagai sebuah konstruksi kompleks
yang mencakup keberagaman sosio-kultural, nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia, semangat
kreativitas dan ketahanan, serta kesadaran akan sejarah dan identitas nasional. Melalui pendekatan
fenomenologi atau analisis eksistensial, kita dapat memahami bagaimana individu mengalami dan
menghayati identitas ini dalam kehidupan mereka sehari-hari, serta bagaimana hal tersebut
membentuk dan memengaruhi interaksi dan pengalaman hidup mereka.

Anda mungkin juga menyukai