Oleh:
KELAS XII-IPS 2
Nama anggota:
1. Aurelia Tiara Callista (212210249)
2. Jessya Faith Kojongian (212210260)
3. Laili Alifia Risky (212210262)
4. Muhammad Farhan Akbar (212210266)
5. Rizki Amalia Syafira (212310271)
6. Ziauddin Sardar (212210035)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Guru PABP
1
Idul Haqqi, L.C ………………………………………
NIP. -
Guru PAK
2
Abdi Oktoraman S, S.Th ………………………………………
NIP. -
Guru PPKN
3
Ujang Kurniawan, S.Pd ………………………………………
NIP. 198507152022211012
Guru Bahasa Indonesia
4
Dian Suratri, M.Pd ………………………………………
NIP. 197712142014122001
Guru Sosiologi
5
Nico Tri Raharjo, S.Pd ………………………………………
NIP. 199208062022211004
Guru PKWU
6
Undari Ayu R,ST ………………………………………
NIP. 198303272022212018
Guru PJOK
7
Rafly Audy Yudistira, S.Pd
………………………………………
NIP. -
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Bapak Idul Haqqi,,L.C sebagai guru pembimbing makalah
penugasan PABP, Bapak Abdi Oktoraman S,S.Th sebagai guru pembimbing PAK,
Ibu Dian Suratri.M.Pd sebagai guru pembimbing makalah penugasan Bahasa
Indonesia, Bapak Nico Tri Raharjo S.Pd sebagai guru pembimbing makalah
penugasan Soiologi, Bapak Rafly Audy Yudistira,S.Pd sebagai guru pembimbing
makalah penugasan PJOK, Ibu Undari Ayu T.ST sebagai guru pembimbing makalah
penugasan PKWU, yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
i
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………… i,ii
3.2 PPKN……………………………..………………………….......
3.3 Sosiologi……………………………………………………………
3.4 PABP…………………..............................................................
3.5 PKWU…………………..............................................................
3.6 PJOK…………………..............................................................
BAB IV: PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
i
4.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
i
BAB I
PENDAHULUAN
i
lingkungan berkelanjutan akan terwujud. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup. Dalam pengelolaan lingkungan harus dilakukan
terhadap masalah yang paling pokok, Soerjani (1987 : 15) mengatakan bahwa “dalam
pengelolaan lingkungan ini melihat suatu permasalahan menurut konteks pokoknya
dan dikembangkan menurut keperluannya dengan melihat konteks persoalan
berikutnya”. Pengelolaan lingkungan mengacu kepada tujuan perbaikan kualitas
lingkungan. Jadi kita harus menetapkan terlebih dahulu kualitas mana yang terburuk
keadaannya, dan faktor ini memperoleh prioritas pengelolaan. Pelestarian dan
pemanfaatan lingkungan hidup mutlak diperlukan demi terwujudnya tata lingkungan
yang berkelanjutan sehingga potensi dan kekayaan alam dapat diwariskan kepada
generasi yang akan datang.
i
2. Apa dalil dan hadist yang menjelaskan tentang perlindungan terhadap
spesies yang terancam punah.
E. Prakarya dan Kewirausahaan :
1. Bagaimana upaya sumber daya alam berkelanjutan di bidang
kehutanan?
2. Mengidentifikasi acuan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan?
F. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan : Dari mendaki gunung
diharapkan siswa dapat mengenali lingkungan konservasi taman nasional
dan ikut serta dalam melestarikan alam lingkungan tempat Flora dan
Fauna hidup.
i
a. Mengetahui upaya sumber daya alam berkelanjutan di bidang
kehutanan
b. Mempelajari dan mengatahui apa saja acuan-acuan dalam
pengelolaan hutan berkelanjutan
F. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan : memberikan edukasi kepada
Masyarakat melalui kegiatan mendaki gunung tentang pentingnya
melestarikan lingkungan hidup khususnya di taman nasional tempat Flora dan
Fauna
i
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
i
species flora dan fauna di luar kawasan yang mengalami kepunahan telah
menjadikan kawasan konservasi dan taman nasional sebagai benteng terakhir bagi
kelangsungan hidup species-species yang mulai langka.
Perkembangan selanjutnya, fokus pengelolaan kawasan taman nasional juga
bertambah kepada aspek biodiversity dan penelitian berbagai proses ekologis di
dalamnya. Pembentukan taman nasional di Indonesia sedikit banyak mengkopi
konsep pembentukan taman nasional di Amerika Serikat, dalam konteks proses
pembentukannya. Sebagaimana terjadi di Amerika Serikat, pembentukan taman
nasional diawali dengan adanya pengalokasian kawasan tertentu sebagai reserve land
atau kawasan yang sengaja disisihkan sebagai kawasan tutupan. Pada era tahun 80-
an yang merupakan awal pembentukan taman nasional di Indonesia,penetapan taman
nasional dilakukan melalui perubahan status pengelolaan terhadap kawasan-kawasan
yang sebelumnya telah ditetapkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai suaka alam,
suaka margasatwa, monumen alam, dan cagar alam.
i
(Departemen Kehutanan, 2007) P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Pasal 31, Untuk meningkatkan
efektifitas pengelolaan wilayah pada Balai Taman Nasional dapat ditetapkan Resort
Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yang merupakan jabatan non struktural dengan
keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. (Departemen Kehutanan,
2007).
Taman Nasional baik darat maupun perairan sebagai kawasan pelestarian alam
dengan ciri khas tertentu dan keunikan karakteristik sumber daya alamnya telah
ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Pertanian maupun Kehutanan. Potensi
sumber daya alamnya disiapkan bagi berbagai kepentingan dan manfaat bagi
kesejahteraan generasi mendatang secara lestari. Namun selama lebih dari dua puluh
tahun implementasi pengelolaannya di Indonesia belum menampakan prestasi
keberhasilan yang ideal. Hal ini diundikasikan dengan banyaknya masalah dan
konflik yang terjadi dari waktu ke waktu. Model pengelolaan yang ada saat ini adalah
pengelolaan berbasis ekosistem, spesies, pemberdayaan masyarakat maupun
penetapan Taman Nasional Model serta pembentukan Model Desa Konservasi bekan
mampu menekan masalah yang ada secara optimal. Sesuai fungsinya
Taman Nasional merupakan penyedian sumber penghidupan dari jasa lingkungan,
wisata alam, keanekaragaman hayati, dan ekosistemnya belum dimanfaatkan secara
optimal, Isu konservasi sumber daya hayati di Indonesia yang disoroti saat ini adalah
masalah pengelolaan sumber daya alam terkait keanekaragaman hayati yang kritis
dan tangkap bakabili. Klasus untuk di daerah perairan, terdapat pula masalah
pengembangan teknologi, serta pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan terpadu yang
kerap menimbulkan konflik kepentingan.
2.2 PPKN
Hutan adalah sebuah lahan lapang yang didominasi oleh pepohonan yang banyak
dan menjadi tempat tinggal bagi binatang, tumbuhan, dan organisme lainnya. Kata
i
hutan dalam bahasa inggris disebut forest, sementara untuk hutan rimba disebut
jungle. Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai sebutan terhadap hutan, misalnya
hutan belukar, hutan perawan, dan lain-lain. Tetapi pada umumnya persepsi umum
tentang hutan adalah penuh pohon-pohonan yang tumbuh tak beraturan. Meski sudah
familiar dengan kata hutan, namun masih banyak juga yang belum memahami
jenisnya yang beragam. Hutan terdiri dari berbagai jenis yang dibedakan berdasar
fungsi ataupun cirinya yaitu:
1. Hutan Lindung adalah Kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
2. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
3. Hutan produksi adalah wilayah hutan yang dikelola dan
dimanfaatkan secara intensif untuk menghasilkan komoditas
tertentu, seperti kayu dan produk non-kayu.
i
Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2020
mengenai Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
Kerusakan hutan terjadi pun karna banyak faktor, apabila salah satunya karena
sengaja dirusak dan menghancurkan ekosistem hutan maka akan dikenakan hukum
yang berkaitan untuk menjerat pelaku perusakan hutan di Indonesia berdasarkan UU
No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (UU
P3H).
Adapun kajian yang membantu menyusun landasan teoretis dan praktis untuk
penelitian lebih lanjut dalam penghijauan dan rehabilitasi lahan yang rusak, dengan
memahami konsep, metodologi, dan temuan-temuan yang telah ada sebelumnya.
Seperti melakukan metode penghijauan, berdampaknya pada lingkungan dan ekologis
serta butuhnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pemulihan hutan.
2.3 Sosiologi
Pengendalian dan Pengurangan Polusi
A. Polusi Udara
i
tercemar dan melampaui batas pedoman WHO, terutama di negara
berpenghasilan rendah dan menengah.
2. Zulkarnen DR, 2017 menulis dalam karya tulis bahwa, Pencemaran udara
adalah kehadiran substansi fisik, biologi atau kimia di lapisan udara dalam
jumlah yang bisa membahayakan kesehatan seluruh komponen biotik yang
yang mengganggu keindahan dan kenyamanan dan merusak properti.
1. Kendaraan Bermotor
2. Industri
3. Konstruksi
i
4. Pertanian dan Pembakaran Sampah
Praktik pembakaran sampah serta kegiatan pertanian yang tidak
terkendali juga berkontribusi terhadap polusi udara, terutama dalam
bentuk partikel dan gas-gas beracun.
1. Kerusakan Lingkungan
Polutan udara dapat merusak tanaman, hutan, dan ekosistem air,
mengancam keanekaragaman hayati dan produktivitas pertanian.
2. Pencemaran Air dan Tanah
Beberapa zat pencemar udara juga dapat mencemari air dan tanah,
menyebabkan dampak negatif pada kualitas air minum dan sumber
daya alam lainnya.
3. Perubahan Iklim
Emisi gas rumah kaca dari polusi udara dapat berkontribusi pada
perubahan iklim global, dengan dampak yang luas pada suhu, cuaca,
dan tinggi permukaan air laut.
D. Solusi
i
2.4 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Negara Indonesia juga terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah dan
keanekaragaman hayati yang besar. Diperkirakan sebanyak 300.000 spesies hewan
yang menghuni ekosistem dinegeri ini. Ini artinya setara dengan sekitar 17% spesies
fauna di seluruh dunia. Dengan jumlah 515 spesies mamalia, Indonesia memiliki
lebih banyak spesies mamalia dari Negara manapun. Juga ada 1.539 spesies burung
dan serta 50% dari spesies ikan seluruh dunia dapat ditemukan dalam system air laut
dan air tawar.
Namun begitu, Indonesia juga memiliki spesies paling terancam punah. Pada
tahun 2010 World Conservation Union (IUCN) mengeluarkan daftar hewan yang
terancam punah di Indonesia, yaitu sebanyak 147 jenis mamalia, 114 burung, 91
spesies ikan dan invertebrate. Upaya konservasi ini menjadi hal yang utama bagi
Negara Indonesia jika spesies ini tidak ingin punah dalam waktu dekat. Perlindungan
spesies tertentu merupakan bentuk perlindungan terhadap satwa dalam rangka
mencegah terjadinya kepunahan spesies. Status kepunahan adalah suatu kondisi
dimana individu terakhir dari suatu spesies benar-benar sudah tidak ditemukan lagi di
alam.
Misalnya seperti yang dialami spesies harimau jawa, harimau bali dan merpati
pengembara (pingeon passenger). Namun, meski telah mendapatkan status dilindungi,
namun beberapa hewan seperti harimau sumatera, gajah sumatera, buaya muara,
beruang madu dan orang utan masih saja terus terancam oleh ulah manusia. Ironis
memang, jika satwa yang seharusnya berstatus mendapatkan perlindungan malah
bernasib sebaliknya, seperti yang menimpa harimau sumatera.
Ajaran Islam sesungguhnya telah memberikan pandangan agar umatnya
melestarikan lingkungan hidup. Dimana Bumi dan Langit adalah karunia dan nikmat
dari Allah SWT untuk manusia (Al-Baqarah [2]:29); (Al-Mulk [67]:15); (QS.
Lukman: 20), yang harus senantiasa dilestarikan dan terpelihara agar dapat
bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Bahkan peran manusia, yang dalam Islam
i
disebut khalifah (Al-Baqarah [2]:30), sejatinya adalah sebagai makhluk yang
didelegasikan Allah SWT bukan hanya sekadar sebagai penguasa di bumi akan tetapi
juga dalam peranannya untuk memakmurkan seisi bumi.
Manusia dan alam mempunyai hubungan yang saling tergantung dan saling
membutuhkan. Tanggung Jawab kepada Allah adalah tanggung jawab tertinggi dari
eksistensi manusia yang beragama. Sebab tujuan utama dari beragama adalah untuk
mengabdi kepada Tuhan. Manusia yang memiliki nilai tanggung jawab yang kuat
kepada Tuhannya akan memberikan efek positif kepada bentuk tanggung jawab
lainnya (kepada makhluk).
Manusia pada hakikatnya tidak dapat terpisahkan dari alam dan lingkungannya.
Jika manusia tidak dapat menjaga hubungan yang telah ditetapkan ini, maka manusia
mengingkari maksud dari penciptaan itu. Hal ini menjadi suatu mandat bagi manusia
yang diberikan Allah. Selain memuliakan, manusia juga mendapat mandat untuk
mengelola bumi. Alam yang diciptakan semua baik adanya, sehingga Allah
menciptakan manusia dengan maksud agar manusia dapat mengolah, mengatur, dan
memelihara alam dan lingkungannya. Melalui mandat ini, manusia sudah seharusnya
i
menyadari tugas tanggung jawabnya sebagai makhluk yang dipercayakan oleh Allah
untuk mengelola ciptaan ini dengan sebaik-baiknya.
2.6 PKWU
Pengelolaan sumber daya alam, khususnya hutan yang berkelanjutan dimasa
kini telah menjadi keharusan, dimana keberadaan serta keberlangsungan fungsi
sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat, Dalam rangka
pengelolaan hutan seacara lestari dan turunnya laju deforestasi di perlukan strategi
upaya untuk melancarkan arus informasi dalam proses pengembalian keputusan yang
efektif serta pengendalian pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan
(Farida,Siti.2004).
i
Menurut Profesor Hermawan Kartajaya, pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan dalam kehutanan adalah upaya pemeliharaan, pemulihan, dan
pemanfaatan sumber daya alam hutan secara bijaksana dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial.
2.6 PJOK
Edukasi merupakan segala keadaan, hal, insiden, peristiwa, atau perihal suatu
proses berubahnya sikap juga tata laku seseorang ataupun sekolompok orang dalam
upaya pendewasaan diri melalui sistem pembelajaran dan pelatihan (Heri Gunawan,
2021). Dalam makalah ini ingin memberikan informasi kepada Masyarakat mengenai
edukasi outdoor education atau Pendidikan luar ruangan.
Outdoor education adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar di
luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan mengakrabkan
peserta didik dengan lingkungannya.Husamah (2013). Lingkungan di luar sekolah
dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang bersifat fakta, karena materi
pembelajaran yang peserta didik pelajari di dalam kelas dapat ditemukan langsung di
lapangan. Outdoor Education merupakan pembelajaran yang mampu membuat
mahasiswa aktif dengan mengajak mahasiswa mengidentifikasi tumbuhan secara
langsung sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan penguasaan konsep atau hasil
belajar kognitif dapat diberdayakan. Kerucut pengalaman Dale (2012) menyatakan
bahwa orang akan mengingat 50% dari yang didengar dan dilihat, tetapi orang akan
i
mengingat 90% dari yang telah lakukan seperti mengerjakan sebuah tugas atau
melakukan penyelidikan.
Manfaat Outdoor Education menurut Husamah (2013) adalah membangun
makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga berkesan lama
dalam ingatan atau memori (terjadi rekonstruksi). Kegiatan pengamatan langsung
dapat memperkuat daya retensi pengetahuan jika dibandingkan dengan hanya
mendengar, sehingga meningkatkan hasil belajar kognitif (Nicolls, 2004). Outdoor
education merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa. Sesuai
pernyataan Kertamuda (2008) bahwa pembelajaran yang tidak disukai dan tidak
menyenangkan membuat mahasiswa merasa stress dan kurang menikmati
pembelajaran yang diikuti dan menyebabkan hasil belajar yang didapatkan juga
mengalami penurunan.
Outdoor education berhubungan dengan alam terbuka maka dalam makalah ini
akan membahas salah satu kegiatan dialam terbuka yaitu mendaki gunung. Mendaki
gunung dapat dipahami sebagai aktivitas menambah ketinggian dalam menjajaki
daerah pegunungan dengan berjalan kaki menuju tempat tertentu yang telah
direncanakan sebelumnya. Dalam arti luas pendakian gunung berarti suatu perjalanan
melewati medan pegunungan dengan tujuan berekreasi sampai dengan kegiatan
ekspedisi dan penelitian atau eksplorasi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan
relatif sulit hingga memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai berhari-hari bahkan
ada yang samapai berminggu-minggu. Mendaki Gunung adalah kombinasi olah raga
dan kegiatan rekreasi untuk mengatasi tantangan dan bahaya pada lereng dan jurang
untuk mendapatkan pemandangan yang indah dari puncaknya walaupun harus
melewati kesulitan atau memanjat tebing menjulang puncaknya. Mendaki gunung
dalam pengertian mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yakni berjalan (hill
walking), memanjat tebing (rock climbing),serta mendaki gunung es (snow and ice
climbing). (Edwin, 2009: 74).
i
BAB III
PEMBAHASAN
i
Kehutanan No.280/Kpts-II/1997 dengan luas 40.000hA walaupun
dilapangan luasnya lebih dari 41,000hA.
Terbentuknya Taman Nasional Gunung Rinjani saat itu pada masa
pemerintahan Hindia Belanda, kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
ditetapkan sebagai Kelompok Hutan Rinjani. Penetapan ini diberlakukan
oleh Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 9 september 1929. Gubernur
Hindia Belanda kemudian mengubah statusnya menjadi kawasan suaka
margasatwa. Penetapannya diberlakukan tahun 1941. Statusnya ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Staatblaat Nomor 77 yang diterbitkan
tanggal 12 Maret 1941. Pada tahun 1990, status suaka margasatwa diganti
menjadi Taman Nasional Gunung Rinjani. Penetapan berdasarkan Surat
Pernyataan Menteri Kehutanan No. 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 maret
1990 . Waktu penetapan bersamaan dengan acara Puncak Pekan Konservasi
Alam Nasional ke-3 di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Status
taman nasional kembali ditetapkan pada tahun 1997. Penetapannya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-VI/1997
tanggal 23 Mei 1997. Status taman nasional kembali diperbarui melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.298/Menhut-II/2005 tanggal 3
Agustus 2005.
i
Wisata Alam dan Forum Porter Guide Rinjani untuk mewadahi ±1.400 orang porter
dan guide yang menyediakan jasa pemanduan gunung di jalur pendakian Taman
Nasional Gunung Rinjani.
Lebih lanjut pengelolaan pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani yang
berusaha mewujudkan pendakian yang aman dan nyaman bekerjasama dengan PT.
Asuransi Jiwa Syariah Amanah Githa untuk menyediakan asuransi bagi pendaki dan
pemandu gunung yang melakukan kegiatan pendakian. Selain itu guna meningkatkan
pelayanan wisata juga bekerjasama dengan Edelweiss Medical Help Canter dalam
melakukan kegiatan SAR pada kecelakaaan pendakian. Dalam pelaksanaan tugasnya
Taman Nasional Gunung Rinjani didukung juga oleh adanya Masyarakat Mitra
Polhut, Masyarakat Peduli Api dan Kader Konservasi serta beberapa kelompok
masyarakat lainnya di Desa Penyangga.
Konsep kemitraan pengelolaan di Taman Nasional Gunung Rinjani dengan tata
kelola ini bisa berhasil karena ada manfaat langsung yang diterima oleh masyarakat.
Keberhasilan tata kelola berbasis kemitraan itu berhasil membawa Taman Nasional
Gunung Rinjani meraih penghargaan Destination Stewardship Award pada tahun
2004 dari Conservation International dan National Geographic Travelers. Pada tahun
2005 Taman Nasional Gunung Rinjani mendapat nominasi (3 besar) penghargaan
“Tourism For Tomorrow Award 2005” kategori “Destination Award” dari World
Travel & Tourism for Tomorrow Award 2007. Pada tanggal 25 Juli 2018 pulau
Lombok (Cagar Biosfer Rinjani - Lombok) ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar
Biosfer baru, dimana kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai area intinya.
selain itu kawasan Rinjani (Geopark Rinjani Lombok) juga telah ditetapkan sebagai
UNESCO Global Geopark yang baru pada tanggal 17 April 2018. Sederet upaya
untuk menjaga kelestarian Taman Nasional Gunung Rinjani itu terkait dengan
peranan besar dari Gunung Rinjani sebagai penyuplai sumber daya air utama bagi
masyarakat di Pulau Lombok.
i
Sistem pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani dan sistem tiket Taman
Nasional Gununng Rinjani, berikut Prosedur Pendakian Gunung Rinjani:
1. Wajib registrasi melalui aplikasi eRinjani. Jika menggunakan
penyedia jasa pramuwisata maka registrasi melalui penyedia jasa
pramuwisata tersebut.
2. Apabila menggunakan jasa guide (minimal 1 guide mendampingi 6
orang pendaki nusantara) dan atau porter lokal (1 orang porter
maksimal melayani 3 orang pendaki dengan beban maksimal 25
kg/porter) yang memiliki kartu izin dari Kepala Balai TNGR.
3. Registrasi online dilakukan calon pendaki atau penyedia jasa
pramuwisata secara perorangan atau kelompok sesuai kartu
identitas masing-masing yang masih berlaku (KTP/KK).
Calon pendaki perlu mengetahui tarif pendakian atau harga tiket pendakian
Gunung Rinjani. Harga karcis masuk untuk melakukan pendakian Gunung Rinjani
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun harga tiket pendakian
Gunung Rinjani dibedakan menjadi 2:
Dikutip dari laman resmi rinjaninationalpark.id, harga tiket pendakian Gunung
Rinjani yakni:
a. Pendaki Indonesia Rp 5.000/hari.
b. Pendaki kewarganegaraan lain Rp 150.000/hari.
i
Maksud arti dari Penghijauan dan Rehabilitasi lahan yang rusak terjadi karna
adanya degradasi dan dekadensi ekosistem akibat aktivitas manusia seperti
penebangan hutan, pertanian yang tidak berkelanjutan, atau kebakaran hutan.
Sehingga dijalankanlah penghijauan dan rehabilitasi untuk perbaikan hutan.
Rehabilitasi hutan adalah serangkaian tindakan untuk mengembalikan atau
meningkatkan fungsi ekologis, struktur, dan keanekaragaman hayati dari hutan yang
telah mengalami kerusakan atau degradasi. Sedangkan Penghijauan adalah tindakan
menanam kembali vegetasi, termasuk tanaman-tanaman hutan, di lahan yang
sebelumnya kosong atau terdegradasi, dengan tujuan menciptakan kembali hutan atau
ekosistem hijau.
Hutan Lindung Baning merupakan bagian dari tanah datar yang diapit oleh dua
sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Meski Hutan alami ini terkenal
karena terletak di jantung pusat kota Baning yang memberikan sekejukan namun kini
tak terurus dan terbengkalai begitu jelas terlihat saat memasuki hutan alam seluas 213
hektare. Sejumlah ruas jembatan kayu yang membelah hutan rusak. Papan penyusun
dan gelegar terlihat rapuk. Beberapa papan terlihat patah dan terangkat ke atas. Selain
itu, beberapa fasilitas seperti pondok persinggahan dan lainnya juga rusak.
Tidak jarang ditemukan pohon-pohon tumbang menimpa gertak kayu. Hal
tersebut berdampak pada penurunan populasi jenis pohon di Taman Wisata Alam
Baning, Pengurangan tutupan hutan berkontribusi pada peningkatan emisi karbon
dioksida, yang dapat mempercepat perubahan iklim, serta hutan yang rusak
cenderung meningkatkan risiko bencana alam seperti tanah longsor dan banjir.
Dilansir pula dari berita antara News Kalimantan Barat 2014 – Hutan Lindung
Wisata Baning terancam penanaman pohon sawit, karena di sepanjang jalan hutan
tersebut malah ditanami pohon sawit. Kondisi itu memicu reaksi Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Abdurrani, yang mempertanyakan siapa yang
menanam pohon sawit di sepanjang jalan itu. Menurutnya, ditanamnya pohon sawit di
sepanjang Jalan Hutan Wisata Baning justru akan merusak kelestarian ekosistem
i
hutan tersebut. Padahal hutan itu merupakan hutan rawa yang membutuhkan banyak
air. Jika ada pohon sawit di sekitarnya, jelas pohon sawit akan menghisap air yang
ada di dalam hutan tersebut. Akibatnya air dalam hutan itu akan berkurang dan
pepohonan di hutan wisata tersebut akan mati.
Maka harus dipertahankan pelestarian dan perlindungan terhadap jenis-jenis
vegetasi tingkat pohon beserta habitatnya dengan pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah, instansi terkait dan masyarakat setempat untuk menghindari terjadi
kerusakan pohon yang ada didalamnya. Perlu dilakukan rehabilitasi/pengkayaan
jenis-jenis vegetasi asli pada areal terbuka bekas kebakaran hutan maupun bekas
penebangan liar. Sehingga untuk upaya Rehabilitasi dan Penghijauan yang telah
dilakukan setempat :
Pembangunan Pusat Konservasi Enggang di TWA Hutan Baning sebagai sarana
penyelamatan, sarana perkembangbiakan, sebagai pusat penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Mengembangkan dan memperbaiki penataan infrastruktur wisata di Hutan
Baning untuk mengedepankan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya yang
bertanggungjawab terhadap kelestariannya.
Menanam kembali pohon-pohon yang sesuai dengan ekosistem setempat,
menjaga keberlanjutan sumber air, dan mengendalikan aktivitas illegal logging. Serta
mengadakan program edukasi masyarakat melalui website agar lebih sigap dalam
menjaga Hutan Baning (https://desabaningkota.sintang.go.id/potensi-desa/).
Dalam upaya-upaya yang dilakukan, diberlakukan pula monitoring dan evaluasi
rehabilitasi Hutan Baning yaitu pemantauan secara berkala terhadap pertumbuhan
pohon, keberlanjutan ekosistem. Penggunaan teknologi seperti pemantauan satelit dan
sensor juga dilakukan untuk membantu mengumpulkan informasi terkini Hutan
Baning secara efisien. Evaluasi melibatkan analisis hasil monitoring terkait untuk
menilai efektivitas program rehabilitasi dan membuat perbaikan jika diperlukan untuk
perlindungan Hutan Baning.
i
Pelaporan pertama terjadi pada 22 Oktober 2014 melalui berita ANTARA News
yang menyatakan Hutan Baning terancam penanaman pohon sawit, karena di
sepanjang jalan hutan tersebut malah ditanami pohon sawit yang akan menghisap air
yang ada di dalam hutan tersebut. Akibatnya air dalam hutan itu akan berkurang dan
pepohonan di hutan wisata tersebut akan mati. Pelaporan terakhir pada April 2017
saat Hutan Baning hampir di cap terbelangkai karena tidak rutin penjagaan sehingga
banyak lahan dan lingkungan sekitar yang rusak. Namun setelah diberlakukan
berbagai upaya perbaikan, Hutan Baning dijadikan Hutan Alam Wisata dan kerap
dikunjungi mulai tahun 2022. Banyak sekali wisatawan dan vlogger berdatangan
untuk menyaksikan lahan yang dahulu rusak itu yang kini telah berubah menjadi
indah.
i
Gambar 3.3 Kendaraan Bermotor
1. Solusi
A. Penggunaan Kendaraan Listrik
Salah satu cara menangani pengurangan pada emisi kendaraan yaitu
dengan beralih ke kendaraan listrik. Dikarenakan kendaraan listrik dianggap
ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang saat digunakan.
Kendaraan listrik beroperasi sepenuhnya menggunakan baterai untuk
menyimpan energi dan menggerakkan kendaraan listriknya, tanpa
menghasilkan gas buang yang berbahaya, sehingga tidak memerlukan bahan
bakar fosil seperti bensin atau diesel yang biasanya digunakan pada mobil
konvensional.
i
dilengkapi dengan Intelligent Transport System (ITS) yang akan
langsung memutus aliran listrik pada mesin ketika terjadi tabrakan.
i
wilayah tersebut. Intensitas penggunaan mobil listrik pun tidak akan
mempengaruhi kualitas udara di wilayah tersebut.
Melihat hal ini, membeli mobil listrik tentu menjadi sebuah investasi
masa depan yang menjanjikan. Tempat pengisian daya mobil listrik akan
semakin banyak di masa yang akan mendatang. Melalui hal tersebut
pula, penggunaan mobil listrik akan meningkat setiap tahunnya untuk
mencapai penghijauan bumi yang ditargetkan oleh pemerintah
indonesia.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua
ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS. Al-
Imran [3]:191)
َو اَاْلْنَع اَم َخ َلَقَها َلُك ْم ِفْيَها ِد ْف ٌء َّو َم َناِفُع َوِم ْنَها َتْأُك ُلْو َن
"Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya, untuk kamu padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.”
(Q.S An-Nahl 16:5)
i
mengurung seekor kucing hingga mati dan wanita itu pun masuk neraka;
wanita tersebut tidak memberi kucing itu makan dan minum saat dia
mengurungnya dan tidak membiarkannya untuk memakan buruannya.” (H.R.
Bukhari)
Berbuat baik kepada binatang merupakan sebuah perintah, karena
binatang bagian dari alam sebagaimana manusia. Oleh karenanya, ada
perintah berbuat baik dan kasih sayang kepada manusia juga bermakna sama
berbuat baik dan kasih sayang kepada binatang. Keberadaan binatang sebagai
bagian alam memiliki nilai penting pada setiap masa dan berbuat baik
terhadapnya dengan cara memberikan perlindungan dari kepunahan dalam
ajaran Islam diganjar pahala. Ajaran Islam menegaskan bahwa binatang
mempunyai hak untuk berlindung dan dijaga kelestariannya. Islam
mengajarkan untuk berbuat baik pada setiap makhluk termasuk pula hewan.
Oleh karena itu perlindungan satwa langka memerlukan pengaturan yang
bersifat nasional dan internasional. Salah satu penyebab punahnya satwa
adalah perdagangan. Pengaruh yang ditimbulkan dan perdagangan ini yaitu
terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap jenis satwa yang
mengakibatkan rusaknya habitat dan punahnya spesies tertentu.
3. Pendapat Ulama Tentang Spesies Yang Hampir Punah
Beberapa ulama mengambil pendekatan yang lebih akomodatif. Mereka menerima
teori evolusi sebagai proses yang diatur oleh Tuhan, sehingga tidak bertentangan
dengan keyakinan agama. Pandangan ini memadukan antara ilmu pengetahuan dan
kepercayaan spiritual. Dalam kesimpulannya, pandangan ulama tentang spesies yang
akan punah mencakup berbagai perspektif, dan setiap individu dapat membentuk
pandangannya sendiri berdasarkan keyakinan dan pengetahuan yang dimilikinya.
i
3.3 Sub Materi PPKN
Hutan dapat menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis, yang penting bagi
kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Meski begitu banyak sekali lahan hutan
yang rusak karna beberapa faktor, salah satunya terjadi di Hutan Lindung Baning di
Kalimantan Barat. Sehingga dilakukan beberapa upaya untuk memperbaiki salah
satunya Rehabilitasi lahan.
Maksud arti dari Penghijauan dan Rehabilitasi lahan yang rusak terjadi karna
adanya degradasi dan dekadensi ekosistem akibat aktivitas manusia seperti
penebangan hutan, pertanian yang tidak berkelanjutan, atau kebakaran hutan.
Sehingga dijalankanlah penghijauan dan rehabilitasi untuk perbaikan hutan.
Rehabilitasi hutan adalah serangkaian tindakan untuk mengembalikan atau
meningkatkan fungsi ekologis, struktur, dan keanekaragaman hayati dari hutan yang
telah mengalami kerusakan atau degradasi. Sedangkan Penghijauan adalah tindakan
menanam kembali vegetasi, termasuk tanaman-tanaman hutan, di lahan yang
sebelumnya kosong atau terdegradasi, dengan tujuan menciptakan kembali hutan atau
ekosistem hijau.
Hutan Lindung Baning merupakan bagian dari tanah datar yang diapit oleh dua
sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Meski Hutan alami ini terkenal
karena terletak di jantung pusat kota Baning yang memberikan sekejukan namun kini
tak terurus dan terbengkalai begitu jelas terlihat saat memasuki hutan alam seluas 213
hektare. Sejumlah ruas jembatan kayu yang membelah hutan rusak. Papan penyusun
dan gelegar terlihat rapuk. Beberapa papan terlihat patah dan terangkat ke atas. Selain
itu, beberapa fasilitas seperti pondok persinggahan dan lainnya juga rusak.
Tidak jarang ditemukan pohon-pohon tumbang menimpa gertak kayu. Hal
tersebut berdampak pada penurunan populasi jenis pohon di Taman Wisata Alam
Baning, Pengurangan tutupan hutan berkontribusi pada peningkatan emisi karbon
dioksida, yang dapat mempercepat perubahan iklim, serta hutan yang rusak
cenderung meningkatkan risiko bencana alam seperti tanah longsor dan banjir.
i
Dilansir pula dari berita ANTARA News Kalimantan Barat 2014 – Hutan
Lindung Wisata Baning terancam penanaman pohon sawit, karena di sepanjang jalan
hutan tersebut malah ditanami pohon sawit. Kondisi itu memicu reaksi Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Abdurrani, yang mempertanyakan siapa yang
menanam pohon sawit di sepanjang jalan itu. Menurutnya, ditanamnya pohon sawit di
sepanjang Jalan Hutan Wisata Baning justru akan merusak kelestarian ekosistem
hutan tersebut. Padahal hutan itu merupakan hutan rawa yang membutuhkan banyak
air. Jika ada pohon sawit di sekitarnya, jelas pohon sawit akan menghisap air yang
ada di dalam hutan tersebut. Akibatnya air dalam hutan itu akan berkurang dan
pepohonan di hutan wisata tersebut akan mati.
Maka harus dipertahankan pelestarian dan perlindungan terhadap jenis-jenis
vegetasi tingkat pohon beserta habitatnya dengan pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah, instansi terkait dan masyarakat setempat untuk menghindari terjadi
kerusakan pohon yang ada didalamnya. Perlu dilakukan rehabilitasi/pengkayaan
jenis-jenis vegetasi asli pada areal terbuka bekas kebakaran hutan maupun bekas
penebangan liar. Sehingga untuk upaya Rehabilitasi dan Penghijauan yang telah
dilakukan setempat :
1. Pembangunan Pusat Konservasi Enggang di TWA Hutan Baning
sebagai sarana penyelamatan, sarana perkembangbiakan, sebagai pusat
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Mengembangkan dan memperbaiki penataan infrastruktur wisata di
Hutan Baning untuk mengedepankan pemanfaatan sumber daya alam
dan budaya yang bertanggungjawab terhadap kelestariannya.
3. Menanam kembali pohon-pohon yang sesuai dengan ekosistem
setempat, menjaga keberlanjutan sumber air, dan mengendalikan
aktivitas illegal logging. Serta mengadakan program edukasi masyarakat
melalui website agar lebih sigap dalam menjaga Hutan Baning
(https://desabaningkota.sintang.go.id/potensi-desa/).
i
Dalam upaya-upaya yang dilakukan, diberlakukan pula monitoring
dan evaluasi rehabilitasi Hutan Baning yaitu pemantauan secara berkala
terhadap pertumbuhan pohon, keberlanjutan ekosistem. Penggunaan
teknologi seperti pemantauan satelit dan sensor juga dilakukan untuk
membantu mengumpulkan informasi terkini Hutan Baning secara efisien.
Evaluasi melibatkan analisis hasil monitoring terkait untuk menilai
efektivitas program rehabilitasi dan membuat perbaikan jika diperlukan
untuk perlindungan Hutan Baning.
Pelaporan pertama terjadi pada 22 Oktober 2014 melalui berita
ANTARA News yang menyatakan Hutan Baning terancam penanaman
pohon sawit, karena di sepanjang jalan hutan tersebut malah ditanami pohon
sawit yang akan menghisap air yang ada di dalam hutan tersebut. Akibatnya
air dalam hutan itu akan berkurang dan pepohonan di hutan wisata tersebut
akan mati. Pelaporan terakhir pada April 2017 saat Hutan Baning hampir di
cap terbelangkai karena tidak rutin penjagaan sehingga banyak lahan dan
lingkungan sekitar yang rusak. Namun setelah diberlakukan berbagai upaya
perbaikan, Hutan Baning dijadikan Hutan Alam Wisata dan kerap
dikunjungi mulai tahun 2022. Banyak sekali wisatawan dan vlogger
berdatangan untuk menyaksikan lahan yang dahulu rusak itu yang kini telah
berubah menjadi indah.
Dana kegiatan Rehabilitasi dari berbagai sumber yaitu APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan bantuan dana Pemerintah
Daerah Kalimantan Barat yang telah mengajukan proposal rehabilitasi hutan
senilai Rp 11,2 triliun kepada Departemen Kehutanan. Namun dana tersebut
belum sepenuhnya dirincikan untuk Rehabilitasi Hutan Baning saja, karna
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat mengajukan dana tersebut untuk
perbaikan seluruh hutan yang rusak di Kalimantan Barat.
i
3.6 Sub Materi PJOK
Kegiatan mendaki gunung berhubungan dengan daerah taman nasional atau
Lembaga konservasi yang di dalamnya terdapat lingkungan hidup bagi para flora dan
fauna. Taman nasional merupakan kawasan yang dikhusukan untuk melindungi
kawasan alami dan pemandangan indah sekaligus mempunyai nilai bagi pemanfaatan
rekreasi, ilmiah, dan pendidikan.(MacKinnon).
Taman Nasional Gunung Rinjani (disingkat TNGR) adalah salah satu taman
nasional di Indonesia. Letaknya di Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Taman Nasional Gunung Rinjani ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun
1990. Ekosistem yang ada termasuk jenis hutan hujan tropika, hutan hujan
pegunungan dan sub alpin. Taman Nasional Gunung Rinjani mempunyai
keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasannya dijadika sebagai tempat penelitian
dan sumber pengumpulan plasma nutfah. Taman Nasional Gunung Rinjani juga
menjadi tempat wisata alam dan pendidikan.[2] Taman Nasional Gunung Rinjani
ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No.280/Kpts-II/1997 dengan luas 40.000hA walaupun dilapangan luasnya
lebih dari 41,000hA. (Wikipedia).
Tour dan trekking ke Gunung Rinjani Lombok adalah atraksi yang paling banyak
diminati oleh wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatwan asing yang
memiliki hoby menjelajahi alam di pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gunung Rinjani panjangnya 25 km di hitung dari pintu masuk Kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani melalui Sembalun sampai pintu pendakian Desa Senaru
Kabupaten Lombok Utara. Sementara dari pelawangan Sembaulun menuju puncak
gunung rinjani jaraknya 3 km. jika di hitung dari pelawangan ke puncak dan dari
puncak balık ke pelawangan Sembalun totalnya 6 km. maka perjalanan program full
paket pendakian berangkat dari sembalun dan finish di Senaru totalnya 32 km. Medan
jalur Sembalun mulai dari pintu gerbang pendakian samapai post III treknya relatif
tidak terlalu berat karena masih banyak trek yang datar dan tidak terlalu menanjak
i
yaitu mendaki dari ketinggain 1200 mdpl sampai pada 1800 mdpl. dari post III
treknya lebih menantang yaitu terkenal dengan sebutan bukit penyesalan menuju
pelawangan yang ketinggaianya 2626 Mdpl. Sepanjang jalur Sembalun di dominasi
oleh hutan savanna mulai dari pintu gerbang masuk Kawasan Taman Nasioanl
Gunung Rinjani sampai Post III. Sementara dari post III sampai pelawangan berupa
savanna dan hutan cemara. Seperti jalur Sembalun, Senaru rutenya lebih menantang
dan melelahkan dimana memulai pendakian dari pintu gerbang yang ketinggianya
601 Mdpl menuju 2641 Mdpl. Secara hitungan angka rute senaru treknya lebih terjal
dari pada rute Sembalun. Berbeda dengan jalur Sembalun melewati sebagian besar
Hutan Savana, jalur Senaru di dominasi oleh hutan kayu yang lebat mulai dari batas
Kawasan Taman Nasional sampai post III. Berjalan 500 meter dari post III menuju
pelawangan terdiri dari Hutan Savana dan Cemara. Keduanya baik Sembalun dan
Senaru jalur turun ke danau relatif sama yaitu treknya sama-sama terjal dan bebatuan
sehingga harus extra hati-hati ketika melawati kedua rute tersebut.
Maka makalah ini memberikan informasi edukasi bagi Masyarakat dengan
melakukan observasi ke Taman Nasional Gunung Rinjani, dengan tujuan utama
mengenali lingkungan hidup bagi flora dan fauna di taman nasional tersebut dan
menumbuhkan rasa peduli untuk menjaga kelestarian alam.
i
Konservasi Lahan Gambut
i
hutan dengan sifat lestari. Tujuannya untuk terjaminnya keberlangsungan fungsi
produksi hutan, fungsi ekologis hutan, dan fungsi sosial-ekonomi-budaya hutan bagi
masyarakat lokal. Oleh karena itu, pengelolaan harus dilakukan secara berkelanjutan
dan komprehensif.
Salah satu hal yang dijadikan acuan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan,
Dilansir dari Jurnal karya Zalfa Ayudha Putri dengan Judul Pentingnya Aspek
Ekologi dalam Upaya Konservasi Lahan GambutIntegrasi dalam pembuatan
kebijakan terkait bidang ekologi dan ekonomi agar tercipta keselarasan dalam
pengelolaan hutan. Hal ini dikarenakan kelestarian lingkungan harus dicapai
bersamaan dengan tercapainya kesejahteraan manusia. Pengelolaan ekosistem
memadukan pengetahuan ilmiah mengenai berbagai hubungan ekologi, di dalam
kerangka pemikiran sosial ekonomi dan nilai-nilai yang rinci serta mengarah pada
tujuan umum berupa perlindungan keutuhan ekosistem alami dalam jangka waktu
yang panjang. Praktik pengelolaan sumber daya alam, yang selama ini menekankan
produksi maksimun, baik berupa barang (volume kayu yang dipanen), maupun jasa
(jumlah pengunjung dalam kawasan) perlu diperkaya dengan sudut pandang yang
lebih tepat dan meluas sehingga mencakup pelestarian hutan serta perlindungan
ekosistem. Salah satu contoh dari acuan ini adalah Lahan gambut merupakan
sumberdaya alam yang sangat potensial dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
Ekosistem lahan gambut sebagai aspek ekologi juga memiliki berbagai fungsi di
antaranya sebagai pengatur sistem hidrologi, perlindungan keanekaragaman hayati,
sumber energi, penyerap karbon dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
Lahan gambut memberikan beberapa pelayanan (services) ekologi, ekonomi dan
sosial yang potensial untuk dikembangkan sebagai sistem pendukung kehidupan (life
supporting system). Sehingga Kelestarian ekologi gambut perlu dipertahankan,
disamping menjaga kawasan hutan rawa gambut yang ada, rehabilitasi dan
pengembangan lahan gambut perlu segera dilakukan sehingga fungsi hutan rawa
gambut tersebut dapat kembali semula. aspek ekologi yang sudah terlaksana pada
i
pemenfaatan lahan gambut, Manfaat dan fungsi lahan gambut yang dapat dirasakan
oleh masyarakat diantaranya yaitu: sebagai penambat karbon, sumber energi bagi
manusia, eduwisata, dan sebagai lahan pertanian.
Perubahan alami yang terjadi pada gambut itu sendiri. Ada beberapa pendekatan
yang digunakan dalam konservasi lahan gambut yaitu:
Kesimpulan nya Hutan rawa gambut mempunyai peran penting dalam menjaga
dan memelihara keseimbangan lingkungan hidup, baik sebagai reservoir air, carbon
storage, perubahan iklim serta keanekaragaman hayati yang saat ini eksistensinya
semakin terancam. Meski upaya konservasi gambut dapat dilakukan dengan beberapa
cara dan pendekatan, namun tetap diperlukan nya dukungan dan partisipasi beberapa
pihak untuk kegiatan tersebut. Keterlibatan pemerintah dan masyarakat khususnya
sekitar sangat diperlukan dalam pengelolaan dan upaya konservasi gambut.
i
Keberhasilan upaya Konservasi Lahan Gambut pun berhasil atas kerja sama antar
masyarakat.
2) Konservasi habitat, Upaya untuk melindungi habitat alami flora dan fauna yang
berada di dalam hutan, termasuk spesies langka atau terancam punah.
3) Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, Praktik-praktik seperti penenbangan selektif,
rotasi panen, dan pemantauan secara teratur untuk memastikan bahwa eksploitasi
hutan tidak melebihi kapasitas alaminya untuk pulih.
BAB IV
PENUTUP
i
4.1 Kesimpulan
Bagian ini berisi ringkasan dan simpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dipaparkan di BAB III. Kesimpulan detail dari pembahasan Konservasi dan
Pelestarian lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya Konservasi
a) Konservasi merupakan langkah krusial untuk melindungi
biodiversitas, ekosistem, dan keberlanjutan lingkungan.
b) Upaya konservasi bertujuan menjaga spesies langka, mencegah
kehilangan habitat, dan mempertahankan fungsi ekosistem.
i
a) Implementasi kebijakan lingkungan yang kuat dan efektif diperlukan
untuk melindungi habitat alam, membatasi aktivitas merusak lingkungan,
dan menggalakkan praktik berkelanjutan.
7. Kolaborasi Global
a) Kolaborasi antar negara dan organisasi menjadi kunci dalam
penanganan masalah lingkungan yang bersifat global, seperti perubahan
iklim dan perdagangan ilegal satwa liar.
4.2 Saran
i
Bagian ini berisi saran-saran yang dikemukakan oleh siswa bagi Siswa
dan Masyarakat sebagai konsekuensi dari membaca isi pembahasan makalah
yang telah dipaparkan sebelumnya. Saran dibuat dalam bentuk poin-poin
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam isi makalah harus didaftarkan di bagian
Daftar Pustaka. Isi daftar pustaka minimal harus memuat pustaka-pustaka acuan yang
berasal dari sumber yang direkomendassikan oleh guru mata pelajaran. Penulisan
Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen referensi seperti
Mendeley atau References Ms. Word. Bentuk font yang digunakan adalah Times New
Roman ukuran 12 pt. Spasi untuk daftar referensi adalah 1 spasi. Daftar pustaka
ditulis dengan model paragraf Hanging. Format penulisan yang digunakan adalah
sesuai dengan format APA 6th Edition (American Psychological Association).
Berikut adalah contoh penggunaan beberapa referensi.
Catatan: Penjelasan ini tidak perlu dimasukkan dalam penulisan daftar pustaka yang
sebenarnya. Demikin juga dengan tulisan bertanda *) tidak perlu dimasukkan pada
daftar pustaka sebenarnya.
Buku 1 Penulis*)
i
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.
Buku 3 Penulis*)
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.
Buku Lebih Dari Satu Edisi*)
Prayitno, & Amti, E. (2012). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Edisi ke-10).
Jakarta: PT Rineka Cipta.
i
LGBTQI+ People (pp. 75 - 85). Alexandria, VA: American Counseling
Association.
Artikel Jurnal / Ensiklopedi*)
Ruini, C., Masoni, L., Otolini, F., & Ferrari, S. (2014). Positive Narrative Group
Psychotherapy: The Use of Traditional Fairy Tales to Enhance Psychological
Well-Being and Growth. Journal Psychology of Well-Being, 4 (13), 1-9.
Artikel Jurnal dengan Lebih dari 7 Penulis*)
Gilbert, D. G., Mcclernon, J. F., Rabinovich, N. F., Sugai, C., Plath, L. C.,Asgaard,
G., … Botros, N. (2004). Effects of quitting smoking on EEG activation and
attention last for more than 31 days and are more severe with stress,
dependence, DRD2 Al allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco
Research, 6, 249—267
i
Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.
Majalah Online*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17. Diakses
dari: http//majalahmarketing.com//
Surat Kabar*)
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.
Skripsi/Tesis/Disertasi Tidak Terpublikasi*)
Nurgiri, M. (2010). Antropologi Indonesia (Skripsi Tidak Terpublikasi). Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta.
Skripsi/Tesis/Disertasi dari Sumber Online*)
Haryadi, R. (2017). Pengembangan Model Evidence-Based Community Counseling
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada Subyek Eks-Pecandu
NAPZA di Kota Semarang (Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang). Diakses dari: http//pps.unnes.ac.id//tesis/rudiharyadi/
Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding therapeutically
to patient expressions of sexual attraction [DVD]. Tersedia di
http://www.apa.org/videos/
Serial Televisi
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New York,
NY: Fox Broadcasting.
Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.
i
LAMPIRAN
i
Situasi Hutan Lindung Baning
i
i