Dosen Pengampu :
Ibu Rika Dwi Agustianingsih, M.Psi.,Psikolog
Disusun Oleh :
Annisa Salsabila Rahman (190207007)
Cindi Dwi Agustini (190207014)
Diah Fatmawati (1902070640)
Favian Hawari (190207022)
Mega Shella Maramis ( 190207037 )
Moh. Humam Arkan Hutomo ( 190207038 )
M. Rafi Hardiansyah (190207040)
Yasmin Salsabilla Qurrota’aini ( 190207061 )
i
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat Sehat, Iman, dan Islam pada kita semua, sehingga segala kendala dalam
upaya dalam penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Salawat dan Salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Wassalamu’alaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN LINGUISTIK.....................................................................5
2.1.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA..............................5
2.1.2 PERAN OTAK DALAM PEMBELAJARAN DAN PERKEMBANGAN............8
2.1.3 KEBERAGAMAN DALAM PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF DAN LINGUISTIC.....................................................................................12
2.1.4 PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA DAN ETNIK.......................................12
2.1.5 MENANGANI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN KHUSUS PARA PEMBELAJAR
BAHASA INGGRIS.........................................................................................................13
2.1.6 MENGAKOMODASI SISWA-SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS.............14
2.2 TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF......................................................15
2.2.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR PIAGET....................................................................15
2.2.2 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET.............................21
2.2.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI PIAGET......................................25
2.3 TEORI VYGOTSKY TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF.................................................29
2.3.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR VYGOTSKY.............................................................29
2.3.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI VYGOTSKY..............................35
2.3.3 PERKEMBANGAN LINGUISTIC........................................................................41
2.3.4 ISU-ISU TEORITIS TERKAIT PERKEMBANGAN LINGUISTIC.................41
2.3.5 TREN DALAM PERKEMBANGAN LINGUISTIC............................................42
2.3.6 MEMPELAJARI BAHASA KEDUA....................................................................45
BAB III......................................................................................................................................48
iii
KESIMPULAN.........................................................................................................................48
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................48
3.2 SARAN..............................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................50
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk
dikembangkan dari berbagai aspek perkembangan di atas. Gunarsa (Rosmala
Dewi, 2005: 11) mengemukakan bahwa kognitif adalah fungsi mental yang
meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Kognitif
adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkenalkan, memulai dan
memikirkan lingkungannya.
1
pengetahuan dengan bersosialisasi. Ketika bermain, anak akan bersosialisasi
dengan teman sebayanya atau orang dewasa, secara tidak langsung anak akan
belajar memahami keadaan dan menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapinya. Melalui sosialisasi tersebut juga, anak akan mengembangkan
bahasanya.
2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui apa saja Perkembangan kognitif dan
linguisic.
2. Untuk mengetahui Apa saja Prinsip-prinsip dasar
perkembangan manusia.
3. Untuk mengetahaui Apa saja Peran otak dalam
pembelajaran dan perkembangan.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Keberagaman dalam
perkembangan kognitif dan lingusitik.
5. Untuk mengetahui Apa saja Perbedan-perbedan budaya
dan etnik?
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara Menangani
kebutuhan kebutuhan khusus para pembelajar Bahasa
inggris.
7. Untuk mengetahui Bagaimana cara Mengakomodasi
siswa-siswa berkebutuhan khusus.
8. Untuk mengetahui Apa saja Teori piaget tentang
perkembangan kognitif
9. Untuk mengetahui Apa saja Asumsi-asumsi dasar piaget.
10. Untuk mengetahui Bagaimana Tahap-tahap
perkembangan kognitif piaget.
11. Untuk mengetahui Apa saja Perpektif terkini tentang
teori piaget.
12. Untuk mengetahui Apa saja Teori Vygotsky tentang
perkembangan kognitif
13. Untuk mengetahui apa saja Asumsi-asumsi dasara
Vygotsky
3
14. Untuk mengetahui Apa saja Perspektif terkini tentang
teori Vygotsky
15. Untuk mengetahui Perkembangan linguistic
16. Untuk mengetahui Isu-isu terkait perkembangan
linguistic
17. Untuk mengetahui Tren dalam perkembangan linguistic
18. Untuk mengetahui Mempelajari Bahasa kedua
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
1. Tidak semua anak mencapai tonggak perkembangan pada usia
yang sama. Beberapa anak mencapainya lebih dini, beberapa
anak yang lain mencapainya lebih lambat. Kita hampir selalu
menemukan variabilitas yang cukup besar dalam pencapaian
tonggak perkembangan pada kelompok usia manapun.
2. Penentuan perkiraan usia saat anak mampu melakukan perilaku
tertentu atau berpikir dengan cara tertentu memungkinkan untuk
membuat sebuah ramalan umum dengan menggunakan prediksi
tersebut dapat dirancang kurikulum pendidikan dan strategi
pendidikan yang akan digunakan. Pada saat yang sama, kita
harus menghindari membuat kesimpulan mengenai hal-hal yang
dapat dilakukan (atau tidak dapat dilakukan) setiap siswa hanya
berdasarkan usia semata.
C. Perkembangan Itu Terkadang Dengan Cepat,Terkadang Juga
Lambat
1. Perkembangan tidak terjadi dalam kecepatan yang konsisten.
Suatau pertumbuhan yang relatif cepat (spurt) dapat diselingi
dengan pertumbuhan yang lambat (Plateau).
2. Dalam suatu teori tahapan (stage theory), perkembangan
dicirikan oleh tahapan-tahapan yang berkelanjutan dan dapat
diprediksikan, dadn tahap-tahap awal umumnya menjadi landasan
dan persyaratan bagi tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
D. Faktor Hereditas (Keturunan), Dalam Batas-batas Tertentu,
Mempengaruhi Perkembangan
1. Hampir semua aspek perkembangan seorang anak dipengaruhi
secara langsung ataupun tidak langsung oleh susunan genetik anak
yang bersangkutan. Meski demikian, tidak semua karakteristik
turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran.
2. Hereditas terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang
proses kematangan (maturation)
6
3. Anak-anak secara genetik dilahirkan dengan predisposisi atau
kecenderungan merespons stimulus fisik dan sosial dalam cara-
cara tertentu bisa dengan tenang atau mudah panik, ramah atau
malu-malu, suka mencoba-coba atau berhati-hati, periang atau
penakut.
7
7. Sebuah elemen penting yang meresapi semua lapisan adalah
kebudayaan, kebudayaan juga meresapi banyak aspek dari
lingkungan anak tersebut seperti kebudayaan mempengaruhi
perilaku yang didorong oleh para anggota keluarga. Kebudayaan
adalah sebuah konsepyang ada di benak (inside the head thing)
sekaligus menjadi realita yang benar-benar ada di lapangan (out
there in the world thing), kebudayaan memberikan sebuah
kerangka pikiran yang digunakan anak untuk menentukan hal-hal
yang dianggap normal dan tidak normal, benar dan salah, rasional
dan irasional, baik dan buruk (M. Cole, 2006; Shweder et. Al.,
1998).
F. Hereditas dan Lingkungan Saling Berinteraksi Membentuk
Perilaku Individu
1. Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi dan tidak dapat
dipisah-pisahkan (Gottlieb, 2000; Halpern, 2006; Kolb, Gibb, &
Robinson, 2003).
2. Gen membutuhkan dukungan lingkungan agar dapat beroperasi.
3. Anak-anak dapat memilih lingkungan mereka, khususunya bila
mereka semakin berkembang dewasa, dan mereka cenderung
mencari situasi yang sesuai dengan tempramen dan kemapuan
bawaannya (Scarr & McCartney, 1983).
4. Periode sensitif, sebuah titik dalam perkembangan dimana seorang
anak yang sedang tumbuh dapat sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (critical period).
8
neuron menerima informasi dari bagian tubuh yang lain, sejumlah
neuron yang lain mensistensiskan dan menafsirkan informasi tersebut
dan yang lain lagi mengirimkan pesan kepada tubuh mengenai cara
merespon yang tepat sesuai kondisinya yang ada.
1. Sama seperti sel-sel lain di tubuh, neuron memiliki badan sel (cell
body), yang mengandung nukleus sel dan berperan penting menjaga
kesehatan sel.
2. Neuron memiliki sejumlah struktur berbentuk ranting yang disebut
dendrit, yang menerima pesan dari neuron-neuron lain. Neuron juga
memiliki akson, yakni sebuah struktur berbentuk tangan yang
mengirimkan informasi ke neuron-neuron lain. Setiap neuron bisa
memiliki koneksi sinapsis dengan ratusan atau bahkan ribuan neuron lain
(Goodman & Tessier-Lavigne, 1997; Lichtman, 2001).
3. Proses berpikir yang kompleks dan sadar terutama terjadi di korteks
yang terletak di bagian atas dan sisi otak.
A. Sebagian Besar Pembelajaran Kemungkinan Melibatkan
Perubahan-perubahan Di Neuron & Sinapsis
1. Pembelajaran yang efektif mengharuskan seseorang tidak hanya
memikirkan dan melakukan hal-hal tertentu, namun juga tidak
memikirkan dan melakukan hal-hal yang lain dengan kata lain, orang
yang bersangkutan menghambat kecenderungan untuk berpikir atau
berperilaku dalam cara-cara tertentu (Buer & Greenough, 2001;
Lichtman, 2001; Merzenich, 2001).
2. Pembentukan neuron-neuron baru terus terjadi sepanjang hidup
manusia, yakni dibagian hipokampus, suatu struktur kecil di bagian
tengah otak dan mungkin juga di bagian-bagian korteks yang lain
(Gould, Beylin, Tanapat, Reeves & Shors, 1999; C. A. Nelson,
Thomas, & de Haan, 2006; R.A. Thompson & Nelson, 2001).
Pembentukan neuron baru tampaknya distimulasi oleh pengalaman-
pengalaman belajar yang baru sekalipun perannya dalam proses
pembelajaran masih belum diketahui.
9
B. Perubahan-perubahan Perkembangan Yang Terjadi Di Otak
Memungkinkan Terjadinya Proses Berpikir Yang Semakin
Kompleks dan Efisien
1. Neuron-neuron mulai membentuk sinapsis-sinapsis sebelum bayi
dilahirkan. Segera setelah kelahiran, kecepatan pembentukan neuron
berkurang secara dramatis. Neuron-neuron tersebut memunculkan
dendrit-dendrit yang menuju ke berbagai arah dan mulai
berhubungan satu sama lain terutama dalam dua atau tiga tahun
pertama kehidupan. proses sinaptogenesis awal ini tampaknya
dikendalikan oleh pemograman genetis alih-alih oleh pengalaman
belajar titik akibat sinaptogenesis tersebut, anak-anak di bangku
sekolah dasar memiliki jauh lebih banyak sinopsis dibanding orang
dewasa ( Bruer, 1999; C.A. Nelson wt. Al., 2006).
2. Saat menjumpai stimuli dan pengalaman yang berbeda-beda,
sejumlah sinapsis menjadi sangat berguna dan digunakan berulang-
ulang. sinapsis-sinapsis lain cenderung tidak berguna dan akhirnya
memudar dalam suatu proses yang disebut pemangkasan sinaptik
(synaptic pruning). Pemangkasan sinaptik adalah sebuah hal yang
baik karena menyebabkan sinaptik atau pengganggu yang tidak
konsisten dengan peristiwa-peristiwa dan pola-pola perilaku yang
lazim terjadi (Bruer & Greennough, 2001; Byrnes, 2001).
C. Banyak Bagian Otak Bekerja Sama Secara Harmonis Untuk
Memudahkan Terjadinya Proses Berpikir dan Berperilaku yang
Rumit
Belahan otak kiri dan kanan, atau hemisfer, di korteks memiliki
fungsi khas yang berbeda titik pada sebagian besar orang (mungkin
80%), hemisfer kiri berperan penting dalam bahasa dan pemikiran
logis, sedangkan hemisfer kanan Lebih dominan dalam tugas-tugas
visual dan spasial (Byrnes, 2001; Ornstein, 1997; Siegel, 1999).
10
Meski demikian, berlawanan dengan kepercayaan umum, orang
jarang (bahkan mungkin tidak pernah) berpikir hanya menggunakan
satu bagian otak saja atau bahkan satu hemisfer saja. Tidak ada yang
namanya berpikir menggunakan otak kiri atau berpikir menggunakan
otak kanan kedua hemisfer secara terus-menerus berkolaborasi dalam
tugas-tugas sehari-hari. Faktanya bagian otak yang berbeda-beda
berkomunikasi secara terus menerus satu dengan yang lainnya.
Proses belajar dan berpikir mengenai apapun tersebar di sepanjang
banyak bagian otak.
D. Otak Tetap Mampu Beradaptasi Seumur Hidup Manusia
11
proses-proses berpikir anak berkembang dan berubah seiring waktu.
Ada teori Jean Piaget dan teori Lev Vygotsky merupakan teori yang
penting, teori tersebut melakukan pendekatan terhadap
perkembangan kognitif dari sudut yang berbeda, namun masing-
masing memberikan banyak petunjuk mengenai cara terbaik
mendorong perkembangan kognitif para siswa.
12
konservasi dan kemampuan operasional konkritnya akan lebih lambat
beberapa tahun dibanding anak-anak dalam Kebudayaan Barat. Selain
itu, keterampilan penalaran operasional formal atau pemikiran abstrak
pemisahan dan kontrol terhadap variabel dan lainnya juga bersifat
variatif di setiap kebudayaan titik Kebudayaan Barat umumnya
melestarikan keterampilan tersebut. Melalui pembelajaran formal
dalam ranah akademik seperti sains, matematika, sastra dan ilmu-ilmu
sosial. Dalam kebudayaan lain juga keterampilan tersebut mungkin
hanya memiliki sedikit relevansi dengan kehidupan sehari-hari dan
aktivitas para masyarakatnya.
13
Idealnya peralihan dari bahasa asli menuju bahasa negara
lain (misalnya bahasa Inggris) harus dalam rentang waktu yang
berangsur-angsur agar menjadikan siswa atau siswi lebih fasih
dalam mempelajari bahasa tersebut. Kita juga harus ingat bahwa
bahasa asli mereka merupakan jati diri mereka dan kesadaran
mereka akan identitas sebagai manusia.
14
Vigotskydan para pengikutnya mengemukakan bahwa anak-
anak dan remaja seringkali bekerja bersama untuk memahami
dan menemukan makna dari berbagai peristiwa yang ada.
Seiring bertambahnya usia anak semakin mampu terlibat
pemikiran yang semakin kompleks. Baik piaget maupun
vygotsky menyatakan bahwa anak banyak menguasai
kemampuan kognitif yang baru seiring bertambahnya usia
mereka.
Bahasa merupakan fondasi bagi banyak kemampuan kognitif.
Kata yang memberikan dasar bagi sebagian besar pemikiran
simbolik. sebagaimana yang dideskripsikan piaget selain itu
banyak kata dan fase yang hanya didapati dalam disiplin disiplin
ilmu tertentu misalnya, akar pangkat atom eksistensi tersier,
menjadi perangkat-perangkat kognitif yang dalam perspektif
vygotsky membantu anak mendapatkan manfaat dan sekaligus
mengembangkan kearifan yang telah dikumpulkan generasi-
generasi sebelumnya.
Situasi dan tugas yang menantang mendorong pekembangan.
Anak-anak mendapatkan paling banyak manfaat dari tugas
menantang yang hanya dengan bantuan orang lain.
15
B. Anak-anak mengkonstruksi pengetahuan mereka
berdasarkan pengalaman.
Anak-anak tidak hanya sekedar mengumpulkan hal-hal
yang telah mereka pelajari menjadi suatu koleksi fakta-fakta yang
terisolasi. alih-alih, mereka menggabungkan pengalaman-
pengalaman tersebut menjadi suatu pandangan terintegrasi
mengenai cara kerja dunia di sekitar mereka. Sebagai contoh,
melalui pengamatan bahwa makanan, mainan, dan objek-objek
lain selalu jatuh ke bawah (tidak pernah jatuh ke atas) ketika
dijatuhkan, anak-anak mulai membentuk pemahaman dasar
mengenai gravitasi. saat berinteraksi dengan hewan peliharaan,
pergi ke kebun binatang, mengamati buku buku bergambar, dan
sebagiannya, mereka membentuk pemahaman yang semakin
kompleks mengenai hewan. Piaget mengemukakan bahwa anak-
anak mengkonstruksi keyakinan-keyakinan dan pemahaman
pemahaman mereka berdasarkan pengalaman; karena itulah teori
Piaget terkadang disebut teori konstruktivis, atau au, yang lebih
umum, konstruktivisme.
Dalam terminologi Piaget, hal-hal yang dipelajari dan
yang dapat dilakukan anak-anak diorganisasikan sebagai skema,
yaitu kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang
digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan.
Pada awalnya, skema-skema tersebut lebih bersifat motorik,
namun seiring berlalunya waktu menjadi lebih bersifat mental,
dan akhirnya abstrak. Sebagai contohnya, seorang bayi mungkin
memiliki skema seperti memasukkan benda di mulut yang
digunakannya saat ia menjumpai berbagai objek, diantaranya
jempol, biskuit, dan mainan. seorang anak berusia 7 tahun
mungkin memiliki skema untuk mengidentifikasi ular, yang
meliputi tubuh yang panjang, tipis, tanpa kaki, dan bersisik.
seorang gadis berusia 13 tahun mungkin memiliki skema
16
mengenai gaya berbusana yang baik, yang memungkinkannya
menggolongkan rekan-rekannya sebagai orang yang keren atau
sama sekali culun.
17
yang sudah ada. dalam situasi semacam itu, terjadilah salah satu
dari 2 bentuk akomodasi seperti anak-anak memodifikasi skema
yang telah ada sehingga sesuai dengan objek atau peristiwa baru,
atau membentuk rancangan yang sama sekali baru, yang sesuai
dengan objek atau peristiwa yang dialami. Sebagai contoh,
seorang bayi mungkin harus membuka mulutnya lebih lebar dari
biasanya untuk mengakomodasi seperti mengulum kaki depan
boneka beruang yang gemuk itu titik seorang anak perempuan
berusia 13 tahun mungkin merevisi skemanya mengenai busana
sesuai dengan trend yang sedang hangat-hangatnya. seorang anak
berusia 7 tahun mungkin mendapati bahwa hewan yang panjang
kurus, bersisik yang dilihatnya bukankah ular karena memiliki
empat kaki titik setelah melakukan penelitian yang lebih lanjut ia
mungkin mengembangkan suatu rancangan baru yakni,
salamander bagi hewan tersebut.
18
Piaget berpendapat bahwa eksperimen yang dilakukan
anak-anak secara aktif terhadap dunia fisik merupakan elemen
vital bagi pertumbuhan kognitif. dengan mengeksplorasi dan
memanipulasi objek objek fisik seperti bermain pasir dan air,
bermain dengan bola dan alat pemukul, bereksperimen di
laboratorium sains dan sebagainya itu anak-anak mempelajari
hakikat karakteristik-karakteristik seperti volume dan berat,
menemukan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan energi dan
gravitasi, memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
hubungan sebab-akibat, dan sebagainya. Dengan demikian, teori
Piaget mendorong kita menyimpulkan bahwa pembelajaran yang
berbasis penemuan seharusnya menjadi suatu aspek penting
dalam proses belajar mengajar di kelas.
Dalam pandangan Piaget, interaksi sosial juga sama
pentingnya bagi perkembangan kognitif melalui interaksi dengan
orang lain yang menyenangkan seperti percakapan maupun yang
tidak menyenangkan seperti pertengkaran anak-anak yang masih
beli ya secara bertahap menyadari bahwa individu-individu yang
berbeda akan memandang hal-hal secara berbeda ada dan
pandangan-pandangan mereka tentang dunia belum tentu akurat
atau logis. anak-anak di bangku sekolah dasar mungkin mulai
mengenali ketidakkonsistenan yang logis dalam perkataan dan
perbuatan mereka saat seseorang menunjukkannya. Melalui
diskusi dengan rekan dan orang-orang dewasa mengenai isu-isu
sosial dan politik, anak-anak SMU mungkin memodifikasi
keyakinan mereka mengenai bagaimana seharusnya dunia ini
diarahkan.
19
menafsirkan dan merespon peristiwa-peristiwa baru dengan
menggunakan skema skema yang sudah ada. Meski demikian,
ekuilibrium ini tidaklah berlangsung tanpa akhir titik seiring
tumbuh dan berkembang, mereka terkadang menjumpai situasi
situasi di mana pengetahuan atau keterampilan yang mereka
miliki tidak memadai. Situasi situasi semacam itu menimbulkan
disekuilibrium, yakni sejenis ketidaknyamanan mental yang
mendorong anak-anak berusaha memahami hal-hal yang sedang
mereka observasi. dengan mengubah, mengorganisasikan ulang,
atau mengintegrasikan skema-skema mereka secara lebih baik
misalnya melalui akomodasi, anak-anak ada akhirnya mampu
memahami dan merespon peristiwa-peristiwa Yang sebelumnya
terasa membingungkan itu. Proses pergerakan dari ekuilibrium
ke disekuilibrium dan kembali lagi ke equilibrium disebut
sebagai ekuilibrasi titik dalam pandangan Piaget, ekuilibrasi dan
hasrat intristik anak untuk meraih ekuilibrium mendorong
perkembangan kemampuan berpikir dan pengetahuan yang
semakin kompleks.
F. Sebagai salah satu akibat dari perbuatan kematangan di
otak, anak-anak berpikir dengan cara-cara yang secara
kualitatif berbeda pada usia yang berbeda.
Jauh-jauh hari sebelum kita mengetahui banyak hal
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di otak seiring
bertambahnya usia, Piaget telah berspekulasi bahwa otak
memang berubah secara signifikan, dan perubahan-perubahan
tersebut memungkinkan terjadinya proses proses berpikir yang
semakin kompleks. iya mengemukakan bahwa perubahan-
perubahan neurologis yang utama terjadi saat anak-anak berusia
sekitar 2 tahun, kemudian terjadi lagi saat anak berusia enam
atau tujuh tahun, dan kembali terjadi lagi pada masa pubertas.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama periode periode
20
tersebut memungkinkan munculnya kemampuan-kemampuan
baru, sedemikian rupa sehingga anak-anak berkembang melalui
serangkaian tahapan yang mencerminkan kemampuan berpikir
yang semakin canggih. Sebagaimana telah kita ketahui, faktanya
otak memang terus berkembang sepanjang masa anak-anak dan
remaja, namun belum jelas apakah perubahan perubahan
tersebut secara spesifik berkaitan dengan perubahan-perubahan
kognitif yang dijabarkan Piaget.
2.2.2 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
A. Tahap sensorimotor (kelahiran - 2 tahun)
Piaget mengemukakan bahwa dalam sebagian besar
tahap sensorimotor, anak-anak berfokus pada apa yang mereka
lakukan dan lihat pada saat itu; skema-skema mereka terutama
tersusun berdasarkan perilaku dan persepsi. Meski demikian,
kemampuan kemampuan kognitif yang penting muncul selama
periode ini, terutama saat anak mulai bereksperimen dengan
lingkungannya melalui prinsip trial and error. Sebagai contoh,
anak mulai mengembangkan permanensi objek, yakni
kesadaran bahwa objek tetaplah eksis sekalipun dipindahkan
dari jangkauan penglihatan. setelah berulangkali mengobservasi
tindakan-tindakan tertentu yang menyebabkan konsekuensi-
konsekuensi tertentu, anak pada tahap sensorimotor juga mulai
mengembangkan pemahaman mengenai hubungan sebab-
akibat.
21
berbentuk kata-kata yang didengar anak-anak dari dunia
sekeliling mereka, dan yang digunakan dalam “kalimat-
kalimat” satu kata mereka. ketika anak telah menguasai
pemikiran simbolik, mereka mulai bereksperimen dengan
objek-objek dalam benaknya titik pertama-tama mereka akan
memprediksikan apa yang akan terjadi bila mereka melakukan
suatu tindakan ke objek tersebut, dan kemudian mewujudkan
rencana tersebut dalam suatu tindakan.
22
bentuk percakapan egosentris, yakni ketika anak mengatakan
sesuatu tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui
atau tidak diketahui pendengar terkait suatu topik yang
dibicarakan.
23
Menarik kesimpulan kesimpulan logis berdasarkan informasi
yang diberikan kepada mereka.
24
panjangnya. selain itu, pada tahap ini mereka telah mampu
memahami proporsi sehingga mampu menggunakan pecahan,
desimal dan perbandingan saat mengerjakan soal.
25
memusnahkan segala persenjataan yang dimilikinya untuk
mencapai perdamaian dunia. Piaget mengemukakan bahwa
idealisme remaja semacam itu mencerminkan egosentrisme
operasional formal, yakni suatu ketidakmampuan memisahkan
abstraksi logis dirinya sendiri dari perspektif orang lain dan dari
pertimbangan-pertimbangan praktis. hanya melalui pengalaman
lah para remaja akhirnya mulai menyelaraskan optimisme
mereka dengan realisme mengenai hal-hal yang mungkin dalam
suatu kerangka waktu tertentu dan dengan sumber daya yang
terbatas.
26
melakukan penalaran mengenai gagasan-gagasan abstrak hanya
muncul setelah anak mampu melakukan penalaran mengenai
objek-objek dan peristiwa-peristiwa konkrit; demikian pula,
urutan-urutan penguasaan tugas-tugas konservasi yang berbeda-
beda memang sesuai dengan yang dideskripsikan Piaget. meski
demikian, para peneliti mempertanyakan usia munculnya
keterampilan-keterampilan tersebut. Para peneliti juga
menemukan bahwa kemampuan kemampuan penalaran logis
pada anak-anak mungkin berbeda-beda, tergantung pengalaman
dan pengetahuan yang mereka miliki tentang suatu topik. selain
itu sebagian besar penelitian benar-benar meragukan bahwa
perkembangan kognitif terjadi dalam tahap-tahap yang terpisah-
pisah, sebagaimana yang dijabarkan oleh Piaget.
27
kepadanya telah disederhanakan sedemikian rupa. anak-anak
kelas 1 dan 2 SD bahkan memiliki kemampuan memahami dan
menggunakan proporsi proporsi sederhana (misalnya, ½, ⅓, ¼)
jika mereka mampu menghubungkan proporsi proporsi tersebut
dengan objek-objek sehari-hari.
28
manipulatif konkrit dapat membantu anak-anak berusia 9 tahun
memahami hakikat umum proporsi. anak-anak berusia 10 dan 11
tahun dapat lebih mudah menyelesaikan soal-soal logika yang
melibatkan gagasan-gagasan hipotesis jika mereka diajarkan
strategi strategi pemecahan masalah yang relevan, dan seiring
bertambahnya latihan mereka semakin mampu memisahkan dan
mengontrol berbagai variabel.
29
sekeliling mereka. Para pendidik telah menemukan bahwa banyak
gagasan Piaget seperti egosentrisme, disequilibrium, pergerakan
dari pemikiran konkret ke pemikiran abstrak sangatlah berguna
bagi dunia pendidikan.
30
sebelumnya. Teori Vygotsky mendorong antisipasi adanya
keragaman pada anak-anak tidaknya dalam hal perkembangan
kognitif lebih daripada yang diajarkan dari teori Piaget,
contohnya ialah beberapa budaya yang menggunakan
beraneka ragam peta peta jalan.
2. Setiap kebudayaan menanamkan perangkat fisik dan
kognitif yang menjadikan kehidupan sehari-hari semakin
produktif dan lebih efisien.
31
perkembangan kognitif yang akhirnya kini berevolusi
menjadi inner speech (percakapan ke dalam) yakni saat anak
berbicara ke dalam dirinya secara mental dibanding secara
verbal penelitian. Penelitian terkini mendukung pandangan
mengenai kemajuan serta peran Self-Talk dan Inner Speech.
Frekuensi Self-Talk mengalami penurunan di masa masa awal
dan sekolah dasar anak.
32
(Internalization). Internalisasi yaitu proses pergerakan dari sel
tak ke inasti sebagaimana baru saja yang dijelaskan diatas.
33
akan mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum.
Tugas yang tidak dapat terselesaikan secara mandiri oleh anak
dapat diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan orang lain.
Dalam terminologi versi ini disebut dengan zona
perkembangan proksimal (ZPP). Zona perkembangan
proksimal seorang anak yaitu meliputi kemampuan belajar
dan memecahkan masalah yang baru muncul dan
berkembang. kemampuan yang masih berada dalam wujud
embrio yang belum matang zona proksimal ini pada setiap
anak secara ilmiah berkembang.
34
6. Permainan memungkinkan anak dapat berkembang
secara kognitif
35
pengalaman mereka yang sesuai dengan cara dan budaya mereka
sendiri.
36
bimbingan atau arahan yang dapat membantu anak melakukan
tugas dalam zona perkembangan proksimal mereka atau dengan
kata lain sebuah perangkat yang berfungsi sebagai penyangga
atau tempat berpijak bagi para pekerja bangunan sehingga
bangunan itu sendiri telah cukup kuat untuk menyangga mereka
saat bangun sangat saat bangunan sudah meningkat dalam
kestabilannya. Maka peran cara menjadi kurang diperlukan dan
akhirnya setiap bangsa dirumuskan hal tersebut merupakan
ilustrasi dari seorang jelas saya memiliki seorang anak
mengerjakan suatu tugas atau mungkin mana dapat mendukung
upaya-upaya anak Berikut ini adalah beberapa mekanisme
pendukung yang dapat membantu siswa untuk menguasai tugas
mereka pada saat zona perkembangan proksimal mereka :
37
Kekedelapan, ingatkan para siswa mengenai sasaran atau target
mereka dalam mengerjakan tugas
38
4. Pemagangan yakni seorang pemula yang bekerja bersama
seorang seorang yang ahli dalam jangka waktu yang cukup lama
yang didalamnya, mempelajari cara-cara melakukan berbagai
tugas yang rumit kompleks dalam ranah tertentu. Sang ahli
memberikan arahan dan bimbingan kepada sang pemula yang
sangat intensif panjang proses tersebut dan secara bertahap
menghentikan scaffolding dan juga selalu memberikan pemula
tanggung jawab yang semakin besar seiring meningkatnya
kemampuan kompetensinya (A. Collins, 2006; Rogoff, 1990,
1991). Melalui pemagangan ini, siswa seringkali mempelajari hal
yang tidak hanya dilakukan dalam satu tugas namun juga
memikirkan tugas tersebut atau yang sering disebut dengan
pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). (J.S Brown,
Collings, & Duguid, 1989, A. Collins, 2006; Roth dan Bowen,
1995).
39
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil atau
memberikan alat yang tidak terlalu susah
Artikulasi, siswa menjelaskan kembali apa yang dilakukannya
dan jumlah alasan mengapa melakukan hal tersebut sehingga
guru dapat mengatasi pengetahuan penalaran dan strategi
pemecahan masalah yang dilakukan siswa.
Refleksi, guru meminta siswa membandingkan performa ini
dengan performa para ahli atau pewarna yang pilih yang
mana mampu mengerjakan tugas tersebut dengan sempurna
Meningkatkan kompleksitas dan keberagaman tugas, guru
memberikan tugas tugas yang semakin rumit kompleks yang
mana seiring kecakapannya siswa
Eksplorasi, guru mendorong siswa menyusun berbagai
pertanyaan dan soal Mandiri lalu anak mengembangkan dan
mempertajam keterampilan yang baru diperolehnya
40
menyelesaikan tugas yang lebih sulit saat mereka bekerja sama
daripada seorang seorang diri. Lalu, manfaat terakhir ialah anak
mempelajari perilaku sosial yang bernilai Bagaimana masyarakat
suatu usaha secara bersama lalu mengkoordinasi nya dengan
peran-peran yang berbeda ketika mengerjakan tugas tugas
kognitif bersama rekan sebayanya (Gauvin, 2001).
41
Anak-anak baru menggunakan apa yang mereka dengar untuk
mengontruksi pemahaman mereka sendiri mengenai bahasa tersebut
dan juga pengetahuan mengenai makna makna kata dan dapat
mengatur cara menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang
bermakna (Cairns, 1996; Cromer, 1993; Karmiloff Smith, 1993).
Anak-anak memiliki pewarisan seperti minat terhadap suara manusia
dan juga kemampuan mendengar perbedaan bunyi yang mana
memungkinkan terjadinya pembelajaran bahasa (DeCasper & Fifer,
1980; Jusczyk, 1995; Kuhl, 2004; Locke, 1993). beberapa ilmuwan
meyakini bahwa anak-anak mempelajari bahasa sama seperti
mempelajari hal-hal lain, misalkan lingkungan dan budaya yang
melalui pendeteksian dan pola-pola input reguler dari lingkungan
sosial mereka (Saffran, 2003; Saffran, Aslin, & Newport, 1996).
42
peningkatan kosakata anak-anak mempelajari beberapa kata melalui
pengajaran secara langsung di sekolah namun mereka dapat
memungkinkan mempelajari lebih banyak lagi dengan menyimpulkan
makna dan konteks tempat mereka mendengar atau membaca kata-
kata tersebut. Kesalahan yang sering terjadi ialah undergeneralization
atau generasi yang terlalu menyederhanakan saat makna dilekatkan
pada suatu kata yang terlalu sempit. Sebagai contoh, setiap kali
menanyai anak mengenai apa itu definisi hewan, maka anak
menjawab hewan adalah yang memiliki kepala ekor kaki cakar mata
hidung telinga dan banyak bulu. Contoh kesalahan yang lain ialah
overgeneralization atau yang terlalu melebih-lebihkan. Hal ini terjadi
dimana makna yang dilekatkan pada suatu kata yang terlalu luas
sehingga kata tersebut sering digunakan terkadang digunakan pada
saat yang tidak tepat seperti contoh ketika meminta anak memberikan
contoh serangga maka ia menjawab laba-laba hitam. Apa yang
dimaksud ialah anak ini melakukan generalisasi berlebihan yaitu
serangga memiliki 6 tungkai kaki sehingga laba-laba berkaki delapan
tidak dianggapnya sebagai serangga.
43
selama di SMA sebagian besar dalam perkembangan sintesis mereka
terjadi akibat pengajaran bahasa secara formal misalkan melalui mata
pelajaran sastra komposisi bahasa ataupun bahasa asing (Maratsos,
1998), dengan kata lain para siswa dapat meningkatkan kemampuan
berbicara dan menulis mereka ketika mereka mendapatkan kesempatan
dalam mengekspresikan gagasan secara lisan dan tulisan lalu saat
menerima umpan balik langsung mengenai ambiguitas dan dan
kesalahan-kesalahan tata bahasa dalam ucapan tulisan mereka.
44
asumsi mereka terhadap maksud kita dibanding memahami apa yang
sungguh-sungguh yang kita maksudkan. Ketika anak beranjak dewasa
mereka menjadi semakin kurang, bergantung kepada konteks dalam
memahami pesan-pesan yang disampaikan orang lain seiring
meningkatnya kemampuan penalaran secara abstrak mereka menjadi
lebih mampu untuk memahami makna pesan melalui makna harfiah nya
(Owens, 1996; Winner, 1988).
45
mengamati keterampilan pragmatika tersebut saat mereka sedang
berinteraksi dengan kita apapun dengan rekannya dan memberikan
praktik terbimbing dalam setiap keterampilan yang mereka belum kuasai.
46
(Hoff-Genberg, 1997). Anak yang memiliki kemampuan ini biasanya
dibesarkan di keluarga yang memiliki dua bahasa atau tinggal ditempat
yang memiliki bahasa tertentu. Arti bilingual tidak hanya menguasai dua
bahasa atau lebih secara lisan, dalam video yang berjudul, “Teacher Use
of Sign Language” di Ormrod Teacher Prep Course, ialah bahasa inggris
dan bahasa isyarat tunarungu.
47
meningkatkan prestasi akademik meningkatkan rasa percaya diri dan
berkembang sikap yang lebih positif.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Ada teori Jean Piaget dan teori Lev Vygotsky merupakan teori yang
penting, teori tersebut melakukan pendekatan terhadap perkembangan kognitif
dari sudut yang berbeda, namun masing-masing memberikan banyak petunjuk
mengenai cara terbaik mendorong perkembangan kognitif para siswa. Terdapat
tiga kelompok siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu pertama,
siswa dari kelompok minoritas, kedua siswa siswa imigran yang sedang belajar
48
bahasa baru lalu yang ketiga siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus. Anak
muda juga mempelajari beragam aturan sosial mengenai interaksi dan dialog
dari keluarga dan kelompok etnik nya meskipun tidak terdapat periode sensitif
yang mutlak, pada pemberian pengajaran bahasa kedua pada masa anak-anak
memiliki keunggulan yang nyata. Siswa-siswa tersebut tidak hanyalah
mempelajari suatu bahasa yang baru, namun mereka juga harus menghadapi
kurikulum baru yang mungkin tidak sesuai dengan latar belakang akademik
mereka.
3.2 SARAN
49
DAFTAR PUSTAKA
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
50