Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF, BAHASA, DAN LITERASI


“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Ibu Rika Dwi Agustianingsih, M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh :
Annisa Salsabila Rahman (190207007)
Cindi Dwi Agustini (190207014)
Diah Fatmawati (1902070640)
Favian Hawari (190207022)
Mega Shella Maramis ( 190207037 )
Moh. Humam Arkan Hutomo ( 190207038 )
M. Rafi Hardiansyah (190207040)
Yasmin Salsabilla Qurrota’aini ( 190207061 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

i
2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat Sehat, Iman, dan Islam pada kita semua, sehingga segala kendala dalam
upaya dalam penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Salawat dan Salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Makalah yang kami tulis ini berjudul “ PERKEMBANGAN KOGNITIF,


BAHASA, DAN LITERASI” yang Insya Allah akan menambah wawasan
pembaca dalam memahami pernyataan yang dapat ditunjukkan dari setiap
individu. Dan kami berharap pembaca untuk mengambil nilai positif dan
membuang nilai negatif yang tersaji dalam makalah kami ini, memahamiisi
makalah serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami mengucapkan kepada Ibu Rika Dwi Agustianingsih,
M.Psi., Psikolog. Selaku dosen pengampu di mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah memberikan kami tugas ini dan telah membimbing selama
pembelajaran dan telah menyediakan sumber bacaan dan materi yang dapat
melengkapi bahan makalah kami,sehingga makalah ini dapat tersaji dihadapan
kita bersama. Dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan
yang disengaja maupun tidak disengaja, oleh sebab itu, kami mohon kritik dan
saran dari pembaca guna tercipta kesempurnaan dalam penulisan makalah-
makalah yang akan datang.

Inilah sedikit kata-kata yang telah kami susun dalam lembaran-lembaran


yang kami harapkan akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita semua.
Semoga kita dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya,
Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN LINGUISTIK.....................................................................5
2.1.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA..............................5
2.1.2 PERAN OTAK DALAM PEMBELAJARAN DAN PERKEMBANGAN............8
2.1.3 KEBERAGAMAN DALAM PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF DAN LINGUISTIC.....................................................................................12
2.1.4 PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA DAN ETNIK.......................................12
2.1.5 MENANGANI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN KHUSUS PARA PEMBELAJAR
BAHASA INGGRIS.........................................................................................................13
2.1.6 MENGAKOMODASI SISWA-SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS.............14
2.2 TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF......................................................15
2.2.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR PIAGET....................................................................15
2.2.2 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET.............................21
2.2.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI PIAGET......................................25
2.3 TEORI VYGOTSKY TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF.................................................29
2.3.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR VYGOTSKY.............................................................29
2.3.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI VYGOTSKY..............................35
2.3.3 PERKEMBANGAN LINGUISTIC........................................................................41
2.3.4 ISU-ISU TEORITIS TERKAIT PERKEMBANGAN LINGUISTIC.................41
2.3.5 TREN DALAM PERKEMBANGAN LINGUISTIC............................................42
2.3.6 MEMPELAJARI BAHASA KEDUA....................................................................45
BAB III......................................................................................................................................48

iii
KESIMPULAN.........................................................................................................................48
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................48
3.2 SARAN..............................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................50

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk
dikembangkan dari berbagai aspek perkembangan di atas. Gunarsa (Rosmala
Dewi, 2005: 11) mengemukakan bahwa kognitif adalah fungsi mental yang
meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Kognitif
adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkenalkan, memulai dan
memikirkan lingkungannya.

Menurut Piaget (dalam Jahja, 2011: 115) Teori perkembangan kognitif


yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan konsep yang berdasar pada kenyataan.

Kecerdasan linguistik diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti


mengomunikasikan semua perasaan dan keinginan baik secara lisan
maupuntulisan. Perkembangan kecerdasan linguistik pada anak usia dini di
pengaruhioleh potensi bawaan pada diri sendiri dan lingkungan.Stimulasi
terhadap kecerdasan verbal-linguistik sangat penting, karena kecerdasan ini
sangat diperlukan dalam hampir semua bidang kehidupan.Tidak ada satu profesi
pun yang dapat dilepaskan dari pemanfaatan dan peran bahasa dalam berbagai
variasi bentuknya (Musfiroh, 2008:60).
Manusia merupakan makhluk sosial. Maksudnya makhluk sosial adalah
manusia membutuhkan orang lain serta lingkungan sebagai sarana untuk
bersosialisasi. Menurut Vygotsky, anak akan mengembangkan kecerdasan dan

1
pengetahuan dengan bersosialisasi. Ketika bermain, anak akan bersosialisasi
dengan teman sebayanya atau orang dewasa, secara tidak langsung anak akan
belajar memahami keadaan dan menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapinya. Melalui sosialisasi tersebut juga, anak akan mengembangkan
bahasanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja Perkembangan kognitif dan linguisic?
2. Apa saja Prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia?
3. Apa saja Peran otak dalam pembelajaran dan
perkembangan?
4. Bagaimana Keberagaman dalam perkembangan kognitif
dan lingusitik?
5. Apa saja Perbedan-perbedan budaya dan etnik?
6. Bagaimana cara Menangani kebutuhan kebutuhan
khusus para pembelajar Bahasa inggris?
7. Bagaimana cara Mengakomodasi siswa-siswa
berkebutuhan khusus?
8. Apa saja Teori piaget tentang perkembangan kognitif?
9. Apa saja Asumsi-asumsi dasar piaget?
10. Bagaimana Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
11. Apa saja Perpektif terkini tentang teori piaget?
12. Apa saja Teori Vygotsky tentang perkembangan
kognitif?
13. Apa saja dari Asumsi-asumsi dasar Vygotsky?
14. Apa saja Perspektif terkini tentang teori Vygotsky?
15. Bagaimana Perkembangan linguistic ?
16. Apa saja Isu-isu terkait perkembangan linguistic?
17. Bagaimana tren dalam perkembangan linguistic?
18. Bagaimana mempelajari Bahasa kedua?

2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui apa saja Perkembangan kognitif dan
linguisic.
2. Untuk mengetahui Apa saja Prinsip-prinsip dasar
perkembangan manusia.
3. Untuk mengetahaui Apa saja Peran otak dalam
pembelajaran dan perkembangan.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Keberagaman dalam
perkembangan kognitif dan lingusitik.
5. Untuk mengetahui Apa saja Perbedan-perbedan budaya
dan etnik?
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara Menangani
kebutuhan kebutuhan khusus para pembelajar Bahasa
inggris.
7. Untuk mengetahui Bagaimana cara Mengakomodasi
siswa-siswa berkebutuhan khusus.
8. Untuk mengetahui Apa saja Teori piaget tentang
perkembangan kognitif
9. Untuk mengetahui Apa saja Asumsi-asumsi dasar piaget.
10. Untuk mengetahui Bagaimana Tahap-tahap
perkembangan kognitif piaget.
11. Untuk mengetahui Apa saja Perpektif terkini tentang
teori piaget.
12. Untuk mengetahui Apa saja Teori Vygotsky tentang
perkembangan kognitif
13. Untuk mengetahui apa saja Asumsi-asumsi dasara
Vygotsky

3
14. Untuk mengetahui Apa saja Perspektif terkini tentang
teori Vygotsky
15. Untuk mengetahui Perkembangan linguistic
16. Untuk mengetahui Isu-isu terkait perkembangan
linguistic
17. Untuk mengetahui Tren dalam perkembangan linguistic
18. Untuk mengetahui Mempelajari Bahasa kedua

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN LINGUISTIK


Metode pengajaran dalam kelas haruslah sesuai dengan kondisi
perkembangan para siswa. Metode pengajaran haruslah mempertimbangkan
karakteristik-karakteristik dan kemampuan-kemampuan fisik, kognitif,
sosial dan emosional yang terkait erat dengan usia anak.

1. Perkembangan Kognitif, perkembangan kemampuan berpikir dan


penalaran yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.
2. Perkembangan Linguistik, perkembangan pemahaman dan penggunaan
bahasa yang semakin canggih seiring bertambahnya usia.

2.1.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA

A. Urutan Perkembangan Sedikit Banyak Dapat Diramalkan


1. Perkembangan manusia seringkali dicirikan oleh tonggak
perkembangan (development milestones) perilaku-perilaku baru
yang semakin kompleks seiring meningkatnya tahap
perkemabngan yang muncul dalam urutan yang dapat
diramalkan.
2. Dalam batas-batas tertentu, kita melihat keseragaman
(universals) dalam tahap-tahap perkembangan pola-pola yang
serupa dalam hal bagaimana anak berubah seiring waktu,
terlepas dari perbedaan lingkungan tempat anak-anak tersebut
tumbuh dan berkembang.
B. Anak-anak Berkembang Dalam Kecepatan Yang Berbeda

5
1. Tidak semua anak mencapai tonggak perkembangan pada usia
yang sama. Beberapa anak mencapainya lebih dini, beberapa
anak yang lain mencapainya lebih lambat. Kita hampir selalu
menemukan variabilitas yang cukup besar dalam pencapaian
tonggak perkembangan pada kelompok usia manapun.
2. Penentuan perkiraan usia saat anak mampu melakukan perilaku
tertentu atau berpikir dengan cara tertentu memungkinkan untuk
membuat sebuah ramalan umum dengan menggunakan prediksi
tersebut dapat dirancang kurikulum pendidikan dan strategi
pendidikan yang akan digunakan. Pada saat yang sama, kita
harus menghindari membuat kesimpulan mengenai hal-hal yang
dapat dilakukan (atau tidak dapat dilakukan) setiap siswa hanya
berdasarkan usia semata.
C. Perkembangan Itu Terkadang Dengan Cepat,Terkadang Juga
Lambat
1. Perkembangan tidak terjadi dalam kecepatan yang konsisten.
Suatau pertumbuhan yang relatif cepat (spurt) dapat diselingi
dengan pertumbuhan yang lambat (Plateau).
2. Dalam suatu teori tahapan (stage theory), perkembangan
dicirikan oleh tahapan-tahapan yang berkelanjutan dan dapat
diprediksikan, dadn tahap-tahap awal umumnya menjadi landasan
dan persyaratan bagi tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
D. Faktor Hereditas (Keturunan), Dalam Batas-batas Tertentu,
Mempengaruhi Perkembangan
1. Hampir semua aspek perkembangan seorang anak dipengaruhi
secara langsung ataupun tidak langsung oleh susunan genetik anak
yang bersangkutan. Meski demikian, tidak semua karakteristik
turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran.
2. Hereditas terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang
proses kematangan (maturation)

6
3. Anak-anak secara genetik dilahirkan dengan predisposisi atau
kecenderungan merespons stimulus fisik dan sosial dalam cara-
cara tertentu bisa dengan tenang atau mudah panik, ramah atau
malu-malu, suka mencoba-coba atau berhati-hati, periang atau
penakut.

E. Faktor-faktor Lingkungan Juga Memberikan Kontribusi Yang


Penting Terhadap Perkembangan
1. Kondisi lingkungan bahkan dapat mempengaruhi karakteristik-
karakteristik yang sebagian besar dikendalikan oleh faktor hereditas
2. Perilaku anak dipengaruhi juga oleh tempramen (faktor yang
diwariskan), namun lingkungan juga memiliki pengaruh penting
terhadap cara anak berperilaku bahkan terkadang pengaruh
lingkungan terhadap perilaku sama pentingnya, bahkan terkadang
lebih berpengaruh.
3. Setiap kelompok masyarakat yang besar meliputi berbagai lapisan
lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak
(Bronfenbrenner, 1989, 2005; Brofenbrenner & Morris, 1998).
4. Level yang paling dasar, bagi sebagian besar anak, adalah
keluarga; yang secara potensial dapat mendukung perkembangan
anak melalui beragam cara.
5. Lapisan selanjutnya adalah lingkungan sekitar (neighborhood) dan
komunitas yang dapat memberikan dukungan tambahan mungkin
dalam bentuk preschool (taman kanak-kanak), program
pendampingan pasca sekolah dll.
6. Lapisan berikutnya pada tingkat yang lebih luas, terdapat lapisan
negara bagian (provinsi) atau negara, yang memiliki pengaruh
terhadap anak-anak melalui undang-undang yang mengendalikan
kebijakan pendidikan, uang dari pajak yang kemudian dialirkan ke
sekolah, dll.

7
7. Sebuah elemen penting yang meresapi semua lapisan adalah
kebudayaan, kebudayaan juga meresapi banyak aspek dari
lingkungan anak tersebut seperti kebudayaan mempengaruhi
perilaku yang didorong oleh para anggota keluarga. Kebudayaan
adalah sebuah konsepyang ada di benak (inside the head thing)
sekaligus menjadi realita yang benar-benar ada di lapangan (out
there in the world thing), kebudayaan memberikan sebuah
kerangka pikiran yang digunakan anak untuk menentukan hal-hal
yang dianggap normal dan tidak normal, benar dan salah, rasional
dan irasional, baik dan buruk (M. Cole, 2006; Shweder et. Al.,
1998).
F. Hereditas dan Lingkungan Saling Berinteraksi Membentuk
Perilaku Individu
1. Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi dan tidak dapat
dipisah-pisahkan (Gottlieb, 2000; Halpern, 2006; Kolb, Gibb, &
Robinson, 2003).
2. Gen membutuhkan dukungan lingkungan agar dapat beroperasi.
3. Anak-anak dapat memilih lingkungan mereka, khususunya bila
mereka semakin berkembang dewasa, dan mereka cenderung
mencari situasi yang sesuai dengan tempramen dan kemapuan
bawaannya (Scarr & McCartney, 1983).
4. Periode sensitif, sebuah titik dalam perkembangan dimana seorang
anak yang sedang tumbuh dapat sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (critical period).

2.1.2 PERAN OTAK DALAM PEMBELAJARAN DAN


PERKEMBANGAN

Otak manusia adalah sebuah organ yang sangat rumit, yang


mencakup setidaknya seratus milyar sel saraf (Goodman & Tessier-
Lavigne, 1997; Siegel, 1999). sel-sel saraf ini, yang disebut neuron,
berukuran sangat kecil dan saling terhubung satu sama lain. sejumlah

8
neuron menerima informasi dari bagian tubuh yang lain, sejumlah
neuron yang lain mensistensiskan dan menafsirkan informasi tersebut
dan yang lain lagi mengirimkan pesan kepada tubuh mengenai cara
merespon yang tepat sesuai kondisinya yang ada.
1. Sama seperti sel-sel lain di tubuh, neuron memiliki badan sel (cell
body), yang mengandung nukleus sel dan berperan penting menjaga
kesehatan sel.
2. Neuron memiliki sejumlah struktur berbentuk ranting yang disebut
dendrit, yang menerima pesan dari neuron-neuron lain. Neuron juga
memiliki akson, yakni sebuah struktur berbentuk tangan yang
mengirimkan informasi ke neuron-neuron lain. Setiap neuron bisa
memiliki koneksi sinapsis dengan ratusan atau bahkan ribuan neuron lain
(Goodman & Tessier-Lavigne, 1997; Lichtman, 2001).
3. Proses berpikir yang kompleks dan sadar terutama terjadi di korteks
yang terletak di bagian atas dan sisi otak.
A. Sebagian Besar Pembelajaran Kemungkinan Melibatkan
Perubahan-perubahan Di Neuron & Sinapsis
1. Pembelajaran yang efektif mengharuskan seseorang tidak hanya
memikirkan dan melakukan hal-hal tertentu, namun juga tidak
memikirkan dan melakukan hal-hal yang lain dengan kata lain, orang
yang bersangkutan menghambat kecenderungan untuk berpikir atau
berperilaku dalam cara-cara tertentu (Buer & Greenough, 2001;
Lichtman, 2001; Merzenich, 2001).
2. Pembentukan neuron-neuron baru terus terjadi sepanjang hidup
manusia, yakni dibagian hipokampus, suatu struktur kecil di bagian
tengah otak dan mungkin juga di bagian-bagian korteks yang lain
(Gould, Beylin, Tanapat, Reeves & Shors, 1999; C. A. Nelson,
Thomas, & de Haan, 2006; R.A. Thompson & Nelson, 2001).
Pembentukan neuron baru tampaknya distimulasi oleh pengalaman-
pengalaman belajar yang baru sekalipun perannya dalam proses
pembelajaran masih belum diketahui.

9
B. Perubahan-perubahan Perkembangan Yang Terjadi Di Otak
Memungkinkan Terjadinya Proses Berpikir Yang Semakin
Kompleks dan Efisien
1. Neuron-neuron mulai membentuk sinapsis-sinapsis sebelum bayi
dilahirkan. Segera setelah kelahiran, kecepatan pembentukan neuron
berkurang secara dramatis. Neuron-neuron tersebut memunculkan
dendrit-dendrit yang menuju ke berbagai arah dan mulai
berhubungan satu sama lain terutama dalam dua atau tiga tahun
pertama kehidupan. proses sinaptogenesis awal ini tampaknya
dikendalikan oleh pemograman genetis alih-alih oleh pengalaman
belajar titik akibat sinaptogenesis tersebut, anak-anak di bangku
sekolah dasar memiliki jauh lebih banyak sinopsis dibanding orang
dewasa ( Bruer, 1999; C.A. Nelson wt. Al., 2006).
2. Saat menjumpai stimuli dan pengalaman yang berbeda-beda,
sejumlah sinapsis menjadi sangat berguna dan digunakan berulang-
ulang. sinapsis-sinapsis lain cenderung tidak berguna dan akhirnya
memudar dalam suatu proses yang disebut pemangkasan sinaptik
(synaptic pruning). Pemangkasan sinaptik adalah sebuah hal yang
baik karena menyebabkan sinaptik atau pengganggu yang tidak
konsisten dengan peristiwa-peristiwa dan pola-pola perilaku yang
lazim terjadi (Bruer & Greennough, 2001; Byrnes, 2001).
C. Banyak Bagian Otak Bekerja Sama Secara Harmonis Untuk
Memudahkan Terjadinya Proses Berpikir dan Berperilaku yang
Rumit
Belahan otak kiri dan kanan, atau hemisfer, di korteks memiliki
fungsi khas yang berbeda titik pada sebagian besar orang (mungkin
80%), hemisfer kiri berperan penting dalam bahasa dan pemikiran
logis, sedangkan hemisfer kanan Lebih dominan dalam tugas-tugas
visual dan spasial (Byrnes, 2001; Ornstein, 1997; Siegel, 1999).

10
Meski demikian, berlawanan dengan kepercayaan umum, orang
jarang (bahkan mungkin tidak pernah) berpikir hanya menggunakan
satu bagian otak saja atau bahkan satu hemisfer saja. Tidak ada yang
namanya berpikir menggunakan otak kiri atau berpikir menggunakan
otak kanan kedua hemisfer secara terus-menerus berkolaborasi dalam
tugas-tugas sehari-hari. Faktanya bagian otak yang berbeda-beda
berkomunikasi secara terus menerus satu dengan yang lainnya.
Proses belajar dan berpikir mengenai apapun tersebar di sepanjang
banyak bagian otak.
D. Otak Tetap Mampu Beradaptasi Seumur Hidup Manusia

1. Nutrisi yang baik dan berbagai bentuk stimulasi sehari-hari sangat


penting bagi perkembangan otak normal, tidak ada bukti bahwa
pemberian informasi yang padat dan pelatihan-pelatihan
keterampilan yang intensif pada tahun-tahun awal akan
meningkatkan kekuatan otak pada jangka panjang (Bruer,1999; R. A.
Thompson &Nelson, 2001).
2. Melihat cahay yang berpola dan mendengar bahasa percakapan
adalah pengalaman normal, dan bukan pengalaman yang istimewa.
Tidak ada bukti menunjukan adanya periode sensitif yang
menjadikan anak-anak peka terhadap subjek-subjek akademik
tradisional seperti memebaca atau matematika (Bruer, 1999; Gerry,
1998; Greenough, Black, Wallace, 1987).
3. Berdasarkan pandangan fisiologis, kemampuan otak untuk
beradaptasi terhadap perubahan keadaan-keadaan dengan kata lain,
kemampuan otak untuk belajar berlanjut sepanjang rentang hidup
manusia (Kolb et. al., C.A. Nelson et. al., 2006).
4. Jika kita ingin memahami hakikat pembelajaran dan
perkembangan kognitif manusia, kita terutama harus meninjau apa
yang telah ditemukan psikolog, bukan neurolog. Para psikolog telah
menawarkan beragam penjelasan mengenai bagaimana dan mengapa

11
proses-proses berpikir anak berkembang dan berubah seiring waktu.
Ada teori Jean Piaget dan teori Lev Vygotsky merupakan teori yang
penting, teori tersebut melakukan pendekatan terhadap
perkembangan kognitif dari sudut yang berbeda, namun masing-
masing memberikan banyak petunjuk mengenai cara terbaik
mendorong perkembangan kognitif para siswa.

2.1.3 KEBERAGAMAN DALAM PEMBELAJARAN PERKEMBANGAN


KOGNITIF DAN LINGUISTIC
Urutan dalam kemampuan kognitif linguistik memang dapat
diprediksikan, namun waktu kemunculan tersebut tidaklah sama bagi
setiap anak yang mana, artinya kemungkinan besar kita akan
menjumpai keberagaman yang cukup besar dalam segala kelompok
usia.

Berdasarkan perspektif teori vygotsky, perkembangan


proksimal tiap anak-anak berbeda. Maksudnya satu tugas yang dapat
dikerjakan dengan mudah bagi siswa dapat menjadi sangat sulit bagi
siswa yang lain. Oleh karena itu, sebagai guru haruslah mencermati
Kemampuan kemampuan kognitif dan linguistik spesifik yang
dimiliki oleh siswa lalu menyelesaikan pengajaran sesuai kemampuan
tersebut. Terdapat tiga kelompok siswa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus yaitu pertama, siswa dari kelompok minoritas, kedua
siswa siswa imigran yang sedang belajar bahasa baru lalu yang ketiga
siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus.

2.1.4 PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA DAN ETNIK


Piaget menyatakan bahwa tahap perkembangan bersifat universal
artinya dapat dialami oleh seluruh anak dan remaja di seluruh dunia
namun penelitian membuktikan bahwa arah perkembangan kognitif di
setiap budaya berbeda beda. Dalam kebudayaan lain, yang mana anak-
anaknya tidak mendapatkan pendidikan formal maka kemampuan

12
konservasi dan kemampuan operasional konkritnya akan lebih lambat
beberapa tahun dibanding anak-anak dalam Kebudayaan Barat. Selain
itu, keterampilan penalaran operasional formal atau pemikiran abstrak
pemisahan dan kontrol terhadap variabel dan lainnya juga bersifat
variatif di setiap kebudayaan titik Kebudayaan Barat umumnya
melestarikan keterampilan tersebut. Melalui pembelajaran formal
dalam ranah akademik seperti sains, matematika, sastra dan ilmu-ilmu
sosial. Dalam kebudayaan lain juga keterampilan tersebut mungkin
hanya memiliki sedikit relevansi dengan kehidupan sehari-hari dan
aktivitas para masyarakatnya.

Perbedaan kultural juga memiliki pengaruh terhadap


keragaman perkembangan bahasa bahkan anak-anak yang dibesarkan
dalam lingkungan bahasa nasional yang sama. Beberapa anak
menggunakan dialek. Anak muda juga mempelajari beragam aturan
sosial mengenai interaksi dan dialog dari keluarga dan kelompok etnik
nya

Meskipun tidak terdapat periode sensitif yang mutlak, pada


pemberian pengajaran bahasa kedua pada masa anak-anak memiliki
keunggulan yang nyata.

2.1.5 MENANGANI KEBUTUHAN-KEBUTUHAN KHUSUS PARA


PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS
Walaupun, kebijakan imigrasi Federal terus menjadi pusat
kontroversi namun faktanya sebagian besar negara-negara barat
menerima sejumlah besar keluarga Indonesia setiap tahunnya dan
banyak keluarga tersebut yang membawa anak-anaknya untuk
bersekolah di negara barunya walau hanya dengan sedikit bekal
bahasa Inggris. Siswa-siswa tersebut tidak hanyalah mempelajari
suatu bahasa yang baru, namun mereka juga harus menghadapi
kurikulum baru yang mungkin tidak sesuai dengan latar belakang
akademik mereka.

13
Idealnya peralihan dari bahasa asli menuju bahasa negara
lain (misalnya bahasa Inggris) harus dalam rentang waktu yang
berangsur-angsur agar menjadikan siswa atau siswi lebih fasih
dalam mempelajari bahasa tersebut. Kita juga harus ingat bahwa
bahasa asli mereka merupakan jati diri mereka dan kesadaran
mereka akan identitas sebagai manusia.

Dalam sebuah kutipan nietto tahun 1995 menyatakan bahwa


saya bangga menjadi warga Spanyol karena itu saya bisa
menggunakan bahasa Spanyol kapan saja akan tetapi saya sedikit
tersinggung ketika guru saya mengharuskan menggunakan bahasa
Inggris dan tidak memperbolehkan saya menggunakan bahasa
Spanyol menurut saya itu merupakan suatu hinaan. Dalam kutipan
ini kita bisa lihat bahwa bahasa asli merupakan salah satu hak dan
merupakan kenyamanan seseorang dalam berkomunikasi.

2.1.6 MENGAKOMODASI SISWA-SISWA BERKEBUTUHAN


KHUSUS
Kita mungkin pernah melihat perbedaan perbedaan kognitif dan
linguistik yang memiliki kebutuhan khusus misalnya ada beberapa
yang harus atau perlu penanganan lebih intensif karena kemunduran
pola berpikir atau ada juga beberapa dari mereka yang sangat maju.
Dan kita harus bisa mengakomodasikan an-nissa siswi berkebutuhan
khusus. Adapun situasi tugas yang menantang dapat mendorong
perkembangan.

Teori Piaget dan Vygotsky mengarahkan pada beberapa tema


yang berulang seperti :

 Anak-anak aktif mengonstruksi alih-alih secara pasif menyerap,


pengetahuan mereka. Piaget mendeskripsikan perkembangan
kognitif yaitu sebagai suatu proses pembentukan dari suatu
pemahaman setiap individu yang unik mengenai dunia.

14
Vigotskydan para pengikutnya mengemukakan bahwa anak-
anak dan remaja seringkali bekerja bersama untuk memahami
dan menemukan makna dari berbagai peristiwa yang ada.
 Seiring bertambahnya usia anak semakin mampu terlibat
pemikiran yang semakin kompleks. Baik piaget maupun
vygotsky menyatakan bahwa anak banyak menguasai
kemampuan kognitif yang baru seiring bertambahnya usia
mereka.
 Bahasa merupakan fondasi bagi banyak kemampuan kognitif.
Kata yang memberikan dasar bagi sebagian besar pemikiran
simbolik. sebagaimana yang dideskripsikan piaget selain itu
banyak kata dan fase yang hanya didapati dalam disiplin disiplin
ilmu tertentu misalnya, akar pangkat atom eksistensi tersier,
menjadi perangkat-perangkat kognitif yang dalam perspektif
vygotsky membantu anak mendapatkan manfaat dan sekaligus
mengembangkan kearifan yang telah dikumpulkan generasi-
generasi sebelumnya.
 Situasi dan tugas yang menantang mendorong pekembangan.
Anak-anak mendapatkan paling banyak manfaat dari tugas
menantang yang hanya dengan bantuan orang lain.

2.2 TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF


2.2.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR PIAGET
A. Anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan termotivasi.
Piaget meyakini bahwa anak-anak secara alami memiliki
ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi
yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. anak-
anak terus-menerus bereksperimen dengan objek-objek yang
mereka jumpai; seperti seringkali mereka memanipulasi objek
objek tersebut dan mengamati dampak dari tindakan mereka.

15
B. Anak-anak mengkonstruksi pengetahuan mereka
berdasarkan pengalaman.
Anak-anak tidak hanya sekedar mengumpulkan hal-hal
yang telah mereka pelajari menjadi suatu koleksi fakta-fakta yang
terisolasi. alih-alih, mereka menggabungkan pengalaman-
pengalaman tersebut menjadi suatu pandangan terintegrasi
mengenai cara kerja dunia di sekitar mereka. Sebagai contoh,
melalui pengamatan bahwa makanan, mainan, dan objek-objek
lain selalu jatuh ke bawah (tidak pernah jatuh ke atas) ketika
dijatuhkan, anak-anak mulai membentuk pemahaman dasar
mengenai gravitasi. saat berinteraksi dengan hewan peliharaan,
pergi ke kebun binatang, mengamati buku buku bergambar, dan
sebagiannya, mereka membentuk pemahaman yang semakin
kompleks mengenai hewan. Piaget mengemukakan bahwa anak-
anak mengkonstruksi keyakinan-keyakinan dan pemahaman
pemahaman mereka berdasarkan pengalaman; karena itulah teori
Piaget terkadang disebut teori konstruktivis, atau au, yang lebih
umum, konstruktivisme.
Dalam terminologi Piaget, hal-hal yang dipelajari dan
yang dapat dilakukan anak-anak diorganisasikan sebagai skema,
yaitu kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang
digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan.
Pada awalnya, skema-skema tersebut lebih bersifat motorik,
namun seiring berlalunya waktu menjadi lebih bersifat mental,
dan akhirnya abstrak. Sebagai contohnya, seorang bayi mungkin
memiliki skema seperti memasukkan benda di mulut yang
digunakannya saat ia menjumpai berbagai objek, diantaranya
jempol, biskuit, dan mainan. seorang anak berusia 7 tahun
mungkin memiliki skema untuk mengidentifikasi ular, yang
meliputi tubuh yang panjang, tipis, tanpa kaki, dan bersisik.
seorang gadis berusia 13 tahun mungkin memiliki skema

16
mengenai gaya berbusana yang baik, yang memungkinkannya
menggolongkan rekan-rekannya sebagai orang yang keren atau
sama sekali culun.

Seiring berlalunya waktu, skema-skema yang dimiliki


anak akan dimodifikasi melalui pengalaman, dan menjadi
terintegrasi satu sama lain. sebagai contoh, anak-anak mulai
mempertimbangkan adanya kesalingterkaitan yang hirarkis:
mereka mempelajari bahwa baik pudel maupun spaniel adalah
anjing, dan bahwa anjing dan kucing adalah hewan, dan
sebagainya. Pengetahuan dan proses berpikir yang semakin
terorganisasi secara progresif memungkinkan anak-anak berpikir
dengan cara-cara yang semakin kompleks dan logis.

C. Anak-anak belajar melalui dua proses yang saling


melengkapi, yakni asimilasi dan akomodasi.
Sekalipun skema-skema anak berubah seiring berlalunya
waktu, proses perkembangan skema tersebut tetaplah sama.
Piaget mengemukakan bahwa pembelajaran dan perkembangan
kognitif terjadi sebagai hasil dua proses yang komplementer atau
yang saling melengkapi. asimilasi melibatkan respon terhadap
objek atau peristiwa sesuai dengan skema yang sudah ada titik
sebagai contoh, seorang bayi mungkin mengasimilasikan sebuah
boneka beruang ke skema-memasukkan-semua-benda-ke-
mulutnya. Seorang anak berusia 7 tahun mungkin akan dengan
cepat mengidentifikasi suatu objek yang melata di halaman
belakang rumahnya sebagai seekor ular. seorang anak
perempuan berusia 13 tahun mungkin dengan sigap
mengidentifikasi busana seorang rekannya sebagai modis atau
ketinggalan zaman.
Meski demikian, terkadang anak-anak tidak dapat dengan
mudah menghubungkan suatu objek atau peristiwa baru ke skema

17
yang sudah ada. dalam situasi semacam itu, terjadilah salah satu
dari 2 bentuk akomodasi seperti anak-anak memodifikasi skema
yang telah ada sehingga sesuai dengan objek atau peristiwa baru,
atau membentuk rancangan yang sama sekali baru, yang sesuai
dengan objek atau peristiwa yang dialami. Sebagai contoh,
seorang bayi mungkin harus membuka mulutnya lebih lebar dari
biasanya untuk mengakomodasi seperti mengulum kaki depan
boneka beruang yang gemuk itu titik seorang anak perempuan
berusia 13 tahun mungkin merevisi skemanya mengenai busana
sesuai dengan trend yang sedang hangat-hangatnya. seorang anak
berusia 7 tahun mungkin mendapati bahwa hewan yang panjang
kurus, bersisik yang dilihatnya bukankah ular karena memiliki
empat kaki titik setelah melakukan penelitian yang lebih lanjut ia
mungkin mengembangkan suatu rancangan baru yakni,
salamander bagi hewan tersebut.

Asimilasi dan akomodasi lazimnya beroperasi bersama-


sama seiringnya berkembangnya pengetahuan dan pemahaman
anak terhadap dunia di sekelilingnya. Anak-anak menafsirkan
setiap peristiwa baru dalam konteks pengetahuan yang telah
mereka miliki (asimilasi) namun pada saat yang sama mungkin
memodifikasi pengetahuan mereka sebagai hasil dari suatu
peristiwa baru (akomodasi). Akomodasi jarang terjadi tanpa
asimilasi: anak-anak mendapatkan manfaat, atau
mengakomodasi, pengalaman-pengalaman baru hanya jika
mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut
dengan pengetahuan dan keyakinan yang mereka miliki pada saat
itu.

D. Interaksi anak dengan lingkungan fisik dan sosial adalah


faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif.

18
Piaget berpendapat bahwa eksperimen yang dilakukan
anak-anak secara aktif terhadap dunia fisik merupakan elemen
vital bagi pertumbuhan kognitif. dengan mengeksplorasi dan
memanipulasi objek objek fisik seperti bermain pasir dan air,
bermain dengan bola dan alat pemukul, bereksperimen di
laboratorium sains dan sebagainya itu anak-anak mempelajari
hakikat karakteristik-karakteristik seperti volume dan berat,
menemukan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan energi dan
gravitasi, memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
hubungan sebab-akibat, dan sebagainya. Dengan demikian, teori
Piaget mendorong kita menyimpulkan bahwa pembelajaran yang
berbasis penemuan seharusnya menjadi suatu aspek penting
dalam proses belajar mengajar di kelas.
Dalam pandangan Piaget, interaksi sosial juga sama
pentingnya bagi perkembangan kognitif melalui interaksi dengan
orang lain yang menyenangkan seperti percakapan maupun yang
tidak menyenangkan seperti pertengkaran anak-anak yang masih
beli ya secara bertahap menyadari bahwa individu-individu yang
berbeda akan memandang hal-hal secara berbeda ada dan
pandangan-pandangan mereka tentang dunia belum tentu akurat
atau logis. anak-anak di bangku sekolah dasar mungkin mulai
mengenali ketidakkonsistenan yang logis dalam perkataan dan
perbuatan mereka saat seseorang menunjukkannya. Melalui
diskusi dengan rekan dan orang-orang dewasa mengenai isu-isu
sosial dan politik, anak-anak SMU mungkin memodifikasi
keyakinan mereka mengenai bagaimana seharusnya dunia ini
diarahkan.

E. Proses ekuilibrasi mendorong kemajuan ke arah


kemampuan berpikir yang semakin kompleks.
Piaget mengemukakan bahwa anak-anak sering berada
dalam kondisi ekuilibrium yang di mana mereka dapat

19
menafsirkan dan merespon peristiwa-peristiwa baru dengan
menggunakan skema skema yang sudah ada. Meski demikian,
ekuilibrium ini tidaklah berlangsung tanpa akhir titik seiring
tumbuh dan berkembang, mereka terkadang menjumpai situasi
situasi di mana pengetahuan atau keterampilan yang mereka
miliki tidak memadai. Situasi situasi semacam itu menimbulkan
disekuilibrium, yakni sejenis ketidaknyamanan mental yang
mendorong anak-anak berusaha memahami hal-hal yang sedang
mereka observasi. dengan mengubah, mengorganisasikan ulang,
atau mengintegrasikan skema-skema mereka secara lebih baik
misalnya melalui akomodasi, anak-anak ada akhirnya mampu
memahami dan merespon peristiwa-peristiwa Yang sebelumnya
terasa membingungkan itu. Proses pergerakan dari ekuilibrium
ke disekuilibrium dan kembali lagi ke equilibrium disebut
sebagai ekuilibrasi titik dalam pandangan Piaget, ekuilibrasi dan
hasrat intristik anak untuk meraih ekuilibrium mendorong
perkembangan kemampuan berpikir dan pengetahuan yang
semakin kompleks.
F. Sebagai salah satu akibat dari perbuatan kematangan di
otak, anak-anak berpikir dengan cara-cara yang secara
kualitatif berbeda pada usia yang berbeda.
Jauh-jauh hari sebelum kita mengetahui banyak hal
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di otak seiring
bertambahnya usia, Piaget telah berspekulasi bahwa otak
memang berubah secara signifikan, dan perubahan-perubahan
tersebut memungkinkan terjadinya proses proses berpikir yang
semakin kompleks. iya mengemukakan bahwa perubahan-
perubahan neurologis yang utama terjadi saat anak-anak berusia
sekitar 2 tahun, kemudian terjadi lagi saat anak berusia enam
atau tujuh tahun, dan kembali terjadi lagi pada masa pubertas.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama periode periode

20
tersebut memungkinkan munculnya kemampuan-kemampuan
baru, sedemikian rupa sehingga anak-anak berkembang melalui
serangkaian tahapan yang mencerminkan kemampuan berpikir
yang semakin canggih. Sebagaimana telah kita ketahui, faktanya
otak memang terus berkembang sepanjang masa anak-anak dan
remaja, namun belum jelas apakah perubahan perubahan
tersebut secara spesifik berkaitan dengan perubahan-perubahan
kognitif yang dijabarkan Piaget.
2.2.2 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
A. Tahap sensorimotor (kelahiran - 2 tahun)
Piaget mengemukakan bahwa dalam sebagian besar
tahap sensorimotor, anak-anak berfokus pada apa yang mereka
lakukan dan lihat pada saat itu; skema-skema mereka terutama
tersusun berdasarkan perilaku dan persepsi. Meski demikian,
kemampuan kemampuan kognitif yang penting muncul selama
periode ini, terutama saat anak mulai bereksperimen dengan
lingkungannya melalui prinsip trial and error. Sebagai contoh,
anak mulai mengembangkan permanensi objek, yakni
kesadaran bahwa objek tetaplah eksis sekalipun dipindahkan
dari jangkauan penglihatan. setelah berulangkali mengobservasi
tindakan-tindakan tertentu yang menyebabkan konsekuensi-
konsekuensi tertentu, anak pada tahap sensorimotor juga mulai
mengembangkan pemahaman mengenai hubungan sebab-
akibat.

Piaget menyatakan bahwa kemampuan berpikir yang


sesungguhnya muncul pada usia 2 setengah tahun. secara
spesifik, anak memperoleh kemampuan berpikir simbolik,
yakni kemampuan merepresentasikan dan memikirkan objek-
objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas
mental internal, atau simbol. seringkali simbol-simbol ini

21
berbentuk kata-kata yang didengar anak-anak dari dunia
sekeliling mereka, dan yang digunakan dalam “kalimat-
kalimat” satu kata mereka. ketika anak telah menguasai
pemikiran simbolik, mereka mulai bereksperimen dengan
objek-objek dalam benaknya titik pertama-tama mereka akan
memprediksikan apa yang akan terjadi bila mereka melakukan
suatu tindakan ke objek tersebut, dan kemudian mewujudkan
rencana tersebut dalam suatu tindakan.

B. Tahap pra operasional (usia 2 - 6 atau 7 tahun)


Pada masa-masa awal tahap praoperasional,
keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dengan
penguasaan kosakata yang meningkat memungkinkan mereka
mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan
peristiwa. Bahasa juga menjadi dasar bagi bentuk interaksi
sosial yang baru yakni komunikasi verbal. Pada tahap ini juga,
anak-anak dapat mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka
dan juga menerima informasi yang sebelumnya tidak mungkin
terjadi.

Meski demikian pemikiran praoperasional memiliki


sejumlah keterbatasan tertentu, terutama jika dibandingkan
dengan pemikiran operasional konkrit yang muncul kemudian.
Sebagai contoh, anak dalam tahap pra operasional
menunjukkan egosentrisme praoperasional yakni
ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain.
mereka mungkin mengalami kesulitan memahami mengapa
mereka harus membagi jatah makanan yang mereka terima dari
sekolah dengan seorang rekannya, atau mengapa mereka harus
berhati-hati untuk tidak melukai perasaan orang lain.
Egosentrisme praoperasional terkadang ditampilkan dalam

22
bentuk percakapan egosentris, yakni ketika anak mengatakan
sesuatu tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui
atau tidak diketahui pendengar terkait suatu topik yang
dibicarakan.

Pemikiran praoperasional dapat juga tidak logis,


terutama selama masa-masa taman kanak-kanak. Saat
mendekati bagian akhir tahap pra operasional, mungkin pada
usia sekitar 4 atau 5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan
tanda-tanda awal pemikiran logis yang menyerupai pemikiran
orang dewasa. Sebagai contoh, mereka terkadang mengambil
kesimpulan yang tepat mengenai problem problem inklusi
kelas. Namun, penalaran mereka masih berdasarkan prasangka
dan intuisi belaka, alih-alih berdasarkan kesadaran mengenai
prinsip-prinsip logis yang mendasari suatu fenomena. Selain
itu, mereka belum mampu menjelaskan mengapa kesimpulan
mereka benar.

C. Tahap operasional konkret (usia 6 atau 7 tahun - 11 atau 12


tahun)
Menurut Piaget, saat anak-anak memasuki tahap
operasional konkret, proses proses berpikir mereka menjadi
terorganisasi ke proses-proses mental yang lebih besar yang
memudahkan mereka berpikir lebih logis dari pada sebelumnya.
Mereka sekarang menyadari bahwa perspektif dan perasaan
mereka tidak selalu dialami oleh orang lain dan mungkin
mencerminkan opini pribadi alih-alih realitas. mereka juga
memperlihatkan konservasi titik2 kendati bentuk dan
susunannya berubah, mereka mudah memahami bahwa volume
air tetap sama selama tidak ada penambahan atau pengurangan
air. mereka juga mampu melakukan penalaran deduktif.

23
Menarik kesimpulan kesimpulan logis berdasarkan informasi
yang diberikan kepada mereka.

Sekalipun siswa yang menunjukkan pemikiran


operasional konkret telah menampilkan banyak ciri pemikiran
logis, perkembangan kognitif mereka belumlah sempurna.
Sebagai contoh, mereka mengalami kesulitan memahami
gagasan-gagasan abstrak, serta mengalami kesulitan
menghadapi soal-soal yang banyak sekali hipotesis atau
variabelnya, kemampuan-kemampuan tersebut baru muncul
dalam tahapan yang terakhir

D. Tahap operasional formal (usia 11 atau 12 tahun - dewasa)


Anak-anak dan remaja yang berada pada tahap operasional
formal dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep
yang tidak berhubungan dengan realitas konkrit. Selain itu,
mereka juga mengenali kesimpulan yang logis, sekalipun
kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan di dunia sehari-
hari. Sejumlah kemampuan yang sangat diperlukan dalam
penalaran ilmiah dan matematika yang rumit seperti
merumuskan dan menguji sejumlah hipotesis, memisahkan dan
mengontrol variabel, dan penalaran yang proposional juga
muncul dalam tahapan operasional formal.

Berdasarkan perspektif Piaget, kemampuan matematika


para siswa cenderung membaik saat pemikiran operasional
formal mulai berkembang. Soal-soal abstrak, seperti soal
kalimat matematika, menjadi lebih mudah dipecahkan. selain
itu, para siswa seharusnya juga mampu memahami konsep-
konsep seperti bilangan negatif, pi (π), dan tidak keterhinggaan.
Sebagai contoh, mereka seharusnya mampu memahami bahwa
temperatur dapat memiliki nilai dibawah nol dan bahwa dua
garis yang paralel tidak akan pernah bersinggungan berapapun

24
panjangnya. selain itu, pada tahap ini mereka telah mampu
memahami proporsi sehingga mampu menggunakan pecahan,
desimal dan perbandingan saat mengerjakan soal.

Penalaran ilmiah juga cenderung membaik begitu para


siswa mampu melakukan pemikiran operasional formal. Tiga
kemampuan operasional formal: penalaran logis mengenai
gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian
hipotesis, serta pemisahan dan pengendalian variabel secara
bersama-sama, memungkinkan individu individu yang telah
mencapai tahap operasional formal menggunakan suatu metode
ilmiah. Dalam metode ilmiah, individu dapat mengemukakan
dan menguji secara sistematis sejumlah kemungkinan
penjelasan terhadap suatu fenomena yang diamati.

Para siswa yang mampu melakukan penalaran


operasional formal dapat menangani gagasan-gagasan hipotesis
dengan gagasan-gagasan yang bertentangan dengan fakta
sehingga mereka dapat membayangkan suatu dunia yang
berbeda dan mungkin lebih baik dari dunia yang sebenarnya.
akibatnya, mereka dapat menjadi sangat idealistik mengenai
isu-isu sosial, politik, dan etika titik banyak remaja mulai
menunjukkan keprihatinan terhadap masalah-masalah dunia dan
mencoba mencurahkan energi mereka ke isu-isu penting seperti
pemanasan global, kelaparan dunia, atau hak-hak hewan. Meski
demikian, mereka terkadang menawarkan rekomendasi demi
terwujudnya perubahan yang tampaknya logis, namun tidak
praktis dalam dunia masa kini. Sebagai contoh, seorang remaja
mungkin menyatakan bahwa rasisme dapat dilenyapkan dengan
sekejap jika orang-orang mulai mencintai satu sama lain.
Remaja mungkin juga akan menyarankan bahwa negara
harusnya membubarkan angkatan bersenjatanya dan

25
memusnahkan segala persenjataan yang dimilikinya untuk
mencapai perdamaian dunia. Piaget mengemukakan bahwa
idealisme remaja semacam itu mencerminkan egosentrisme
operasional formal, yakni suatu ketidakmampuan memisahkan
abstraksi logis dirinya sendiri dari perspektif orang lain dan dari
pertimbangan-pertimbangan praktis. hanya melalui pengalaman
lah para remaja akhirnya mulai menyelaraskan optimisme
mereka dengan realisme mengenai hal-hal yang mungkin dalam
suatu kerangka waktu tertentu dan dengan sumber daya yang
terbatas.

2.2.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI PIAGET


Penjelasan Piaget mengenai proses-proses yang
mendorong perkembangan terutama asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi dapat menjadi sangat samar-samar. selain itu, interaksi
anak dengan lingkungan fisiknya sekalipun merupakan elemen
yang berharga, mungkin tidaklah sepenting yang diyakini Piaget.
sebagai contoh, anak-anak yang memiliki cacat fisik yang serius,
yang tidak dapat bereksperimen secara aktif dengan objek-objek
fisik, ternyata mampu mempelajari banyak hal mengenai dunia
semata-mata dengan mengobservasi apa yang terjadi di sekeliling
mereka.

Sebaliknya, interaksi sosial tidak hanya dengan rekan


sebaya tetapi juga dengan orang dewasa mungkin merupakan
faktor yang memiliki pengaruh yang lebih besar daripada yang
disadari Piaget.

Dalil Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam


tahap-tahap telah memicu sejumlah besar penelitian lanjutan.
Secara umum, penelitian-penelitian tersebut mendukung dalil
Piaget mengenai sekuensi atau urutan munculnya kemampuan-
kemampuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kemampuan

26
melakukan penalaran mengenai gagasan-gagasan abstrak hanya
muncul setelah anak mampu melakukan penalaran mengenai
objek-objek dan peristiwa-peristiwa konkrit; demikian pula,
urutan-urutan penguasaan tugas-tugas konservasi yang berbeda-
beda memang sesuai dengan yang dideskripsikan Piaget. meski
demikian, para peneliti mempertanyakan usia munculnya
keterampilan-keterampilan tersebut. Para peneliti juga
menemukan bahwa kemampuan kemampuan penalaran logis
pada anak-anak mungkin berbeda-beda, tergantung pengalaman
dan pengetahuan yang mereka miliki tentang suatu topik. selain
itu sebagian besar penelitian benar-benar meragukan bahwa
perkembangan kognitif terjadi dalam tahap-tahap yang terpisah-
pisah, sebagaimana yang dijabarkan oleh Piaget.

A. Kemampuan-kemampuan pada setiap kelompok usia


Bayi dan balita tampaknya memiliki lebih kompeten
daripada yang dikemukakan Piaget dalam deskripsinya tentang
tahap sensorimotor dan praoperasional. Sebagai contoh, bayi
telah menunjukkan tanda-tanda awal permanensi objek pada usia
2 setengah bulan dan terus mempertahankan pemahaman tersebut
dalam rentang waktu berbulan-bulan. Anak-anak balita tidak
selalu menunjukkan egosentrisme: sebagai contoh, mereka
menyadari bahwa orang lain tidak selalu mengetahui apa yang
mereka ketahui. Selain itu, dalam beberapa situasi, anak-anak
balita mampu melakukan inklusi kelas dan konservasi.

Piaget mungkin juga agak meremehkan kemampuan-


kemampuan anak-anak sekolah dasar. Banyak pelajar sekolah
dasar terkadang menunjukkan kemampuan berpikir abstrak dan
hipotesis. Selain itu, sejumlah anak SD juga dapat memisahkan
dan mengontrol variabel-variabel saat tugas yang diberikan

27
kepadanya telah disederhanakan sedemikian rupa. anak-anak
kelas 1 dan 2 SD bahkan memiliki kemampuan memahami dan
menggunakan proporsi proporsi sederhana (misalnya, ½, ⅓, ¼)
jika mereka mampu menghubungkan proporsi proporsi tersebut
dengan objek-objek sehari-hari.

Sebaliknya, Piaget mungkin melebih-lebihkan


kemampuan-kemampuan anak remaja. proses berpikir
operasional formal muncul lebih berangsur-angsur daripada yang
dideskripsikan Piaget, dan bahkan anak-anak SMU tidak
menggunakan pemikiran operasional formal sesering yang
dinyatakan Piaget. selain itu, para siswa mungkin menunjukkan
pemikiran operasional formal di satu ranah tertentu sedangkan
berpikir konkrit di ranah ranah yang lain. Bukti adanya penalaran
operasional formal umumnya muncul lebih dini dalam ilmu-ilmu
alam dibandingkan dalam ilmu-ilmu seperti sejarah dan geografi.
Para pelajar umumnya memiliki kesulitan memikirkan gagasan-
gagasan abstrak dan hipotesis dalam sejarah dan geografi hingga
SMU.

B. Dampak-dampak pengalaman dan pengetahuan awal


Pelatihan eksplisit dan pengalaman-pengalaman lain dapat
membantu anak-anak yang masih belia untuk meraih kemampuan
penalaran lebih dini daripada yang diyakini Piaget. Sebagai
contoh, anak-anak berusia 4 atau 5 tahun mulai menunjukkan
kemampuan konservasi setelah memiliki pengalaman dengan
tugas-tugas konservasi, terutama jika mereka mampu secara aktif
memanipulasi materi-materi yang digunakan dalam tugas dan
mendiskusikan penalaran mereka dengan seseorang yang telah
menunjukkan kemampuan konservasi.

Pengalaman juga membantu anak-anak belia memperoleh


kemampuan penalaran operasional formal. Manipulatif

28
manipulatif konkrit dapat membantu anak-anak berusia 9 tahun
memahami hakikat umum proporsi. anak-anak berusia 10 dan 11
tahun dapat lebih mudah menyelesaikan soal-soal logika yang
melibatkan gagasan-gagasan hipotesis jika mereka diajarkan
strategi strategi pemecahan masalah yang relevan, dan seiring
bertambahnya latihan mereka semakin mampu memisahkan dan
mengontrol berbagai variabel.

Selain itu para remaja dan orang dewasa sering kali


menerapkan pemikiran operasional formal ke topik-topik yang
telah mereka pahami, namun berpikir konkret mengenai topik
topik yang asing bagi mereka.

C. Mempertimbangkan kembali tahap-tahap perkembangan


kognitif Piaget
Pada masa sekarang ini sebagian besar ahli meyakini
bahwa perkembangan kognitif lebih tepat digambarkan sebagai
tren yang terjadi secara berangsur-angsur, alih-alih tahap-tahap
yang berbeda-beda. Para ahli selanjutnya menyatakan bahwa
tahap-tahap Piaget mungkin lebih tepat menjelaskan apa yang
dapat dipikirkan anak-anak, alih-alih menjelaskan apa yang
sungguh-sungguh dipikirkan anak-anak; selain itu, hakikat
perkembangan kognitif mungkin bersifat spesifik, tergantung
konteks, area isi, dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Terlepas dari sejumlah keraguan yang dikemukakan


terhadap teori Piaget, tugas-tugas yang dibuat di Piaget untuk
mengukur kemampuan penalaran anak-anak seperti konservasi,
klarifikasi, pemisahan dan kontrol terhadap variabel dapat
memberikan kita wawasan wawasan berharga mengenai logika
yang digunakan para siswa saat mereka memikirkan dunia di

29
sekeliling mereka. Para pendidik telah menemukan bahwa banyak
gagasan Piaget seperti egosentrisme, disequilibrium, pergerakan
dari pemikiran konkret ke pemikiran abstrak sangatlah berguna
bagi dunia pendidikan.

2.3 TEORI VYGOTSKY TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF


2.3.1 ASUMSI-ASUMSI DASAR VYGOTSKY
Vygotsky meyakini bahwa orang dewasa di masyarakat
mendorong perkembangan kognitif anak secara sengaja dan
sistematis disini vygotsky menekankan pentingnya masyarakat
dan budaya dalam mendorong pertumbuhan kognitif seorang
anak sehingga telinganya terkadang disebut sebagai perspektif
sosio-kultural.

Dari asumsi-asumsi utama disajikan rangkuman perspektif seperti


berikut ini :

1. Melalui percakapan informal dan sekolah formal orang


dewasa menyampaikan kepada anak Bagaimana
kebudayaan mereka menafsirkan dan merespons dunia.
Vygotsky mengemukakan bahwasannya Saat berinteraksi
dengan anak-anak, orang dewasa membagikan makna atau
yang disebut dengan meanings yang mereka katakan ke objek
peristiwa dan hal yang lebih umum lagi ke pengalaman
manusia namun hal yang lebih penting nya lagi bahwa
pendidikan formal menjadi sarana para guru untuk secara
sistematis menanamkan gagasan konsep dan terminologi yang
beragam untuk digunakan dalam disiplin akademik. Vygotsky
mengakui adanya manfaat membiarkan anak-anak membuat
penemuan mereka sendiri dan ia berpandangan juga bahwa
adanya manfaat seorang anak meminta orang dewasa
menjelaskan penemuan-penemuan yang telah dilakukan

30
sebelumnya. Teori Vygotsky mendorong antisipasi adanya
keragaman pada anak-anak tidaknya dalam hal perkembangan
kognitif lebih daripada yang diajarkan dari teori Piaget,
contohnya ialah beberapa budaya yang menggunakan
beraneka ragam peta peta jalan.
2. Setiap kebudayaan menanamkan perangkat fisik dan
kognitif yang menjadikan kehidupan sehari-hari semakin
produktif dan lebih efisien.

Vygotsky memandang bahwa keberhasilan dalam


memperoleh perangkat-perangkat yang bersifat simbolik atau
mental atau disebut juga dengan perangkat kognitif secara
signifikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir seorang
anak. Perangkat-perangkat seperti buku, komputer dan objek
fisik lainnya.

3. Pikiran dan bahasa menjadi semakin interdependen


dalam tahun-tahun pertama kehidupan

Bahasa merupakan perangkat kognitif yang sangat


penting kita sebagai orang dewasa pikiran dan bahasa saling
terkait dengan pikiran. Vygotsky mengemukakan bahwa
pikiran merupakan fungsi yang terpisah bagi bayi dan anak
kecil yang baru belajar berjalan. Pada saat umur 2 tahun
pikiran dan bahasa menjadi terjalin erat, disini anak-anak
mulai mengungkapkan pikiran mereka ketika berbicara dan
mulai berpikir dalam kata-kata. Saat pikiran dan bahasa mulai
menyatu, anak seringkali berbicara kepada diri mereka sendiri
atau yang disebut dengan fenomena Self-Talk. Vygotsky
mengemukakan juga dalam situasi semacam itu anak-anak
mungkin lebih berbicara kepada diri mereka sendiri daripada
kepada orang lain. Self-talk ini memiliki fungsi penting dalam

31
perkembangan kognitif yang akhirnya kini berevolusi
menjadi inner speech (percakapan ke dalam) yakni saat anak
berbicara ke dalam dirinya secara mental dibanding secara
verbal penelitian. Penelitian terkini mendukung pandangan
mengenai kemajuan serta peran Self-Talk dan Inner Speech.
Frekuensi Self-Talk mengalami penurunan di masa masa awal
dan sekolah dasar anak.

Penurunan ini seiring dengan peningkatan perilaku


berkomat-kamit atau berbisik atau gerakan lebih dan senyap
Yang sepertinya mengindikasikan suatu transisi ke Inner
Speech (Bivens & Berk, 1990; Winsler & Naglieri, 2003),
sementara itu pada anak meningkat pada saat mengerjakan
tugas-tugas yang semakin menantang sehingga membuat
mereka harus mengerahkan segenap upaya agar berhasil
mengerjakan tugas tersebut (Berk, 1994; Chimmoeller, 1998).

4. Proses proses mental yang kompleks bermula sebagai


aktivitas aktivitas sosial

Vygotsky mengemukakan bahwa banyaknya proses


berpikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial saat
anak memperbincangkan berbagai objek peristiwa tugas dan
masalah kepada orang dewasa atau individu yang
berpengetahuan. Seringkali dalam konteks ini, aktivitas
sehari-hari anak-anak secara berangsur menggabungkan ke
dalam pikiran mereka cara-cara orang-orang di sekelilingnya
membicarakan, menafsirkan dunia dan juga mulai
menggunakan kata konsep & strategi yang pada dasarnya
perangkat yang lazim dalam budaya mereka. Proses ini,
proses berkembangnya aktivitas aktivitas sosial menjadi
aktivitas mental internal yang disebut Internalisasi

32
(Internalization). Internalisasi yaitu proses pergerakan dari sel
tak ke inasti sebagaimana baru saja yang dijelaskan diatas.

Seiring waktu anak-anak perlahan-lahan


menginternalisasikan arahan dari orang dewasa sehingga
akhirnya mereka dapat memberikan arahan kepada diri
mereka sendiri. Vygotsky berpendapat bahwa argumen
argumen yang dibangun pada masa anak-anak dapat
membantu mereka menyadari bahwa seringkali ada banyak
cara pandang terhadap situasi yang sama atau mirip yang
akhirnya anak mampu menginternalisasikan proses berdebat
tersebut dan dapat menunjukkan kemampuan suatu
memandang suatu situasi dari berbagai sudut pandang yang
berbeda dari diri mereka sendiri

Sebagai seorang guru, harus mengetahui pengetahuan


linguistik dan keterampilan yang dimiliki siswa dari
kelompok usia yang berbeda sehingga kita mampu menyusun
suatu ekspektasi yang realistis terhadap performa yang
mereka miliki

5. Anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang


menantang bila dibimbing oleh seseorang yang lebih
kompeten dan lebih maju daripada mereka

Vygotsky membedakan dua jenis kemampuan yang


bercirikan pada kemampuan anak-anak di segala tahap
perkembangan. Pertama, tingkat perkembangan aktual adalah
batas atas tugas yang dapat dikerjakan anak secara mandiri
tanpa bantuan orang lain, lalu kedua adalah tingkat
perkembangan potensial yang mana batas atas tugas yang
dapat dikerjakan oleh anak dengan bimbingan orang seorang
individu yang lebih kompeten. Tugas-tugas yang menantang

33
akan mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimum.
Tugas yang tidak dapat terselesaikan secara mandiri oleh anak
dapat diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan orang lain.
Dalam terminologi versi ini disebut dengan zona
perkembangan proksimal (ZPP). Zona perkembangan
proksimal seorang anak yaitu meliputi kemampuan belajar
dan memecahkan masalah yang baru muncul dan
berkembang. kemampuan yang masih berada dalam wujud
embrio yang belum matang zona proksimal ini pada setiap
anak secara ilmiah berkembang.

Seiring waktu, saat sejumlah tugas setelah dikuasai


oleh anak maka tugas-tugas yang lebih rumit akan
menggantikan tugas-tugas yang telah dikuasai. Menurut
Vygotsky, sangat sedikit sekali anak-anak yang mempelajari
dari pelaksanaan tugas-tugas yang telah mereka lakukan
sendiri. Singkatnya, tantangan-tantangan bukanlah
keberhasilan yang diraih dengan mudah tapi dapat
meningkatkan perkembangan kognitif.

ZPD seorang menetapkan batas atas (Upper Limit)


hal-hal yang mampu dipelajarinya secara kognitif. Oleh
karena itu sebagai guru seharusnya dapat memberikan
beberapa tugas yang hanya dapat diselesaikan oleh anak
sendiri kita dengan bantuan orang lain. Dalam beberapa
kasus, dukungan ini haruslah berasal dari orang-orang yang
lebih terampil dan berkompeten seperti orang dewasa atau
senior. Siswa yang memiliki ZPD yang berbeda
membutuhkan tugas-tugas khusus sesuai kebutuhan dan
kemampuan mereka sehingga mereka semua mendapatkan
tantangan yang mampu mendorong pertumbuhan
prognosisnya secara maksimal.

34
6. Permainan memungkinkan anak dapat berkembang
secara kognitif

Dalam sebuah permainan, anak selalu berada dalam


usia diatas posisinya yang sesungguhnya atau diatas perilaku
yang sehari-harinya dan anak-anak dan anak-anak seolah-olah
lebih tinggi dari tingginya dari yang sebenarnya (Vygotsky,
1978, hlmn. 102). Lanjutnya lagi, saat melakukan permainan
perilaku mereka harus tunduk pada standar-standar atau
ekspetasi tertentu. Pada awal sekolah dasar, anak sering
menerapkan perilaku sebagai ayah, guru atau penulis dalam
permainan kelompok atau olahraga yang terorganisasi.
Dalam permainan, anak-anak mematuhi batasan-batasan
perilaku yang mana anak dapat belajar melakukan
perencanaan, Berpikir sebelum bertindak dan menahan diri
atau keterampilan keterampilan yang lain dengan demikian
permainan bukanlah suatu hal yang sia-sia bagi anak.

2.3.2 PERSPEKTIF TERKINI TENTANG TEORI VYGOTSKY.


Teori vygotsky sangat sulit diverifikasi oleh para peneliti
karena sangat sedikit menyinggung perihal karakteristik-
karakteristik spesifik yang cenderung ditampilkan anak-anak
pada usia tertentu. Namun para ahli dan peneliti kontemporer
menganggap gagasan dari Vygotsky penuh dengan wawasan dan
manfaat yang paling penting di antaranya ialah bahwa teori
Vygotsky ini menunjukkan berbagai cara kebudayaan
mempengaruhi perkembangan kognitif. Kebudayaan ini
membimbing anak kepada arah tertentu dengan mendorong
kemampuan mereka dalam memusatkan perhatian pada stimuli
tertentu dan mengabaikan semua yang lain dan juga terlibat
dalam aktivitas tertentu. Kemudian, kebudayaan ini juga
memberikan suatu lensa untuk memandang dan menafsirkan

35
pengalaman mereka yang sesuai dengan cara dan budaya mereka
sendiri.

1. Kontruksi makna secara social. Vygotsky mengemukakan


bahwa orang dewasa membantu anak melekatkan makna ke
berbagai objek dan peristiwa di sekeliling mereka. Ilmuwan
menyatakan bahwa orang dewasa seringkali membantu
seorang anak untuk memahami dunia melalui diskusi bersama
tentang suatu fenomena yang terjadi (Crowly & Jacobs, 2002;
Eacott, 1999; Feuerstein, 1990; John-Steiner & Mahn, 1996).
Interaksi semacam ini terkadang mendorong anak-anak
memikirkan fenomena yang bersangkutan dengan cara-cara
tertentu atau disebut dengan pengalaman belajar yang
dimediasi (Mediated learning experience), sehingga dengan
melekatkan label tersebut dan mengenali prinsip yang
mendasarinya seorang anak dapat menarik kesimpulan tertentu
berdasarkan fenomena tersebut. Selain itu, anak ikut
mengontruksi makna bersama-sama dengan orang dewasa.
Anak-anak seringkali berbicara dengan rekan sebayanya untuk
memahami pengalaman mereka sekolah menyediakan suatu
lingkungan ideal yang di dalamnya para siswa dapat saling
melontarkan gagasan dan mungkin dapat mencapai
kesepakatan perihal cara terbaik dalam menafsirkan dan
memahami suatu pandangan.

Para ilmuwan meyakini bahwa pentingnya pembahasan


tentang pembentukan makna secara bersama-sama dalam
membantu anak-anak memperoleh pemahaman mereka
pemahaman yang semakin Kompleks mengenai dunia fisik sosial
dan akademis mereka.

2. Scaffloading (Perancahan) yaitu istilah yang sering digunakan


saat orang dewasa dan lebih terampil memberikan sejumlah

36
bimbingan atau arahan yang dapat membantu anak melakukan
tugas dalam zona perkembangan proksimal mereka atau dengan
kata lain sebuah perangkat yang berfungsi sebagai penyangga
atau tempat berpijak bagi para pekerja bangunan sehingga
bangunan itu sendiri telah cukup kuat untuk menyangga mereka
saat bangun sangat saat bangunan sudah meningkat dalam
kestabilannya. Maka peran cara menjadi kurang diperlukan dan
akhirnya setiap bangsa dirumuskan hal tersebut merupakan
ilustrasi dari seorang jelas saya memiliki seorang anak
mengerjakan suatu tugas atau mungkin mana dapat mendukung
upaya-upaya anak Berikut ini adalah beberapa mekanisme
pendukung yang dapat membantu siswa untuk menguasai tugas
mereka pada saat zona perkembangan proksimal mereka :

Pertama, bantulah siswa mengembangkan rencana dalam


mengerjakan tugas yang baru

Kedua, tunjukkan cara mengerjakan tugas yang benar dan dapat


ditiru oleh siswa dengan mudah

Ketiga, berikan atau bagikanlah tugas yang kompleks menjadi


sejumlah tugas yang kecil atau sederhana

Keempat, berikan pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan


suatu tugas

Kelima, sediakanlah kalkulator atau software komputer yang


dapat membantu pengerjaan tugas menjadi lebih mudah untuk
dikerjakan karena menjaga atensi siswa agar tetap fokus pada
aspek-aspek yang relevan dalam tugas

Keenam, tuliskanlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat


siswa memberikan tugas tersebut secara produktif

Ketujuh, tetap menjaga motivasi siswa

37
Kekedelapan, ingatkan para siswa mengenai sasaran atau target
mereka dalam mengerjakan tugas

Kesembilan, sering memberikan feedback mengenai kemajuan


yang dimiliki oleh siswa

Saat siswa semakin lebih cakap dalam mengerjakan


tugasnya, scaffolding idealnya dimodifikasi untuk memelihara
kemampuan yang baru saja yang muncul ([Puntambekar &
Hubscher, 2005]. Berlalunya waktu, Scaffolding secara berangsur
dihentikan sehingga siswa dapat sepenuhnya menyelesaikan tugas
secara mandiri dan terkadang hal ini mengakibatkan pemberian
perangkat-perangkat kognitif baru kepada siswa dan dapat
membangun mereka dalam mengerjakan tugas.

3. Partisipasi pemimpin dalam aktivitas orang dewasa. Hampir


seluruh kebudayaan mengharuskan anak-anak terlibat dalam
aktivitas orang dewasa dalam batas-batas tertentu. Pengalaman
awal yang dimiliki anak umumnya terjadi di bagian aktivitas
yang kurang penting dan keterlibatan mereka seringkali dimediasi
dibimbing secara bertahap dan disupervisi melalui partisipasi
terbimbing (Guided participation) (Rogoff, 2003).

Melihat perspektif teori vygotsky, saat anak meraih


kompetensi yang semakin besar, mereka berhasil mengambil
lebih banyak peran sentral dalam suatu aktivitas yang akhirnya
mereka menjadi partisipan yang terlibat penuh (Gaskins, 1999;
Guberman, 1999; Lave & Wanger, 1991). Sebagai contoh berikut
saat mereka melakukan eksperimen ilmiah Kita seharusnya
menggunakan kata-kata seperti hipotesis bukti dan teori saat
membantu mereka mengawasi berbagai prosedur dan ekskresi
eksperimennya (Perkins, 1992).

38
4. Pemagangan yakni seorang pemula yang bekerja bersama
seorang seorang yang ahli dalam jangka waktu yang cukup lama
yang didalamnya, mempelajari cara-cara melakukan berbagai
tugas yang rumit kompleks dalam ranah tertentu. Sang ahli
memberikan arahan dan bimbingan kepada sang pemula yang
sangat intensif panjang proses tersebut dan secara bertahap
menghentikan scaffolding dan juga selalu memberikan pemula
tanggung jawab yang semakin besar seiring meningkatnya
kemampuan kompetensinya (A. Collins, 2006; Rogoff, 1990,
1991). Melalui pemagangan ini, siswa seringkali mempelajari hal
yang tidak hanya dilakukan dalam satu tugas namun juga
memikirkan tugas tersebut atau yang sering disebut dengan
pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). (J.S Brown,
Collings, & Duguid, 1989, A. Collins, 2006; Roth dan Bowen,
1995).

Bentuk pemagangan bisa berbeda dari suatu konteks


konteks yang lain namun pada umumnya memiliki beberapa atau
ciri-ciri berikut ini (A. Collins, 2006; A. Collins, Brown,
Newman, 1989).

 Modeling, modeling ini seperti guru mendemonstrasikan


tugas yang bersamaan dengan penjelasan proses kerjanya lalu
para siswa mengamati dan mendengarkan penemu sosial
tersebut.
 Bimbingan terarah (Coaching), saat siswa mengerjakan
tugasnya guru selalu memberikan saran petunjuk dan umpan
balik.
 Scaffolding, yang mana guru memberikan beragam bentuk
dukungan kepada siswanya yang mungkin dapat menahan
akan Tugas atau dapat membantu mengerjakan tugas tersebut

39
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil atau
memberikan alat yang tidak terlalu susah
 Artikulasi, siswa menjelaskan kembali apa yang dilakukannya
dan jumlah alasan mengapa melakukan hal tersebut sehingga
guru dapat mengatasi pengetahuan penalaran dan strategi
pemecahan masalah yang dilakukan siswa.
 Refleksi, guru meminta siswa membandingkan performa ini
dengan performa para ahli atau pewarna yang pilih yang
mana mampu mengerjakan tugas tersebut dengan sempurna
 Meningkatkan kompleksitas dan keberagaman tugas, guru
memberikan tugas tugas yang semakin rumit kompleks yang
mana seiring kecakapannya siswa
 Eksplorasi, guru mendorong siswa menyusun berbagai
pertanyaan dan soal Mandiri lalu anak mengembangkan dan
mempertajam keterampilan yang baru diperolehnya

5. Interaksi rekan sebaya. Orang dewasa pada umumnya memiliki


pengalaman dan keahlian yang lebih besar dibanding anak Selain
itu orang dewasa cenderung menjadi gula Lebih baik dibanding
rekan sebayanya Oleh karena itu seringkali menjadi pilihan
pasangan yang paling tepat saat anak telah mencoba menguasai
tugas-tugas apa prosedur yang sangat kompleks meski begitu
bekerja bersama maka sebaiknya pun memiliki manfaat tersendiri
yaitu pertama, melalui diskusi tentang bermacam prespektif dari
rekan-rekan sebayanya terhadap situasi yang sama sering kali
anak mampu mengontruksi pemahaman yang lebih lengkap
mengenai suatu permasalahan. Kedua, dari diskusi tersebut
melibatkan perdebatan dan ketidaksetujuan sehingga anak-anak
dapat menginternalisasi proses argumentasi tersebut dapat
melihat kemampuan untuk melihat situasi lain dari berbagai
macam sudut pandang. Ketiga, anak seringkali mampu

40
menyelesaikan tugas yang lebih sulit saat mereka bekerja sama
daripada seorang seorang diri. Lalu, manfaat terakhir ialah anak
mempelajari perilaku sosial yang bernilai Bagaimana masyarakat
suatu usaha secara bersama lalu mengkoordinasi nya dengan
peran-peran yang berbeda ketika mengerjakan tugas tugas
kognitif bersama rekan sebayanya (Gauvin, 2001).

Baik Piaget atau Vygotsky menyatakan bahwa bahasa


memiliki peranan pokok dalam perkembangan kognitif. Menurut
Piaget, kata-kata dapat membantu anak mempresentasikan dan
memikirkan secara mental objek objek dan peristiwa eksternal
dan juga bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam
pertukaran gagasan secara sosial yang mana anak dapat berpikir
lebih logis dan tidak egosentris, sedangkan dalam pandangan
subeki bahasa bahkan lebih penting lagi dari pertumbuhan
kognitif.

Ilmuwan kontemporer menyetujui keyakinan Piaget dan


Vygotsky bahwa penguasaan bahasa adalah faktor yang sangat
penting pada perkembangan kognitif.

2.3.3 PERKEMBANGAN LINGUISTIC


Sebagai seorang guru kita harus mengetahui pengetahuan
linguistik dan keterampilan yang dimiliki siswa dari kelompok usia
yang berbeda sehingga kita mampu menyusun suatu ekspektasi yang
realistis terhadap performa yang mereka miliki.

2.3.4 ISU-ISU TEORITIS TERKAIT PERKEMBANGAN LINGUISTIC


Bahasa yang rutin dalam percakapan yang dilakukan oleh
orang-orang sekitar yang memberikan pelajaran pada anak dengan
arti semakin besar bahasa yang mereka dengar maka semakin besar
juga ragam kata dan semakin rumit pun struktur sintaksis membuat
semakin cepat kosakata anak berkembang (B Hart & Risley, 1995).

41
Anak-anak baru menggunakan apa yang mereka dengar untuk
mengontruksi pemahaman mereka sendiri mengenai bahasa tersebut
dan juga pengetahuan mengenai makna makna kata dan dapat
mengatur cara menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang
bermakna (Cairns, 1996; Cromer, 1993; Karmiloff Smith, 1993).
Anak-anak memiliki pewarisan seperti minat terhadap suara manusia
dan juga kemampuan mendengar perbedaan bunyi yang mana
memungkinkan terjadinya pembelajaran bahasa (DeCasper & Fifer,
1980; Jusczyk, 1995; Kuhl, 2004; Locke, 1993). beberapa ilmuwan
meyakini bahwa anak-anak mempelajari bahasa sama seperti
mempelajari hal-hal lain, misalkan lingkungan dan budaya yang
melalui pendeteksian dan pola-pola input reguler dari lingkungan
sosial mereka (Saffran, 2003; Saffran, Aslin, & Newport, 1996).

Anak-anak yang mengalami retardasi mental menunjukkan


perbedaan yang sangat jelas dalam perkembangan bahasa tergantung
jenis retardasi apa yang dialami (N. G. S Harris, Bellugi, Bates,
Jones, & Rossen, 1997). Contoh, anak-anak menguasai berbagai
tense kata kerja dengan lebih mudah dan mempelajari cara
melafalkan kata-kata tersebut dengan tepat ketika terbenam dalam
bahasa saat 5 hingga 10 tahun pertama kehidupan (Bialystok, 1994
Bortfeld & Whiteurst, 2001; Bruer, 1999). Periode sensitif semacam
itu mungkin mencerminkan adanya masa-masa terbaik untuk
mempelajari bahasa dimana tertanam dalam sistem biologis atau bisa
juga dari hasil kecenderungan otak untuk beradaptasi beradaptasi
dengan cepat terhadap lingkungan atau ditarik yang ia jumpai di
masa-masa awal kehidupannya (Kuhl, 2004; Kuhl, Conboy, Padden,
Nelson, & Pruitt, 2005).

2.3.5 TREN DALAM PERKEMBANGAN LINGUISTIC


Perkembangan kosakata. Perubahan yang nyata dalam
perkembangan bahasa anak ialah di awal tahun sekolah adalah

42
peningkatan kosakata anak-anak mempelajari beberapa kata melalui
pengajaran secara langsung di sekolah namun mereka dapat
memungkinkan mempelajari lebih banyak lagi dengan menyimpulkan
makna dan konteks tempat mereka mendengar atau membaca kata-
kata tersebut. Kesalahan yang sering terjadi ialah undergeneralization
atau generasi yang terlalu menyederhanakan saat makna dilekatkan
pada suatu kata yang terlalu sempit. Sebagai contoh, setiap kali
menanyai anak mengenai apa itu definisi hewan, maka anak
menjawab hewan adalah yang memiliki kepala ekor kaki cakar mata
hidung telinga dan banyak bulu. Contoh kesalahan yang lain ialah
overgeneralization atau yang terlalu melebih-lebihkan. Hal ini terjadi
dimana makna yang dilekatkan pada suatu kata yang terlalu luas
sehingga kata tersebut sering digunakan terkadang digunakan pada
saat yang tidak tepat seperti contoh ketika meminta anak memberikan
contoh serangga maka ia menjawab laba-laba hitam. Apa yang
dimaksud ialah anak ini melakukan generalisasi berlebihan yaitu
serangga memiliki 6 tungkai kaki sehingga laba-laba berkaki delapan
tidak dianggapnya sebagai serangga.

Sehingga dari permasalahan tersebut seharusnya mengoreksi


setiap miskonsepsi yang terungkap dalam ucapan para siswa. Selain itu,
guru harus mendorong siswa untuk membaca membaca dan membaca
karena anak-anak dan remaja mempelajari banyak kata baru melalui
aktivitas membaca.

Perkembangan sintaksis. Aturan sintaksis (syntax)


memungkinkan kita meletakkan berbagai kata sekaligus menjadi kalimat
yang memiliki tata bahasa yang tepat. Aturan ini sangatlah rumit namun
dalam sebagian besar kasus bahwa banyak yang tidak disadarinya adanya
aturan-aturan tersebut

Saat mencapai bangku SMP anak-anak menggunakan sintaksis


yang lebih rumit dalam tulisan mereka dibanding dengan percakapan dan

43
selama di SMA sebagian besar dalam perkembangan sintesis mereka
terjadi akibat pengajaran bahasa secara formal misalkan melalui mata
pelajaran sastra komposisi bahasa ataupun bahasa asing (Maratsos,
1998), dengan kata lain para siswa dapat meningkatkan kemampuan
berbicara dan menulis mereka ketika mereka mendapatkan kesempatan
dalam mengekspresikan gagasan secara lisan dan tulisan lalu saat
menerima umpan balik langsung mengenai ambiguitas dan dan
kesalahan-kesalahan tata bahasa dalam ucapan tulisan mereka.

Perkembangan kemampuan mendengarkan. Kemampuan siswa


memahami apa yang mereka dengar dipengaruhi oleh pengetahuan
mengenai kosakata dan sintaksis namun terdapat faktor-faktor lain yang
juga berpengaruh contohnya pemahaman anak mengenai apa itu
mendengarkan yang baik sepertinya mengalami perubahan sepanjang
tahun-tahun sekolah dasar. Anak-anak di awal SD menganggap dirinya
adalah pendengar yang baik jika mereka duduk diam tanpa
menginterupsi guru berbicara menerangkan, lalu di usia 11 tahun anak
memahami bahwa mendengarkan dengan baik itu melibatkan
pemahaman terhadap apa yang dikatakan (McDevitt, Spivey, Sheehan,
Lennon, & Story, 1990). Banyak anak yang meyakini bahwasannya tidak
tepat untuk meminta klasifikasi dari guru karena mungkin sebelumnya
mereka pernah dimarahi karena mengajukan pertanyaan pertanyaan di
sekolah ataupun di rumah (McDevitt, 1990; McDevitt et. Al., 1990).
Keyakinan tersebut banyak didapati dalam lingkungan kebudayaan yang
mengajarkan bahwa tidak sopan jika anak memulai pembicaraan dengan
orang dewasa Biasanya banyak terjadi di komunitas Asia dan Meksiko-
Amerika.

Anak-anak di usia belia terkadang masih bergantung kepada


konteks sehingga mereka tidak mendengarkan secara teliti dan tidak
terlalu memahami pesan lisan yang diberikan, mereka mungkin
mendengar apa yang mereka pikir kita maksudkan namun berdasarkan

44
asumsi mereka terhadap maksud kita dibanding memahami apa yang
sungguh-sungguh yang kita maksudkan. Ketika anak beranjak dewasa
mereka menjadi semakin kurang, bergantung kepada konteks dalam
memahami pesan-pesan yang disampaikan orang lain seiring
meningkatnya kemampuan penalaran secara abstrak mereka menjadi
lebih mampu untuk memahami makna pesan melalui makna harfiah nya
(Owens, 1996; Winner, 1988).

Perkembangan keterampilan komunikasi lisan. Walau


demikian, pelafalan yang tepat mungkin bukanlah satu-satunya hal yang
harus diperhatikan oleh para siswa secara efektif namun Mereka pun
harus mempertimbangkan karakteristik karakteristik orang ia menerima
pesan-pesan mereka seperti usia pengetahuan sudut pandang.

Anak-anak terkadang mengucapkan kata-kata tanpa


mempertimbangkan sudut pandang dari pendengarnya maka dari itu
sebagai guru, jika ucapan siswa tidak dapat dipahami maka kita harus
membuat mereka menyadari hal tersebut seperti meminta menjelaskan
kembali apa yang mereka bicarakan atau siapa yang mereka ceritakan
dengan menunjukkan kebingungan saat menceritakan peristiwa yang ia
ceritakan.

Komponen komunikasi lisan yang efektif ialah pragmatika yakni


konvensi-konvensi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat
dengan orang lain, mencakup peraturan peraturan mengenai etiket
berbicara dalam sebuah percakapan, strategi-strategi diri mengawali dan
mengakhiri percakapan, mengubah subjek pembicaraan, berdebat secara
efektif. Jika siswa belum menguasai konvensi-konvensi sosial tertentu
misalkan sering menginstruksi atau mengubah subjek pembicaraan tanpa
peringatan terlebih dahulu dengan orang lain maka dianggap perilakunya
menyeballkan atau aneh hal tersebut disebabkan karena kurangnya
keterampilan pragmatika yang mana dapat menghambat hubungan siswa
dengan rekan-rekannya. Oleh karena itu, kita sebagai guru perlu

45
mengamati keterampilan pragmatika tersebut saat mereka sedang
berinteraksi dengan kita apapun dengan rekannya dan memberikan
praktik terbimbing dalam setiap keterampilan yang mereka belum kuasai.

Perkembangan Kesadaran metalinguistik. Kesadaran


Metalinguistik merupakan kemampuan pengembangan pegunaan bahasa
secara alami. Perkembangan metalinguistik ternyata berkembang lambat
seiring berjalannya waktu. Selama tahun ketahun dimasa SD para siswa
mulai menentukan kapan kalimat dapat diterima atau tidak secara
gramatikal. Saat siswa diakhir tahun SD dan selama SMP mereka
mengetahui beragam fungsi kata dalam kalimat. Sedangkan selama SMA
mereka memiliki kesadaran metalinguistik lebih tinggi saat mempelajari
hakikat, makna kiasan, peribahasa simbolisme dalam puisi, dan
sebagainya. Ataupun mempelajari bahasa kedua dua juga mendorong
kesadaran metalinguistik.

2.3.6 MEMPELAJARI BAHASA KEDUA


Semakin dewasa seseorang akan semakin mengglobal, di situlah
terdapat kebutuhan mempelajari bahasa baru selain bahasa ibu. telah
dijelaskan sebelumnya, untuk mempelajari bahasa terdapat periode
sensitif. Karena itu pengenalan bahasa sangat penting di masa anak-anak.

Pentingnya pengenalan dini terhadap bahasa kedua, yaitu untuk


menguasai pelafalan dan tata bahasa yang sangat kompleks di setiap
bahasa yang yang dipelajarinya. Terutama bahasa kedua yang sangat
berbeda dengan bahasa ibu. Mungkin keterbatasan itu ada, anak-anak
dan remaja yang bisa fasih bahasa kedua itu tergantung kapan dia mulai
mempelajari bahasa. Meskipun tidak terdapat periode sensitif yang
mutlak, pada pemberian pengajaran bahasa kedua pada masa anak-anak
memiliki keunggulan yang nyata.

Bilingualisme. Terdapat separuh populasi anak di dunia adalah


memiliki kemampuan berbicara dengan fasih dua bahasa atau lebih

46
(Hoff-Genberg, 1997). Anak yang memiliki kemampuan ini biasanya
dibesarkan di keluarga yang memiliki dua bahasa atau tinggal ditempat
yang memiliki bahasa tertentu. Arti bilingual tidak hanya menguasai dua
bahasa atau lebih secara lisan, dalam video yang berjudul, “Teacher Use
of Sign Language” di Ormrod Teacher Prep Course, ialah bahasa inggris
dan bahasa isyarat tunarungu.

Menurut penelitian anak-anak billingual terdapat keuntungan-


keuntungan nyata dalam perkembangan kesadaran metalinguistik nya.
Seperti pada awal Sekolah Dasar, anak bilingual memiliki kesadaran
fonologis yaitu memiliki kesadaran lebih besar terhadap bunyi-bunyi
individual atau Venom kesadaran tersebut sangat baik bagi anak-anak
bilingual untuk belajar membaca. Ketika anak sudah fasih dalam
berbicara 2 bahasa, ia cenderung menunjukkan performa yang lebih baik
di dalam situasi ia memerlukan fungsi kognitif yang tinggi seperti tes tes
intelegensi dan tugas-tugas yang memerlukan kreativitas. Selain itu
bilingualisme juga memiliki keuntungan bagi kultural dan personal.
Terakhir, keuntungan bilingualisme adalah memiliki manfaat sosial di
kelas Di mana para siswa yang berbeda di bicara hanya dalam satu atau
dua bahasa yang berbeda seorang anak dapat meningkatkan interaksi
dengan memahami lintas budaya diantara mereka melalui bahasa dan
budayanya

Mendorong bilingualisme. Untuk mempelajari bahasa asing


terdapat beberapa metode yang tepat, tergantung situasi seperti seorang
yang yang mempelajari bahasa asing sembari tetap tinggal di tanah air
sendiri maka metode pendalaman yang intensif adalah metode yang
sangat tepat dengan melibatkan listening dan speaking bahasa asing
tersebut secara eksklusif dalam kelas. Namun, hal tersebut bisa sangat
mengganggu performa akademik para siswa dari negara lain yang
berimigrasi ke negara tersebut bagi para siswa imigran pendidikan
bilingual yang belajar proses belajar mengajarnya di kelas mendorong

47
meningkatkan prestasi akademik meningkatkan rasa percaya diri dan
berkembang sikap yang lebih positif.

Pendalaman memang memberikan hasil yang positif bagi siswa


namun jika pendidikan di bilingual memberikan hasil yang lebih baik
bagi siswa lainnya.

Diingatkan kembali bahwa bahasa memberikan landasan yang


sangat penting bagi perkembangan kognitif karena berhasil memberikan
simbol-simbol untuk mempresentasikan dunia secara mental dan juga
bahasa memungkinkan anak bertukar gagasan dengan yang lain dan juga
bahasa membantu anak menginternalisasikan strategi kognitif yang
canggih dan masih banyak manfaat dalam mempelajari bahasa kedua
atau bilingualisme.

BAB III

KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Ada teori Jean Piaget dan teori Lev Vygotsky merupakan teori yang
penting, teori tersebut melakukan pendekatan terhadap perkembangan kognitif
dari sudut yang berbeda, namun masing-masing memberikan banyak petunjuk
mengenai cara terbaik mendorong perkembangan kognitif para siswa. Terdapat
tiga kelompok siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu pertama,
siswa dari kelompok minoritas, kedua siswa siswa imigran yang sedang belajar

48
bahasa baru lalu yang ketiga siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus. Anak
muda juga mempelajari beragam aturan sosial mengenai interaksi dan dialog
dari keluarga dan kelompok etnik nya meskipun tidak terdapat periode sensitif
yang mutlak, pada pemberian pengajaran bahasa kedua pada masa anak-anak
memiliki keunggulan yang nyata. Siswa-siswa tersebut tidak hanyalah
mempelajari suatu bahasa yang baru, namun mereka juga harus menghadapi
kurikulum baru yang mungkin tidak sesuai dengan latar belakang akademik
mereka.

Dalam terminologi Piaget, hal-hal yang dipelajari dan yang dapat


dilakukan anak-anak diorganisasikan sebagai skema, yaitu kumpulan tindakan
dan pikiran yang serupa, yang digunakan secara berulang dalam rangka
merespon lingkungan. Pengetahuan dan proses berpikir yang semakin
terorganisasi secara progresif memungkinkan anak-anak berpikir dengan cara-
cara yang semakin kompleks dan logis. dalam situasi semacam itu, terjadilah
salah satu dari 2 bentuk akomodasi seperti anak-anak memodifikasi skema yang
telah ada sehingga sesuai dengan objek atau peristiwa baru, atau membentuk
rancangan yang sama sekali baru, yang sesuai dengan objek atau peristiwa yang
dialami. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak sering berada dalam kondisi
ekuilibrium yang di mana mereka dapat menafsirkan dan merespon peristiwa-
peristiwa baru dengan menggunakan skema skema yang sudah ada.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk
kedepannya dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca nantinya.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

50

Anda mungkin juga menyukai