Bagaimana tanggapan anda menyikapi penerimaan dan SELEKSI SDM Rumah Sakit
Swasta dan Pemerintah, bagaimana anda menyikapinya?
SELEKSI SDM Rumah Sakit Swasta lebih ketat dan karyawanlah yg harus
mengikuti aturan yg berlaku, jika dibanding RS Pemerintah. Contoh di RS
pemerintah tempat saya bekerja, untuk penerimaan dokter spesialis kontrak
tidak disertai dengan MoU kesepakatan yang jelas, sehingga RS yang sering
mengikuti permintaan jadwal spesialis, sehingga BEBAN KERJA SPESIALIS kurang
dari target. Hal ini tentu saja berakibat RS rugi menggaji tenaga kontrak tsb.
Ketidaktegasan pihak manajemen, kurangnya kompetensi manajemen RS
Pemerintah, koordinasi dan kolaborasi antar bidang kurang baik akan berdampak
pada efektifitas dan efisiensi pelayanan RS Pemerintah.
Sikap saya terkait ini, yaitu mengusulkan ke pihak manajemen untuk menyiapkan
draft MoU kesepakatan yang jelas termasuk reward dan punishment jika bekerja
tidak sesuai yg diharapkan.
Bila anda sebagai Pimpinan RS,perlukah dilakukan Analisa jabatan pada struktur
organisasi RS Yang anda nahkodai? Bagaimana cara melakukan hal tersebut pada RS
Pemerintah dan Swasta?
Perlu sekali karena BERMANFAAT UNTUK :
1. Pemahaman yang Lebih Baik tentang Tugas dan Tanggung Jawab: Analisis jabatan
membantu dalam merinci tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh setiap
posisi di rumah sakit. Hal ini membantu para pegawai dan manajemen memahami apa
yang diharapkan dari mereka.
2. Pemilihan Karyawan yang Tepat: Dengan memahami persyaratan dan kriteria yang
diperlukan untuk setiap jabatan, rumah sakit dapat memilih karyawan yang paling
sesuai dengan setiap posisi. Ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas karena
karyawan sesuai dengan tugas mereka.
3. Penyusunan Struktur Organisasi yang Efektif: Analisis jabatan membantu dalam
merancang struktur organisasi yang sesuai. Ini melibatkan pengelompokan posisi dan
pembagian tugas dan tanggung jawab secara efisien untuk mendukung operasi rumah
sakit.
4. Pengembangan Rencana Karir: Dengan mengetahui persyaratan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk berbagai posisi, rumah sakit dapat merancang rencana karir yang jelas
untuk karyawannya. Hal ini dapat membantu dalam pengembangan karyawan,
meningkatkan motivasi, dan mempertahankan bakat terbaik.
5. Penilaian Kinerja yang Objektif: Analisis jabatan menyediakan dasar objektif untuk
mengevaluasi kinerja karyawan. Ini memungkinkan manajemen untuk mengukur sejauh
mana karyawan telah memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka.
6. Pemahaman yang Lebih Baik tentang Kompensasi: Dengan mengetahui kompleksitas
tugas dan tanggung jawab yang terlibat dalam setiap jabatan, rumah sakit dapat
mengembangkan sistem kompensasi yang lebih adil dan kompetitif.
7. Pengembangan Program Pelatihan: Analisis jabatan dapat membantu rumah sakit
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan karyawan. Ini dapat membantu dalam merancang
program pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab karyawan.
8. Kepatuhan Hukum: Analisis jabatan juga membantu rumah sakit dalam memastikan
bahwa mereka mematuhi semua peraturan dan undang-undang yang berlaku terkait
dengan penggajian, kesetaraan gender, dan perlakuan yang adil di tempat kerja.
Dengan melakukan analisis jabatan secara teratur, rumah sakit dapat memastikan
bahwa mereka memiliki pegawai yang tepat di tempat yang tepat dan bahwa operasi
mereka berjalan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat berdampak positif pada
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dan pada keberlanjutan rumah sakit
sebagai lembaga.
Untuk di RS Swasta ini lebih mudah dilakukan, namun untuk di Rs Pemerintah, masih
banyak kendala seperti :
1. Birokrasi yang Rumit: Rumah sakit pemerintah seringkali berada dalam struktur birokrasi
yang kompleks, yang dapat memperlambat proses analisis jabatan. Proses persetujuan
dan koordinasi mungkin lebih rumit daripada di sektor swasta.
2. Kurangnya Sumber Daya:, termasuk anggaran dan SDM. Hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan untuk melakukan analisis jabatan yang komprehensif.
3. Regulasi yang Ketat: sering kali tunduk pada regulasi dan kebijakan yang ketat, termasuk
dalam hal penggajian dan rekrutmen. Hal ini dapat mempengaruhi cara analisis jabatan
dilakukan dan bagaimana penggajian dan promosi karyawan diatur.
4. Perubahan Kebijakan: Kebijakan dan peraturan di sektor pemerintah dapat berubah
dengan cepat sebagai respons terhadap perubahan politik dan ekonomi. Hal ini dapat
membuat analisis jabatan menjadi sulit karena perlu terus-menerus disesuaikan dengan
perubahan tersebut.
5. Peran Pemerintah dalam Pengaturan Gaji: Sistem gaji dan tunjangan di rumah sakit
pemerintah seringkali diatur oleh badan pemerintah, yang mungkin memiliki aturan
yang ketat. Ini dapat membatasi fleksibilitas dalam menentukan kompensasi
berdasarkan analisis jabatan.
6. Proses Pengadaan yang Lambat: Proses rekrutmen dan pengadaan karyawan di sektor
publik seringkali melibatkan sejumlah prosedur dan tahapan yang lambat. Hal ini dapat
menyulitkan pengisian posisi berdasarkan hasil analisis jabatan.
7. Keterbatasan Teknologi dan Sistem Informasi: Beberapa rumah sakit pemerintah
mungkin memiliki keterbatasan dalam teknologi dan sistem informasi, yang dapat
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan analisis jabatan yang efisien.
ACUAN:
Analisis Beban Kerja PNS, Pusat Kajian Kinerja Sumber Daya Aparatur. Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta, 2007.
Kemenpan RB. (2020). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Analisis Jabatan Dan Analisis Beban Kerja.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA RUMAH SAKIT. Penulis : Drs. Manahati Zebua, M.Kes. MM.