Anda di halaman 1dari 5

Nama : Radhit Febrianto Putra

NIM : 213310737

Kelas : Ners TK III

Resume keperawatan tanggap darurat bencana

Protokol penanganan medis korban bencana

Penanggulangan bencana alam tahun ini harus dilakukan dengan menyesuaikan


kondisi pandemi Covid-19. Upaya mitigasi bencana juga perlu disiapkan dengan
matang oleh pemerintah daerah ataupun pihak-pihak yang terkait. Hal ini bertujuan
untuk menekan penularan Covid-19 di lokasi pengungsian

Di pengungsian harus dipastikan masyarakat mendapatkan masker cadangan, hand


sanitizier, alat makan pribadi dan tempat evakuasi yang dirancang untuk menjaga
jarak pengungsi. Dan harus ada petugas kesehatan di sekitar pengungsian.
Satgas Penanganan Covid-19 meminta pemerintah daerah, khususnya yang
wilayahnya rawan bencana, segera menyiapkan segala peralatan dan fasilitas sesuai
protokol kesehatan. Bagi masyarakat tetap patuhi 3M, memakai masker, mencuci
tangan dan menjaga jarak selama di lokasi pengungsian.
"Ingat, protokol kesehatan merupakan langkah yang penting untuk melindungi diri
kita dan orang-orang terdekat dari Covid-19. Pemerintah daerah juga harus lakukan
monitoring yang ketat termasuk testing dan tracing jika dibutuhkan di lokasi
pengungsian," ujarnya.

Innitial assesment pada korban saat bencana

1). (Airway)

Apabila pasien memberi respon dengan suara normal maka jala napas itu normal
(paten). Tanda-tanda adanya obstruksi jalan napas atau jalan napas yang terganggu
adalah sebagai berikut :

* Adanya suara bising (seperti stridor)


* Sesak napas (kesulitan bernapas)

* Resirasi paradox

* Penurunan tingkat kesadaran

* Adanya suara mendengkur

Penanganan masalah Airway adalah :

* Head tilt and chin lift

* Pemberian oksigen

* Suction

2). B (Breathing)

Apakah ada sesak nafas ? pada komponen ini penilaian bisa dilakukan dengan
penilaian frekuensi respirasi, apakah normal ? Apakah lambat ? apalah terlalu cepat ?
Apakah tidak ada ? Apakah ada sianosis ? Berikut adalah penilaian yang perlu
dilakukan dalam tahap penilaian pernapasan :

* Frekuensi

* Adanya retraksi dinding dada

* Perkusi dada

* Auskultasi paru

* Oksimetri (97%-100%)

Penanganan dalam maasalah pernapasan “

* Berikan posisi yang nyaman

* Menyelamatkan jalan napas

* Pemberian bantuan napas/oksigen

* Pemberian inhalasi

* Pemberian Ventilasi Bag-Mask

* Dekompresi ketegangan apabila ada pneumothorax

3). C (Circulation)

Pada penilaian sikulasi ini menitikberatkan pada penilaian tentang sirkulasi darah
yang dapat dilihat dengan penilaian sebagai berikut :

* Warna kulit
* Bekeringat

* CRT (Capillary Refill time)<2 detik

* Palpasi denyut nadi (60-100) menit

* Auskultasi jantung (sistolik 100-140 mmHg)

* Penilaian EKG

Penanganan masalah sirkulasi adalah sebagai berikut :

* Menghentikan pendarahan (apabila ada)

* Mengangkat kaki lebih tinggi dari kepala

* Akses intravena

* Pemberian infus saline

4). D (Disability)

Disability menilai tentang tingkat kesadaran, dapat dengan cepat dinilai menggunakan
metode AVPU :

* A (alert) – Kewaspadaan

* V (voice responsive) – Respon Suara

* P (pain responsive) – Respon Rasa Nyeri

* U (unresponsive) – Tidak Responsif

* Reflex pupil terhadap cahaya

* Kadar gula darah

* Gerakan (movement)

Penanganan masalah disability adalah sebagai berikut :

* Tangani jalan napas

* Manajemen pernapasan

* Manajemen sirkulasi

* Pemulihan posisi

* Manajemen glukosa untuk hipoglikemia

5). E (Exposure)

Adanya suatu trauma dapat mempengaruhi exposure, reaksi kulit, adanya tusukan dan
tanda-tanda lain yang harus diperhatikan. Dalam penilaian exposure dapat
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

* Eksposur kulit

* Keadaan suhu tubuh

Penanganan masalah exposure adalah sebagai berikut :

* Berikan perawatan untuk mengatasi trauma

* Cari penyebab utama

Metode Psikological first aid pada saat bencana

Belakangan ini bencana alam cukup sering terjadi, seperti banjir, gempa bumi dan
longsor. Ternyata, bencana alam bukan hanya menyebabkan rusaknya bagunan dan
rumah warga, melainkan juga berdampak pada kondisi psikologis korban akibat
trauma yang dialami pasca bencana.
Diperlukan adanya dukungan psikologis bagi para korban, salah satunya
melalui physicological first aid (PFA). Apa itu?
PFA adalah pertolongan pertolongan pertama untuk korban bencana maupun orang
yang mengalami kejadian traumatis. Selain itu PFA juga digunakan untuk mengatasi
dan menekan dampak dari bencana atau kondisi darurat.
PFA bersifat suportif, humanis dan praktis. Psychological First Aid pertama kali
dikembangkan di Amerika oleh Nasional Child Traumatik Stress Network and
National Center for PTSD. PFA ini direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia, Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Masyarakat yang
merupakan organisasi kemanuasiaan.
Hal yang bisa dilakukan bisa berupa membantu korban mendapatkan makanan,
minuman dan pakaian. Setelah korban sudah dalam kondisi yang aman, kamu bisa
mulai mencatat kekhawatiran dan keperluan korban. Jadilah pendengar yang baik,
tetapi tidak memaksa korban untuk berbicara. Kamu juga membantu korban untuk
mendapatkan informasi dan bantuan lain yang dibutuhkannya

Tujuan utama PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi permasalahan yang
dialami. Jadi, sangat penting untuk membuat penyintas lebih berdaya dan tidak hanya
bergantung pada penolong.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bnpb.go.id/index.php/berita/protokol-kesehatan-harus-diterapkan-dalam-
penanggulangan-bencana

https://sejawatforher.com/article/mengulik-initial-assessment-evaluasi-awal-di-
keperawatan-gawat-darurat
https://linisehat.com/psychological-first-aid-pfa-untuk-korban-bencana/

Anda mungkin juga menyukai