Rumah adat baileo sebenarnya merupakan milik suku Huaulu yang merupakan
penduduk asli Pulau Seram, Ambon. Saat akan mendirikan rumah adat Baileo akan
diadakan semacam upacara ritual terlebih dahulu. Hal ini agar bangunan bisa
bertahan lama dan yang meninggalinya bisa selamat dari mara bahaya.
Parang Salawaku adalah salah satu senjata tradisional Maluku yang berbentuk sepasang
parang dan perisai. Istilah Parang Salawaku ini terdiri atas dua kata penyusun, yakni
parang dan salawaku. Kata parang memiliki arti yaitu pisau besar, walaupun lebih
pendek dibandingkan pedang. Sementara untuk kata salawaku memiliki arti yaitu
perisai.
Makanan Woku Komo-Komo ini terbuat dari sagu yang mana memang merupakan
salah satu makanan pokok masyarakat Maluku. Cara pembuatan makanan khas Woku
Komo-Komo ini pun sederhana, yakni sagu yang diperoleh dari pelepah pohon sagu akan
direndam selama kurang lebih satu jam. Lalu, diberikan bumbu yang tentunya penuh
dengan rempah-rempah, mulai dari bawang putih, bawang merah, merica, jahe, santan,
dan lainnya.
Upacara adat sasi hampir dilakukan di seluruh daerah di Maluku dan Papua. Upacara ini
dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup. Biasanya, upacara sasi dilakukan
untuk keberlangsungan hidup di wilayah laut. Namun, upacara ini juga bisa dilakukan di
darat. Sasi merupakan kearifan lokal yang berupa larangan pengambilan hasil panen
dalam jangka waktu tertentu. Cara ini dilakukan untuk menjaga ekosistem, salah
satunya ekosistem laut.
Awal mulanya, tari Cakalele berfungsi sebagai tari perang saja. Namun sekarang, tujuan
tari tersebut sudah berkembang menjadi penampilan untuk menyambut tamu dan
perayaan adat. Tari ini biasa dipentaskan beramai-ramai dengan jumlah penari yang bisa
mencapai 30 orang.Terdiri dari laki-laki dan perempuan, setiap dari mereka nantinya
akan berpasangan.
Burung Tantina
Burung Tantina merupakan lagu yang memiliki judul lain yakni Sio Tantina, asalnya dari
kata Sio yang berarti Burung. Lagu ini bercerita tentang seekor burung Tantina yang
sedang kesakitan.