Disusun Oleh:
KELOMPOK B1
Ridha Ayu Cesaria_2310101049
Afifah Nur Istiqomah_2310101053
Andiny Nurul Syifa Qalbun Walidun_2310101055
Penulis
ii | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Definisi Perpindahan Panas....................................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Perpindahan Panas............................................................................3
2.2.1 Konduksi............................................................................................................3
2.2.2 Konveksi.............................................................................................................6
2.2.3 Radiasi................................................................................................................9
2.2.4 Evaporasi.........................................................................................................10
2.3 Hubungan Perpindahan Panas dan Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu
Kebidanan.....................................................................................................................11
2.3.1 Hubungan Perpindahan Panas Dalam Ilmu Kebidanan............................12
2.3.2 Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu Kebidanan............................................14
BAB III..............................................................................................................................20
PENUTUP.........................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................21
iii | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
DAFTAR GAMBAR
iv | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perpindahan panas
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis perpindahan panas dan pengertiannya
3. Untuk mengetahui hubungan perpindahan panas dan keterkaitan konveksi
dalam ilmu kebidanan
Panas adalah suatu jenis energi yang berpindah dari satu sistem ke sistem
lain melalui perbedaan suhu. Ilmu yang menentukan tingkat perpindahan
energi adalah perpindahan panas. Persyaratan dasar untuk perpindahan panas
adalah perbedaan suhu. Tidak ada perpindahan panas bersih antara dua media
yang suhunya sama. Sama seperti perbedaan tegangan yang mendorong aliran
arus dan perbedaan tekanan yang mendorong aliran fluida, perbedaan suhu
juga mendorong perpindahan panas. Tingkat perpindahan panas pada suatu
arah tertentu bergantung pada besarnya gradien (perbedaan suhu atau laju
perubahan suhu per satuan panjang) pada arah tersebut. Semakin besar gradien,
semakin tinggi tingkat perpindahan panasnya.
𝑞𝑘 = −
k°A
Δx [ β
2
2 2
+ T ₂₋T ₁+ (T ₂ ₋T ₁ ) …………………… ]
(2.3)
2.2.2 Konveksi
a. Pengertian
Konveksi merupakan perpindahan kalor yang disertai
dengan perpindahan partikel perantaranya. Contohnya seperti
perpindahan kalor pada zat cair yang dipanaskan, ventilasi
rumah, cerobong asap, AC, kipas angin, angin darat, dan angin
laut. Pada umumnya, konveksi terjadi pada gas dan zat cair.
2.2.3 Radiasi
a. Pengertian
2.2.4 Evaporasi
a. Pengertian
Evaporasi (penguapan) merupakan sebuah proses
perubahan wujud molekul air dari permukaan bumi menjadi
molekul uap air di atmosfer. Penguapan dibedakan menjadi
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah penguapan yang
terjadi pada permukaan air, sedangkan transpirasi adalah
penguapan yang terjadi karena peran tumbuh-tumbuhan.
Transpirasi terjadi karena jumlah air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi tidak semuanya dapat mengalir karenas
ebagian ditahan oleh tumbuh-tumbuhan. Menurut Sri Harto,
kejadian evaporasi terdiri dari dua kejadian yang saling
bertautan, yaitu interface evaporation dan vertical vapor transfer.
Interface evaporation adalahatransformasi air menjadi uap air di
bagian permukaan, sedangkan verticalvapor transfer adalah
10 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
proses pemindahan lapisan udara yang kaya dengan uapaair
akibat dari proses interface evaporation.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
evaporasi, yaitu:
Suhu
Jika suhu lebih tinggi, molekul-molekul dalam suatu
zat akan bergerak lebih cepat dan akan menghasilkan
energi kinetik yang lebih tinggi. Hal ini akan
menyebabkan evaporasi terjadi lebih cepat.
Luas Permukaan
Luas permukaan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi laju evaporasi. Luas permukaan adalah
jumlah ruang di luar suatu benda. Ketika suatu zat
memiliki luas permukaan yang lebih besar, zat itu akan
menguap lebih cepat. Misalnya, saat mengeringkan
pakaian maka baiknya pakaian dilebarkan agar permukaan
lebih banyak terpapar panas.
Tekanan
Tekanan adalah ketika ada gaya fisik yang
mendorong suatu benda. Oleh karena itu, jika ada lebih
sedikit tekanan pada suatu zat, maka zat itu akan menguap
lebih cepat.
11 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
Pembentukan awan berawal dari penguapan air dari
permukaan bumi
Uap dari panci di atas api
Es batu yang meleleh pada suhu kamar, karena begitu
air berada dalam bentuk cair maka akan mulai menguap
12 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar yang
lebih dingin, misalkan bayi diletakkan di ruang yang dingin
dan bayi dibiarkan tidak memakai pakaian.
2) Konduksi
Panas tubuh bayi merambat dari kulit tubuh ke permukaan
yang lebih dingin, misalkan popok basah tidak langsung
diganti dan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin.
3) Evaporasi
Panas tubuh bayi menguap bersama cairan/air ketuban yang
membasahi kulit, misalkan tubuh bayi tidak langsung
dikeringkan pada saat setelah dimandikan.
4) Konveksi
Panas tubuh bayi mengalir bersama udara di sekeliling bayi,
misalkan diletakkan diruang terbuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan suhu tubuh pada bayi
baru lahir, sebagai berikut:
1) Lingkungan
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stres
akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat
mengatur suhu tubuh sendiri. Suhu lingkungan saat bayi di
dalam rahim ibu bersuhu rata-rata 37 °C, kemudian saat
bayi lahir masuk ke dalam lingkungan suhu ruangan
persalinan yaitu 25 °C hal ini menyebakan bayi mengalami
penurunan atau kehilangan panas akibat perbedaan suhu di
dalam rahim dan di luar rahim (Setyorini & Satino, 2015).
2) Berat Badan
Bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah yaitu
<2500 gram, lebih rentan terkena hipotermia daripada bayi
baru lahir dengan berat badan normal yaitu 2,5 kg 4 kg
(Hikmah, 2016). Berat badan bayi juga mempengaruhi
kehilangan panas pada bayi, dimana luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan bayi,
13 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
kulit yang tipis dan sedikitnya lemak coklat mempengaruhi
terjadinya ketidakstabilan suhu (Jamil et al., 2017).
3) Umur Kehamilan
Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
(dihitung dari hari pertama, haid terakhir), yang disebut
juga preterm, dimana bayi lahir tidak cukup bulan
mengalami kehilangan panas badan lebih cepat daripada
bayi lahir dengan umur kehamilan aterm (37-42 minggu)
(Jamil et al., 2017). Pusat pengaturan panas tubuh pada bayi
tersebut belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, permukaan badan relatif luas, sumber panas sedikit
atau belum terbentuk dan kulit yang tipis mengakibakan
bayi tidak mampu memproduksi panas yang cukup. Bayi
lahir kurang minggu harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim, bila tidak
ada inkubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan
letakkan botol yg berisi air panas di samping bayi sehingga,
panas badannya dapat dipertahankan (Jamil et al., 2017).
4) Asuhan Kebidanan
Asuhan pada bayi baru lahir yang tidak tepat dapat
menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas seperti
tidak menyelimuti bayi segera setelah lahir, tidak
melakukan tindakan inisiasi menyusui dini minimal selama
satu jam setelah lahir, menimbang dan memandikan bayi
segera setelah lahir. Bayi baru lahir cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya, oleh karena itu sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan
bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya
enam jam setelah lahir (Jamil et al., 2017).
14 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
2.3.2 Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu Kebidanan
Perpindahan panas secara konveksi dalam ilmu kebidanan
berkaitan erat dengan hilangnya panas pada tubuh bayi baru lahir. Hal ini
dikarenakan bayi baru lahir memiliki kemampuan yang terbatas untuk
mengatur suhu tubuhnya sendiri, sehingga mereka rentan terhadap
hipotermia (suhu tubuh rendah). Konveksi merupakan salah satu
mekanisme utama kehilangan panas bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika
udara dingin di sekitar bayi bergerak dan menggantikan udara hangat
yang terperangkap di dekat kulitnya. Dimana udara dingin ini kemudian
akan membawa panas tubuh bayi.
Menurut pendapat lain, konveksi merupakan perpindahan panas
yang terjadi secara sederhana dari selisih temperatur antara permukaan
kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi.
Pergerakan udara yang lebih dingin dari suhu kulit bayi dapat
menyebabkan hilangnya panas secara konvektif. Kulit bayi
menghangatkan udara di atasnya dan udara hangat kemudian akan
tersapu oleh konveksi melalui udara. Contoh keterkaitan konveksi dalam
ilmu kebidanan yaitu, setelah lahir, ketika bayi dibawa ke ruangan
dingin, kemudian dibawa dari ibu ke meja penghangat terdekat. Saat bayi
digendong melalui udara dingin, panas dengan mudah akan keluar dari
kulit dan tersapu. Contoh lain ketika aliran udara dari pintu atau unit
pendingin udara, dan bahkan berjalan melewati bayi. Kemudian,
inkubator dan penghangat dapat membantu mencegah arus konveksi.
Keterkaitan Perpindahan Panas secara Konveksi terhadap Kasus
dibawah ini, yaitu:
Bayi baru lahir yang menangis kuat, langsung di letakkan diatas
perut ibu tanpa dikeringkan dan tanpa ditutupi dengan kain, 5 menit
kemudian bayi tampak biru pada ujung jari tangan dan kaki dan juga di
bibir. Bayi menangis merintih, setelah diperiksa ternyata bayi mengalami
hipothermi.
15 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
Berdasarkan kasus diatas di katakan bahwa bayi tersebut
mengalami hipotermia setelah dilahirkan. Hipotermia terjadi ketika tubuh
kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat dihasilkannya,
sehingga suhu tubuh turun di bawah batas normal. Bayi yang baru lahir
memiliki keterbatasan dalam mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
mereka rentan terhadap hipotermia jika tidak diperhatikan dengan baik
setelah lahir.
Penyebab hipotermia pada bayi baru lahir bisa bermacam-macam,
salah satunya berdasarkan kasus yang ada yaitu paparan langsung
terhadap udara dingin setelah lahir tanpa pengeringan dan pemakaian
kain penutup. Hal ini dapat menyebabkan bayi kehilangan panas
tubuhnya dengan cepat. Selanjutnya bayi yang mengalami Hipotermia
dapat dilihat dari tanda-tanda yang muncul seperti kulit pucat atau
kebiruan, kedinginan, dan mungkin juga menggigil atau rewel.
Keterkaitan perpindahan panas secara konveksi terhadap penurunan
suhu pada bayi baru lahir sehingga mengakibatkan bayi mengalami
hipotermia, hal ini dikarenakan bayi kehilangan panas dari tubuhnya
melalui aliran udara di sekitar bayi yang lebih dingin. Dimana definisi
dari konveksi sendiri merupakan perpindahan panas yang terjadi secara
sederhana dari selisih temperatur antara permukaan kulit bayi dan aliran
udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Hal ini juga dapat terjadi
karena ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara
yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC), atau seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa petugas tidak mengeringkan dan
menyelimuti bayi dengan baik dan segera setelah dilahirkan.
Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolic dan
fisiologis melambat. Kecepatatan pernafasan, jantung melambat, tekanan
darah rendah dan kesadaran hilang sehingga jika tidak ditangani dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu WHO merekomendasikan
asuhan untuk mempertahankan panas dalam asuhan bayi baru lahir yang
disebut
16 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
“the warm chain” yakni 10 prosedur yang saling terkait yang dilakukan
saat lahir dan selama jam serta hari berikutnya untuk meminimalkan
kemungkinan hipotermia pada semua bayi baru lahir, sebagai berikut:
17 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
terhapus selama pengeringan saat lahir. Verniks yang tersisa tidak
perlu dihilangkan karena tidak berbahaya, dapat mengurangi
kehilangan panas dan diserap kembali melalui kulit selama hari-
hari pertama kehidupan. Mandi sebaiknya pada hari kedua atau
ketiga kehidupan selama bayi sehat dan suhunya normal dengan air
hangat diikuti dengan pengeringan cepat. Menimbang bayi saat
lahir juga berisiko kehilangan panas dan harus ditunda selama
beberapa jam. Sebelum menimbang bayi, sebaiknya dibungkus
dengan baik.
6) Appropriate clothing and bedding: Dalam beberapa hari pertama
setelah lahir, bayi baru lahir harus dilindungi dengan pakaian dan
tempat tidur yang sesuai dengan suhu lingkungan. Sebagai aturan
umum, bayi baru lahir membutuhkan satu atau dua lapis pakaian
dan tempat tidur lebih banyak daripada orang dewasa. Pada jam-
jam pertama setelah lahir, pakaian harus selalu menyertakan topi,
karena sebanyak 25% kehilangan panas pada bayi baru lahir
mungkin berasal dari kepala yang tidak tertutup. Pakaian dan
tempat tidur tidak boleh terlalu ketat untuk memungkinkan ruang
udara di antara lapisan karena udara yang terperangkap adalah
penyekat yang sangat efisien. Bedong - kebiasaan membungkus
bayi dengan erat adalah hal yang umum di beberapa budaya dan
harus dihindari. Hal ini akan membatasi gerakan dan dapat
meningkatkan risiko pneumonia dan infeksi pernapasan akut
lainnya karena tidak memungkinkan paru-paru bayi
berkembang sepenuhnya
7) Mother and newborn together: Bayi yang lahir di rumah maupun
di institusi harus tinggal bersama ibunya 24 jam sehari, sebaiknya
di tempat tidur yang sama, di ruangan yang hangat (setidaknya
25°C/77°F). Hal ini dikenal sebagai "rooming-in". Saat ibu dan
bayi bersama, akan lebih mudah menjaga bayi tetap hangat dan
menyusui sesuai waktunya.
18 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
8) Warm transportation: Jika bayi perlu dipindahkan ke rumah sakit,
atau ke bagian lain dari rumah sakit seperti bangsal nifas atau unit
perawatan neonatal, penting untuk menjaga bayi tetap hangat
selama pemindahan. Cara paling sederhana dan teraman untuk
memindahkan sebagian besar bayi baru lahir adalah dengan kontak
kulit ke kulit kontak dengan ibu
9) Warm resuscitation: Sebagian besar bayi baru lahir akan mulai
bernapas secara spontan dalam menit pertama kelahiran. Jika bayi
baru lahir tidak bernapas setelah dikeringkan, ia membutuhkan
bantuan dan resusitasi harus segera dimulai. Sangat penting agar
bayi tetap hangat selama prosedur ini karena bayi baru lahir dengan
asfiksia tidak dapat menghasilkan panas secara efisien dan berisiko
lebih tinggi mengalami hipotermi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat selama resusitasi dapat dilakukan: membungkus bayi
dengan selimut hangat dan membaringkannya di permukaan yang
kering dan hangat, seperti handuk atau selimut hangat, hanya wajah
dan bagian atas dada yang harus dibuka; menempatkan bayi di
bawah sumber panas tambahan seperti pemanas radiasi jika
tersedia. Setelah resusitasi, suhu bayi baru lahir harus diukur dan,
jika perlu, bayi harus dihangatkan kembali dengan
menempatkannya dari kulit ke kulit bersama ibu dan membantunya
memulai menyusui sesegera mungkin.
10) Training and awareness raising: Semua penyedia layanan
kesehatan yang terlibat dalam proses kelahiran dan perawatan bayi
baru lahir selanjutnya (dokter, bidan, perawat bersalin, petugas
kesehatan komunitas, dukun bersalin) perlu dilatih secara memadai
tentang prinsip dan prosedur rantai hangat.
19 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran diatas,dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis
perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Konduksi
adalah proses dimana panas mengalir dari temperatur tinggi menuju temperatur
rendah dalam sebuah medium, konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai
dengan perantaranya, radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi pada
benda-benda terpisah yang bersuhu tinggi menuju suhu rendah, evaporasi
adalah proses pengubahan molekul air dibumi menjadi molekul uap di atmosfer
.
Perpindahan panas tersebut memiliki keterkaitan dengan bidang
kesehatan yaitu pada kasus hipotermi yang terjadi pada bayi yang baru saja
lahir, perpindahan panas secara konveksi akan mengakibatkan bayi mengalami
kehilangan panas saat terpapar udara sekitar yang lebih dingin, hal tersebut
terjadi karena panas tubuh mengalir bersama aliran udara di sekeliling bayi.
20 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran
yang sekiranya bermanfaat, yaitu:
1) Bagi penulis, diharapkan penulis dapat meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman dalam memberikan informasi mengenai keterkaitan
ilmu kebidanan dengan kisika kesehatan khususnya pada makalah ini
mengenai perpindahan panas. Kemudian, diharapkan juga penulis
dapat mengerjakan tugas dengan tepat, sesuai dengan perintah dan
mengumpulkan sesuai dengan deadline yang tertulis.
2) Bagi Pembaca, Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perpindahan panas beserta contoh-contohnya,diharapkan para
pembaca dapat memahami penjelasan yang terdapat di makalah ini
serta mencari pembahasan pembahasan lainnya mengenai materi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
21 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
doktertaura.com, Termoregulasi Bayi Baru Lahir: Menjaga Kehangatan Bayi
Adalah Kunci. https://www.doktertaura.com/2023/09/termoregulasi-bayi-
baru-lahir.html, (Di akses pada 14 Maret 2024 pukul 20.12 WIB).
poltekkes-denpasar.ac.id, Konsep Bayi Baru Lahir Normal (BAB II Tinjauan
Pustaka). http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7380/1/BAB
%20II.pdf, (Di akses pada 14 Maret 2024 pukul 21.10 WIB).
Mesin.ulm.ac.id, Bahan Ajar Perpindahan Panas I HMKK 453,
Perpindahan_Panas_1_full.pdf (ulm.ac.id), (Di akses pada 15 Maret 2024
pukul 20.33 WIB).
Poltekkes-denpasa.ac.id, Konsep Dasar Hipotermia Pada Bayi Prematur, BAB
II Tinjauan Pustaka.pdf (poltekkes-denpasar.ac.id), (Di akses pada 15
Maret 2024 pukul 20.57 WIB).
22 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a