Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HUBUNGAN KONVEKSI TERHADAP BAYI BARU LAHIR


MENURUT ILMU KEBIDANAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK B1
Ridha Ayu Cesaria_2310101049
Afifah Nur Istiqomah_2310101053
Andiny Nurul Syifa Qalbun Walidun_2310101055

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2023/202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul
“Hubungan Konveksi Terhadap Bayi Baru Lahir Menurut Ilmu Kebidanan ” dapat
diselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Fisika Kesehatan. Program Studi
Kebidanan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak yang membantu kelancaran pembuatan makalah
hingga selesai.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pratika Wahyuhidaya, S.Keb., M.Keb, selaku dosen pembimbing mata
kuliah Fisika Kesehatan yang telah memandu penulis dalam penulisan
makalah ini.
2. Rekan-rekan penulis sesama pejuang S.Keb di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta dan semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan,
dukungan serta masukan dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan kemampuan maupun pengalaman, oleh karena
itu diharapkan saran masukan yang membangun demi penyempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima dan
dipertimbangkan sebagaimana mestinya. Aamiin Yra.

Yogyakarta, 14 Maret 2024

Penulis

ii | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Definisi Perpindahan Panas....................................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Perpindahan Panas............................................................................3
2.2.1 Konduksi............................................................................................................3
2.2.2 Konveksi.............................................................................................................6
2.2.3 Radiasi................................................................................................................9
2.2.4 Evaporasi.........................................................................................................10
2.3 Hubungan Perpindahan Panas dan Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu
Kebidanan.....................................................................................................................11
2.3.1 Hubungan Perpindahan Panas Dalam Ilmu Kebidanan............................12
2.3.2 Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu Kebidanan............................................14
BAB III..............................................................................................................................20
PENUTUP.........................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................21

iii | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding....................................4


Gambar 2 Proses Perpindahan Panas..................................................................7
Gambar 3 Perpindahan Panas Konveksi.............................................................8
Gambar 4 Perpindahan Panas Radiasi................................................................9

iv | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan panas merupakan proses berpindahnya suatu energi (kalor)
dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada
daerah tersebut. Perpindahan panas meliputi proses pemasukan dan
pengeluaran panas.Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya
perbedaan temperatur pada daerah tersebut.
Panas dapat berpindah melalui empat cara yaitu konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi. Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan
panas yang terjadi karena perpindahan molekul yang membawa panas. Dalam
prosesnya, perpindahan kalor terjadi saat partikel yang dipanaskan bergerak
menjauhi sumbernya dan partikel yang lebih dingin mendekati sumber
panas.Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi
bebas ( free convection ) dan konveksi paksa ( forced convection ) menurut
cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata –
mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien
suhu, maka disebut konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan
mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti pompa atau kipas,
maka prosesnya disebut konveksi paksa.
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari), dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menuju
luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa
muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes
RI, 2020). Dalam hal ini, khususnya berkaitan terhadap perpindahan panas.
Dalam dunia kesehatan perpindahan panas secara konveksi
mengakibatkan bayi mengalami hipotermi,dimana bayi akan kehilangan panas
tubuhnya saat terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

1|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu perpindahan panas?
2. Apa saja jenis-jenis perpindahan panas dan pengertiannya?
3. Apa hubungan perpindahan panas dan keterkaitan konveksi dalam ilmu
Kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perpindahan panas
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis perpindahan panas dan pengertiannya
3. Untuk mengetahui hubungan perpindahan panas dan keterkaitan konveksi
dalam ilmu kebidanan

2|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perpindahan Panas

Ilmu termodinamika mempelajari bahwasannya energi ditransfer melalui


interaksi antara suatu sistem dan lingkungannya. Interaksi tersebut meliputi
perpindahan energi yang melibatkan panas dan kerja, serta perpindahan energi
yang berkaitan dengan laju aliran massa. Termodinamika berkaitan dengan
keadaan akhir dari proses di mana interaksi terjadi, serta transfer energi bersih
melalui panas dan kerja ke proses tersebut.

Panas adalah suatu jenis energi yang berpindah dari satu sistem ke sistem
lain melalui perbedaan suhu. Ilmu yang menentukan tingkat perpindahan
energi adalah perpindahan panas. Persyaratan dasar untuk perpindahan panas
adalah perbedaan suhu. Tidak ada perpindahan panas bersih antara dua media
yang suhunya sama. Sama seperti perbedaan tegangan yang mendorong aliran
arus dan perbedaan tekanan yang mendorong aliran fluida, perbedaan suhu
juga mendorong perpindahan panas. Tingkat perpindahan panas pada suatu
arah tertentu bergantung pada besarnya gradien (perbedaan suhu atau laju
perubahan suhu per satuan panjang) pada arah tersebut. Semakin besar gradien,
semakin tinggi tingkat perpindahan panasnya.

2.2 Jenis – Jenis Perpindahan Panas

Secara umum Perpindahan Panas terbagi menjadi 4 mekanisme, sebagai


berikut:
2.2.1 Konduksi
a. Pengertian

Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari


daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur

3|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum.
Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar. Konduksi adalah satu-satunya
mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang
tidak tembus cahaya.

Gambar 1 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan


panas konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal
sesuia dengan peramaan berikut.
Persamaan Dasar Konduksi:
dt
qk  kA .............................................(2.1)
dx
Keterangan :
q = Lanjut Perpindahan Panas (kj / det, W)
k = Konduktifitas Termal (W/m.ºC)
A = Luas Penampang (m²)
dT = Perbedaan Temperatur ( ºC, ºF )
dX = Perbedaan Jarak (m / det )

4|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


ΔT = Perubahan Suhu ( ºC, ºF )
dT/dx = gradient temperatur kerah perpindahan kebutalor
Konstanta positif “k” disebut konduktifitas atau
kehantaran ternal benda itu, sedangkan tanda minus disisipkan
agar memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala temperature.
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah
perbandingan antara laju aliran panas yang melintas permukaan
isothermal dan gradient yang terdapat permukaan tersebut
berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap titik
dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan
hukum Fourier.
Dalam penerapan hokum Fourier (persamaan 2.1 ) pada
suatu dinding datar, jika persamaan tersebut di integrasikan
maka akan didapatkan :
kA
𝑞𝑘= ( T₂₋ 𝑇₁)...................................................................
Δx
(2.2)
Bila mana konduktivitas ternal (thermal conductivity)
dianggap tetap. Tebal dinding adalah Δx, sedangkan T₁ dan T ₂
adalah temperatur muka dinding. Jika konduktivitas berubah
menurut hubungan linear dengan temperatur, seperti
k= k˳(1 +𝛽T), maka persamaan aliran kalor menjadi :

𝑞𝑘 = −
k°A
Δx [ β
2
2 2
+ T ₂₋T ₁+ (T ₂ ₋T ₁ ) …………………… ]
(2.3)

Perpindahan panas secara konduksi ini juga merupakan


perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak
diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik.
Molekul-molekul bena yang panas bergetar lebih cepat
dibantingkan molekul-molekul benda yang berada dalam

5|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, enaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan
panas.

Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah


perbandingan antara laju aliran panas yang melintas permukaan
isothermal dan gradient yang terdapat pada permukaan tersebut
berlaku pada setiap titik dalam suatu benda dalam setiap titik
dalam suatu benda pada setiap waktu yang di kenal dengan
hukum fourier.

b. Contoh Perpindahan Panas Secara Konduksi


Beberapa contoh perpindahan panas secara konduksi,
antara lain:
 Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat
atau panas jika ujung benda tersebut dipanaskan.
Misalnya, ketika kita memegang kembang api yang
sedang dibakar, atau memegang penggaris besi yang
ujungnya dipanaskan dengan lilin.
 Knalpot motor menjadi panas saat mesin
dihidupkan.
 Tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk
menutup rebusan air.

2.2.2 Konveksi
a. Pengertian
Konveksi merupakan perpindahan kalor yang disertai
dengan perpindahan partikel perantaranya. Contohnya seperti
perpindahan kalor pada zat cair yang dipanaskan, ventilasi
rumah, cerobong asap, AC, kipas angin, angin darat, dan angin
laut. Pada umumnya, konveksi terjadi pada gas dan zat cair.

6|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan menjadi 2
menurut cara menggerakkan alirannya, yaitu:
1) Konveksi bebas (free convection)
Konveksi bebas (free convection) adalah
perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan
beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang
mendorongnya. Konveksi bebas dapat terjadi karena ada
arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya
apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa
dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas
fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Contoh konveksi alamiah: aliran fluida yang melintasi
radiator panas.
2) Konveksi paksa (forced convection)
Konveksi paksa (forced convection) adalah
perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan
adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat pula terjadi
karena arus fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu
peralatan mekanik (contoh: pompa dan pengaduk), jadi
arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan
densitas.

Contoh konveksi paksa: pelat panas dihembus udara


dengan kipas/blower

Gambar 2 Proses Perpindahan Panas

7|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang
mengalir didalam saluran tertutup seperti pada gambar 2.2
merupakan contoh proses perpindahan panas.
Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu
dapat di hitung dengan persaman:
𝑞 = −ℎ𝐴 (T w - T ∞)..........................................................(2.4)
Keterangan :
q = Laju perpindahan panas ( kj/det atau W )
h = Koefisien perpindahan panas konveksi ( W/ m 2. ℃ )
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas ( ft 2.m 2)
T w= Temperatur dingin ( ℃, K )
T ∞= Temperatur Sekeliling ( ℃ , K )
Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi
hukum II thermodinamika, sedangkan panas yang di
pindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ).
Persamaan (2.4) mendefinisikan tahanan panas terhadap
konveksi. Koefisien pindah panas permukaan h, bukannlah
suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju
pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.

Gambar 3 Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan konveksi paksa pada dalam


kenyataanya sering dijumpai, karena dapat meningkatkan
efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida
dengan fluida yang lain.

8|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


b. Contoh Perpindahan Panas Secara Konveksi
Beberapa contoh perpindahan panas secara konveksi,
antara lain:
 Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan.
 Gerakan naik dan turun kacang hijau, kedelai, dan
sebagainya ketika dipanaskan.
 Terjadinya angin darat dan angin laut.
 Gerakan balon udara.
 Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi.

2.2.3 Radiasi
a. Pengertian

Radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda


yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-
benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang
hampa di antara benda - benda tersebut.

Gambar 4 Perpindahan Panas


Radiasi
Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur,
yang dipindahkan melalui ruang antara, dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Bila energi radias menimpah suatu
bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan
sebagian diteruskan seperti gambar 2.3 sedangkan besarnya
energi :
Q pancaran= 𝜎AT 4……………………. ( 2.5 )

9|Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


Dimana:
Q pancaran = laju perpindahan panas ( W )
𝜎𝜎 = konstanta boltzman ( 5,669.10−8 W /m 2 k 4 )
A = luas permukaan benda (m 2)
T = suhu absolut benda ( ℃ )

b. Contoh Perpindahan Panas Secara Radiasi


Beberapa contoh perpindahan panas secara radiasi, antara
lain:
 Panas matahari bisa sampai ke bumi walaupun melalui
ruang hampa di luar angkasa.
 Tubuh terasa hangat ketika berada di dekat sumber api,
misalnya api unggun.
 Panas dari lampu ketika menghangatkan telur unggas.
 Pakaian menjadi kering ketika dijemur akibat panas dari
matahari

2.2.4 Evaporasi
a. Pengertian
Evaporasi (penguapan) merupakan sebuah proses
perubahan wujud molekul air dari permukaan bumi menjadi
molekul uap air di atmosfer. Penguapan dibedakan menjadi
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah penguapan yang
terjadi pada permukaan air, sedangkan transpirasi adalah
penguapan yang terjadi karena peran tumbuh-tumbuhan.
Transpirasi terjadi karena jumlah air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi tidak semuanya dapat mengalir karenas
ebagian ditahan oleh tumbuh-tumbuhan. Menurut Sri Harto,
kejadian evaporasi terdiri dari dua kejadian yang saling
bertautan, yaitu interface evaporation dan vertical vapor transfer.
Interface evaporation adalahatransformasi air menjadi uap air di
bagian permukaan, sedangkan verticalvapor transfer adalah

10 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
proses pemindahan lapisan udara yang kaya dengan uapaair
akibat dari proses interface evaporation.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
evaporasi, yaitu:
 Suhu
Jika suhu lebih tinggi, molekul-molekul dalam suatu
zat akan bergerak lebih cepat dan akan menghasilkan
energi kinetik yang lebih tinggi. Hal ini akan
menyebabkan evaporasi terjadi lebih cepat.

 Luas Permukaan
Luas permukaan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi laju evaporasi. Luas permukaan adalah
jumlah ruang di luar suatu benda. Ketika suatu zat
memiliki luas permukaan yang lebih besar, zat itu akan
menguap lebih cepat. Misalnya, saat mengeringkan
pakaian maka baiknya pakaian dilebarkan agar permukaan
lebih banyak terpapar panas.

 Tekanan
Tekanan adalah ketika ada gaya fisik yang
mendorong suatu benda. Oleh karena itu, jika ada lebih
sedikit tekanan pada suatu zat, maka zat itu akan menguap
lebih cepat.

b. Contoh Perpindahan Panas Secara Evaporasi


Beberapa contoh perpindahan kalor secara evaporasi,
antara lain:
 Pakaian basah digantung di tempat terbuka kering
karena penguapan air
 Genangan air yang terbentuk setelah hujan menguap
bersama matahari

11 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
 Pembentukan awan berawal dari penguapan air dari
permukaan bumi
 Uap dari panci di atas api
 Es batu yang meleleh pada suhu kamar, karena begitu
air berada dalam bentuk cair maka akan mulai menguap

2.3 Hubungan Perpindahan Panas dan Keterkaitan Konveksi


Dalam Ilmu Kebidanan

2.3.1 Hubungan Perpindahan Panas Dalam Ilmu Kebidanan


Salah satu hal dasar yang tenaga kesehatan ketika bayi lahir yaitu
menjaga kehangatan bayi baru lahir, dalam bahasa medisnya sering
disebut sebagai Termoregulasi. Termogulasi yaitu suatu pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir yang merupakan aspek penting dalam
perawatan bayi baru lahir. Perlu diketahui bahwa, suhu tubuh normal
dihasilkan dari keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas.
Salah satu masalah khusus pada bayi, terutama bayi lahir prematur adalah
ketidakmampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.
Kemudian, termoregulasi dapat diartikan lagi sebagai kemampuan untuk
menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas dalam
rangka menjaga suhu tubuh dalam keadaan normal. Dimana, menurut
(Jacob & Casatelli, 2020) termoregulasi pada bayi baru lahir dibagi
menjadi, sebagai berikut:
a. Hipotermia, bila suhu tubuh < 36,5
b. Normal, bila suhu tubuh 36.5-37.5
c. Hipertermia, bila suhu tubuh > 37.5
Mekanisme kehilangan panas/pengeluaran panas pada bayi baru
lahir Menurut menurut Whaley & Wong (2005) dalam (Jacob & Casatelli,
2020), terdapat 4 mekanisme, sebagai berikut:
1) Radiasi

12 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar yang
lebih dingin, misalkan bayi diletakkan di ruang yang dingin
dan bayi dibiarkan tidak memakai pakaian.
2) Konduksi
Panas tubuh bayi merambat dari kulit tubuh ke permukaan
yang lebih dingin, misalkan popok basah tidak langsung
diganti dan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin.
3) Evaporasi
Panas tubuh bayi menguap bersama cairan/air ketuban yang
membasahi kulit, misalkan tubuh bayi tidak langsung
dikeringkan pada saat setelah dimandikan.
4) Konveksi
Panas tubuh bayi mengalir bersama udara di sekeliling bayi,
misalkan diletakkan diruang terbuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan suhu tubuh pada bayi
baru lahir, sebagai berikut:
1) Lingkungan
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stres
akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat
mengatur suhu tubuh sendiri. Suhu lingkungan saat bayi di
dalam rahim ibu bersuhu rata-rata 37 °C, kemudian saat
bayi lahir masuk ke dalam lingkungan suhu ruangan
persalinan yaitu 25 °C hal ini menyebakan bayi mengalami
penurunan atau kehilangan panas akibat perbedaan suhu di
dalam rahim dan di luar rahim (Setyorini & Satino, 2015).
2) Berat Badan
Bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah yaitu
<2500 gram, lebih rentan terkena hipotermia daripada bayi
baru lahir dengan berat badan normal yaitu 2,5 kg 4 kg
(Hikmah, 2016). Berat badan bayi juga mempengaruhi
kehilangan panas pada bayi, dimana luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan bayi,

13 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
kulit yang tipis dan sedikitnya lemak coklat mempengaruhi
terjadinya ketidakstabilan suhu (Jamil et al., 2017).
3) Umur Kehamilan
Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
(dihitung dari hari pertama, haid terakhir), yang disebut
juga preterm, dimana bayi lahir tidak cukup bulan
mengalami kehilangan panas badan lebih cepat daripada
bayi lahir dengan umur kehamilan aterm (37-42 minggu)
(Jamil et al., 2017). Pusat pengaturan panas tubuh pada bayi
tersebut belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, permukaan badan relatif luas, sumber panas sedikit
atau belum terbentuk dan kulit yang tipis mengakibakan
bayi tidak mampu memproduksi panas yang cukup. Bayi
lahir kurang minggu harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim, bila tidak
ada inkubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan
letakkan botol yg berisi air panas di samping bayi sehingga,
panas badannya dapat dipertahankan (Jamil et al., 2017).
4) Asuhan Kebidanan
Asuhan pada bayi baru lahir yang tidak tepat dapat
menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas seperti
tidak menyelimuti bayi segera setelah lahir, tidak
melakukan tindakan inisiasi menyusui dini minimal selama
satu jam setelah lahir, menimbang dan memandikan bayi
segera setelah lahir. Bayi baru lahir cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya, oleh karena itu sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan
bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya
enam jam setelah lahir (Jamil et al., 2017).

14 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
2.3.2 Keterkaitan Konveksi Dalam Ilmu Kebidanan
Perpindahan panas secara konveksi dalam ilmu kebidanan
berkaitan erat dengan hilangnya panas pada tubuh bayi baru lahir. Hal ini
dikarenakan bayi baru lahir memiliki kemampuan yang terbatas untuk
mengatur suhu tubuhnya sendiri, sehingga mereka rentan terhadap
hipotermia (suhu tubuh rendah). Konveksi merupakan salah satu
mekanisme utama kehilangan panas bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika
udara dingin di sekitar bayi bergerak dan menggantikan udara hangat
yang terperangkap di dekat kulitnya. Dimana udara dingin ini kemudian
akan membawa panas tubuh bayi.
Menurut pendapat lain, konveksi merupakan perpindahan panas
yang terjadi secara sederhana dari selisih temperatur antara permukaan
kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi.
Pergerakan udara yang lebih dingin dari suhu kulit bayi dapat
menyebabkan hilangnya panas secara konvektif. Kulit bayi
menghangatkan udara di atasnya dan udara hangat kemudian akan
tersapu oleh konveksi melalui udara. Contoh keterkaitan konveksi dalam
ilmu kebidanan yaitu, setelah lahir, ketika bayi dibawa ke ruangan
dingin, kemudian dibawa dari ibu ke meja penghangat terdekat. Saat bayi
digendong melalui udara dingin, panas dengan mudah akan keluar dari
kulit dan tersapu. Contoh lain ketika aliran udara dari pintu atau unit
pendingin udara, dan bahkan berjalan melewati bayi. Kemudian,
inkubator dan penghangat dapat membantu mencegah arus konveksi.
Keterkaitan Perpindahan Panas secara Konveksi terhadap Kasus
dibawah ini, yaitu:
Bayi baru lahir yang menangis kuat, langsung di letakkan diatas
perut ibu tanpa dikeringkan dan tanpa ditutupi dengan kain, 5 menit
kemudian bayi tampak biru pada ujung jari tangan dan kaki dan juga di
bibir. Bayi menangis merintih, setelah diperiksa ternyata bayi mengalami
hipothermi.

15 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
Berdasarkan kasus diatas di katakan bahwa bayi tersebut
mengalami hipotermia setelah dilahirkan. Hipotermia terjadi ketika tubuh
kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat dihasilkannya,
sehingga suhu tubuh turun di bawah batas normal. Bayi yang baru lahir
memiliki keterbatasan dalam mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
mereka rentan terhadap hipotermia jika tidak diperhatikan dengan baik
setelah lahir.
Penyebab hipotermia pada bayi baru lahir bisa bermacam-macam,
salah satunya berdasarkan kasus yang ada yaitu paparan langsung
terhadap udara dingin setelah lahir tanpa pengeringan dan pemakaian
kain penutup. Hal ini dapat menyebabkan bayi kehilangan panas
tubuhnya dengan cepat. Selanjutnya bayi yang mengalami Hipotermia
dapat dilihat dari tanda-tanda yang muncul seperti kulit pucat atau
kebiruan, kedinginan, dan mungkin juga menggigil atau rewel.
Keterkaitan perpindahan panas secara konveksi terhadap penurunan
suhu pada bayi baru lahir sehingga mengakibatkan bayi mengalami
hipotermia, hal ini dikarenakan bayi kehilangan panas dari tubuhnya
melalui aliran udara di sekitar bayi yang lebih dingin. Dimana definisi
dari konveksi sendiri merupakan perpindahan panas yang terjadi secara
sederhana dari selisih temperatur antara permukaan kulit bayi dan aliran
udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Hal ini juga dapat terjadi
karena ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara
yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC), atau seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa petugas tidak mengeringkan dan
menyelimuti bayi dengan baik dan segera setelah dilahirkan.
Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolic dan
fisiologis melambat. Kecepatatan pernafasan, jantung melambat, tekanan
darah rendah dan kesadaran hilang sehingga jika tidak ditangani dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu WHO merekomendasikan
asuhan untuk mempertahankan panas dalam asuhan bayi baru lahir yang
disebut

16 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
“the warm chain” yakni 10 prosedur yang saling terkait yang dilakukan
saat lahir dan selama jam serta hari berikutnya untuk meminimalkan
kemungkinan hipotermia pada semua bayi baru lahir, sebagai berikut:

1) Warm delivery room: Ruangan harus bersih, hangat (setidaknya


25-28°C/), dan bebas angin dari jendela dan pintu yang terbuka,
atau dari kipas angin. Jika suhu ruangan kurang optimal, sebaiknya
tersedia heater untuk menghangatkan ruangan.
2) Immediate drying: Setelah lahir, bayi harus segera dikeringkan
dengan handuk kering termasuk kepalanya, kemudian letakka bayi
pada permukaan yang hangat seperti dada atau perut ibu (kontak
kulit ke kulit), atau kain yang sudah dihangatkan sebelumnya di
tempat tidur. Bayi kemudian harus ditutup dengan handuk kering
kedua (buang handuk pertama) dan tutup kepalanya. Jika suhu
ruangan kurang optimal (kurang dari 25°C/77°F), handuk dan topi
harus dihangatkan terlebih dahulu
3) Skin to skin contact: Kontak kulit-ke-kulit adalah metode yang
efektif untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Dada atau perut ibu adalah permukaan yang ideal untuk menerima
bayi baru lahir karena bersih dan pada suhu yang tepat. Jika kontak
kulit- ke-kulit tidak dapat dilakukan, bayi dapat dibungkus setelah
dikeringkan, dan diletakkan di pelukan ibunya.
4) Breastfeeding: Menyusui harus dimulai sesegera mungkin setelah
melahirkan, sebaiknya dalam waktu satu jam. Pasokan ASI yang
awal dan memadai sangat penting untuk memberi bayi baru lahir
kalori sehingga dapat menghasilkan panas tubuh. ASI pertama,
yang disebut kolostrum, kaya nutrisi dan antibodi, dan merupakan
semua nutrisi dan cairan yang dibutuhkan bayi. Bayi tidak boleh
diberi makanan atau minuman lain.
5) Bathing and weighing postponed: Memandikan bayi baru lahir
segera setelah lahir menyebabkan penurunan suhu tubuh bayi dan
tidak perlu dilakukan. Darah, mekonium, dan beberapa vernix akan

17 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
terhapus selama pengeringan saat lahir. Verniks yang tersisa tidak
perlu dihilangkan karena tidak berbahaya, dapat mengurangi
kehilangan panas dan diserap kembali melalui kulit selama hari-
hari pertama kehidupan. Mandi sebaiknya pada hari kedua atau
ketiga kehidupan selama bayi sehat dan suhunya normal dengan air
hangat diikuti dengan pengeringan cepat. Menimbang bayi saat
lahir juga berisiko kehilangan panas dan harus ditunda selama
beberapa jam. Sebelum menimbang bayi, sebaiknya dibungkus
dengan baik.
6) Appropriate clothing and bedding: Dalam beberapa hari pertama
setelah lahir, bayi baru lahir harus dilindungi dengan pakaian dan
tempat tidur yang sesuai dengan suhu lingkungan. Sebagai aturan
umum, bayi baru lahir membutuhkan satu atau dua lapis pakaian
dan tempat tidur lebih banyak daripada orang dewasa. Pada jam-
jam pertama setelah lahir, pakaian harus selalu menyertakan topi,
karena sebanyak 25% kehilangan panas pada bayi baru lahir
mungkin berasal dari kepala yang tidak tertutup. Pakaian dan
tempat tidur tidak boleh terlalu ketat untuk memungkinkan ruang
udara di antara lapisan karena udara yang terperangkap adalah
penyekat yang sangat efisien. Bedong - kebiasaan membungkus
bayi dengan erat adalah hal yang umum di beberapa budaya dan
harus dihindari. Hal ini akan membatasi gerakan dan dapat
meningkatkan risiko pneumonia dan infeksi pernapasan akut
lainnya karena tidak memungkinkan paru-paru bayi
berkembang sepenuhnya
7) Mother and newborn together: Bayi yang lahir di rumah maupun
di institusi harus tinggal bersama ibunya 24 jam sehari, sebaiknya
di tempat tidur yang sama, di ruangan yang hangat (setidaknya
25°C/77°F). Hal ini dikenal sebagai "rooming-in". Saat ibu dan
bayi bersama, akan lebih mudah menjaga bayi tetap hangat dan
menyusui sesuai waktunya.

18 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
8) Warm transportation: Jika bayi perlu dipindahkan ke rumah sakit,
atau ke bagian lain dari rumah sakit seperti bangsal nifas atau unit
perawatan neonatal, penting untuk menjaga bayi tetap hangat
selama pemindahan. Cara paling sederhana dan teraman untuk
memindahkan sebagian besar bayi baru lahir adalah dengan kontak
kulit ke kulit kontak dengan ibu
9) Warm resuscitation: Sebagian besar bayi baru lahir akan mulai
bernapas secara spontan dalam menit pertama kelahiran. Jika bayi
baru lahir tidak bernapas setelah dikeringkan, ia membutuhkan
bantuan dan resusitasi harus segera dimulai. Sangat penting agar
bayi tetap hangat selama prosedur ini karena bayi baru lahir dengan
asfiksia tidak dapat menghasilkan panas secara efisien dan berisiko
lebih tinggi mengalami hipotermi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat selama resusitasi dapat dilakukan: membungkus bayi
dengan selimut hangat dan membaringkannya di permukaan yang
kering dan hangat, seperti handuk atau selimut hangat, hanya wajah
dan bagian atas dada yang harus dibuka; menempatkan bayi di
bawah sumber panas tambahan seperti pemanas radiasi jika
tersedia. Setelah resusitasi, suhu bayi baru lahir harus diukur dan,
jika perlu, bayi harus dihangatkan kembali dengan
menempatkannya dari kulit ke kulit bersama ibu dan membantunya
memulai menyusui sesegera mungkin.
10) Training and awareness raising: Semua penyedia layanan
kesehatan yang terlibat dalam proses kelahiran dan perawatan bayi
baru lahir selanjutnya (dokter, bidan, perawat bersalin, petugas
kesehatan komunitas, dukun bersalin) perlu dilatih secara memadai
tentang prinsip dan prosedur rantai hangat.

19 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran diatas,dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis
perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Konduksi
adalah proses dimana panas mengalir dari temperatur tinggi menuju temperatur
rendah dalam sebuah medium, konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai
dengan perantaranya, radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi pada
benda-benda terpisah yang bersuhu tinggi menuju suhu rendah, evaporasi
adalah proses pengubahan molekul air dibumi menjadi molekul uap di atmosfer
.
Perpindahan panas tersebut memiliki keterkaitan dengan bidang
kesehatan yaitu pada kasus hipotermi yang terjadi pada bayi yang baru saja
lahir, perpindahan panas secara konveksi akan mengakibatkan bayi mengalami
kehilangan panas saat terpapar udara sekitar yang lebih dingin, hal tersebut
terjadi karena panas tubuh mengalir bersama aliran udara di sekeliling bayi.

20 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran
yang sekiranya bermanfaat, yaitu:
1) Bagi penulis, diharapkan penulis dapat meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman dalam memberikan informasi mengenai keterkaitan
ilmu kebidanan dengan kisika kesehatan khususnya pada makalah ini
mengenai perpindahan panas. Kemudian, diharapkan juga penulis
dapat mengerjakan tugas dengan tepat, sesuai dengan perintah dan
mengumpulkan sesuai dengan deadline yang tertulis.
2) Bagi Pembaca, Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perpindahan panas beserta contoh-contohnya,diharapkan para
pembaca dapat memahami penjelasan yang terdapat di makalah ini
serta mencari pembahasan pembahasan lainnya mengenai materi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Angky Puspawan, Mirza Aditya Pangestu, Agus Suandi, A. Sofwan F.A.,


Rekayasa Mekanik,
https://ejournal.unib.ac.id/rekayasamekanika/article/download/13270/645
3, ( Diakses pada 12 Maret 2024 pukul 09.10 WIB ).
Universitasmedanarea.ac.id, Perpindahan Panas (Bab II Dasar Teori),
https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/121/2/11.813.0021_file
5.pdf , ( Diakses pada 13 Maret 20.20 WIB ).
Bamaiuma.ac.id, Contoh Evaporasi dalam Kehidupan Sehari-hari,
https://bamai.uma.ac.id/author/bamaiunivuma/, ( Diakses 13 Maret 21.00
WIB ).
poltekkesjogja.ac.id, Konsep Dasar Termogulasi (BAB II Tinjauan Pustaka).
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/12767/4/4.%20Chapter%202.pdf. (Di
akses pada 14 Maret 2024 pukul 19.25 WIB).

21 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a
doktertaura.com, Termoregulasi Bayi Baru Lahir: Menjaga Kehangatan Bayi
Adalah Kunci. https://www.doktertaura.com/2023/09/termoregulasi-bayi-
baru-lahir.html, (Di akses pada 14 Maret 2024 pukul 20.12 WIB).
poltekkes-denpasar.ac.id, Konsep Bayi Baru Lahir Normal (BAB II Tinjauan
Pustaka). http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7380/1/BAB
%20II.pdf, (Di akses pada 14 Maret 2024 pukul 21.10 WIB).
Mesin.ulm.ac.id, Bahan Ajar Perpindahan Panas I HMKK 453,
Perpindahan_Panas_1_full.pdf (ulm.ac.id), (Di akses pada 15 Maret 2024
pukul 20.33 WIB).
Poltekkes-denpasa.ac.id, Konsep Dasar Hipotermia Pada Bayi Prematur, BAB
II Tinjauan Pustaka.pdf (poltekkes-denpasar.ac.id), (Di akses pada 15
Maret 2024 pukul 20.57 WIB).

22 | U n i v e r s i t a s ‘ A i s y i y a h Y o g y a k a r t a

Anda mungkin juga menyukai