Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSEDUR DAN ADMINISTRASI PERKARA


Diajukan guna memenuhi Tugas Kelompok dari Mata Kuliah Manajemen
Kepaniteraan

Dosen pengampu:
Sinta Devi Ambarwati, S.H, M.H

Disusun oleh:
Ismi Nifa Amalia 20211700255016
Mahrus 20211700255019

UNIVERSITAS KH ABDUL CHALIM MOJOKERTO


PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
MOJOKERTO
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Penyelesaian..................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Administrasi Perkara Pengadilan Agama.....................................................3
B. Administrasi Perkara Banding......................................................................4
1. Prosedur Banding......................................................................................4
C. Tertib Berkas Perkara Banding.....................................................................5
D. Administrasi Perkara Kasasi.........................................................................6
1. Prosedur Kasasi.........................................................................................6
2. Tertib Berkas Perkara Kasasi....................................................................7
E. Administrasi Perkara Peninjauan Kembal....................................................8
a) Prosedur Peninjauan Kembali...................................................................8
b) Tertib Berkas Peninjauan Kembali............................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
lagi maha penyayang. Karena berkat Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Prosedur Dan Administrasi Perkara” baik dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana ini dengan tepat waktu. Serta kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Sinta Devi Ambarwati, S.H, M.H selaku dosen mata kuliah
Manajemen Kepaniteraan dan teman-teman sekalian yang ikut mendukung dalam
penyusunan makalah ini terutama yang membantu memberikan referensi untuk
tema kali ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, kami selaku penulis menerima
kritik dan saran sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isinya yang
sederhana ini dengan lebih baik lagi kedepannya. Kami akui makalah ini masih
banyak sekali kekurangannya karena pengalaman dan referensi yang kami
dapatkan sangatlah kurang, oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Mojokerto, 15 Maret 2024

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah

Kedudukan Panitera pada pengadilan merupakan unsur pimpinan. Hal ini


mengandung konsekwensi bahwa segala tindakan atau aktivitas Panitera harus
dipertanggung jawabkan kepada ketua Pengadilan. Kepaniteraan pengadilan
dipimpin oleh seorang Panitera yang juga merangkap sebagai sekretaris sehingga
panitera juga menjadi pemimpin pada kesekretariatan pengadilan, masing-masing
dibantu oleh wakil panitera dan wakil sekretaris. Tugas pokok kepaniteraan ini
tidak dipisahkan dengan tugas pokok pengadilan pengadilan untuk menerima,
menerima, memeriksa, memeriksa, mengadili mengadili dan menyelesaikan
menyelesaikan perkara, perkara, seluruh seluruh kegiatan kegiatan tersebut
tersebut akan berjalan berjalan secara efektif efektif dan efisien efisien dengan
menfungsikan tugas-tugas kepaniteraan. Mulai proses pendaftaran, proses proses
persidangan persidangan memutus memutus perkara perkara sampai dengan
pelaksanaan dengan pelaksanaan eksekusi, eksekusi, dalam hal ini memerlukan
kecerdasan kerja dalam penataan administrasi, baik administrasi yang
dilaksanakan secara manual maupun administrasi dengan sistem komputerisasi.
Kedudukan Panitera pada pengadilan merupakan unsur pimpinan. Halini
mengandung konsekwensi bahwa segala t indakan atau aktivitas Panitera harus
dipertanggung jawabkan kepada ketua Pengadilan. Kepaniteraan pengadilan
dipimpin oleh seorang Panitera yang juga merangkap sebagai sekretaris sehingga
panitera juga menjadi pemimpin pada kesekretariatan pengadilan, masing-masing
dibantu oleh wakil panitera dan wakil sekretaris. sekretaris. Dengan kedudukan
kedudukan seperti seperti itu maka hubungan antara panitera dengan ket panitera
dengan ketua Pengadilan berada dalam hubungan garis dalam hubungan garis
lurus (linear) omando dimana seluruh seluruh ketetapan ketua ketetapan ketua
dilaksanakan oleh dilaksanakan oleh Panitera, tentu saja seorang panitera harus
mampu menjadi konseptor sekaligus sekaligus pekerja, karena ia karena ia
sejatinya sejatinya merupakan merupakan agen perubahan di perubahan di sebuah
pengadilan. Tugas

1
pokok kepaniteraan ini tidak dipisahkan dengan tugas pokok pengadilan
pengadilan untuk menerima, menerima, memeriksa, memeriksa, mengadili
mengadili dan menyelesaikan menyelesaikan perkara, perkara, seluruh seluruh
kegiatan kegiatan tersebut tersebut akan berjalan berjalan secara efektif efektif
dan efisien efisien dengan menfungsikan tugas-tugas kepaniteraan. Mulai proses
pendaftaran, proses persidangan memutus memutus perkara sampai dengan
pelaksanaan dengan pelaksanaan eksekusi, dalam hal ini memerlukan kecerdasan
kerja dalam penataan administrasi, baik administrasi yang dilaksanakan secara
manual maupun administrasi dengan sistem komputerisasi

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
menjadi topik pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Prosedur dan Administrasi Perkara?

C. Penyelesaian
1. Untuk mengetahui Prosedur dan Administrasi Perkara?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Administrasi Perkara Pengadilan Agama
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penanganan perkara yang
baik adalah bagian dari pengadilan dan harus dilaksanakan secara tegas oleh
seluruh aparatur peradilan agama agar dapat tercipta lembaga peradilan yang
mandiri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Hal ini dimungkinkan apabila pejabat pengadilan agama memahami
makna administrasi secara menyeluruh. Ada banyak definisi terkenal tentang
manajemen dalam literatur yang ditulis oleh para ahli. Namun, dalam hal ini,
manajemen mengacu pada proses yang dilakukan manajer untuk
merencanakan, melaksanakan, dan memantau secara tertib dan teratur untuk
mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan. Proses mengacu pada aktivitas
yang dilakukan satu demi satu secara berurutan. Artinya, ketika suatu aktivitas
selesai, maka harus ada lebih banyak pekerjaan yang dilanjutkan hingga titik
akhir. Prosesnya sendiri melibatkan enam hal: pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, reproduksi, transmisi, dan penyimpanan.
Sebaliknya yang “diatur” berarti segala kegiatan harus saling
terkoordinasi dan terkoordinasi sehingga terjamin keselarasan dan
kelangsungan tugas. Berkala berarti perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan tepat sasaran
sehingga tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaan tugas dan tercapainya
penyelesaian tugas pokok secara maksimal. Sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 2 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006, peradilan agama merupakan
salah satu subyek yurisdiksi umat Islam yang mencari keadilan dalam perkara
tertentu.
Tugas pokoknya adalah menyelidiki, memutus dan menyelesaikan
perkara tingkat pertama antar umat Islam dalam bidang perkawinan, warisan,
wasiat, hadiah, infak, zakat, infaq, shadaqoh dan ekonomi syariah (UU No.
Pasal 49/2006). Yang melaksanakan tugas administratif untuk memenuhi
tugas pokok tersebut adalah Panitera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
Undang- undang Nomor Tahun 1989, 7 juncto Undang-undang Nomor 3
Tahun 2006.

3
Panitera sebagai pelaksana kegiatan administrasi Pengadilan memiliki
3 (tiga) macam tugas :
1. Pelaksana Administrasi Perkara
2. Pendamping Hakim dalam persidangan
3. Pelaksana Putusan/Penetapan Pengadilan dan Tugas-tugas Kejurusitaan
lainnya.
Sebagai pelaksana administrasi perkara Panitera berkewajiban
mengatur tugas dan para pembantunya, yakni Wakil Panitera dan Panitera
Muda. Sebagai pelaksana putusan dan pelaksana tugas kejurusitaan lainnya,
panitera dibantu oleh Jurusita Pengadilan Agama atau Juru Sita Pengganti.
Untuk Panitera Pengadilan Tinggi Agama, tugas Pelaksana Putusan/Penetapan
Pengadilan tidak diatur. Sebagai pelaksana administrasi perkara Panitera
berkewajiban untuk melaksanakan dengan tertib ketentuan seperti tersebut
dalam pasal 99 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 jo Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2006 yaitu membuat daftar semua perkara yang diterima
kepaniteraan serta memberi nomor urut dan dibubuhi catatan singkat tentang
isinya. 7 Tahun 1989 jo UU No 3 Tahun 2006 yaitu bertanggung jawab atas
pengurusan perkara, penetapan atau putusan. Dalam rangka pelaksanaan tugas
pokok pengadilan Panitera menerima perkara yang diajukan kepada
Pengadilan Agama untuk diproses lebih lanjut. Pengertian meja tersebut
adalah merupakan kelompok pelaksana teknis yang harus dilalui oleh suatu
perkara di Pengadilan Agama, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut
di selesaikan.

B. Administrasi Perkara Banding


1. Prosedur Banding
Pihak yang tidak puas terhadap putusan pengadilan agama dapat
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama melalui Panitera
Pengadilan Agama yang memutus perkara tersebut. Batas waktu
pengajuan banding adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
diumumkan atau diberitahukannya secara sah putusan Pengadilan Agama
kepada pihak- pihak yang tidak hadir pada saat putusan tersebut
diucapkan. Terhadap

4
permohonan banding yang diajukan setelah jangka waktu 14 (empat belas)
hari, Panitera wajib menerima dan mendaftarkannya serta tidak
diperkenankan menolak permohonan banding dengan alasan jangka waktu
banding telah habis sebelum panggilan tersebut dicatat. Terhadap
permohonan banding penetapan tingkat kemiskinan (prodeo), pengadilan
agama terlebih dahulu mempertimbangkan status kemiskinan orang
tersebut, kemudian berita acara penilaian dan berkas bundel A dikirim ke
pengadilan agama yang lebih tinggi untuk diperiksa dan memutuskan
produknya. Selain itu, apabila Pengadilan Tinggi Agama telah selesai
meninjaunya dan memutuskan menerima atau menolak perkara, maka
berkas tersebut dikembalikan ke Pengadilan Agama. Dalam jangka waktu
7 (tujuh) hari dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan banding,
pihak lawan harus diberitahu mengenai permohonan banding tersebut dan
dicatat dalam pemberitahuan tertulis permohonan banding.
Dalam halnya diterima catatan disetujui/protes , maka tanggal
penerimaannya dicatat dan satu atau lebih salinannya kemudian diserahkan
kepada masing-masing pihak yang ditunjuk melalui pengiriman tertulis.
Dalam waktu satu bulan setelah diterimanya permohonan banding, berkas
banding harus dikirim ke Mahkamah Agung Agama. Berkas pita yang
dikirim ke lewat pos dikirimkan melalui pos dicatat, sedangkan berkas
yang dikirim langsung ke Mahkamah Agung Agama harus dikirim dengan
pengiriman resmi/konfirmasi penerimaan, agar tidak hilang. Biaya
pertimbangan banding di Pengadilan Tinggi Agama harus dibayar melalui
bank pemerintah atau melalui pos bersamaan dengan pengiriman berkas.

C. Tertib Berkas Perkara Banding.


Bendel A (Arsip Pengadilan Agama)

1. Surat gugatan penggugat atau surat perrnohonan pemohon


2. Penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH).
3. Penetapan Hari Sidang (PHS).
4. Relaas-relaas panggilan.

5
5. Berita Acara Sidang (jawaban/replik/duplik pihak-pihak dimasukkan
dalarn kesatuan Berita Acara).
6. Surat Kuasa dari kedua belah pihak (bila memakai kuasa);
7. Penetapan Sita Conservotoir/Revendicatoir (bila ada).
8. Berita Acara Sita Conservatoir/Revindicatoir (bila ada);
9. Lampiran-lampiran surat-surat yang dimajukan oIeh kedua belah pihak
bila ada.
10. Surat-surat bukti penggugat (diperinci). Surat surat bukti tergugat
(diperinci);
11. Tanggapan bukti-bukti tergugat dari penggugat (bila ada).
12. Berita Acara Pemeriksaan setempat (bila ada).
13. Gambar situasi (bila ada).
14. Surat-surat lainnya (bila ada).

Bendel B (Untuk Arsip Pengadilan Tinggi Agama)

1. Salinan Resmi Putusan Pengadilan Agama dan PTA.


2. Akta Permohonan Banding.
3. Akta Pemberitahuan Banding.
4. Akta Pemberitahuan memori banding/kontra memori banding
5. Akta Pemberitahuan memberi kesempatan pihak-pihak untuk
melihat, membaca dan memeriksa (inzage) berkas perkara. Surat
Kuasa Khusus (kalau ada).
6. Tanda bukti ongkos perkara banding.

D. Administrasi Perkara Kasasi


1. Prosedur Kasasi
Kasasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang
melibatkan Mahkamah Agung sebagai otoritas utama dalam pengambilan
keputusan lainnya. Dasar hukum Kasasi dituangkan dalam Pasal 30 UUD
yang menyatakan bahwa pengadilan tidak boleh mencampuri atau
menghalangi pelaksanaan kewenangannya, dan harus mengikuti aturan
yang dituangkan

6
dalam peraturan perundang-undangan terkait. Setelah ada putusan, diperlukan
waktu 14 hari agar putusan dapat diambil oleh Mahkamah Agung. Jika
putusan diterima, pengadilan harus membayar sejumlah Rp. 50.000. Jika
putusan ditolak, pengadilan harus meninjau kembali putusan tersebut dalam
waktu tujuh hari. Pengadilan juga harus memberikan catatan putusan dan
memberikan catatan putusan dalam waktu 30 hari. Pengadilan juga harus
menerbitkan sertifikat putusan dalam waktu 30 hari.
2. Tertib Berkas Perkara Kasasi
Bundel A (untuk arsip Pengadilan Agama)
Susunan dan aturan bundel A ini adalah sama dengan susunan dan
aturan pada bundel A Permohonan banding.

Bundel B (untuk arsip Mahkamah Agung RI).


a) Relas-relas pemberitahun ini putusan banding kepada kedua belah
pihak.
b) Akte permohonan kasasi.
c) Surat kuasa khusus dari pemohon kasasi (bila ada).
d) Memori kasasi (bila ada) atau surat keterangan apabila pemohon kasasi
tidak mengajukan memori kasasi.
e) Tanda terima memori kasasi.
f) Relas pemberitahuan kasasi kepada pihak lawan.
g) Relas pemberitahun memori kasasi kepada pihak lawan. Kontra
memori kasasi (bila ada).
h) Relas pemberitahuan kontra memori kasasi kepada pihak lawan.
Relaas memberikan kesempatan pihak-pihak, membaca dan memeriksa
berkas (inzage).
i) Salinan resmi putusan Pengadilan Agama. Salinan resmi putusan
Pengadila Tinggi Agama. Tanda bukti setoran biaya yang sah dari
Bank. Surat-surat lain yang sekiranya ada.

7
E. Administrasi Perkara Peninjauan Kembal
a) Prosedur Peninjauan Kembali
Peninjauan kembali atas adalah putusan Pengadilan Agama yang
mempunyai kekuatan hukum dan hanya dapat diserahkan ke Mahkamah
Agung Rl. Peninjauan kembali hams dibuang sendiri oleh pihak
berperkara atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara khusus
dikuasaka untuk itu. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat
disajikan satu kali saja. Permohonan peninjauan kembali harus membayar
biaya kepada Panitera Pengadilan Agama sebesar Rp. 75.000,- seperti
Keputusan Ketua MARL No. K~lA/017/SK/VI/l992 Tanggal 10 Juni 1992
dan selanjutnya Panitera mengirimkannya ke Mahkamah Agung RI.
Panitera wajib selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari memberitahukan
permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawan dengan
memberikan/mengirimkan salinan permohonan peninjauan kembali dan
alasan-alasannya kepada pihak lawan. Pihak lawan dapat mengajukan
penjelasan dalam tenggang waktu 30 hari setelah tanggal diterimanya
salinan permohonan peninjauan kembali tersebut. Berkas perkara
peninjauan kembali dab bukti pembayaran biayanya oleh Panitera
dikirimkan ke Mahkamah Agung dalam waktu 30 hari. Berkas perkara
peninjauan kembali disampaikan ke Mahkamah Agung RI dijilid/disusun
dengan baik, dalam bundel A dan bundel B.

b) Tertib Berkas Peninjauan Kembali


Budel A (milik Pengadilan Agama)
Susunan dan aturan bundel A adalah sama dengan susunan dan
aturan pada bundel A permohonan banding kasasi.

Bundel B (Arsip Mahkamah Agung RI)


1) Relas pemberitahuan isi putusan Mahkamah Agung (terutama kepada
pemohon peninjauan kembali) atau relaas pemberitahuan isi putusan
banding bila ;

8
2) Permohomin peninjauan kembali diajukan atas putusan Pengadilan
Tinggi Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam hal
putusan diucapkan diluar hadir pihak berperkara;
3) Akta peninjauan kembali;
4) Surat permohonan peninjauan kembali dilampiri dengan surat bukti;
5) Tanda terima surat permohonan peninjauan kembali. Surat kuasa
khusus bila ada.
6) Surat pemberitahuan dan penyerahan salinan permohonan peninjauan
kembali kepada pihak lawan.
7) Jawaban surat permohonanpeninjauan kembali.
8) Salinan resmi Putusan Pengadilan Agama/Foto Copy yang dilegalisir
oleh Panitera.
9) Salinan resmi Putusan Pengadi1an Tinggi Agama/foto copy yang
dilegalisir oleh Panitera
10) Salinan Putusan Mahkamah Agung RI/Foto Copy yang dilegalisir oleh
Panitera.
11) Tanda bukti setoran biaya dari Bank
12) Surat-surat lain yang mungkin ada.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penanganan perkara yang baik adalah bagian dari pengadilan dan harus
dilaksanakan secara tegas oleh seluruh aparatur peradilan agama. Hal ini
dimungkinkan apabila pejabat pengadilan agama memahami makna administrasi
secara menyeluruh. Manajemen mengacu pada proses yang dilakukan manajer
untuk merencanakan, melaksanakan, dan menyelaraskan secara tertib dan teratur
untuk mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan. Proses mengacu pada
aktivitas yang dilakukan satu demi satu secara berurutan. Sebaliknya berarti
segala kegiatan harus saling terkoordinasi sehingga terjamin keselarasan dan
kelangsungan tugas. Panitera sebagai pelaksana kegiatan administrasi Pengadilan
memiliki 3 macam tugas: Pelaksana Administrasi Perkara, Pendamping Hakim
dalam konferensi, Pelaksana Putusan/Penetapan Pengadilan dan Tugas-tugas
Kejurusitaan lainnya. Panitera dibantu oleh Jurusita Pengadilan Agama atau Juru
Sita Pengganti. Pengertian meja adalah kelompok pelaksana teknis yang harus
dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan Agama, mulai dari penerimaan sampai
perkara tersebut diselesaikan.
Banding merupakan suatu proses hukum dimana hak seseorang dilanggar
oleh suatu instansi pemerintah. Ini melibatkan 14 hari setelah mengumumkan
keputusan dan 7 hari setelah mengumumkan keputusan. Kasasi adalah proses
pengambilan keputusan yang melibatkan Mahkamah Agung sebagai otoritas
utama dalam pengambilan keputusan lainnya. Pengadilan tidak boleh mencampuri
atau menghalangi pelaksanaan kewenangan dan harus mengikuti aturan yang
dituangkan dalam peraturan-undangan terkait. Tertib Berkas Perkara Kasasi
adalah sama dengan susunan dan aturan pada bundel A Permohonan banding.
Administrasi Perkara Peninjauan Kembali adalah putusan Pengadilan
Agama yang mempunyai kekuatan hukum dan hanya dapat diserahkan ke
Mahkamah Agung Rl. Peninjauan kembali hams dibuang sendiri oleh pihak
berperkara atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara khusus
dikuasaka untuk itu.

Anda mungkin juga menyukai