A. IDENTITAS
Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 4 BONDOWOSO
Mata Pelajaran : Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Tanaman Perkebunan
Kelas/ Semester/Fase : X/2/E
Elemen : Pembiakan Tanaman
Alokasi Waktu : (10 x 4 JP x 45 Menit)
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Khusus Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang pembiakan
tanaman secara generatif dan secara vegetative, kelebihan dan
kekurangannya serta syarat-syarat pembiakan secara generative dan
vegetative.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pembelajaran, peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pembiakan tanaman secara generatif konvensional maupun modern.
2. Menjelaskan pembiakan tanaman secara vegetatif, baik konvensional maupun modern
KATA KUNCI
Pembiakan tanaman
Penguasaan kemampuan membiakkan tanaman mampu secara mandiri, kreatif, dan inovatif
dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan serta menjadi warga negara yang senantiasa
bersyukur dan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan
peduli terhadap lingkungannya.
TARGET PESERTA DIDIK
Semua siswa dalam kelas X ATP
Jumlah peserta didik di dalam kelas X ATP 18 orang
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 1 (satu)
Tujuan Pembelajaran 1. Memahami pembiakan tanaman secara generatif
2. Memahami pembiakan tanaman secara vegetatif
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
1. Apakah semua jenis tanaman bisa dikembangbiakkan dengan cara
peserta didik
generatif
5. Jenis tanaman apa saja yang dapat dibiakkan secara generatif dan
vegetatif
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok lain
Menganalisis dan memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan dengan
mengevaluasi merangkum/membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang
proses pemecahan
masalah diperoleh dari kelompok lain.
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok
memberikan penghargaan serta masukan kepada
kelompok lain.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi
III Penutup (20 menit)
Guru dan peserta didik melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 2 (dua)
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pembiakan tanaman secara generatif
Pemahaman Bermakna Memperbanyak tanaman secara generatif dilakukan
dengan menggunakan biji terutama untuk tanaman
perkebunan misal kopi, kakao, kelapa sawit, kelapa, karet,
dll
Pertanyaan Pemantik 1. Apakah semua biji tanaman dapat digunakan sebagai
bahan untuk memperbanyak tanaman?
2. Bagaimana cara memperbanyak tanaman menggunakan
biji ?
3. Apakah ada perlakuan khusus bagi biji sebelum di
kecambahkan ?
Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL)
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
1. Memastikan peserta didik sudah berada di kelompok masing-masing dan menyiapkan alat
tulis dan buku
2. Guru telah menyiapkan kondisi kelas, LCD, laptop, dan materi bahan tayang yang akan
ditayangkan
3. Menyiapkan alat dan bahan pembiakan tanaman secara generative
4. Menyiapkan LKPD yang akan digunakan peserta didik
5. Peserta didik diarahkan untuk menyimak video materi pembiakan generatif
I Pendahuluan (20 Menit)
Orientasi:
- Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa untuk
mengawali kegiatan.
- Guru mengecek kehadiran peserta didik
- Guru memeriksa kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran
secara
fisik dan psikis
Apersepsi:
- Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dan mengaitkan
masalah yang ada di sekitar peserta didik dengan materi yang akan
dipelajari:
1. Apakah kalian tahu bagaimana cara memperbanyak tanaman secara
generatif ?
2. Apa keuntungan dan kerugian dari perbanyakan tanaman secara
generatif?
3. Tanaman perkebunan apa saja yang dapat diperbanyak dengan
cara generatif?
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
1. Apakah syarat-syarat biji kopi yang dapat digunakan sebagai
peserta didik
bahan untuk perbanyakan generative ?
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Doa penutup
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 3 (tiga)
Tujuan
Pembelajaran Menjelaskan pembiakan tanaman secara vegetative dengan cara
mencangkok
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
1. Apakah syarat-syarat batang yang dapat digunakan sebagai
peserta didik
bahan untuk perbanyakan dengan mencangkok?
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
REFLEKSI GURU
1. Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta penjelasan teknis
atau instruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan dilakukan dapat dipahami oleh
peserta didik?
2. Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?
3. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas, latihan
dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
5. Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh peserta didik?
REFLEKSI SISWA
1. Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?
2. Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam pembelajaran?
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 4 (empat)
Tujuan
Pembelajaran Menjelaskan pembiakan tanaman secara vegetative dengan cara sambung
pucuk
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
1. Apakah syarat-syarat cabang pucuk kopi yang dapat digunakan
peserta didik
sebagai bahan untuk perbanyakan dengan sambung pucuk?
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Doa penutup
KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN
C. Guru membuat kriteria berhasil/tidak dari instrument performance assessmen yang dibuat.
D. Guru membuat kriteria berhasil/tidaknya penilaian dari hasil observasi dan praktek
siswa.
REFLEKSI GURU
6. Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta penjelasan teknis
atau instruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan dilakukan dapat dipahami oleh
peserta didik?
7. Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?
8. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas, latihan
dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
9. Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
10. Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh peserta
didik?
REFLEKSI SISWA
3. Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?
4. Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam pembelajaran?
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 5 (lima)
Tujuan
Pembelajaran Menjelaskan permasalahan yang menyebabkan keberhasilan/ketidak
berhasilan pembiakan tanaman secara vegetatif dengan cara cangkok
maupun sambung pucuk
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok lain
memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan dengan
merangkum/membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang
diperoleh dari kelompok lain.
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok
memberikan penghargaan serta masukan kepada
kelompok lain.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Doa penutup
KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN
A. Guru membuat kriteria berhasil/tidak dari instrument performance assessmen yang dibuat.
B. Guru membuat kriteria berhasil/tidaknya penilaian dari hasil observasi dan praktek
siswa.
REFLEKSI GURU
1. Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta penjelasan
teknis atau instruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan dilakukan dapat
dipahami oleh peserta didik?
2. Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?
3. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas,
latihan dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
5. Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh peserta didik?
REFLEKSI SISWA
5. Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?
6. Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam pembelajaran?
LAMPIRAN
Kelompok :
Anggota :
1 …………………………….
2 …………………………….
3 …………………………….
4 …………………………….
5 …………………………….
ELEMEN
Pembiakan tanaman
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E peserta didik dapat menjelaskan tentang pembiakan tanaman secara generatif dan
vegetatif, baik konvensional maupun modern
Presentasikan hasil diskusi kelompokmu secara bergiliran di depan kelas
Identifikasi Permasalahan
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Simpulan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Eksplorasi Pertanyaan dari Tayangan
Audiovisual Judul video:
Pertanyaan Jawaban
Penerapan
Syarat biji untuk
Sudah Belum
perbanyakan generatif
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Simpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Eksplorasi Pertanyaan dari Tayangan
Audiovisual Judul video:
Pertanyaan Jawaban
Identifikasi
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Simpulan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke 4 (empat)
Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan pembiakan tanaman secara vegetatif, baik
konvensional
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
5. Apakah syarat-syarat biji kopi yang dapat digunakan sebagai
peserta didik
bahan untuk perbanyakan generative ?
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok lain
Menganalisis dan memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan dengan
mengevaluasi merangkum/membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang
proses pemecahan
masalah diperoleh dari kelompok lain.
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok
memberikan penghargaan serta masukan kepada
kelompok lain.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi
III Penutup (20 menit)
Guru dan peserta didik melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Menanya
Berdasarkan video pendek tersebut, peserta didik dipersilakan mengajukan
permasalahan apa yang terjadi saat ini terkait dengan tayangan video
tersebut. Guru memfasilitasi.
Permasalahan yang muncul diantaranya :
Mengorganisasikan
9. Apakah syarat-syarat biji kopi yang dapat digunakan sebagai
peserta didik
bahan untuk perbanyakan generative ?
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok lain
Menganalisis dan memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan dengan
mengevaluasi merangkum/membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang
proses pemecahan
masalah diperoleh dari kelompok lain.
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok
memberikan penghargaan serta masukan kepada
kelompok lain.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi
III Penutup (20 menit)
Guru dan peserta didik melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Kelompok :
Anggota :
1 …………………………….
2 …………………………….
3 …………………………….
4 …………………………….
5 …………………………….
ELEMEN
Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait dengan agribisnis dan industri
tanaman
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami perkembangan proses produksi tanaman secara
konvensional sampai modern, pertanian perkotaan (urban farming), alat dan mesin pertanian dari
yang konvensional sampai yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming dan isu pemanasan
global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, sustainable farming
(pertanian berkelanjutan), serta penerapan bioteknologi dalam pertanian.
A. Materi Pengantar
Isu global merupakan fenomena yang terjadi sebagai permasalahan bersama seluruh bangsa di
dunia (global) dan menjadi pusat perhatian untuk dihadapi. Natalia, R.C (2018) menyatakan
ragam isu global yang juga terjadi di Indonesia saat ini diantaranya ada yang berkaitan langsung
dengan agribisnis tanaman, ada yang tidak. Isu-isu tersebut diantaranya
1. kemanusiaan: perang, kemiskinan, kelaparan;
2. perubahan iklim: pemanasan global, cuaca ekstrim, perubahan perilaku serangga,
mencairnya es di kutub;
3. alam dan lingkungan: berkurangnya luasan dan fungsi hutan karena pembalakan liar
dan kebakaran, bencana alam, polusi, sampah
4. krisis: krisis pangan, krisis regenerasi pertanian, krisis keuangan, krisis moral; dan
5. kesehatan: mal nutrisi/stunting, pandemi covid-19.
Semua itu sedang dihadapi hampir di semua negara terutama perubahan iklim dan dampaknya.
Isu lain yang tak kalah penting dan berkaitan langsung dengan agribisnis tanaman adalah krisis
pangan. Sebagai generasi milennial, kalianlah yang harus lebih banyak bergerak dan
berinovasi dalam menghadapi tantangan saat ini.
2. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Farming)
Pertanian berkelanjutan merupakan proses produksi tanaman dengan meminimalkan dampak
negatif terhadap daya dukung lingkungan (agroekologi) agar produksi pangan tetap
berkelanjutan. Berkelanjutan yang dimaksud adalah berkelanjutan secara ekonomi, agroekologi,
dan sosial.
Berkelanjutan secara ekonomi, artinya dalam agribisnis tanaman diupayakan untuk menekan
biaya produksi, memangkas rantai pasok (supply chain) dalam pemasarannya. Pemerataan
distribusi sesuai kebutuhan dan permintaan, untuk menjaga stabilitas harga. Selain itu, untuk
peningkatan kesejahteraan petani.
Agroekologi merupakan ekologi dalam produksi tanaman, yaitu kondisi lingkungan tempat
produksi tanaman meliputi, tanah dan air harus tetap terjaga untuk mendukung proses produksi.
Upaya mempertahankan daya dukung lingkungan agar tetap baik adalah menjaga kesuburan
tanah, dengan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah setelah panen, dan melakukan
pemupukan berimbang dosis rendah, jika diperlukan. Juga menjaga ketersediaan air dalam tanah
yang dibutuhkan tanaman, dengan selalu menjaga fungsi utama hutan.
Identifikasi Permasalahan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Simpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
INSTRUMEN PENILAIAN
Nama Penyusun : Ir. Endang Mustikawati
Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 4 Bondowoso
Mata Pelajaran : Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Tanaman Perkebunan
Kelas/ Semester/Fase : X/1/E
Elemen : Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait
dengan agribisnis dan industri tanaman
Alokasi Waktu : 4 JP (4 X 45 Menit)
A. PENILAIAN AFEKTIF
BAHAN BACAAN
A. Perkembangan Teknologi Produksi Tanaman
Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dengan pertanian, manusia sudah mengenal
pertanian bahkan selalu berhubungan dengan pertanian. Manusia mengenal budidaya tanaman
sejak manusia mulai melakukan kegiatan bercocok tanam. Pada awal kehidupan, manusia
memenuhi kebutuhan pangan hanya bergantung pada alam. Tanaman yang tumbuh di alam akan
diambil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia hanya mengkonsumsi hasil tanaman dari
alam dan tidak melakukan penanaman atau budidaya.
Seiring perjalanan kehidupan manusia kebutuhan semakin meningkat, manusia banyak tetapi
hasil alam tetap maka manusia apabila mengandalkan hasil alam tidak cukup. Manusia mulai
mengenal bercocok tanam berawal dari secara kebetulan beberapa biji-bijian yang terbuang
sewaktu kaum ibu menyiapkan makanan berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman yang
menghasilkan untuk dikonsumsi. Selanjutnya berkembang usaha bercocok tanam sebagai salah
satu kegiatan pertama pertanian. Karena kebutuhan semakin meningkat dan hasil alam
tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan, maka manusia mulai bercocok tanam dengan
menyebar biji-bijian yang ada agar tumbuh menjadi tanaman baru dan bisa dipanen.
Peradaban manusia sejak zaman kuno hingga kini selalu tergantung pada lingkungan. Kebutuhan
makanan senantiasa menjadi masalah. Kekurangan pangan merupakan persoalan yang akrab
dengan manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Manusia primitif atau manusia
super modern, pasti memerlukan bahan makanan sebagai penyambung hidup. Atas dasar
pemikiran itulah, kegiatan pertanian bermula. Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan atau
ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal dalam peradaban manusia dan
mengubah total bentuk kebudayaan. Hal ini termasuk peralatan yang digunakan, mulai dari
mesin sederhana sampai yang canggih, berkembang sesuai peningkatan peradaban manusia dan
perkembangan teknologi.
Pertanian berkembang melalui empat tahap, seperti yang dijelaskan berikut ini.
1. Tahap I
Tahap I merupakan pertanian pada zaman kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu, dan
batu besar (megalitikum). Pada zaman ini, pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim
dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini. Pertanian pada zaman ini masih
mengumpulkan dan mencari bahan pangan yang sudah disediakan oleh alam, ketika habis
mereka akan berpindah tempat.
2. Tahap II
Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanian berkembang menjadi budidaya yang
paling sederhana, yaitu budidaya tanaman dan hewan. Pada tahap ini, budidaya tanaman
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup individu atau yang dikenal dengan pertanian
subsisten. Peralatan yang digunakan juga masih sederhana.
3. Tahap III
Pada tahap ini, teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan
tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan
budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian
tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses
domestikasi. Jadi, teknik budidaya tanaman ialah pengetahuan untuk menghasilkan tanaman.
Sarana produksi tanaman (saprotan) berupa benih, pupuk, pestisida, serta alat dan mesin
pertanian, mulai dipertimbangka sebagai salah satu penentu keberhasilan teknik budidaya.
Peralatan yang digunakan masih konvensional dan mulai digunakan mesin pertanian sederhana
untuk mempermudah pekerjaan dan peningkatan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
4. Tahap IV
Pada tahap ini, perkembangan teknologi budidaya mengarah pada produksi tanaman dan sistem
agribisnis. Saprotan mulai dipilih dan diseleksi sesuai dengan tujuan produksi tanaman.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah modern bahkan sudah berbasis teknologi informasi
(IOT = Internet Of Things) untuk pertanian pintar (smart agriculture/smart farming) yang
merupakan pertanian presisi dalam menunjang pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture/sustainable farming) agar pangan tetap tersedia.
Pertanian pada Tahap IV telah menjadi kegiatan produksi tanaman yang mencapai tahap
agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari beberapa subsistem yang menjadi kesatuan dari hulu
sampai hilir hingga pemasaran. Artinya, pada tahap ini pertanian telah menjadi aktivitas
penyediaan pangan dan menjadi peluang bisnis. Jelas sekali bahwa dari zaman kuno hingga
zaman modern dan canggih bahkan di era digital 4.0 ini, manusia membutuhkan makan. Kalian
juga tahu bahwa makanan selalu dihasilkan dari pertanian. Jadi, pertanian sampai kapan pun
akan selalu ada, selagi kehidupan manusia juga ada.
Proses perkembangan pertanian pada umumnya berkaitan dengan upaya perubahan dari
sistem pertanian yang mempunyai produktivitas rendah kepada sistem lebih modern yang
mempunyai produktivitasnya relatif tinggi dan yang mungkin menimbulkan dampak sampingan
terhadap lingkungan akibat penggunaan teknologi dan asupan (input) pertanian modern.
Dampak sampingan tersebut tidak hanya ditemui pada pertanian modern tetapi juga ditemui
pada pertanian tradisional, sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang meningkat
cepat. Meskipun selama ini pertanian tradisional telah sukses mengelola sumberdaya pertanian
tanpa melahirkan kerusakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaiki, tetapi permasalahan
lingkungan akan timbul akibat tekanan populasi penduduk terhadap lahan yang tersedia relatif
sempit sehingga daya dukungnya rendah.
Produksi tanaman secara konvensional atau pertanian konvensional ialah produksi tanaman atau
pertanian intensif dengan prinsip memprioritaskan pada satu jenis tanaman/ komoditas dengan
memanfaatkan teknologi dan penggunaan saprotan dari luar yang cukup besar untuk
mendapatkan hasil produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat. Biasanya kurang
memperhatikan kelestarian daya dukung lingkungan.
Produksi tanaman secara konvensional atau pertanian konvensional mempunyai ciri seperti
berikut ini.
5. Biaya produksi tinggi, yaitu biaya tenaga kerja dan saprotan berupa benih, pupuk, dan
pestisida.
7. Produk pertanian yang dihasilkan kurang sehat, karena residu pestisida kimia yang tinggi.
9. Produksi belum mengikuti inovasi dan perkembangan teknologi produksi tanaman terkini.
10. Pemasaran produk masih mengikuti rantai pasok yang panjang sehingga pendapatan rendah
(Jumin, 2017).
C. Produksi Tanaman Secara Modern
Alat dan mesin pertanian modern yang digunakan mulai yang dioperasikan manual oleh manusia
sampai yang berbasis digital atau teknologi informasi. Alat dan mesin pertanian yang berbasis
digital dioperasikan secara jarak jauh berbasis android atau gelombang radio, seperti robot
pengolah tanah/robot traktor. Selain itu, terdapat peralatan yang mengontrol iklim mikro
tanaman, identifikasi serangan, dan populasi OPT (organisme pengganggu tanaman) dan lain-
lain.
Sarana dan prasarana produksi tanaman modern yang digunakan untuk mengoptimalkan
produksi dan efisiensi serta efektifitas produksi tanaman, dengan tetap menjaga agroekologinya.
Pengelolaan usaha tani/agribisnis sangat mempertimbangkan perencanaan dan risiko yang
dihadapi, sehingga pertanian modern benar-benar memperhitungkan semua aspek yang
mendukung produksi tanaman secara optimal.
Produksi tanaman atau pertanian secara modern saat ini memanfatkan teknologi informasi.
Lingkup produksi tanaman atau pertanian modern diantaranya
1. Pertanian berbasis tanah yang menggunakan alat mesin pertanian modern untuk
memudahkan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas, yaitu otomatisasi, alat dan mesin
pertanian berbasis teknologi informasi;
2. Hidroponik, dengan ragamnya: NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique),
Wick (Rendam), aquaponik, aeroponik, microgreen;
Smart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani
meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas. Smart farming merupakan metode
pertanian cerdas berbasis teknologi. Terdapat beberapa teknologi pertanian yang digunakan di
antaranya penyiraman otomatis, drone sprayer (drone penyemprot pestisida dan pupuk cair),
drone surveillance (drone untuk pemetaan lahan) serta soil and weather sensor (sensor tanah
dan cuaca).
Pertanian pintar (smart farming) semakin membuka wawasan kalian tentang pertanian, yang
menghapus citra bahwa pertanian identik dengan lumpur, kotor, kumuh, miskin, tidak keren dan
pandangan negatif lainnya tentang pertanian. Kenyataannya pertanian itu luas, mulai bekerja di
lahan sampai bekerja di laboratorium yang steril sekali pun. Jadi, konfirmasi dengan teori hanya
menegaskan bahwa pertanian pintar (smart farming) merupakan bagian dari pertanian modern,
yang menjadi solusi dalam mencapai dan menjaga ketahanan pangan.
Litbang Pertanian memberikan definisi urban farming lebih sederhana, yaitu urban agriculture
atau sering pula disebut dengan pertanian perkotaan merupakan suatu kegiatan yang
memanfaatkan baik lahan maupun ruang untuk memproduksi hasil pertanian di wilayah
perkotaan untuk kebutuhan pangan secara mandiri. Jadi, titik beratnya adalah pemanfaatan lahan
sempit sekitar rumah untuk memproduksi bahan pangan secara mandiri.
Adapun konsep dasar dari urban agriculture seperti dijelaskan berikut ini.
Lokasi perkotaan yang jauh dari lahan produksi, menjadi alasan yang relevan untuk
mengaplikasikan urban agriculture.
3. Kesibukan masyarakat bekerja, dan tidak cukup waktu berkebun Masyarakat perkotaan selalu
sibuk dengan rutinitas yang padat, seringkali menimbulkan stress. Urban agriculture menjadi
pilihan aktivitas relaksasi yang murah dan produktif
4. Pengangguran
Urban agriculture merupakan aktifitas produktif sebagai salah satu kegiatan yang solutif untuk
mengatasi pengangguran perkotaan. Apalagi jika dilakukan secara kontinyu dan berorientasi
bisnis, akan sangat menguntungkan pelaksananya.
Vegetasi di perkotaan semakin sempit dan terbatas, sehingga keanekaragaman hayati rendah.
Urban agriculture dapat menambah keanekaragaman hayati di perkotaan dan menjadi sumber
oksigen tambahan, serta mengurangi polusi udara.
Kepadatan penduduk kota berbanding lurus dengan produksi sampah yang tinggi, terutama
sampah rumah tangga. Baik sampah organik, maupun sampah non organik (Mansur, I. 2019).
Apa lingkup urban farming? Menurut Mansur, I (2019) terdapat lima hal besar yang menjadi
lingkup urban farming seperti yang dijelaskan berikut ini.
Budidaya tanaman jenis ini menggunakan media tanam tanah yang ditambahkan bahan organik.
Misalnya, tanaman buah dalam pot atau dikenal dengan tabulampot, tanaman sayur dalam
kemasan bekas, dan lainnya.
2. Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu teknik budidaya tanaman secara modern, karena menggunakan
media tanam selain tanah. Media tanam yang digunakan berupa air dan substrat. Substrat sebagai
media tanam dapat berupa bahan organik dan nonorganik. Substrat bahan organik, diantaranya
hydrogel, arang sekam, cocopeat atau pecahan arang kayu. Sementara yang nonorganik,
diantaranya rockwool, hidroton, styrofoam, busa (foam). Teknik hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique), DFT (Deep Flow Technique), aquaponik, dan aeroponik.
3. Ternak
Ternak merupakan lingkup besar dari pertanian, yang memproduksi bahan pangan sumber
protein hewani. Aktivitas ternak yang mudah dilakukan di lahan sempit adalah budidaya ikan
dan unggas. Misalnya, budidaya ikan dalam ember (budikdamber).
4. Budidaya jamur
Produksi jamur konsumsi di lahan sempit menjadi keniscayaan pada saat ini. Mengapa? Hal ini
karena baglog jamur mudah didapatkan tanpa harus memperoduksi sendiri. Pembudidaya hanya
menyiapkan tempat produksi jamurnya saja. Walaupun demikian, tetap memperhatikan syarat
tumbuh jamur agar berproduksi maksimal. Selain itu, tempat yang bersih untuk penataan baglog,
suhu, kelembapan, sirkulasi uadara yang baik, dan pencahayaan, harus diperhatikan dengan
benar.
Gambar 4. Vertikultur
Sumber : cybex.pertanian.go.id Sumber : Kagama.id
Sumber : bmkg.go.id
Isu global merupakan fenomena yang terjadi sebagai permasalahan bersama seluruh bangsa di
dunia (global) dan menjadi pusat perhatian untuk dihadapi. Natalia, R.C (2018) menyatakan
ragam isu global yang juga terjadi di Indonesia saat ini diantaranya ada yang berkaitan langsung
dengan agribisnis tanaman, ada yang tidak. Isu-isu tersebut diantaranya
1. kemanusiaan: perang, kemiskinan, kelaparan;
2. perubahan iklim: pemanasan global, cuaca ekstrim, perubahan perilaku serangga,
mencairnya es di kutub;
3. alam dan lingkungan: berkurangnya luasan dan fungsi hutan karena pembalakan liar
dan kebakaran, bencana alam, polusi, sampah
4. krisis: krisis pangan, krisis regenerasi pertanian, krisis keuangan, krisis moral; dan
5. kesehatan: mal nutrisi/stunting, pandemi covid-19.
Semua itu sedang dihadapi hampir di semua negara terutama perubahan iklim dan dampaknya.
Isu lain yang tak kalah penting dan berkaitan langsung dengan agribisnis tanaman adalah krisis
pangan. Sebagai generasi milennial, kalianlah yang harus lebih banyak bergerak dan
berinovasi dalam menghadapi tantangan saat ini.
Menurut UU 18/2012 tentang Pangan, bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
Menurut UU 18/2012 tentang Pangan, bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
UU Pangan tidak hanya berbicara tentang ketahanan pangan, tetapi juga memperjelas dan
memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food
soveregnity) dengan kemandirian pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food
safety). “Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal” (bulog.co.id).
“Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat”. “Keamanan Pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi”(bulog.co.id).
Dampak langsung perubahan iklim dan pemanasan global adalah ledakan serangan OPT
(organisme pengganggu tanaman) terutama hama dan penyakit tanaman yang dapat
menyebabkan penurunan hasil panen bahkan kegagalan panen. Kegagalan panen juga
diakibatkan bencana alam seperti banjir yang merusak tanaman. Permasalahan
ketersediaan/ketahanan pangan lainnya di antaranya distribusi dalam rantai pasok (supply chain),
harga hasil pertanian yang fluktuatif, sistem pemasaran produk pangan, dan sifat/karakteristik
dari produk pertanian itu sendiri, yaitu mudah rusak (perishable), bulky, dan musiman. Oleh
karena itu, mari bersama-sama ikut andil menjaga ketahanan pangan kita tetap berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara. Cara tersebut, yaitu
1. pertanian terpadu (integrated farming), yang dapat
dilakukan dengan pola tanam polikultur, dan permakultur;
2. pengendalian OPT ramah lingkungan, pengendalian dengan agensia hayati, dan pestisida
nabati;
3. pertanian organik; dan
4. pertanian presisi.
DAFTAR PUSTAKA