PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bagian ini, peneliti akan membahas hasil dari penelitian yang telah
dilakukan di SD Cendekia Islamic School mengenai “Peran Guru dalam
Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran
Kooperatif Berbasis Permainan”. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3
bulan dimulai sejak bulan April hingga bulan Juni 2023. Berdasarkan temuan hasil
penelitian yang telah dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi, yang kemudian dianalisis. Selanjutnya, temuan data dari hasil
penelitian tersebut akan disajikan melalui pembahasan yang sesuai dengan teori dan
logika. Pembahasan dari temuan data dari hasil penelitian akan disajikan sesuai
dengan fokus penelitian yang diteliti agar lebih jelas, terurai dan terperinci. Berikut
pembahasan mengenai temuan data dari hasil penelitian ini.
102
103
materi yang akan dipelajari. Karena pada dasarnya, yang terdapat pada buku
pegangan guru merupakan materi inti, selebihnya dikembangkan kembali oleh
guru menyesuaikan dengan KD atau CP. Mengenai pengembangan materi
pembelajaran, Sabarudin (2018:6-8) mengemukakan bahwa dalam
pengembangan materi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan pada
prinsip kesesuaian, yakni materi yang dikembangkan harus relavan. Dalam hal
ini, untuk materi untuk Kurikulum 2013 harus sesuai dengan KD yang harus
dicapai. Sedangkan untuk materi Kurikulum Merdeka harus sesuai dengan CP
yang harus dicapai.
Ketika penyampaian materi pembelajaran, tentunya guru menggunakan
model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan sesuai dengan materi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di SD Cendekia Islamic School, model yang digunakan adalah model
pembelajaran kelompok dengan membagi peserta didik ke dalam beberapa
kelompok kecil secara heterogen, serta untuk setiap anggota kelompoknya
berjumlah 4-6 orang. Hal tersebut dikuatkan oleh teori dari Rusman (2016:202)
yang mengemukakan bahwa pembelajaran pembelajaran yang dilakukan
dengan membagi kelompok peserta didik secara heterogen yang berjumlah 4-
6 orang untuk setiap kelompoknya dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar dan bekerja sama adalah pembelajaran kooperatif (cooperative
learning).
Bagi guru-guru di SD Cendekia Islamic School khusunya guru kelas I,
pembelajaran kooperatif dianggap sebagai pembelajaran yang lebih efektif
dibandingkan peserta didik belajar secara mandiri. Terlebih lagi, peserta didik
di kelas I lebih mengukai pembelajaran kooperatif (berkelompok). Adanya
pembelajaran kooperatif dapat menjadikan peserta didik lebih bebas aktif dan
ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran karena di dalamnya terdapat kegiatan
kerja sama kelompopk, diskusi kelompok, bertukar pikiran, menghargai
pendapat teman, serta membantu teman. Sehingga melalui pembelajaran
kooperatif, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
dimilikinya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Abdul Majid (dalam
Lisdiana, 2019:168-169) bahwa salah satu tujuan pembelajaran kooperatif
106
meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar dan bekerja sama dengan
kelompok; 2) mengasah pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran; 3) menumbuhkan jiwa kompetitif dan sportif; dan 4) menerima
kekalahan. Hal tersebut dikemukakan pula oleh Muhammad (dalam Chan,
2017:113-114) bahwa salah satu prinsip metode permainan adalah permainan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya menantang dan
menimbulkan jiwa berkompetisi pada peserta didik sehingga peserta didik
semakin termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Adapun aturan main dari quizz games atau games tebak-tebakan di
antaranya: 1) kelompok peserta didik harus mendengarkan intruksi guru
dengan saksama; 2) kelompok peserta didik yang akan menjawab hendaknya
mengacungkan tangan terlebih dahulu; 3) batas waktu yang diberikan dalam
bepikir untuk menjawab setiap soalnya diberikan waktu hanya 10 detik dengan
menggunakan timer berupa bom yang ditampilkan pada papan tulis melaui
proyektor; 4) soal akan hangus apabila batas waktu pada bom telah berakhir;
5) kelompok peserta didik yang berhasil menjawab banyak soal akan
mendapatkan poin (10 atau 100 poin untuk setiap soalnya) dan mendapatkan
reward.
Cara-cara atau permainan-permainan di atas dapat diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran untuk memfasilitasi kelompok belajar peserta didik agar
tetap kondusif, aktif, menyenangkan, serta menambah semangat peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu menjadi jembatan bagi
peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosialnya. Karena pada
dasarnya, metode permainan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
khususnya dalam kegiatan kelompok belajar dimaksudkan untuk membuat
peserta didik merasa senang ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sesuai dengan prinsip metode permainan itu sendiri yang dikemukakan oleh
Muhammad (dalam Chan, 2017:113-114) bahwa permainan yang
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya menyenangkan bagi
peserta didik. Apabila peserta didik merasa senang, tentunya peserta didik tidak
akan merasa terpaksa ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran.
113
secara acak dan random tanpa adanya informasi atau pengumuman terlebih
dahulu dari kepala sekolah.
dasa tetaplah anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
diri. Oleh karena itu, dalam hal mengontrol diri, peserta didik di SD Cendekia
Islamic School telah menunjukkan perilaku yang sesuai seperti meminta maaf
ketika berbuat salah atau ketika mengganggu teman saat belajar, mengikuti
instruksi dari guru, serta berani menerima sanksi apabila tidak mematuhi
peraturan.
Ketika belajar secara kelompok, tentunya peserta didik akan saling
berinteraksi satu sama lain untuk berdiskusi dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil penelitian di SD Cendekia Islamic
School bahwa peserta didik telah menunjukkan iteraksinya kepada teman-
teman ataupun guru dengan baik. Adapun bentuk interaksi yang dilakukan
peserta didik di antaranya: 1) peserta didik menanyakan materi yang belum
dipahami kepada teman kelompoknya, 2) peserta didik melakukan kontak
mata dengan temannya ketika melakukan interaksi dalam diskusi kelompok,
3) peserta didik berempati ketika terdapat temannya yang menangis. Bentuk-
bentuk interaksi tersebut jika dikategorikan berdasarkan jenisnya maka
termasuk ke dalam tiga kategori yang dikemukakan oleh Afifah, dkk
(2022:11) bahwa jenis-jenis interaksi sosial dapat terbagi 3, yaitu: 1) interaksi
verbal, seperti menanyakan materi yang belum dipahami kepada teman
kelompoknya; 2) interaksi fisik, seperti melakukan kontak mata dengan
temannya ketika melakukan interaksi dalam diskusi kelompok; dan 3)
interaksi emosional, seperti berempati ketika terdapat temannya yang
menangis.
Selain berinteraksi, dalam belajar kelompok peserta didik dituntut
untuk mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan masing-masing sebagai
informasi untuk menjawab tugas yang diberikan oleh guru. Sudah menjadi
hal yang wajar apabila peserta didik aktif dalam berpendapat dan bertukar
pikiran pembelajaran berlangsung, khususnya dalam belajar kelompok,
karena memang hal tersebut merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran
yang berorientasi pada student centered. Selain itu, memang sudah menjadi
karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang senang dalam
merasakan/melakukan sesuatu. Peserta didik lebih senang jika dirinya tampil
119