Referat GBS - Kelompok 9 FIX
Referat GBS - Kelompok 9 FIX
Disusun oleh :
Supervisor :
dr. Sri Wahyuni S. Gani, M.Kes, Sp.S
i
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA NIM
Zarah Ainun YC065212015
Nur Islamy YC065212021
Willy Valerian Soumokil YC065212017
Eka Damayarti Adam YC065212018
Jonea Octavien Wijaya YC065212020
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR ISI
Halaman sampul.................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................... ii
Daftar Gambar ......................................................................................................iii
Daftar Tabel ..........................................................................................................iii
Daftar isi ................................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan .................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka .........................................................................................3
2.1 Definisi ......................................................................................................3
2.2 Epidemiologi .............................................................................................3
2.3 Etiologi ......................................................................................................4
2.4 Patofisiologi ...............................................................................................4
2.5 Klasifikasi ..................................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis ......................................................................................8
2.7 Diagnosis ...................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan .......................................................................................12
2.9 Diagnosis Banding ...................................................................................15
2.10 Komplikasi ............................................................................................16
2.11 Prognosis ...............................................................................................16
Bab III Kesimpulan ...............................................................................................17
Daftar Pustaka .......................................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom Guillain-Barre bisa terjadi pada semua kelompok usia. GBS lebih
sering terjadi pada anak usia 1-5 thn. Sindrom ini lebih umum terjadi pada pria
daripada wanita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasiri dkk pada 57
anak berusia 1 - 13 tahun yang didiagnosis GBS di rumah sakit Imam Hossein,
pusat rujukan pediatrik Provinsi Isfahan Iran Tengah pada tahun 2011 – 2014,
didapatkan bahwa frekuensi GBS secara keseluruhan lebih tinggi pada anak laki-
laki daripada perempuan (61,4% vs 38,6%).4
GBS dianggap sebagai gangguan autoimun yang dihasilkan dari sel T dan B
yang mengaktifkan respons imun terhadap beberapa agen infeksi sebelumnya
seperti Campylobacter jejuni, Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr,
Mycoplasma pneumoniae dan HIV. Meskipun jarang terjadi, tetapi ada laporan
yang menyatakanbahwa vaksinasi dan operasi dapat memicu GBS. Pada tahun
1976 ketika vaksinasiuntuk virus influenza A H1N1, terdapat 1 dari 100.000 orang
yang mengalami GBS. Kemudian pada tahun 2009 terdapat 1-6 kasus per
1.000.000 orang yang diberikan vaksin.5,6,7
Gejala klinis dari GBS umumnya terjadi kelemahan bilateral yang progresif
dan didahului baal selama 2-3 minggu setelah mengalami demam. Baal dan
kelemahan terjadi dari ekstremitas bawah bagian distal kemudian menjalar
ke bagian proksimal ke ekstremitas atas. Arefleksia atau menurunnya refleks
1
tendon di ekstremitas juga sering dijumpai. Selain itu, gejala-gejala tambahan
yang biasanya menyertai GBS antara lain gangguan pada N. Fasialis sisi
bilateral, facialflushing, kesulitan memulai BAK, kelainan dalam berkeringat,
dan penglihatan kabur (blurred visions).7
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
3
2.3 Etiologi
Penyebab GBS masih belum diketahui secara lengkap. Pada Sebagian besar
kejadian GBS terdapat riwayat infeksi yang mendahului beberapa minggu
sebelumnya. Setengah dari seluruh kasus terjadi setelah penyakit infeksi virus
ataubakteri seperti dibawah ini:7
2.4 Patofisiologi
Infeksi yang mendahului kasus GBS akan menimbulkan reaksi imun yang
akan merusak pada selubung myelin dan berhubungan dengan kerusakan pada
komponen sel Schwann dalam polineuropati demielinisasi. Selain selubung
myelin, maka pada neuropati akut aksonal motor maka aksolema atau membran
akson tentunya akan menjadi target utama dari injuri imun ini. Sebagian besar
pasien akan mengalami penurunan refleks tendon pada ekstrimitas yang terkena
defisit neurologis. Tingkat keparahan dan durasi penyakit ini sangat beragam
dari mulai kelemahan ringan (di mana pasien dapat pulih secara spontan) hingga
pasien mengalami kuadriplegia dan bergantung pada ventilator tanpa ada gejala
4
perbaikan selama beberapa bulan bahkan lebih lama. 7,13
Sel T memegang peranan penting pada penyakit GBS, dimana sel T help
merupakan prasyarat yang penting untuk maturasi sel B dan produksi antibodi.
Pada penderita GBS, sel T dijumpai di saraf perifer.14
5
Gambar 1. Perbedaan sel saraf normal dengan penderita GBS
6
2.5 Klasifikasi
7
2.6 Manifestasi Klinis
GBS seringkali muncul beberapa hari hingga beberapa minggu setelah gejala
infeksi virus pada saluran pernafasan atas atau pada saluran pencernaan. Biasanya
gejala neurologis pertama adalah kelemahan anggota gerak simetris, seringkali
juga diikuti dengan mati rasa. Berlawanan dengan kebanyakan neuropati, otot
proximal kadang terpengaruh lebih besar dibandingkan dengan otot distal. Pada
beberapa kasus, otot wajah, mata, dan orofaring terpengaruh lebih dahulu. Lebih
dari 50% pasien mengalami diplegia wajah, dan disfagia maupun disartria terjadi
dalam jumlah kasus yang serupa. Beberapa pasien membutuhkan ventilasi
mekanik. Refleks tendon bisa normal dalam beberapa hari awal namun hilang
pada hari-hari berikutnya. Derajat gangguan sensoris memiliki banyak variasi.
Pada beberapa pasien, semua modalitas sensoris terjaga dengan baik, pada kasus
lain terdapat penurunan pada persepsi posisi sendi, getaran, rasa sakit, temperatur
dengan distribusi pada telapak tangan dan kaki. Pasien kadang mengalami
papiledem, ataksia sensoris, dan respon ekstensor plantar yang tidak permanen.
Disfungsi autonom termasuk hipotensi ortostatik, tekanan darah yang labil,
takiaritmia, dan bradiaritmia, atau takikardia menetap sering terjadi pada kasus
yang lebih parah dan menjadi sebab utama morbiditas dan mortalitas. Banyak
juga kejadian nyeri otot, dan bisa terjadi peningkatan sensitivitas saraf pada
penekanan, namun tidak ada tanda iritasi meningen seperti rigiditas nuchal.12
Manifestasi klinis yang jelas seperti: gejala pasti GBS yaitu kelemahan
progresif pada kaki dan tangan (dimulai dari kaki terlebih dahulu) dan hilangnya
refleks pada pada tungkai yang lemah. Gejala tambahan lainnya: fase progresif
yang dimulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu (biasanya 2 minggu),
kesimetrisan yang relatif antara bagian tubuh kiri atau kanan, kelemahan pada
saraf kranial terutama kelemahan saraf fasialis bilateral, disfungsi autonomis, dan
kadang disertai nyeri.13
2.7 Diagnosis
8
diikuti kelemahan otot yang progresif, ascending, simetris serta arefleksia atau
menurunnya refleks tendon di ekstremitas juga sering dijumpai.2
Kriteria diagnosis GBS yang sering dipakai pada GBS adalah kriteria menurut
Gilroy dan Meyer, yaitu jika memenuhi lima dari enam kriteria berikut:2
1. Kelumpuhan flaksid yang timbul secara akut, bersifat difus dan simetris
yang dapat disertai oleh paralysis facialis bilateral.
2. Gangguan sensibilitas subyektif dan obyektif biasanya lebih ringan dari
kelumpuhan motoris.
3. Pada sebagian besar kasus penyembuhan yang sempurna terjadi dalam
waktu 6 bulan.
4. Peningkatan kadar protein dalam cairan otak secara progresif dimulai
pada minggu kedua dari paralisis, dan tanpa atau dengan pleositosis ringan
(disosiasi sito albuminemik).
5. Demam subfebril atau sedikit peningkatan suhu selama berlangsungnya
kelumpuhan.
6. Jumlah leukosit normal atau limfositosis ringan, tanpa disertai dengan
kenaikan laju endap darah.
9
Kriteria diagnosis menurut National Institute of Neurological and
Communicative Disorders and Stroke (NINCDS) sebagai berikut:10
10
(>50/mm3)
j. Peningkatan sel polimorfonuklear pada cairan serebrospinal (CSS)
Disfungsi saraf otonom sering ditemukan hingga dua pertiga kasus GBS
dengan manifestasi berupa aritmia, fluktuasi tekanan darah, respons
hemodinamik yang abnormal terhadap pengobatan, serta gangguan miksi,
defekasi dan berkeringat.
Derajat Deskri
psi
0 Sehat
6 Meninggal.
11
kecepatan impuls, pada penderita GBS sinyal yang berjalan di sepanjang saraf
lambat. Pemeriksaan EMG akan merekam aktivitas otot sehingga mampu
mendeteksi kelemahan reflek dan respon saraf. 2,15
Pemeriksaan MRI otak, pada 11% kasus ensefalitis batang otak Bickerstaff,
dapat ditemukan adanya lesi fokal pada T2W MRI di mesensefalon, thalamus,
serebelum, dan batang otak.20
2.8 Penatalaksanaan
Tidak ada obat yang diketahui dapat mengobati GBS. Beberapa terapi yang
dilakukan untuk mengurangi keparahan penyakit, mempersingkat waktu
penyembuhan serta mengobati komplikasi seperti pneumoni atau ulkus
decubitus.
Saat ini ada dua perawatan yang biasa digunakan untuk menghentikan
kerusakan saraf terkait kekebalan. Salah satunya adalahpertukaran plasma (PE,
juga disebut plasmaferesis); yang lainnya adalah terapi imunoglobulin dosis
tinggi (IVIg). Kedua pengobatan samaefektifnya jika dimulai dalam dua minggu
setelah timbulnya gejala GBS, tetapi imunoglobulin lebih mudah diberikan. PE
dapat bekerja dengan menghilangkan antibodi buruk yang telah merusak saraf.
Pemberian IVIg kepada penderita GBS, akan menyebabkan berkurangnya
serangan kekebalan pada sistem saraf. IVIg juga dapat mempersingkat waktu
pemulihan.15
12
perbaikan kekuatan motorik pasien, peningkatan GBS disability score, dan
penurunan kebutuhan penggunaan ventilator pada pasien dengan gagal napas. 19
Pemantauan fungsi paru dapat dilakukan setiap 1-4 jam untuk meminimalkan
risiko gagal napas berupa evaluasi frekuensi serta kedalaman napas, kapasitas
vital paru-paru, dan kemampuan refleks batuk.
13
Perawatan rehabilitasi
14
2.9 Diagnosis Banding
GBS harus dibedakan dengan beberapa kelainan susunan saraf pusat seperti
mielopati dan poliomyelitis. Pada mielopati ditemukan adanya spinal cord
syndrome dan pada poliomielitis kelumpuhan yang terjadi biasanya asimetris,
dan disertai demam. GBS juga harus dibedakan dengan neuropati akut lainnya.
Kelainan neuromuscular junction seperti botulism dan myasthenia gravis juga
harus dibedakan dengan GBS. Pada botulism terdapat keterlibatan otot otot
ekstraokular dan terjadi konstipasi. Sedangkan pada myasthenia gravis terjadi
ophtalmoplegia. Miositis juga memberikan gejala yang mirip dengan GBS,
namun kelumpuhan yang terjadi sifatnya paroxismal. Pemeriksaan CPK
menunjukkan peningkatan sedangkan LCS normal. 16
• Poliomyelitis
Penyakit ini ditandai dengan adanya demam dan myalgia yang berat, diikuti
dengan kelumpuhan otot tipe flaksid yang asimetris. Pada cairan serebrospinal
dijumpai pleocytosis dan tidak dijumpai keterlibatan sensorik.17
• Botulism
Onset yang tiba – tiba dari paralisis general dengan disertai salah satuapakah
hipo atau hiperkalemik.17
• Polymyositis akut
15
phosphokinase meningkat.17
• Myasthenia gravis
2.10 Komplikasi
Komplikasi dan efek akut dari GBS yang dapat terjadi seperti kegagalan
pernapasan neuromuscular, kelemahan wajah dan kelumpuhan bulbar, Disfungsi
otonom termasuk aritmia jantung, tekanan darah labil dan hipotensi postural,
ileus paralitik dan retensi urin, serta sindrom sekresi ADH yang tidaktepat.12
2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik tetapi pada sebagian kecil dapat meninggal atau
mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu
3 bulan bila dengan keadaan :18
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
3. C. f. D. C. a. P. "https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/guillain-
barresyndrome.html#," Centers for Disease Control and Prevention, 14
Agustus 2020. [Online]. Available:
https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/guillain- barresyndrome.html#.
[Accessed 20 Oktober 2021].
5. V. Ansar and N. Valadi, "Guillain-Barre Syndrome," Prim Care, vol. 2, no. 42,
pp. 189193,2015.
10.T. Anindhita and W. Wiratman, Buku Ajar Neurologi, Jilid 2. Edisi Pertama,
Jakarta:Departemen Neurologi FK UI, 2017.
18
15. N. I. o. N. D. a. S. "https://www.ninds.nih.gov," NIH, 16 Maret 2020. [Online].
Available: https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-
Education/FactSheets/Guillain-Barr%C3%A9-Syndrome-Fact-Sheet#3139_4.
[Accessed20 Oktober 2021].
16. Rianawati, Sri Budhi. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Sagung Seto. 2017.17
18. Hakim, Manfaluthy, 2011, Guillain Barre Syndrome Vol 2 No.4, Jakarta :
Departemen Neurologi FKUI-RSCM p 09-16.
19. Anindhita T, Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi, Jilid 2. Edisi Pertama.
Jakarta: Departemen Neurologi FK UI.
20. Manfaluthy Hakim, Suryani Gunadharma, Mudjiani Basuki, 2018. Buku GBS
CIDP MG IMUNNOTERAPI. Edisi Pertama. Jakarta: Kelompok Studi
Neurofisiologi Klinik dan Saraf tepi Pengurus Pusat PERDOSSI.
19