Anda di halaman 1dari 7

Identifikasi Jamur Trichophyton Rubrum pada Kuku Kaki Petugas

Pengangkut Sampah di Dinas Permukiman dan Lingkungan Hidup

Suparyati, Winarti Apriliani


Email: yatiesp@yahoo.co.id
Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, Indonesia
Jl. Ade Irma Suryani No. 6 Tirto Kab. Pekalongan
Telp/Fax (0285) 4416833

Abstrak
Latar Belakang: Trichophyton rubrum merupakan salah satu spesies jamur yang menyebabkan
dermatofitosis. Dermatofitosis ialah penyakit jamur yang dapat menyerang jaringan yang
mengandung zat tanduk (keratin) pada kuku, rambut, serta stratum korneum pada epidermis.
Petugas pengangkut sampah merupakan pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya bagi kesehatan
maupun keselamatan kerja karena selalu berinteraksi dengan sampah. Hal ini menyebabkan
petugas pengangkut sampah rentan terhadap infeksi jamur kuku. Sampel yang digunakan adalah
kerokan kuku kaki petugas pengangkut sampah di Dinas Permukiman dan Lingkungan hidup di
Kabupaten Pekalongan. Untuk mengetahui adanya jamur Trichophyton rubrum pada kuku kaki
petugas pengangkut sampah di Dinas Permukiman dan Lingkungan hidup di Kabupaten
Pekalongan, dan untuk mengetahui berapa persentase jamur Trichophyton rubrum pada kuku kaki
petugas pengangkut sampah di Dinas Permukiman dan Lingkungan hidup di Kabupaten
Pekalongan. Jenis penelitian ini yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode kerokan kuku
kaki. Sampel yang digunakan yaitu kuku kaki petugas pengangkut sampah dengan jumlah populasi
sebanyak 13 orang yang bertugas di Dinas Permukiman dan Lingkungan hidup di Kabupaten
Pekalongan dengan 13 sampel kuku kaki. Hasil pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis
pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dari 13 sampel kuku kaki petugas pengangkut
sampah di dapat hasil positif jamur Trichophyton rubrum sebanyak 4 sampel (30,77%) dan negatif
jamur Trichophyton rubrum sebanyak 9 sampel (69,23%). Terdapat infeksi jamur Trichophyton
rubrum sebanyak 4 sampel (30,77%) pada kuku kaki petugas pengangkut sampah.

Kata kunci: trichophyton rubrum; kuku kaki; petugas pengangkut sampah.

Abstract
Background: Trichophyton rubrum is one of the species of fungus the causes dermatofitosis.
Dermatofitosis is a fungal disease that attacks tissues containing keratin in the nails, hair, and
stratum corneum in the epidermis. Delivery workers are occupational hazard to health and safety
because of their close contact with trash. This leaves the trashmen susceptible to fingernail mold
infections. The sample used was the hoisting of a garbage workers at the residential and
environmental services in rural districts. To find out the Trichophyton rubrum fungus in the
toenails of the settlements and environment service in Pekalongan district. And to find out what
the percentage of the Trichophyton rubrum fungus is in the toenails of the settlement and
environment workers in Pekalongan district. The type of research used is descriptive using
toenails. The sample used was the toenails of a garbage worker with a population of 13 people
serving in the settlement and environment services in Pekalongan district with 13 samples. A
macroscopic and microscopic examination of the media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) from 13
toenails samples of the garbage carrier’s hoof found a positive effect on the Trichophyton rubrum
fungus as many as 4 samples (30,77%) and negative effect on the Trichophyton rubrum fungus as
many as 9 samples (69,23%). There’s a fungal infection of Trichophyton rubrum with 4 samples
(30,77%) in the toenails of a garbage carrier.

Keywords: trichophyton rubrum; toenails; the garbage man.

67
68
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

1. Pendahuluan Tinea Pedis sering disebabkan


Indonesia merupakan negara oleh Trichophyton rubrum yang
yang memiliki cuaca lembab dan memberikan kelainan menahun.
panas, serta menggambarkan Sebagian penderitanya merasa
wilayah ideal untuk pertumbuhan terganggu ketika muncul bau tidak
mikroorganisme seperti jamur. sedap. Hal ini tidak menutup
Berbagai macam jamur dapat hidup kemungkinan munculnya infeksi
di atas sebagai substrat, pada bakteri (infeksi sekunder).(4)
habitat yang beragam serta Menurut UU Nomor 18 Tahun
penyebarannya luas melalui spora 2008 tentang pengelolaan sampah,
yang bebas berterbangan di udara, dijelaskan bahwa sampah
tanah, maupun di permukaan merupakan permasalahan nasional
benda.(1) sehingga pengolahannya perlu
Trichophyton rubrum dilakukan secara komprehensif dan
merupakan jamur yang sering terpadu dari hulu ke hilir guna
menyebabkan dermatofitosis. untuk memberikan manfaat secara
Jamur ini banyak ditemukan pada ekonomi, kesehatan bagi
kulit, rambut, kuku jari, dan kuku masyarakat, lingkungan menjadi
kaki. Trichophyton rubrum ialah aman, serta dapat mengubah
salah satu spesies jamur yang perilaku masyarakat. Hal ini sangat
menyebabkan penyakit yang sering diperlukan adanya petugas
menjangkit masyarakat. pengelola sampah, salah satunya
Trichophyton rubrum menyerang petugas pengangkut sampah.(5)
jaringan kulit serta menimbulkan Infeksi jamur pada kuku dapat
sebagian peradangan kulit.(2) Infeksi dipengaruhi oleh faktor Personal
jamur pada kuku banyak hygiene. Personal hygiene
menyerang seseorang yang kontak merupakan bagian terpenting bagi
langsung dengan lingkungan yang kesehatan, apabila personal hygiene
lembap dan kotor seperti petugas tidak baik maka akan sangat
sampah, pemulung dan petani. berdampak bagi kesehatan
Petugas sampah merupakan profesi seseorang. Kemudian tubuh akan
yang sangat beresiko terinfeksi mudah terserang penyakit seperti
jamur, karena petugas sampah penyakit kulit, penyakit infeksi,
bekerja di tempat yang lembab, penyakit mulut serta penyakit
kotor serta dibawah terik matahari. saluran cerna. Petugas pengangkut
Tinea unguium disebut dengan sampah dapat melakukan
onychomycosis yaitu peradangan pencegahan dengan menerapkan
pada lempeng kuku akibat jamur personal hygiene, seperti
dermatofita, non-dermatofita kebersihan kulit, kebersihan
maupun yeast. Sebagian peneliti rambut, kebersihan mulut,
menyebutkan apabila 80-90% kasus kebersihan tangan, kaki serta
Tinea unguium dapat diakibatkan kuku.(6)
oleh jamur dermatofita. Terutama Hal ini berhubungan dengan
Trichophyton rubrum serta pekerjaan yang dilakukan oleh
Trichophyton mentagrophytes, dari petugas pengangkut sampah yang
5-17% disebabkan oleh yeast kontak langsung dengan sampah.
terutama Candida Sp. Serta 35% Sehingga sangat penting bagi
disebabkan oleh non-dermatofita petugas pengangkut sampah untuk
seperti Aspergillus Sp maupun selalu menerapkan personal
Scopulariopsis.(3) hygiene. Sejalan dengan penelitian

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


69
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

yang dilakukan Dalimunthe (2016) petugas pengangkut sampah yang


petugas pengangkut sampah di bekerja di Dinas Permukiman dan
Kota Padangsidimpuan, yaitu Lingkungan hidup di Kabupaten
sebesar 63,8% responden memiliki Pekalongan yang berjumlah 50
personal hygine yang tidak baik orang. Sampel yang digunakan
karena kurangnya memperhatikan berjumlah 13 petugas pengangkut
personal hygiene seperti mengganti sampah. Pengambilan sampel
baju pengaman setiap hari, dilakukan dengan menggunakan
membersihkan diri setelah selesai random sampling dengan cara
bekerja, cuci tangan serta kaki kocokan menggunakan kertas yang
menggunakan sabun setelah selesai berisikan nama responden, yang
bekerja dan pemakaian kaos kaki sebelumnya sudah dihitung dengan
yang tidak bersih saat bekerja.(7) rumus slovin. Spesimen yang
Berdasarkan observasi dan dipakai pada penelitian ini adalah
wawancara yang dilakukan oleh kerokan dari kuku kaki petugas
peneliti, dapat dilihat dari personal pengangkut sampah. Pemeriksaan
hygiene petugas pengangkut dilakukan di Laboratorium
sampah seperti kebersihan kuku, Mikologi Akademi Analis
mempunyai kuku yang panjang dan Kesehatan Pekalongan.
hitam, tidak hanya itu masih
banyak petugas pengangkut sampah 3. Hasil dan Pembahasan
yang tidak memakai Alat Pelindung Hasil penelitian Identifikasi
Diri lengkap pada saat bekerja. Jamur Trichophyton rubrum pada
Kebanyakan dari mereka memiliki kuku kaki petugas pengangkut
kerusakan pada kuku, sering sampah di Dinas Permukiman dan
memakai sepatu tertutup dalam Lingkungan hidup di Kabupaten
jangka waktu lama, berada di Pekalongan disajikan pada tabel 3.1
lingkungan yang lembab dan kotor. berikut:
Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan
penelitian tentang “Identifikasi makroskopis dan mikroskopis pada
jamur Trichophyton rubrum pada kuku kaki petugas pengangkut
kuku kaki petugas pengangkut sampah dari koloni di media
sampah di Dinas Permukiman dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Lingkungan hidup di Kabupaten dengan pengecatan Lactophenol
Pekalongan”. Cotton Blue (LPCB).
No Morfologi Makroskopis Mikroskopis
2. Metode Penelitian 1. Warna Putih Biru
Desain penelitian ini adalah 2. Bentuk Bulat seperti Hifa lurus
deskriptif yaitu Identifikasi Jamur kapas bersekat
Trichophyton rubrum pada Kuku Mikrokonidia
Kaki Petugas Pengangkut Sampah lonjong
di Dinas Permukiman dan seperti tetesan
Lingkungan hidup di Kabupaten air mata
Pekalongan, dalam penelitian ini
adalah Identifikasi jamur Tabel 3.1 di atas, menjelaskan
Trichophyton rubrum pada kuku hasil pengamatan secara
kaki petugas pengangkut sampah di makroskopis, yaitu terlihat adanya
Kabupaten Pekalongan. Populasi jamur Trichophyton rubrum dengan
pada penelitian ini adalah kuku kaki ciri koloni berwarna putih,

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


70
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

berbentuk bulat seperti kapas dan Tabel 3.3. Hasil persentase pertumbuhan
secara mikroskopis terlihat jamur Trichophyton rubrum pada
mikrokonidia lonjong seperti biakan atau kultur media Sabouraud
tetesan air mata dan hifa lurus Dextrose Agar (SDA) pada kuku
bersekat. kaki petugas pengangkut sampah.
No Hasil Jumlah Persentase
Tabel 3.2 Hasil pertumbuhan jamur 1. Positif 4 30,77%
Trichophyton rubrum dengan sampel 2. Negatif 9 69,23%
kuku kaki petugas pengangkut Total 13 100%
sampah pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). Berdasarkan pada data tabel
No Kode Sampel Hasil 3.3 di atas maka dapat diketahui
1. K1 Negatif bahwa dari 13 sampel kuku kaki
2. K2 Negatif petugas pengangkut sampah
3. K3 Positif terdapat hasil positif ditemukan
4. K4 Negatif jamur Trichophyton rubrum
5. K5 Negatif sebanyak 4 sampel (30,77%) dan
6. K6 Negatif hasil negatif tidak ditemukan jamur
7. K7 Negatif Trichophyton rubrum sebanyak 9
8. K8 Positif sampel (69,23%).
9. K9 Negatif
10. K10 Positif Berdasarkan hasil penelitian
11. K11 Positif pada tabel 3.2 yang telah dilakukan
No Kode Sampel Hasil oleh peneliti, dari 13 sampel
kerokan kuku kaki pada petugas
12. K12 Negatif
pengangkut sampah yang diperiksa
13. K13 Negatif
terdapat hasil positif jamur
Trichophyton rubrum sebanyak 4
Berdasarkan data tabel 3.2
sampel (30,77%) dan hasil negatif
maka dapat dijelaskan bahwa hasil
tidak ditemukan jamur
positif menunjukkan adanya jamur
Trichophyton rubrum sebanyak 9
Trichophyton rubrum sebanyak 4
sampel (69,23%). Hasil positif
(30,77%), sedangkan hasil negatif
jamur Trichophyton rubrum
tidak ditemukan jamur
memiliki ciri-ciri kuku yang
Trichophyton rubrum sebanyak 9
meliputi kuku yang menebal,
(69,23%).
perubahan warna pada kuku seperti
putih, kuning dan kehitaman, rapuh
dan mudah patah, dan berubah
bentuk. Jamur Trichophyton
rubrum memiliki ciri morfologi
koloni berwarna putih, bentuk bulat
seperti kapas. Morfologi
mikroskopis dengan ciri warna
biru, hifa lurus bersekat,
mikrokonidia dengan bentuk
lonjong seperti tetesan air mata,
mikrokonidia berdinding halus, dan
makrokonidia seperti pensil
terdapat beberapa sel.

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


71
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

Hasil positif dapat disebabkan pengangkut sampah setelah bekerja


karena petugas sampah sering tidak ada yang tidak langsung mencuci
menggunakan APD, kurang kaki dan ada yang mencuci kaki.
memperhatikan personal hygiene, Sehingga hal tersebut akan
waktu bekerja yang cukup lama mempengaruhi hasil. Faktor lain
kurang lebih 3-7 tahun dan dalam yang tidak dapat dikendalikan
sehari 5-9 jam.(8) Petugas sampah seperti lama waktu bekerja tiap
sering kontak langsung dengan harinya, massa kerja, dan pH.
sampah yang mengandung kuman Infeksi jamur kuku merupakan
patogen sehingga dapat faktor yang sangat berpengaruh
menimbulkan penyakit terhadap terhadap kualitas sumber daya
tubuh.(9) manusia, karena dapat mengganggu
Sepatu boots adalah alat produktivitas kerja. Secara umum
pelindung diri yang digunakan para faktor yang mempengaruhi infeksi
pekerja petugas pengangkut sampah jamur kuku antara lain kondisi
untuk melindungi diri khususnya sanitasi lingkungan dan hygiene
pada bagian kaki. Pemakaian sepatu perorangan yang buruk. Untuk
boots dengan waktu yang lama menurunkan prevalensi infeksi
merupakan salah satu pencetus jamur kuku ini dengan cara
terjadinya penyakit jamur/infeksi memutus mata rantai yaitu
jamur. Faktor infeksi jamur pada meningkatkan sanitasi lingkungan
kuku sangat berbahaya, jamur kuku dan hygiene perorangan merupakan
yang sudah parah dapat usaha yang penting untuk
menyebabkan kerusakan permanen memutuskan mata rantai penularan
pada kuku. Kerusakan itu dapat penyakit jamur kuku. Ketersediaan
menyebabkan infeksi serius (infeksi sarana serta prasarana yang
sekunder) bisa menyebar ke seluruh memadai, mencuci tangan dengan
tubuh. Terutama apabila sabun setelah bekerja,
penderitanya mempunyai daya menggunakan alat pelindung diri
tahan tubuh yang melemah, (APD) saat bekerja, serta menjaga
misalnya akibat penggunaan obat- kebersihan kuku. Hasil penelitian
obatan imunosupresan dan diabetes. ini sejalan dengan penelitian
Faktor yang dapat mempengaruhi sebelumnya yang dilakukan oleh
tumbuhnya jamur karena kondisi Rizky Firman Hartati (2017).
kaki petugas pengangkut sampah Dengan hasil penelitian
yang sering kontak langsung ditemukannya jamur Trichophyton
dengan tempat kotor, basah dan rubrum (40%) pada petani yang
lembab. Banyak sampel positif terinfeksi Tinea Pedis.(10)
dikarenakan oleh beberapa faktor Pencegahan agar kuku tidak
antara lain berdasarkan pengamatan terinfeksi dapat dilakukan dengan
peneliti, aktivitas petugas cara mencuci tangan dan kaki
pengangkut sampah yang sehari- menggunakan sabun dan memotong
hari berada di lingkungan yang kuku dan menggunakan APD saat
kotor, basah dan lembab. Faktor bekerja sebagai upaya mencapai
yang mempengaruhi pertumbuhan keselamatan dan kesehatan kerja.(11)
jamur seperti kelembaban, suhu,
pH, substrat ada tetapi tidak diteliti. 4. Kesimpulan
Faktor yang tidak dapat Dari hasil penelitian dapat
dikendalikan oleh peneliti pada saat disimpulkan bahwa terdapat jamur
pengambilan sampel pada petugas Trichophyton rubrum pada kuku

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


72
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

kaki petugas pengangkut sampah di [5] Undang-Undang Republik


Dinas Permukiman dan Indonesia Nomor 18 Tahun
Lingkungan hidup di Kabupaten 2008 Tentang Pengelolaan
Pekalongan. Dari 13 sampel kuku Sampah. 2018. 1–46 p.
kaki petugas pengangkut sampah [6] Lolowang, R. M., Kawatu, A. .
yang positif ditumbuhi jamur P. & Kalesaran F. A.
Trichophyton rubrum sebanyak 4 Gambaran Personal Hygiene,
sampel dan yang tidak ditumbuhi Penggunaan Alat Pelindung
jamur Trichophyton rubrum Diri dan Keluhan Gangguan
sebanyak 9 sampel kuku kaki Kulit pada Petugas Pengangkut
petugas pengangkut sampah dengan Sampah di Kota Tomohon. J
persentase hasil positif sebesar Kesmas. 2020;9(5).
(30,77%) dan hasil negatif sebesar [7] Dalimunthe, Khodijah
(69,23%). Tussolihin. Pengaruh
Karakteristik, Personal
5. Daftar Pustaka Hygiene dan Alat Pelindung
[1] Sinaga N. Identifikasi Jamur Diri (APD) dengan Gangguan
Pada Kuku Petani Di Desa Kelainan Kulit pada Petugas
Gajah Dusun VIII Kecamatan Pengangkut Sampah di Kota
Meranti Kabupaten Asahan. Padangsidimpuan Tahun 2016.
Karya Tulis Ilmiah, Politeknik Tesis, Universitas Sumatera
Kesehatan Medan Jurnal Utara; 2016.
Analisa Kesehatan 1 (2019). [8] Supriyatin. Identifikasi Jamur
2016; Trichophyton rubrum dan
[2] Ruhyadin U. Identifikasi Trichophyton mentagrophytes
Jamur Trichophyton rubrum Pada SelaSela Jari Kaki
Penyebab Tinea Pedis Pada Pekerja Cuci Steam Motor
Pedagang Ikan Di Pasar Atau Mobil Yang Berada Di
Cikurubuk Kota Tasikmalaya Desa Arjawinagun Kabupaten
Tahun 2016. Karya Tulis Cirebon. e-Journal. 2018;
Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu [9] Ambarsari, D. D. & Mulasari
Kesehatan. Muhammadiyah SA. Faktor-Faktor yang
Ciamis. Berhubungan Dengan Keluhan
[3] Setianingsih, I., Arianti, D. C. Subyektif Dermatitis Kontak
& Fadilly A. Prevalensi, Agen Iritan Pada Petugas Pengepul
Penyebab, dan Analisis Faktor Sampah Di Wilayah Kota
Risiko Infeksi Tinea Unguium Yogyakarta. Kesehat Lingkung
pada Peternak Babi di Indones. 2018;2:80–6.
Kecamatan Tanah Siang, [10] Hartati F. Identifikasi Jamur
Provinsi Kalimantan Tengah. J Trichophyton rubrum pada
Epidemiol dan Penyakit petani yang terinfeksi Tinea
Bersumber Binatang. Pedis KTI DIII Analis
2015;5:156. Kesehatan Sekolah Tinggi
[4] Asali, T. et al. Uji Resistensi Ilmu Kesehatan Insan
Jamur Penyebab Tinea Pedis Cendekia Medika Jombang.
pada Satuan Polisi Pamong 2017.
Praja Kota Pontianak terhadap
Griseofulvin. Kesehat
Khatulistiwa. 2018;4:658.

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


73
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

[11] Rusidian P. M. Studi Tentang


Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Petugas
Pengangkut Sampah Di
Kabupaten Magetan Tahun
2018. Jurnal Penelitian. 2018

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai