Anda di halaman 1dari 76

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“Hubungan konten karakteristik hewan dengan sifat manusia dalam kurikulum


merdeka belajar”
(Dosen pengampu: Dr.Andi Imrah Dewi S.Pd.,M.Sn)

Disusun oleh Kelompok 1:


1. Gusti Ayu Dian Sukerti (A40123098)
2. Mesyan guswan metoli (A40123084)
3. Mawar Anggraini Aristan (A40123106)
4. Olvi octavin tampusu (A40123089)
5. Baiq linda rahmawati (A40123
6. Widya aprliani (A40123
7. Dwi agrista tahendung (A40123
8. Shafiyyah mawaddah (A40123085)
9. Sabrina aprilia (A40123113)
10. Nurhana Galagi (A40123094)
11. Gusmiatni dediyana Basira (A40121339)
12. Zhidan Ahmad (A40123100)
13. Gusti Ngurah Putra Utama (A40123

KELAS C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang hingga saat ini masih

memberikan kami kesempatan, senang, iman dan kesehatan. sehingga diberi untuk

menyelesaikan makalah tentang “Hubungan konten karakteristik hewan dengan sifat manusia

dalam kurikulum merdeka belajar” Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai

mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN yang diampu oleh yang terhormat ibu

Dr.Andi Imrah Dewi S.Pd.,M.Sn

Penulis juga Mengucapkan Terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap

pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian

hingga selesainya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis

ini masih jauh dari sempurna benar kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan

penulis. Maka dari kami penulis dengan senang hati menerima kritik dan Saran yang

membangun dari pembaca sekalian. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Palu,24 Februari 2024

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Merdeka
B. Analsis kurikulum Merdeka
C. Hubungan Karakteristik hewan dengan sifat manusia dalam kurikulum
merdeka
D. Penerapan pembelajaran
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik hewan merupakan salah satu materi penting dalam kurikulum

Merdeka Belajar yang bertujuan untuk mengenalkan siswa pada berbagai jenis hewan

dan ciri-ciri unik yang dimiliki oleh masing-masing hewan. Dengan memahami

karakteristik hewan, siswa dapat lebih memahami keberagaman makhluk hidup di

sekitar mereka serta memperoleh pengetahuan yang berguna untuk menjaga

kelestarian hewan dan lingkungan.Hubungan antara konten dan karakteristik hewan

dengan sifat manusia dalam kurikulum merdeka belajar dapat dilihat dari beberapa

aspek seperti keanekaragaman hayati, empati dan peduli, adaptasi dan kreativitas,

perlindungan dan konservasi.integrasi konten karakteristik hewan dalam kurikulum

merdeka tidak hanya memberikan pemahaman tentang dunia hewan tetapi juga dapat

membantu membentuk sifat sifat positif pada manusia

Adapun Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran

dilakukan berdasarkan kebijakan-kebijakan berikut ini:

1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:

Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang

Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan merupakan

kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya pada

akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum

darurat dan Kurikulum Merdeka.

4
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:

Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan

Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup

materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi merupakan

bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan

wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) konsep keilmuan;

dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Standar isi menjadi acuan untuk

Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.

3. Permendikbudristek No. 262/M/2022:

Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka

Pemulihan Pembelajaran. Memuat struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait

pembelajaran dan asesmen, Projek Penguatan Profil Pelajar Peancasila, serta beban

kerja guru.

4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022:

Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan

Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian

Pembelajaran untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum

Merdeka.

5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022:

Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum

Merdeka. Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar Pancasila

yang dapat digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.

5
6. Surat Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023:

Menindaklanjuti Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

Teknologi Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang

Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.

Satuan pendidikan dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara

bertahap sesuai kesiapan masing-masing. Sejak Tahun Ajaran 2021/2022 Kurikulum

Merdeka telah diimplementasikan di hampir 2500 sekolah yang mengikuti Program

Sekolah Penggerak (PSP) dan 901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai bagian

dari pembelajaran dengan paradigma baru. Kurikulum ini diterapkan mulai dari TK-

B, SD & SDLB kelas I dan IV, SMP & SMPLB kelas VII, SMA & SMALB dan SMK

kelas X. Mulai Tahun Ajaran 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih untuk

mengimplementasikan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-masing mulai TK-B

kelas I, IV, VII, dan X. Pemerintah menyiapkan angket untuk membantu satuan

pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya untuk menggunakan Kurikulum Merdeka

Menurut Audrey Nichollsdan Howard Nicholls, sebagaimana dipahami oleh

Oemar Hamalik bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan

kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke

arahperubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di manaperubahan

dimaksud telah terjadi pada diri siswa.12 Fungsi dasar atau landasan pengembangan

kurikulum adalahseperti fondasi sebuah bangunan. Sebuah gedung yang

menjulangtinggi berdiri di atas fondasi yang rapuh tentu tidak akan bertahanlama.

Oleh sebab itu, sebelum sebuah gedung dibangun, terlebihdahulu dibangun fondasi

yang kokoh.

6
Kembali Oemar Hamalik dalam bukunya Dasar-dasar Pengembangan

Kurikulum menyebutkan:

Tujuan pengembangan kurikulum adalah goals danobjectives. Tujuan sebagai

goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan

pencapaiannya relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih

bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dalam jangka pendek.Tujuan

pengembangan kurikulum, sesuai dengan yangdikemukan oleh para ahli pendidikan

dapat disimpulkan, bahwa pengembangan kurikulum itu bertujuan untuk merumuskan

suatu proses dinamika yang dapat menjawab tantangan terhadap tuntutan perubahan

yang terjadi dalam pemerintahan dan bersifat umum. Pencapaiannya relative dalam

jangka panjang, sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana menyusun konten karakteristik hewan yang sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan pemahaman siswa?

2) Bagaimana mengintegrasikan karakteristik hewan ke dalam berbagai mata

pelajaran yang ada dalam kurikulum Merdeka Belajar?

3) Bagaimana menyajikan materi karakteristik hewan secara menarik dan interaktif

agar siswa lebih tertarik dan terlibat dalam pembelajaran?

4) Bagaimana mengevaluasi pemahaman siswa terhadap karakteristik hewan dan

mengukur pencapaian kompetensi yang diharapkan dari materi tersebut?

5) memastikan bahwa pembelajaran tentang karakteristik hewan dapat memberikan

dampak positif pada kesadaran lingkungan dan kepedulian siswa terhadap

keberagaman makhluk hidup?

7
1.3 Tujuan

1) Menyajikan informasi mengenai berbagai jenis hewan dan ciri-ciri uniknya

kepada siswa.

2) Mendorong siswa untuk lebih peduli terhadap keberagaman makhluk hidup di

sekitar mereka.

3) Mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga kelestarian hewan dan

lingkungan.

4) Membantu siswa mengembangkan keterampilan observasi dan pemahaman

tentang dunia alam.

8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kurikulum

2.1.1 Pengertian kurikulum

Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang berarti

bahan pengajaran. Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan

untuk menunjukan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk

mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian diatas sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Saylor. Alexander, dan Lewis dalam buku Wina Sanjaya

menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh

peserta didik."

Pengertian Kurikulum menurut Ahli pendidikan:

1) Kurikulum memang diperuntukkan untuk anak didik, seperti yang

diungkapkan Murray Print (1993) yang mengungkapkan bahwa kurikulum

meliputi:

a) Plannned learning experiences

b) Offered withinan educational institution/program

c) Represented as a document; and

d) Includes experiences resulting from implementings

Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan

pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang

diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil implementasi dokumen

yang telah disusun.

9
2) J.Galen Saylor dan Willian M.Alexander dalam buku

Curriculum Planning for Better Teaching and Learning (1956)

menjelaskan kurikulum sebagai berikut. "The Curriculum is the sum

total of school's efforts to influence learning, whetever in the

classroom, on the playground, or out of school." Jadi segala usaha

sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan

kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum.

Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler.

Dari perspektif historis dari masa ke masa, determinan paradigma politik dan

kekuasaan yang secara bersama-sama mewarnai dan mempengaruhi secara kuat

sistem pendidikan Indonesia selama ini. Corak sistem pendidikan suatu Negara pada

gilirannya kembali pada stakeholder yang paling berkuasa dalam pengambilan

kebijakan. Pada tataran ini, maka sistem politiklah yang berkuasa. Siapa yang

berkuasa. pada periode tertentu akan menggunakan kekuasaannya untuk menentukan

apa dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Kecenderungan inilah yang

kemudian turut menjadi penguat pada apa yang kemudian disitilahkan "ganti menteri

ganti kebijakan", termasuk didalamnya kurikulum pendidikan, sebab muatan-muatan

politis, value, ideologi, maupun tujuan- tujuan tertentu yang diinginkan penguasa

acapkali juga disetting sedemikian rupa dalam kerangka kurikulum.

2.1.2 Pengembangan kurikulum

Menurut (Susilana, dkk.: 2006) pengembangan kurikulum dikelompokkan

dalam empat jenis landasan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan

sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

10
1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-

asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam,

analitis, logis dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan,

membina dan mengembangkan kurikulum.

Landasan pengembangan kurikulum yang pertama adalah landasan

filosofis, yang berkaitan dengan hakikat dari filsafat dan juga pendidikan.

Filsafat atau pandangan hidup dalam dunia pendidikan bertujuan untuk

memberikan arah bagi peserta didik dalam belajar.

Ketika memiliki arah belajar yang jelas, peserta didik dapat

mengeksploitasi kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga dapat mencapai

hasil terbaiknya. Berkaitan dengan filsafat, setiap bangsa atau pada kelompok

masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka dari itu arah pendidikan

sering kali tidak sama, tetapi hasilnya akan sama yaitu membentuk karakter

pesertadidik dengan baik.

Indonesia memiliki landasan pengembangan kurikulum yang jelas

yaitu pancasila. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan Indonesia adalah

membentuk manusia yang dapat hidup bernegara, berbangsa, dan

bermasyarakat dengan tuntunan nilai-nilai pancasila.

Sistem pendidikan di negara ini juga telah tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan

Nasional). Adanya undang-undang tersebut, maka pelaksanaannya di

Indonesia harus berlandaskan pada peraturan tersebut agar tidak melenceng

dari arah yang seharusnya dicapai.

11
2. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum

Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis

menyebutkan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan

proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku,

ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses

perkembangan (fisik, intelektual, social emosional, moral, dan sebagainya).

Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah membantu untuk

mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas

perkembangannya.

Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan

kurikulum diharapkan dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan

relevan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan

yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian

dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan

lainnya.

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat

dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan

psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari

tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam

psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan

perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan

12
individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,

yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari

pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang

mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar

mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek

perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Karakteristik perilaku tiap individu pada tiap tingkat perkembangan

merupakan kajian yang terdapat dalam cabang psikologi perkembangan. Oleh

sebab itu, dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan

dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan

psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan

kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya

diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan

cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna

mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak

diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi

belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam hal penentuan isi

kurikulum yang diberikan/dipelajari peserta didik, baik tingkat kedalaman dan

keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta manfaatnya yang

disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangan peserta didik. Psikologi

belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama

berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik

13
dan bagaimana peserta didik harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan

strategi pelaksanaan kurikulum.

*Psikologi Perkembangan dan Kurikulum

Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan–keunikan yang

berbeda satu sama lainnya, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan

dan gerakan–gerakan tubuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa sejak lahir

anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Di dalam psikologi

perkembangan terdapat banyak pandangan ahli berkenaan dengan

perkembangan individu pada tiap–tiap fase perkembangan.

Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat

berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak

merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping persamaannya.

Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum, antara lain;

Tiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat,

dan kebutuhannya,

Di samping disediakan pembelajaran yang bersifat umum (program

inti) yang harus dipelajari peserta didik di sekolah, disediakan pula

pembelajaran pilihan sesuai minat dan bakat anak, Kurikulum selain

menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar

yang bersifat akademik, Kurikulum memuat tujuan yang mengandung

pengetahuan, nilai/sikap, dan ketrampilan yang menggambarkan keseluruhan

pribadi yang utuh lahir dan bathin. Implikasi lain dari pengetahuan tentang

14
anak sebagai peserta didik terhadap proses pembelajaran (actual curriculum)

dapat diuraikan sebagai berikut;

Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada

perubahan tingkah laku anak didik, Bahan/materi pembelajaran yang diberikan

harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut

mudah diterima oleh anak, Strategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai

dengan tahap perkembangan anak,Media yang digunakan selalu menarik

perhatian dan minat anak didik, dan Sistem evaluasi berpadu dalam satu

kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap

berikutnya dan dilaksanakan secara terus – menerus.

*Psikologi Belajar dan Kurikulum

Merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana individu

belajar. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi

melalui pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar berasal

dari kata ajar yang berarti suatu petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui/diturut[4]. Segala perubahan perilaku yang trejadi karena proses

pengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan yang

terjadi secara insting/terjadi karena secara kebetulan bukan termasuk belajar.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat

dikelompokan menjadi 3 kelas, antara lain ;

a. Teori disiplin daya/disiplin mental (faculty theory)

Menurut teori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya

tertentu (faculties) yang masing–masing memiliki fungsi tertentu, seperti

potensi/daya mengingat, daya berpikir, daya mencurahkan pendapat, daya


15
mengamati, daya memecahkan masalah, dan sejenisnya. Potensi–potensi

tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi secara optimal,daya berpikir anak

sering dilatih dengan pembelajaran berhitung misalnya, daya mengingat

dilatih dengan menghapal sesuatu. Daya yang telah terlatih dipindahkan ke

dalam pembentukan lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui

latihan (drill), karena itu pengertian pembelajaran dalam konteks ini melatih

anak didik dalam daya-daya itu, cara pembelajaran pada umumnya melalui

hafalan dan latihan-latihan.

b. Behaviorisme

Dalam aliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup

teori koneksionisme/asosiasi, teori kondisioning, dan teori operant

conditioning (reinforcement). Behaviorisme muncul dari adanya pandangan

bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu

dipengaruhi oleh lingkungan (keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat.

Behaviorisme menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari

hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut hal yang bersifat

nyata yang dapat dilihat dan diamati.

Menurut teori ini kehidupan tunduk pada hukum S – R (stimulus –

respon) atau aksi-reaksi. Menurut teori ini, pada dasarnya belajar merupakan

hubungan respon – stimulus. Belajar merupakan upaya untuk membentuk

hubungan stimulus – respon seoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu

Edward L. Thorndike yang memunculkan tiga teori belajar yaitu, law of

readiness, law of exercise, dan law of effect. Menurut hukum kesiapan

(readiness) hubungan antara stimulus dengan respon akan terbentuk bila ada

16
kesiapan pada system syaraf individu. Hukum latihan/pengulangan

(exercise/repetition) stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih

atau diulang – ulang. Hukum akibat (effect) menyatakan bahwa hubungan

antara stimulus dan respon akan terjadi apabila ada akibat yang

menyenangkan.

c. Organismic/Cognitive Gestalt Field

Menurut teori ini keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian,

keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai

makhluk yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara

keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang

hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi

dengannya terus-menerus sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Dalam

hal ini guru lebih berperan sebagai pembimbing bukan sumber informasi

sebagaimana diungkapkan dalam pandangan koneksionisme, peserta didik

lebih berperan dalam hal proses pembelajaran, belajar berlangsung

berdasarkan pengalaman yaitu kegiatan interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Belajar menurut teori ini bukanlah sebatas menghapal tetapi

memecahkan masalah, dan metode belajar yang dipakai adalah metode ilmiah

dengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara

penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada

akhirnya peserta didik dibimbing untuk mengambil suatu kesimpulan bersama

dari apa yang telah dipelajari.

Prinsip-prinsip maupun pene rapan dari organismic/cognitive gestalt field,

antara lain ;

17
– Belajar berdasarkan keseluruhan

Prinsip ini mempunyai pandangan sebagaimana proses pembelajaran

terpadu. Pelajaran yang yang diberikan kepada peserta didik bersumber pada

suatu masalah atau pkok yang luas yang harus dipecahkan oleh peserta didik,

peserta didik mengolah bahan pembelajaran dengan reaksi seluruh pelajaran

oleh keseluruhan jiwanya.

– Belajar adalah pembentukan kepribadian

Anak dipandang sebagai makhluk keseluruhan, anak diimbing untuk

mendapat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara berimbang. Ia dibina

untuk menjadi manusia seutuhnya yang memiliki keseimbangan lahir dan

batin antara pengetahuan dengan sikapnya. Seluruh kepribadiannya

diharapkan utuh melalui program pembelajaran yang terpadu

– Belajar berkat pemahaman

Belajar merupakan proses pemahaman. Pemahaman mengandung

makna penguasaan pengetahuan, dapat menyelaraskan sikap dan

ketrampilannya. Ketrampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan

untuk diperoleh sesuatu kesimpulan merupakan wujud pemahaman.

– Belajar berdasarkan pengalaman

Proses belajar adalah bekerja, mereaksi, memahami, dan mengalami.

Dalam proses pembelajaran peserta didik harus aktif dengan pengolahan

bahan pembelajaran melalui diskusi, Tanya jawab, kerja kelompok,

demonstrasi, survey lapangan, dan sejenisnya

– Belajar adalah proses berkelanjutan

18
Belajar adalah proses sepanjang masa. Manusia tidak pernah berhenti

untuk belajar, hal ini dilakukan karena faktor kebutuhan. Dalam

pelaksanaannnya dianjurkan dalam pengembangannya kurikulum tidak hanya

terpaku pada proses pembelajaran yang ada tetapi mengembangkan proses

pembelajaran yang bersifat ekstra untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

Keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan anak didik

tetapi menyangkut minat, perhatian, dan kebutuhannya. Dalam kaitan ini

motivasi sangat menentukan dan diperlukan.

3. Landasan Sosiologis dalam pengembangan kurikulum

Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum merupakan

pertimbangan dalam interpretasi kebutuhan peserta didik, untuk dapat terjundi

lingkunan masyarakat. Sukmadinata (1999:58) mengemukakan ada tigasifat

penting pendidikan yang berhubungan dengan landasan sosiologis.Pertama,

pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan ahli.Kedua,

pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan

pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat

pendidikan itu berlangsung. Ketigas sifat pendidikanterseut menjadi inspirasi

bai landasan pengembangan kurikulum hingga perubahan kurikulum

menjawab setiap perubahan kehidupan yang terjadi dimasyarakat.Landasan

sosiologis berpusat pada tujuan untuk memberlakukanreformasi sosial,

pemeriksaan struktur kekuasaan yang ada dan denganmaksud menciptakan

perubahan sosial yang positif sehingga dijadikansebagai landasan sosiologis

dalam pengembangan kurikulum humanis.Sebagai mana dikutip oleh Jeffrey

L. Broome yaitu social reconstructionistcurricula centers on aims to enact

19
social reform, often in critical examinationof existing power structure and with

the intent of creating positive societalchange.

Dengan landasan sosiologis, kurikulum mempersiapkan peseta

didikuntuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan yang

terjadidi masyarakat sesuai kondisi zaman. Berkaitan dengan landasan

sosiologis,dalam kerangka dasar Kurikulum 2013 disebutkan bahwa keluaran

pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam

upayamembangun masyarakat berbasis pengetahuan ( knowledge-based

society).Landasan sosiologis menjawab fungsi kurikulum bagi peserta didik

untukdapat menyesuaikan diri, dengan tantangan kehidupan di

lingkunganmasyarakat yang selalu mengalami perubahan.

Peserta didik di sekolah adalah pribadi yang unik. Setiap individu

punya latar belakang yang berbeda. Ada yang dari keluarga petani, keluarga

pedagang, keluarga pemimpin perusahaan dan lain sebagainya. Mereka

mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk sekolah. Tapi di balik

perbedaan yang kompleks tersebut, ada yang harus diperhatikan oleh sekolah.

Yaitu kebiasaan, tradisi, adat istiadat, ide-ide, kepercayaan, nilai-nilai yang

tumbuh di lingkungan peserta didik. Sehingga penting pada nantinya peserta

didik besar dalam nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat sekaligus akan

tampil sebagai agen sosial bagi lingkungannya. Berbagai aspek tersebut

disoroti melalui kacamata bernama sosiologis. Sehingga sosiologis perlu

menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum. Landasan sosiologis

pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologis

yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Landasan ini

20
didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat manusia.

Ada dua pertimbangan sosiologis yang dijadikan landasan dalam

pengembangan kurikululm, yaitu:

1) setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah

anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan, maksudnya

manusia yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kebiasaan

kelompoknya; dan

2) kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara

orang berfikri, merasa dan bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk

membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami kebudayaan.Karena

itu Idi (2007: 77) mengutarakan bahwa pengembang kurikulum harus :

1. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat

2. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada

3. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah

4. Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja

5. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan

masyarakat.

2.2 Dasar teori penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data yang

didasarkan pada latar alamiah. Tentu saja, karena dilakukan secara alamiah atau

21
natural, hasil penelitiannya pun juga ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan , david

Williams (1995).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti masalah

manusia dan sosial. Dimana peneliti akan melaporkan dari hasil penelitian

berdasarkan laporan pandangan data dan analisa data yang didapatkan di lapangan,

kemudian di deskripsikan dalam laporan penelitian secara rinci , creswell, J. W

Koentjaraningrat mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai desain penelitian

yang memiliki tiga format. Ketiga format dalam penelitian kualitatif tersebut adalah

penelitian deskriptif, verifikasi dan format Grounded research. Koentjaraningrat

berpendapat, bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu penelitian yang lebih cocok

digunakan untuk penelitian yang tidak memiliki pola, karena tidak berpola, maka

peneliti dapat menggunakan desain penelitian kualitatif untuk membantu dalam

penelitian.

Sugiono memiliki pendapat yang berbeda dari David. Menurut Sugiono

(2005), penelitian kualitatif lebih cocok digunakan untuk jenis penelitian yang

memahami mengenai fenomena-fenomena sosial dari perspektif pada partisipannya.

Sederhananya, penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang lebih

cocok digunakan untuk meneliti suatu kondisi maupun situasi dari objek penelitian.

Penelitian kualitatif menurut Saryono adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menyelidiki, menggambarkan dan menemukan objek yang diteliti.

Tidak hanya itu, penelitian kualitatif juga dapat digunakan untuk menjelaskan maupun

menuliskan keistimewaan dari pengaruh-pengaruh sosial yang kemudian dapat

dijelaskan serta diukur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

22
Danim (2002) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai konstruktivisme yang

beranggapan pada realita memiliki dimensi interaktif dan jamak. Penelitian kualitatif

juga dapat diartikan sebagai suatu upaya pertukaran pengalaman sosial yang dapat

didefinisikan melalui hasil penelitian. Sehingga, penelitian kualitatif dapat

beranggapan bahwa suatu kebenaran memiliki sifat yang dinamis serta dapat

ditemukan melalui kajian-kajian pada orang melalui interaksi maupun melalui situasi

sosial.

Beberapa para peneliti kualitatif juga menggunakan teori dalam penelitian

untuk tujuan-tujuan yang berbeda:

Dalam penelitian kualitatif, teori seringkali digunakan sebagai penjelasan atas

perilaku dan sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel,

konstrak, dan hipotesis penelitian. Para peneliti kualitatif seringkali menggunakan

perspektif teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau

masalah lain mengenai kelompok marginal).

Dalam penelitian kualitatif, teori serinkali digunakan sebagai poin akhir

penelitian. Dengan menjadikan teori sebagi poin kahir penelitian, berarti peneliti

menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung dari data, lalu ke

tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.

Beberpa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.

Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan 2 hal:

1) Karena tidak ada satu pun penelitian kualitatif yang dilakukan dengan

observasi yang “benar-benar umum”

23
2) Karena struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode

tertentu telah memberikan starting point bagi keseluruhan observasi

(Schwandt, 1993 dalm Creswell, 2016).

2.3 Pembelajaran IPAS

Desain pembelajaran merupakan proses sistematis,berdasarkan teori

pendidikan, sstrategi pembelajaran, dan spesifikasi untuk mempromosikan

pengalaman belajar yang berkualitas. Pembelajaran adalah suatu kombinasi tersusun

unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam

sistem pembelajaran terdiri dari anak didik, guru dan tenaga lainnya. Material

meliputi buku-buku, fil, audio, dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

ruang kelas, perlengkapan audio visual dan juga komputer. Sedangkan prosedur

meliputi jadwal, metode penyampaian, belajar dan lain-lain. Unsur tersebut saling

berhubungan (interkasi) antara unsur satu dengan yang lain.23 IPAS singkatan dari

Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. IPAS merupakan mata pelajaran yang bertujuan

untuk memahami lingkungan sekitar, meliputi fenomena alam dan sosial. Namun,

pada kurikulum merdeka kedua mata Pelajaran diajarkan secara bersamaan (holistik)

dalam tema pembelajaran tertentu. Penilaiannya saja yang dilakukan secara terpisah.

24
Perubahan tersebut mengindikasikan bahwq IPA dan IPS sebenarnya dapat diajarkan

secara bersamaan.

Pendidikan nasional dilaksanakan oleh manusia sebagai perubahan menuju

pembangunan Indonesia dengan utuh melalui kegiatan lahir dan batin. Pendidikan

sebagai salah satu usaha nyata untuk meningkatkan kegiatan manusia agar lebih

berkualitas, dengan adanya Pendidikan sedikit demi sedikit permasalahan yang

muncul akan terpecahkan juga dapat meningkatkan kualitas taraf dalam kehidupan

manusia. Pendidikan formal di Indonesia tidak hanya bergantung pada Pendidikan

dasar, melainkan Pendidikan dasar sebagai langkah awal dan akan tetap berjalan

hingga taraf Pendidikan tinggi yang mana pada setiap jenjang Pendidikan tersebut

tentunya telah memiliki tujuan untuk menyiapkan diri peserta didik dan dibekali

pengetahuan Pendidikan yang lebih tinggi yang mencakup ilmu pengetahuan,

keterampilan, hingga sikap. Pada setiap jenjang Pendidikan yang diampu sudah dapat

dipastikan bahwa terdapat ilmu yang mencakup kehidupan sosial yang dapat disebut

dengan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Ilmu Pengetahuan Alam dan

Sosial (IPAS) adalah pembelajaran yang telah dikenalkan sejak Sekolah Dasar. IPAS

merupakan mata pelajaran gabungan dari IPA dan IPS yang baru diaplikasikan saat

adanya perubahan Kurikulum Merdeka 2022. Pendidikan IPAS memiliki peran dalam

mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang memiliki gambaran ideal profil peserta

didik di Indonesia. Menurut (Kemendikbudristek, 2022, hlm. 175–176) Dengan

diterapkannya pembelajaran IPAS secara tidak langsung dapat membantu peserta

didik untuk tumbuh dalam rasa ingin tahu terkait fenomena yang sedang atau sudah

terjadi dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu dari peserta didik akan tumbuh dengan

pemikiran bagaimana alam dapat bekerja dan bagaimana cara untuk berinteraksi

dengan sesama manusia di bumi ini. Munculnya pemahaman peserta didik dapat

25
diidentifikasi dalam permasalahan- permasalahan yang dihadapinya serta akan

ditemukannya solusi dalam tercapainya tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Terlebih objek kajian kedua mata pelajaran sama-sama tentang lingkungan

sekitar. IPA berfokus pada objek kajian ilmiah fenomena alamnya, sedangkan IPS

berfokus pada konteks sosial (berkaitan dengan kemasyarakatan).Pada kurikulum

merdeka, IPA dan IPS dileburkan menjadi satu mata pelajaran yaitu IPAS. IPA

merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan

mempergunakan pengetahuan itu. Sain memiliki tiga kompeten yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu produk, proses, dan sikap. IPS merupakan pengetahuan

Pada pembelajaran IPAS terdapat beberapa hal yang saling berkaitan , seperti

pembahasan dibawah ini.

Mengapa kita bisa mengatakan bahwa hewan memiliki kaitan dengan karakteristik

atau sifat manusia:

1. Evolusi: Manusia dan hewan memiliki nenek moyang yang sama, yaitu

makhluk hidup prasejarah. Kita semua berasal dari satu garis evolusi yang sama,

sehingga ada beberapa karakteristik atau sifat yang dapat ditemukan pada manusia

dan hewan. Misalnya, kemampuan untuk merasakan emosi, membangun ikatan sosial,

atau bahkan menunjukkan kecerdasan tertentu.

2. Perilaku dan Komunikasi: Beberapa hewan memiliki cara berkomunikasi

dan berinteraksi yang mirip dengan manusia. Misalnya, primata seperti simpanse dan

gorila memiliki kemampuan untuk menggunakan alat, berkomunikasi dengan bahasa

isyarat, dan menunjukkan emosi seperti kegembiraan atau kesedihan. Ini

menunjukkan adanya kaitan antara perilaku hewan dan manusia.

26
3. Studi Ilmiah: Melalui studi ilmiah, para peneliti telah menemukan banyak

kesamaan dalam perilaku dan sifat antara manusia dan hewan. Misalnya, beberapa

spesies hewan seperti anjing atau kucing dapat menunjukkan kesetiaan terhadap

pemiliknya, seperti manusia dalam hubungan interpersonal. Studi-studi ini

memberikan bukti empiris bahwa ada kaitan antara karakteristik hewan dan sifat

manusia.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ada kaitan antara karakteristik hewan

dan sifat manusia, kita juga harus menghormati perbedaan antara spesies dan tidak

menggeneralisasi terlalu jauh. Setiap spesies memiliki keunikan dan karakteristik

yang berbeda, dan kita harus menghargai dan memahami perbedaan ini.

Bukti ilmiah yang mendukung adanya kesamaan antara sifat manusia dan

hewan cukup banyak. Berikut adalah beberapa bukti ilmiah yang dapat kita temukan:

1. Genetika: Penelitian genetika menunjukkan bahwa manusia memiliki

kesamaan genetik yang signifikan dengan hewan, terutama dengan primata seperti

simpanse dan gorila. Kesamaan genetik ini menunjukkan adanya hubungan

evolusioner yang erat antara manusia dan hewan-hewan tersebut. Charles Darwin

bahkan memprediksi bahwa leluhur manusia dan kera besar Afrika memiliki tempat

asal yang sama.

2. Perilaku dan Kognisi: Studi tentang perilaku dan kognisi hewan telah

menunjukkan adanya kesamaan dengan manusia. Misalnya, primata seperti simpanse

dan orangutan dapat menggunakan alat, memiliki kemampuan belajar, dan

menunjukkan emosi seperti kegembiraan atau kesedihan. Beberapa hewan juga

mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau menunjukkan pemahaman terhadap

bahasa manusia.

27
3. Anatomi dan Fisiologi: Terdapat kesamaan dalam struktur anatomi dan

fisiologi antara manusia dan hewan. Contohnya, organ-organ dalam tubuh manusia

dan hewan memiliki fungsi yang serupa, seperti jantung, paru-paru, dan otak. Studi

perbandingan anatomi dan fisiologi ini membantu kita memahami hubungan

evolusioner antara manusia dan hewan.

4. Genetika Molekuler: Penelitian genetika molekuler menunjukkan adanya

kesamaan dalam sekuensi DNA dan protein antara manusia dan hewan. Contohnya,

protein insulin manusia dan simpanse memiliki kesamaan sekitar 98%, sementara

protein insulin manusia dan ayam hanya memiliki kesamaan sekitar 64%. Hal ini

menunjukkan bahwa manusia dan simpanse lebih erat hubungannya daripada manusia

dan ayam.

Beberapa spesies hewan memiliki sistem komunikasi yang kompleks, mirip

dengan manusia. Berikut adalah beberapa contoh spesies hewan yang memiliki sistem

komunikasi yang kompleks:

1. Primata: Primata, seperti simpanse, gorila, dan orangutan, memiliki sistem

komunikasi yang kompleks. Mereka dapat menggunakan isyarat tubuh, ekspresi

wajah, dan suara untuk berkomunikasi dalam kelompok mereka. Bahkan, beberapa

primata telah dilatih untuk menggunakan bahasa isyarat manusia.

2. Burung: Beberapa spesies burung memiliki sistem komunikasi yang rumit.

Misalnya, burung-burung kicau seperti burung kenari dan burung murai batu memiliki

repertoar nyanyian yang kompleks dan dapat menggunakan suara untuk

berkomunikasi dengan anggota kelompoknya.

3. Cetacea: Mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus memiliki sistem

komunikasi yang kompleks. Mereka menggunakan suara dan bahasa tubuh untuk

28
berkomunikasi dalam kelompok mereka. Lumba-lumba bahkan dapat menggunakan

serangkaian suara yang kompleks, yang dikenal sebagai "nyanyian", untuk

berinteraksi dengan sesama lumba-lumba.

4. Gajah: Gajah memiliki sistem komunikasi yang kompleks, termasuk

menggunakan suara, gerakan tubuh, dan getaran infrasonik yang tidak terdengar oleh

manusia. Mereka dapat berkomunikasi dalam kelompoknya dan juga menggunakan

komunikasi jarak jauh dengan menggunakan infrasonik.

5. Anjing: Anjing memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia

melalui bahasa tubuh dan suara. Mereka dapat mengungkapkan emosi seperti

kegembiraan, kesedihan, atau ketakutan melalui ekspresi wajah, gerakan ekor, dan

suara.

Meskipun contoh-contoh di atas menunjukkan adanya sistem komunikasi yang

kompleks pada hewan, perlu diingat bahwa manusia memiliki bahasa yang sangat

kompleks dan unik. Sistem komunikasi hewan mungkin memiliki kesamaan dalam

beberapa aspek, tetapi juga memiliki perbedaan yang signifikan.

Meskipun tidak ada kurikulum Merdeka yang secara khusus berkaitan dengan materi

karakteristik hewan dengan sifat manusia, tetapi topik ini dapat dijelajahi dalam

kerangka pendidikan yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk

mengeksplorasi minat dan pengetahuan mereka.

Dalam konteks pembelajaran yang fleksibel seperti Kurikulum Merdeka, siswa dapat

memilih topik tentang karakteristik hewan dan sifat manusia sebagai bagian dari

penelitian atau proyek mereka. Mereka dapat melakukan penelitian, membaca buku

atau artikel ilmiah, mengamati perilaku hewan, atau bahkan berdiskusi dengan ahli

dalam bidang tersebut.

29
Dalam menjelajahi topik ini, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang hubungans antara sifat-sifat manusia dan hewan. Mereka dapat

mempelajari konsep evolusi, genetika, perilaku hewan, dan bidang ilmu terkait

lainnya. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan penelitian,

analisis, dan pemecahan masalah.

Dalam pendekatan Kurikulum Merdeka, siswa dapat menggabungkan berbagai

disiplin ilmu, seperti biologi, psikologi, atau etologi, untuk menjelajahi topik ini.

Mereka juga dapat menggunakan berbagai sumber daya, seperti buku, artikel ilmiah,

video, atau wawancara dengan ahli, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih

komprehensif.

Dalam hal ini, pendekatan Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar tentang karakteristik hewan dan sifat manusia sesuai minat dan

keinginan mereka. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam

pembelajaran dan mengembangkan minat mereka dalam ilmu pengetahuan alam.

2.4 Pembelajaran Seni

2.4.1 Konseptual Pembelajaran Seni

Pembelajaran berasal dari kata belajar, dimana belajar merupakan

suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja.

Pembelajaran merupakan kegiatan berinteraksi dan berkomunikasi dengan

berbagai arah dan melibatkan berbagai komponen, termasuk guru dan siswa.

Pembelajaran yang dilakukan tersebut merupakan wahana untuk melakukan

30
kegiatan belajar dalam mengembangkan kepribadian siswa dan merubah

prilaku siswa melalui proses mengajar yang dilakukan guru. Menurut

Sardiman (2004, hlm. 125) “Pembelajaran adalah hubungan interasi guru dan

murid dalam belajar mengajar”. Pernyataan tersebut sebagai penafsiran

pemaknaan konsep pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar". Manusia tidak pernah berhenti beraktivitas untuk mencari

ilmu, terutama pada jaman sekarang dimana manusia selalu berubah-ubah

hidupnya. Dengan belajar, manusia akan mendapatkan ilmu yang tentunya

akan berguna untuk kehidupannya, dan dengan belajar pula manusia bisa

mengembangkan kemampuannya akibat proses pembelajaran yang mereka

lakukan dan tanpa belajar manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

baik itu kebutuhan yang bersifat materil maupun non materil. Selama manusia

masih berada di muka bumi, manusia tidak akan pernah berhenti untuk belajar.

Hal itu disebabkan karena dunia dan isinya termasuk manusia selalu

berubah setiap saat. Berkenaan dengan itu dalam sebuah literature untuk

memperkuat pernyataan tersebut di atas dikatakan oleh Sardiman (1996,

hlm.10), bahwa: Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan

belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa

perunaham pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri. Pada hakekatnya proses pembelajaran (learning proces) akan

mengalami interaksi edukasi antara peserta dengan komponen-komponen

31
pembelajaran lainnya, ketetapan komponen yang digunakan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran. Keseluruhan komponen yang digunakan

dalam pembelajaran perlu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan, sehingga penerapan setiap komponen betul-betul berfungsi dan

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Ditegaskan oleh Sagala (2006,hlm.64), bahwa: Proses pembelajaran

adalah aktivitas dalam bentuk interaksi belajar menajar dalam suasana

interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi

yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah

pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pemelajaran yang telah

dirumuskan pada satuan pembelajaran. Dunkin dan Biddle (1974, hlm.38)

mengemukakan: “Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika

pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (1) kompetensi substansi

materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan (2) kompetensi

metodologi pembelajaran”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode

pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip

pedagogic, yaitu memahami peserta didik. Jika metodem dalam pembelajaran

tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal.

Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan proses didik

untuk mengetahui pelajaran yang diberian oleh guru. Dari kesimpulan yang

telah dijelaskan di atas menurut saya, proses pembelajaran merupakan

interaksi yang terjadi anatar semua komponen dalam kegiatan belajar

mengajar yang terdiri dari siswa, guru, metode, media, materi, dan lain

sebagainya yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan yang tidak

32
terpisahkan dalam suatu tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam proses

pembelajaran tersebut telah terjadi hubungan antara pendidik (guru) dengan

subjek pendidik (siswa) beserta unsur-unsur lainnya yang berkaitan. Dalam hal

ini guru harus menciptakan suasana nyaman agar siswa memungkinkan untuk

mendapatkan pengalaman belajar pada diri siswa. Dalam berbagai macam

karakteristik yang terdapat pada masing-masing siswa, guru harus cerdik

membuat strategi belajar yang tepat agar bisa mengembangkan potensi pada

masing-masing siswa dengan sangat optimal.

Menurut A.J. Soehardjo (2011,hlm. 234): “Pendidikan seni secara

konsep dapat dibedakan antara apa yang disebut akses ke penularan-seni dan

apa yang disebut akses ke pemfungsian-seni. Yang pertama menunjuk ke

pendidikan seni yang bertujuan menyiapkan calon seniman professional,

sedang yang kedua bertujuan menyiapkan calon individu yang utuh nalar serta

perasaannya, dan sehat rohani serta jasmaninya”. Dari penjelasan tersebut,

pendidikan seni bukanlah hal mudah bagi pendidiknya ataupun individu yang

akan di didiknya. Sedangkan menurut Jazuli (2008, hlm.2) signifikansi

“pendidikan seni bagi peserta didik adalah untuk mengolah alam perasaan dan

memberikan landasan psikis baik teoretis maupun praktis dalam kegiatan

belajar guna mengekspresikan perasaannya melalui media seni”. Pada

pembelajaran musik, seorang individual harus bisa mendengarkan dan

memahami bahasan yang sedang dibahas, membaca notasi, menirukan,

mencoba dan melatih tekhnik-tekhnik yang telah diberikan oleh seorang guru,

seperti yang dikatakan oleh Spears dalam Dirgualam (2006,hlm.11): “Learn is

to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

the direction”. (Belajar meliputi kegiatan mengamati, membaca, menirukan,

33
mencoba, mendengarkan, dan mengikuti arahan). Seluruh kegiatan tersebut

tidak terlepas dari peran seorang guru. Dalam pembelajaran musik dibutuhkan

guru yang istimewa, maksudnya istimewa yaitu guru yang tidak hanya

menguasai teori-teori saja, tetapi guru dalam pembelajaran musik harus bisa

mengaplikasikan teori-teorinya kedalam bentuk praktek yang baik. Maka dari

itu guru harus memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain yang bukan

guru

2.4.2 Teori Pembelajaran Seni Dalam Pendidikan

seni adalah subjek yang penting dalam pendidikan. Ia membantu pelajar untuk

memahami dunia di sekeliling mereka dan mengembangkan kreativiti mereka.

Dalam pembelajaran seni, terdapat beberapa teori pembelajaran yang

digunakan untuk membantu pelajar memahami dan menguasai subjek ini.

Dalam artikel ini, kita akan membincangkan tiga teori pembelajaran seni yang

penting iaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan teori konstruktivisme.

a. Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran Seni

Teori behaviorisme adalah teori pembelajaran yang menekankan pada

penggunaan penguat untuk mengukuhkan tingkah laku yang diingini.

Dalam pembelajaran seni, teori ini digunakan untuk mengukuhkan tingkah

laku pelajar yang diingini seperti menghasilkan karya seni yang berkualiti

tinggi. Contohnya, guru boleh memberikan pujian atau hadiah kepada

pelajar yang menghasilkan karya seni yang baik untuk mengukuhkan

tingkah laku tersebut.

b. Teori Kognitif dalam Pembelajaran Seni

Teori kognitif adalah teori pembelajaran yang menekankan pada pemikiran

dan proses kognitif pelajar. Dalam pembelajaran seni, teori ini digunakan

34
untuk membantu pelajar memahami konsep dan teknik yang berkaitan

dengan seni. Contohnya, guru boleh menggunakan strategi pengajaran

seperti membincangkan konsep seni secara terperinci atau memberikan

peluang kepada pelajar untuk mengamalkan teknik-teknik seni yang baru

dipelajari.

c. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Seni

Teori konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang menekankan

pada pembinaan pengetahuan dan pemahaman pelajar melalui pengalaman

dan refleksi. Dalam pembelajaran seni, teori ini digunakan untuk

membantu pelajar memahami seni melalui pengalaman dan refleksi

mereka sendiri. Contohnya, guru boleh memberikan peluang kepada

pelajar untuk menghasilkan karya seni mereka sendiri dan memberikan

ruang untuk pelajar merenungkan karya mereka dan memikirkan cara

untuk meningkatkan kualiti karya tersebut.

Teori pembelajaran seni adalah penting dalam membantu pelajar memahami

dan menguasai subjek seni. Dalam pembelajaran seni, terdapat beberapa teori

pembelajaran yang digunakan seperti teori behaviorisme, teori kognitif dan

teori konstruktivisme. Dengan menggunakan teori-teori ini, guru dapat

membantu pelajar memahami seni dengan lebih baik dan menghasilkan karya

seni yang berkualiti tinggi.

Teori pembelajaran seni dalam pendidikan adalah satu kaedah

pembelajaran yang memberi tumpuan kepada seni sebagai medium

untuk mengajar dan mempelajari sesuatu topik. Teori ini

menggalakkan pelajar untuk menggunakan kreativiti dan imaginasi

35
mereka dalam pembelajaran, dan memberi tumpuan kepada

pengalaman dan persekitaran pembelajaran yang menyokong

pembelajaran seni Kepentingan teori pembelajaran seni dalam

pendidikan adalah memberi peluang kepada pelajar untuk

mengembangkan kemahiran kreativiti dan imaginasi mereka. Pelajar

juga dapat mempelajari kemahiran seni yang berguna dalam

kehidupan mereka. Selain itu, teori ini juga membantu pelajar untuk

memahami dan menghargai seni sebagai satu bentuk ekspresi

manusia.

2.4.3 Sejarah Teori Pembelajaran Seni dalam Pendidikan

Teori pembelajaran seni telah ada sejak zaman kuno. Pada zaman

Yunani kuno, seni dianggap sebagai bagian penting dari pendidikan. Plato dan

Aristoteles menganggap seni sebagai cara untuk mengembangkan kreativitas

dan imajinasi siswa.

Pada abad ke-19, John Dewey mengembangkan teori pembelajaran

seni yang lebih modern. Dewey menganggap seni sebagai cara untuk

mengembangkan keterampilan kreatif dan kritis siswa. Dia juga menganggap

seni sebagai cara untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang dunia di

sekitar mereka.

Pada abad ke-20, teori pembelajaran seni terus berkembang. Para ahli

pendidikan seni seperti Elliot Eisner dan Howard Gardner mengembangkan

teori yang lebih kompleks tentang bagaimana siswa belajar seni. Mereka
36
menganggap seni sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan kreatif,

kritis, dan sosial siswa.

2.4.4 Kelebihan Teori Pembelajaran Seni

Seni adalah satu bidang yang mempunyai banyak manfaat dalam

pendidikan. Teori pembelajaran seni dalam pendidikan mempunyai kelebihan

yang dapat membantu meningkatkan kreativiti, kemahiran berfikir kritis dan

analitikal, serta kemahiran sosial dan emosi pelajar. Berikut adalah kelebihan

teori pembelajaran seni dalam pendidikan:

1) Meningkatkan Kreativiti dan Imajinasi Pelajar

Pembelajaran seni dapat membantu meningkatkan kreativiti dan imajinasi

pelajar. Dalam pembelajaran seni, pelajar diajar untuk berfikir secara

kreatif dan menghasilkan karya seni yang unik dan kreatif. Pelajar juga

diajar untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeza dan menghasilkan

karya seni yang mencerminkan pandangan mereka terhadap dunia. Ini

membantu meningkatkan kreativiti dan imajinasi pelajar.

2) Meningkatkan Kemahiran Berfikir Kritis dan Analitikal

Pembelajaran seni juga dapat membantu meningkatkan kemahiran berfikir

kritis dan analitikal pelajar. Dalam pembelajaran seni, pelajar diajar untuk

menganalisis karya seni dan memahami makna di sebalik karya seni

tersebut. Pelajar juga diajar untuk membuat keputusan yang berasaskan

37
fakta dan bukti dalam menghasilkan karya seni. Ini membantu

meningkatkan kemahiran berfikir kritis dan analitikal pelajar.

3) Meningkatkan Kemahiran Sosial dan Emosi Pelajar

Pembelajaran seni juga dapat membantu meningkatkan kemahiran sosial

dan emosi pelajar. Dalam pembelajaran seni, pelajar diajar untuk

bekerjasama dengan rakan sekelas dalam menghasilkan karya seni. Pelajar

juga diajar untuk menghargai karya seni rakan sekelas dan memberikan

komen yang membina. Ini membantu meningkatkan kemahiran sosial

pelajar. Selain itu, pembelajaran seni juga dapat membantu pelajar

menguruskan emosi mereka melalui penghasilan karya seni. Pelajar dapat

menghasilkan karya seni yang mencerminkan perasaan mereka dan

menguruskan emosi mereka melalui penghasilan karya seni tersebut.

Jadi Teori pembelajaran seni dalam pendidikan mempunyai banyak kelebihan

yang dapat membantu meningkatkan kreativiti, kemahiran berfikir kritis dan

analitikal, serta kemahiran sosial dan emosi pelajar. Oleh itu, penting untuk

memasukkan pembelajaran seni dalam kurikulum pendidikan untuk membantu

pelajar memperoleh manfaat daripada pembelajaran seni.

2.4.5 Tantangan dalam Pengaplikasikan Teori pembelajaran Seni

Seni adalah satu bidang yang mempunyai kepentingan yang besar

dalam pendidikan. Ia membantu murid-murid untuk memperoleh kemahiran

kreatif, kritis, dan berfikir secara kreatif. Namun, terdapat beberapa cabaran

dalam mengaplikasikan teori pembelajaran seni dalam pendidikan.

38
1) Kurangnya Sumber dan Bahan Pengajaran

Salah satu cabaran utama dalam mengaplikasikan teori pembelajaran

seni dalam pendidikan adalah kurangnya sumber dan bahan pengajaran.

Bahan pengajaran yang berkualiti dan sesuai dengan kurikulum adalah

penting untuk memastikan pembelajaran seni yang berkesan. Namun,

terdapat kekurangan dalam sumber dan bahan pengajaran yang disediakan

oleh pihak pentadbir sekolah.

2) Kurangnya Sokongan dan Pemahaman dari Pihak Pentadbir Sekolah

Selain itu, kurangnya sokongan dan pemahaman dari pihak pentadbir

sekolah juga merupakan cabaran dalam mengaplikasikan teori

pembelajaran seni dalam pendidikan. Pihak pentadbir sekolah perlu

memahami kepentingan pembelajaran seni dan memberikan sokongan

yang mencukupi kepada guru-guru seni. Sokongan ini termasuklah

memberikan sumber dan bahan pengajaran yang mencukupi, menyediakan

ruang dan masa untuk aktiviti seni, dan memastikan bahawa guru-guru

seni mempunyai kepakaran yang mencukupi.

3) Kurangnya Pemahaman dan Kepakaran Guru dalam Mengaplikasikan

Teori Pembelajaran Seni

Cabaran yang ketiga adalah kurangnya pemahaman dan kepakaran

guru dalam mengaplikasikan teori pembelajaran seni. Guru-guru seni perlu

memahami teori pembelajaran seni dan mengaplikasikannya dalam

pengajaran mereka. Mereka juga perlu mempunyai kepakaran dalam

39
bidang seni yang mereka ajar. Namun, terdapat kekurangan dalam

pemahaman dan kepakaran guru-guru seni dalam mengaplikasikan teori

pembelajaran seni.

terdapat beberapa tantangan dalam mengaplikasikan teori

pembelajaran seni dalam pendidikan. Tantangan ini termasuklah kurangnya

sumber dan bahan pengajaran, kurangnya sokongan dan pemahaman dari

pihak pentadbir sekolah, dan kurangnya pemahaman dan kepakaran guru

dalam mengaplikasikan teori pembelajaran seni. Oleh itu, pihak pentadbir

sekolah dan guru-guru seni perlu bekerjasama untuk mengatasi cabaran ini dan

memastikan pembelajaran seni yang berkesan untuk murid-murid.

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia

2.5.1 Pengertian pembelajaran bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya mengajarkan siswa

tentang keterampilan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan fungsi dan

tujuannya (Khair, 2018: 89). Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah dasar dilakukan dengan terpadu yang seharusnya disesuaikan dengan

bagaimana cara siswa melihat dan menghayati dunia mereka. Pembelajaran

Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran pokok penting yang telah

diajarkan darı pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan

mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa. Pembelajaran bahasa

Indonesia diajarkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa

dalam bentuk lisan dan tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa

diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi.

40
Mata pelajaran Bahasa Indonesia adakah salah satu mata pelajaran

yang wajib diajarkan pada sekolah dasar. Bahasa merupakan suatu alat

komunikasi dengan sesama manusia yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia

dan digunakan sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia

dipelajari di semua jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar karena

merupakan dasar dari semua pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar

merupakan mata pelajaran yang dipelajari sejak kelas 1 hingga kelas 6.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dipisah ke dalam pembelajaran kelas

rendah (kelas 1 III) dan kelas tinggi (kelas IV-VI). Penerapan kegiatan belajar

mengajar di kelas rendah dengan kelas tinggi berbeda karena tujuan

pengajarannya berbeda. (Farhrohman, 2017)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia adalah kegiatan pembelajaran yang diupayakan oleh pendidikan

guna meningkatkan wawasan bahasa Indonesia siswa dan kemampuan

berkomunikasi yang baik dan benar dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Menurut KTSP 2006 (Depdiknas, 2006: 317), secara mendasar Bahasa

Indonesia merupakan pelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik yang berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Karena itu, standar

kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia harus

dikuasai oleh peserta didik, karena standar kompetensi merupakan persyaratan

41
tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam

bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi peserta didik

Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lingkaran system

lambang bunyi yang arbitrer (semena - mena), yang dipergunakan oleh para

anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri. Dalam percakapan (perkataan) yang baik serta

tingkah laku yang baik dan sopan santun Bahasa adalah alat komunikasi untuk

kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa tidak mungkin

kita dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk menciptakan

interaksi manusia dengan yang lainnya. Bahasa adalah penggunaan kode yang

merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks

untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.

Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan

bahwa. bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan,

ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai ilmu linguistic. Bahasa adalah

sistem lambang yang mewujudkan bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang

tentu ada yang dilambangkan , maka yang dilambangkan adalah suatu

pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan

dalam wujud bunyi itu. Karena lambinglambang itu mangacu pada suatu

konsep, idea tau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai

makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yag bermakna itu didalam bahasa

berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa,

kalimat, paragraf dan wacana.

Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik

Indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar

42
ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi : “Kami poetra dan poetri

Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia” dan pada

Undang-Undang Dasar 1945 kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus

yang menytakan bahwa “bahasa Negara ialah bahasa Inedonesia”. Penting

tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas

penyebaran, dan perananny sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap

budaya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih penting daripada

bahasa daerah. Kedudukan yang penting itu sekali-kali bukan karena mutunya

sebagai bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah kosakata atau keluwesan

dalam tata kalimatnya, dan bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi.

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang

perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Maka mata pelajaran ini

kemudian diberikan sejak masih di bangku SD karena dari situ diharapkan

siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan

keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

43
benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik

untuk memahami dan merespon situasi

2.5.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan pembelajaran diperlukan guna mempermudah guru dalam

menyiapkan program pengajaran dan kegiatan pembelajaran, melakukan

penilaian hasıl belajar, serta memberi siswa pedoman dalam menyelesaikan

kegiatan belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana

pengembangan kemampuan menalar dalam kurikulum 2013, hal ini

dikarenakan kemampuan menalar siswa masih sangat rendah. (Khair, 2018:

88)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang

Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

44
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menurut Cahyani, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia (2012: 53) yaitu

1) Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan

etika secara efektif dan efisien.

2) Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara,

3) Siswa memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan tepat

sesuai situasi dan tujuan;

4) Siswa mampu meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan

emosional dan sosial melalur bahasa Indonesia,

5) Siswa mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bahasa,

menghaluskan budi, serta memperluas wawasan hidup melalui karya

sastra Indonesia.

6) Siswa bangga dan menghargai sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menurut Ahmad Susanto (2013: 245) tujuan pembelajaran Bahasa

Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas

45
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain

agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk

meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan

memperluas wawasan kehidupannya.

Menurut Hartati (2013) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut:

1) Siswa menghargai dan mengambangkan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara

2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi,

serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam

tujuan keperluan dan keadaan

3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan

kematangan sosial.

4) Siswa memiliki disiplin dengan berpikir dan berbahasa (berbicara dan

menulis)

5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia. Dari pendapat diatas pembelajaran

Bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,

memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa dan agar siswa memiliki disiplin dengan berpikir

dan berbahasa (berbicara dan menulis).

46
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang

matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan

hidup bermasyarakat. Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki pemahaman

dasar-dasar kebahasaan terutama bahasa baku serta mempunyai sikap positif

terhadap bahasa Indonesia

2.5.3 Ruang Lingkup Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

kesastraan manusia Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa

Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi (a) aspek

mendengarkan, (b) aspek berbicara, (c) aspek membaca, (d) aspek menulis, (e)

kesastraan dan (d) kosa kata (Depdikbud: 2006)

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuam dan erat sekali

hubungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Dalam Penelitian ini

ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang lingkup membaca

karena sesuai dengan masalah yang ada yakni rendahnya keterampilan

membaca cerita siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca

merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan

dikembangkan dalam pendidikan formal (dibustom.wordpress.com).

47
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan (Depdiknas, 2006: 18) ruang

lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan

barbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman,

perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset, pesan, penjelasan,

laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau

percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan

respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-

anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan

menonton drama anak.

2) Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan

sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri,

teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal,

gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan,

kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa dongeng

cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun,

dan drama anak.

3) Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai

teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kemus, ensiklopedi,

serta mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil

sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi

anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

48
4) Menulis, seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi

dan jelas dengan meperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan

dan tanda baca, dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat

tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra

melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Berdasarkan

ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia diatas, maka pembelajaran

Bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemapuan berkomunikasi,

karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling terkait.

2.5.4 Prinsip Pembelajaran bahasa Indonesia

Prinsip pembelajaran merupakan upaya dalam mengkondisikan situasi

pembelajaran dan merancang suasana pembelajaran yang mendukung agar

siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan optimal. Menurut

Khair (2018. 91) terdapat empat prinsip penerapan pembelajaran bahasa

Indonesia yaitu sebagai berikut:

a. Bahasa hendaknyadipandang sebagai suatu bacaan,bukan hanya kumpulan

kata atau kaidah kebahasaan.

b. Penggunaan bahasa merupakan suatu pengungkapan pemilihan bentuk-

bentuk kebahasaan.

c. Bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa tidak pernah

terpisahkan dari konteks sebab bentuk bahasa digunakan dalam

mencerminkan ide, nilaı, sıkap, dan gagasan pengguna

49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen, teknik

pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna

Sugiyono (2018). Moleong (2017:6) mengatakan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metodealamiah.

Tahap-tahap penelitian: Secara spesifik, Sudjhana menjabarkan dalam tujuh

langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan masalah,

penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data,

pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian.

3.2 Ragam penelitian

3.3 Data Dan Jenis Data

3.4 Teknik Pengumpulan data

50
Metode Analisa data: teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis,

analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan

statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika.

Waktu perencanaan:

51
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler

yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup

waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki

keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat

disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk

menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan

belajar peserta didik.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah

mencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia melalui kebijakan Merdeka

Belajar. Tujuannya adalah untuk menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah

dan murid serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri.

Kurikulum Merdeka Belajar adalah salah satu program pendidikan baru di

Indonesia yang diperkenalkan pada tahun 2020. Tujuannya adalah untuk memberikan

kebebasan bagi sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum dan metode

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pada bagian ini, kita akan

membahas beberapa kelebihan dari Kurikulum Merdeka Belajar, termasuk

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kebebasan bagi guru dalam

memilih metode pengajaran yang tepat, meningkatkan kreativitas siswa, motivasi

siswa untuk belajar, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

52
Di dalam Kurikulum Merdeka terdapat 3 karakteristik utama Kurikulum Merdeka.

3 karakterisrik utama Kurikulum Merdeka :

1. Peningkatan pada Keterampilan dan Karakter

Salah satu ciri utama yang ada di dalam kurikulum merdeka yakni

berfokus pada peningkatan keterampilan dan karakter siswa. Salah satu cara

untuk meningkatkan soft skill dan karakter yakni melalui percobaan dan

pembuatan proyek.

Dengan metode percobaan dan pembuatan proyek, maka siswa dapat

terlibat untuk mengamati konsep yang tengah dipelajari. Sehingga

pembelajaran tidak hanya sekedar menghafal materi. Tetapi juga praktik

langsung yang berguna merangsang kinerja otak.

2. Fokus Utama pada Materi Esensial


Mata pelajaran di kurikulum ini jauh lebih sedikit ketimbang kurikulum

sebelumnya. Karena kurikulum terbaru ini memiliki penjurusan bidang sesuai

kemampuan siswa. Bahkan kurikulum ini akan lebih memfokuskan pada

materi yang siswa butuhkan dan minati.

Siswa dapat memilih sendiri Materi Kurikulum Merdeka yang menjadi

niatnya. Misalnya siswa lebih suka mata pelajaran kewirausahaan, maka siswa

dapat memilih materi tersebut. Hal ini juga memudahkan guru dalam memilih

model pembelajaran yang sesuai dengan siswa.

3. Kegiatan Pembelajaran Lebih Fleksibel


53
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, kegiatan belajar mengajar jadi

lebih fleksibel. Karena capaian pembelajaran terhitung per fase. Hal ini

memungkinkan pihak sekolah mengatur sendiri waktu untuk penerapan

pembelajaran.

Konsep Merdeka Belajar mengedepankan kebebasan setiap peserta didik

untuk mengatur sendiri pilihan belajar mereka. Mengingat, kemampuan setiap peserta

didik berbeda-beda. Dalam hal ini, guru berperan sebagai penggerak agar para peserta

didik bisa terus semangat dan termotivasi untuk mengembangkan kemampuan dan

keahliannya tanpa ada paksaan. Itulah mengapa, pada Kurikulum Merdeka ini,

pemerintah membentuk sistem fase capaian pembelajaran untuk memetakan tingkat

kemampuan setiap peserta didik.

 Fase A Kurikulum Merdeka

Fase A adalah fase yang diperuntukkan bagi Pendidikan Sekolah Dasar

atau sederajat kelas 1 dan 2. Secara substansi, fase A ini berbeda dengan fase

Pondasi. Jika pembelajaran pada fase Pondasi belum berbasis mata pelajaran,

maka pembelajaran pada fase A sudah berbasis mata pelajaran namun masih

bersifat tematik. Rumusan capaian pembelajaran juga mengacu pada fase,

tidak lagi menurut kelas seperti kurikulum sebelumnya.

 Fase B Kurikulum Merdeka

Fase B adalah fase yang diperuntukkan bagi Pendidikan Sekolah Dasar

atau sederajat kelas 3 dan 4. Itu artinya, semua siswa yang berada di kelas 3

dan 4 berada pada fase yang sama. Sama seperti fase A, rumusan capaian

pembelajarannya juga mengacu pada fase, tidak lagi menurut kelas seperti

kurikulum sebelumnya.

54
 Fase C Kurikulum Merdeka

Fase C adalah fase yang diperuntukkan bagi Pendidikan Sekolah Dasar

atau sederajat kelas 5 dan 6. Dengan adanya fase semacam ini, setiap guru

tidak bisa memaksakan peserta didik untuk memahami kompetensi yang

belum dikuasainya.

4.2 Analisis kurikulum Merdeka

Sejak diluncurkan pada tahun 2020, Kurikulum Merdeka telah menjadi

sorotan di Indonesia karena dianggap sebagai upaya yang inovatif untuk merombak

sistem pendidikan yang sudah ada. Berikut adalah analisis dari Kurikulum Merdeka:

1. Penekanan pada Pembelajaran Aktif:

Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang lebih berpusat pada

siswa dan berbasis pada pengalaman. Ini berarti siswa diharapkan aktif terlibat

dalam pembelajaran mereka, bukan hanya menerima informasi dari guru.

Pendekatan ini diharapkan mendorong kemampuan pemecahan masalah,

kreativitas, dan kemandirian siswa.

2. Integrasi Kompetensi:

Kurikulum Merdeka mengusulkan integrasi antara kurikulum umum dan

kurikulum khusus atau keahlian. Hal ini bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keahlian praktis yang

relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

55
Pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang siap terjun

langsung ke dunia kerja atau memiliki keterampilan yang berguna untuk

berwirausaha.

3. Pemberdayaan Teknologi:

Kurikulum Merdeka menyoroti pentingnya pemberdayaan teknologi dalam

proses pembelajaran. Ini mencakup penggunaan teknologi dalam mengakses

sumber daya pembelajaran, kolaborasi antar siswa, dan pembelajaran jarak

jauh.

Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas dan fleksibilitas

pembelajaran, terutama di masa pandemi COVID-19 saat ini.

4. Evaluasi Berbasis Kompetensi:

Kurikulum Merdeka mengusulkan pendekatan evaluasi yang lebih berbasis

pada pencapaian kompetensi siswa daripada sekadar mengukur pengetahuan.

Evaluasi lebih fokus pada penilaian keterampilan, sikap, dan kemampuan

siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang relevan.

6. Tantangan Implementasi:

Meskipun memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

implementasi Kurikulum Merdeka menghadapi sejumlah tantangan.

Tantangan termasuk pelatihan guru yang cukup, penyediaan sumber daya

pembelajaran yang memadai, dan penyesuaian kebijakan dan infrastruktur

pendidikan yang sesuai.

7. Harapan terhadap Peningkatan Kualitas Lulusan:

56
Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat meningkatkan

kualitas lulusan sekolah dengan menghasilkan individu yang memiliki

keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan tuntutan dunia

kerja dan masyarakat.

8. Perubahan Paradigma:

Kurikulum Merdeka dianggap sebagai langkah menuju perubahan paradigma

dalam pendidikan Indonesia, dari pendekatan yang lebih tradisional dan guru-

terpusat menjadi pendekatan yang lebih inklusif, berpusat pada siswa, dan

relevan dengan tuntutan zaman.

Adapun Kelebihan dan kekurangan Kurikulum Merdeka yaitu sebagai berikut:

Kelebihan:

 Pembelajaran Yang Disesuaikan Dengan Kebutuhan Siswa. Salah satu

kelebihan dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar,

sekolah dan guru diberikan kebebasan untuk menentukan kurikulum dan

metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan

demikian, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minat

mereka, sehingga dapat lebih memahami dan menikmati pelajaran yang

diberikan.

 Guru Dapat Memilih Metode Yang Tepat Untuk Mengajar. Selain itu,

Kurikulum Merdeka Belajar memberikan kebebasan bagi guru dalam

memilih metode pengajaran yang tepat. Dalam Kurikulum Merdeka

Belajar, guru diberikan kebebasan untuk memilih metode pengajaran yang

57
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga siswa dapat

lebih mudah memahami dan menyerap pelajaran yang diberikan. Hal ini

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu siswa mencapai

hasil yang lebih baik.

 Meningkatkan Kreativitas Siswa. Kurikulum Merdeka Belajar juga dapat

meningkatkan kreativitas siswa. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, siswa

diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas mereka melalui

kegiatan yang lebih bervariasi dan menantang. Dalam pembelajaran yang

dilakukan dengan cara ini, siswa dapat merasa lebih tertantang untuk

mengeksplorasi kemampuan mereka dan mengembangkan potensi yang

dimiliki.

 Meningkatkan Motivasi Siswa Untuk Belajar. Selain itu, Kurikulum

Merdeka Belajar dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam

Kurikulum Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk memilih

pelajaran yang ingin dipelajari, sehingga mereka merasa lebih bersemangat

dalam belajar. Selain itu, kurikulum dan metode pengajaran yang lebih

menarik dan relevan juga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa

dalam belajar.

 Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran. Terakhir,

Kurikulum Merdeka Belajar juga dapat meningkatkan partisipasi siswa

dalam pembelajaran. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, siswa diberikan

kebebasan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka

merasa lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. Dengan cara

ini, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh

pemahaman yang lebih baik tentang materi yang diajarkan.

58
Selain itu, Kurikulum Merdeka Belajar juga memfasilitasi metode

pembelajaran yang lebih interaktif, seperti diskusi kelompok, proyek

kelompok, dan presentasi. Hal ini memungkinkan siswa untuk bekerja

sama dengan teman-teman mereka dan mengembangkan keterampilan

sosial mereka, serta meningkatkan rasa percaya diri.

Kekurangan:

 Mengurangi Standardisasi Pendidikan. Salah satu kekurangan Kurikulum

Merdeka Belajar adalah bahwa sistem ini mengurangi standarisasi

pendidikan di Indonesia. Dalam sistem ini, setiap siswa dapat mengejar

tujuan mereka sendiri, yang mungkin berbeda dari siswa lain. Hal ini

menyebabkan ketidakpastian tentang hasil akhir dan membuat sulit bagi

pemerintah untuk menilai efektivitas program.

 Memerlukan Peran Aktif Siswa Dalam Pembelajaran. Dalam Kurikulum

Merdeka Belajar, siswa diberi kebebasan untuk mengatur pembelajaran

mereka sendiri. Hal ini berarti siswa harus menjadi lebih aktif dalam

proses pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang

materi yang diajarkan. Namun, tidak semua siswa memiliki kemampuan

untuk menjadi aktif dan mandiri dalam belajar.

 Memerlukan Peran Aktif Guru Dalam Mengembangkan Pembelajaran.

Kurikulum Merdeka Belajar juga memerlukan peran aktif guru dalam

mengembangkan pembelajaran. Guru harus lebih kreatif dalam

menciptakan metode pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan

kebutuhan siswa. Hal ini memerlukan waktu dan upaya ekstra dari guru.

 Memerlukan Waktu Dan Sumber Daya Yang Lebih Besar. Implementasi

Kurikulum Merdeka Belajar memerlukan waktu dan sumber daya yang

59
lebih besar daripada metode pembelajaran tradisional. Karena siswa diberi

kebebasan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri, guru harus

mengeluarkan waktu ekstra untuk membantu siswa yang membutuhkan

bimbingan tambahan. Selain itu, program ini juga memerlukan sumber

daya seperti buku teks dan peralatan yang lebih banyak.

Adapuan Ice Breaking untuk membuat pembelajaran lebih menarik

Ice breaking

Saya tahu saya siap

Saya tahu saya siap dan mendengarkan

Saya tahu saya siap dan mendengarkan

Saya tahu saya siap

Siap saya tahu

Saya tahu saya siap dan mendengarkan

4.3 Hubungan Karakteristik hewan dengan sifat manusia dalam

kurikulum Merdeka

Dalam Kurikulum Merdeka, ada potensi untuk mengaitkan karakteristik

hewan dengan sifat manusia sebagai bagian dari pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan berbasis pengalaman. Penggunaan analogi atau

perumpamaan antara karakteristik hewan dan sifat manusia dapat membantu siswa

memahami konsep-konsep abstrak dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa contoh

bagaimana karakteristik hewan dapat dihubungkan dengan sifat manusia dalam

konteks Kurikulum Merdeka:

60
 Kupu-kupu sering dikaitkan dengan karakter manusia karena beberapa

karakteristiknya, antara lain:

1. Transformasi: Kupu-kupu mengalami proses metamorfosis dari telur, larva, pupa,

hingga menjadi dewasa. Hal ini sering dianggap sebagai simbol transformasi dan

perubahan dalam kehidupan manusia.

2. Keindahan: Kupu-kupu dikenal karena keindahan dan warna-warni sayapnya. Hal

ini sering dihubungkan dengan keindahan dan keunikan dalam karakter manusia.

3. Kelembutan: Gerakan kupu-kupu yang lembut dan ringan sering dianggap

merepresentasikan kelembutan dan kelembutan dalam karakter manusia.

4. Kebebasan: Kupu-kupu sering diasosiasikan dengan simbol kebebasan karena

kemampuannya untuk terbang bebas di udara. Hal ini dapat diartikan sebagai

kebebasan dalam menjalani hidup.

 Bebek

1. Kemesraan: Bebek dikenal sebagai hewan yang ramah dan suka berinteraksi

dengan manusia. Mereka sering terlihat mengikuti manusia atau mencari perhatian.

Hal ini bisa diartikan sebagai simbol kemesraan dan kebutuhan akan hubungan sosial

dalam karakter manusia.

2. Perlindungan: Bebek sering melindungi anak-anaknya dengan sangat baik. Mereka

akan berusaha melindungi anak-anaknya dari bahaya dan ancaman. Hal ini bisa

diinterpretasikan sebagai simbol perlindungan dan kepedulian dalam karakter

manusia.

61
3. Kesetiaan: Bebek sering dikaitkan dengan kesetiaan karena mereka cenderung setia

pada pasangan mereka. Mereka biasanya menjaga hubungan dengan pasangan mereka

sepanjang hidup. Hal ini bisa diartikan sebagai simbol kesetiaan dan komitmen dalam

karakter manusia.

 Semut

1. Kerjasama dan Komunitas: Semut hitam hidup dalam koloni yang terorganisir

dengan baik, di mana setiap semut memiliki peran tertentu untuk berkontribusi pada

kelangsungan hidup koloni. Ini mirip dengan bagaimana masyarakat manusia bekerja,

di mana setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab tertentu dalam komunitas

mereka.

2. Kerja Keras dan Tekun: Semut hitam dikenal sebagai hewan yang sangat rajin.

Mereka bekerja tanpa henti untuk mencari makanan, membangun dan memperbaiki

sarang, dan merawat telur dan larva. Ini bisa dihubungkan dengan etos kerja keras dan

tekun yang dihargai dalam banyak budaya manusia.

3. Adaptasi dan Ketahanan: Semut hitam dapat ditemukan di berbagai habitat dan

kondisi lingkungan, menunjukkan adaptabilitas dan ketahanan yang luar biasa. Ini

mirip dengan bagaimana manusia telah mampu beradaptasi dan bertahan dalam

berbagai lingkungan dan kondisi hidup.

 Buaya

1. Kekuatan dan Kekuasaan: Buaya dikenal sebagai hewan pemangsa yang kuat dan

memiliki kekuasaan di ekosistem air. Hal ini bisa dihubungkan dengan manusia yang

62
memiliki kekuatan, keberanian, dan kekuasaan dalam berbagai aspek kehidupan, baik

fisik maupun sosial.

2. Ketahanan dan Adaptabilitas: Buaya adalah hewan yang sangat tahan terhadap

berbagai kondisi lingkungan dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Manusia

juga perlu memiliki ketahanan dan adaptabilitas dalam menghadapi perubahan dan

tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kewaspadaan dan Kecepatan: Buaya dikenal sebagai hewan yang sangat waspada

terhadap lingkungannya dan memiliki kecepatan dalam menanggapi ancaman atau

kesempatan. Manusia juga perlu memiliki kewaspadaan dan kecepatan dalam

mengambil keputusan serta bertindak dalam situasi yang berubah dengan cepat.

 Kucing

1. Kemandirian: Kucing cenderung mandiri dan memiliki keinginan untuk menjaga

privasi mereka. Sifat ini dapat dikaitkan dengan sifat manusia yang juga menghargai

ruang pribadi dan kebebasan.

2. Kelembutan: Banyak kucing yang memiliki sifat yang lembut dan penyayang

terhadap pemiliknya. Mereka dapat memberikan rasa nyaman dan kehangatan, mirip

dengan sifat manusia yang penuh kasih sayang.

3. Keingintahuan: Kucing sering kali sangat ingin tahu dan suka menjelajahi

lingkungan sekitarnya. Mereka dapat menunjukkan rasa keingintahuan yang sama

dengan manusia yang senang belajar dan mengeksplorasi dunia di sekitar mereka.

63
4. Kemandirian: Kucing memiliki sifat yang mandiri dan cenderung melakukan

banyak hal sendiri. Mereka dapat mengurus diri sendiri dalam hal makanan,

membersihkan diri, dan mengeksplorasi lingkungan mereka. Sifat ini dapat dikaitkan

dengan sifat manusia yang mandiri dan mampu mengatasi tantangan sendiri.

5. Sensitivitas: Kucing memiliki indera yang tajam dan sering kali dapat merasakan

perubahan suasana hati atau emosi manusia. Mereka dapat memberikan perhatian dan

dukungan kepada pemilik mereka saat mereka merasa sedih atau stres.

Dalam konteks hubungan karakteristik hewan dengan sifat manusia,kita dapat

menggunakan fase Belajar (B) yang dapat diartikan sebagai fase di mana siswa secara

aktif terlibat dalam pembelajaran dengan cara yang menarik dan bermakna. Pada Fase

B peserta didik mulai dikenalkan dengan sejumlah mata pelajaran baru yang

sebelumnya belum diterapkan di Fase A.

Contoh: Pada Fase A siswa hanya belajar mengenai nama hewan, ciri ciri

hewan, dan bahkan karakteristik hewan tersebut, namun pada Fase B siswa mulai

mengaitkan karakteristik hewan tersebut dengan kehidupan manusia. Siswa dapat

melakukan Refleksi dan Perbandingan dengan Sifat Manusia, siswa melakukan

refleksi tentang bagaimana karakteristik hewan tersebut dapat dihubungkan dengan

sifat manusia.

Dalam fase "B", siswa diajak untuk membandingkan dan menemukan

persamaan atau perbedaan antara perilaku dan sifat hewan dengan sifat-sifat manusia

yang sering kali mirip atau berlawanan. Selama fase "B", siswa diberi kesempatan

untuk mengekspresikan pemahaman mereka melalui berbagai kegiatan kreatif, seperti

membuat lukisan, membuat cerita atau puisi, atau menampilkan drama atau

64
permainan peran. Kegiatan ini memungkinkan siswa untuk lebih terlibat secara

emosional dan artistik dalam pembelajaran, sambil memperdalam pemahaman mereka

tentang hubungan antara karakteristik hewan dan sifat manusia

Adapun Ice Breaking Terkait dengan Materi

1. Gajah & semut

Cara bermain:

Ketika pemateri menunjuk peserta dengan kata semut, maka peserta

akan mengatakan kecil sambil tangan membentuk lingkaran besar

Sementara ketika pemateri menunjuk salah satu peserta dan mengatakan gajah,

maka pesert harus mengatakan gajah dengan cepat serta tangan membentuk

bulatan kecil.

Game ini dilakukan untuk melatih fokus dari peserta, serta game ini

dapat menghilang rasa ngantuk maupun jenuh peserta saat mendengarkan

materi.

2. Kuda Kucing

Game ini dapat dilakukan di sela sela materi untuk menarik perhatian dari para

peserta

Cara bermain:

Pemateri akan menyebutkan kata kuda dan kucing secara bergantian

dengan cepat, saat pemateri menyebutkan kata kucing para peserta harus tetap

duduk namun jika pemateri menyebutkan kata kuda para peserta harus segera

berdiri dengan cepat, jika ada peserta yang salah mengikuti arahan maka akan

di berikan satu tantangan oleh pemateri.

65
Fungsi dari game ini adalah untuk mencairkan suasana menjadi lebih

rileks dan seru

4.4 Penerapan Dalam Pembelajaran


4.4.1 Drama

Melalui drama, kita dapat mengajarkan sifat-sifat hewan dan manusia dengan

cara yang menarik dan interaktif. Dengan pendekatan ini, siswa dapat lebih

memahami sifat-sifat hewan dan manusia secara praktis dan

menyenangkan. Drama memungkinkan mereka untuk merasakan dan

menghayati konsep tersebut dengan lebih mendalam.

NASKAH TEATER KELOMPOK KARAKTERISTIK HEWAN


JUDUL:CATATAN YANG TERSIMPAN

Cerita ini berawal dari seorang anak yang baru lulus SMA dan juga Lulus disalah satu

perguruan tinggi, Hari itu menjadi hari yang sangat bahagia bagi dirinya, Setelah pulang dari

Pengumuman kelulusan ia pun pergi menemui ayahnya dan ingin menanyakan pengalaman

ayahnya di waktu kuliah dulu. Ayahnya pun menceritakannya, Pada Zaman Dahulu………

Anak: Hay papa hari ini menjadi hari paling menyenangkan aku berhasil lolos ke salah

satu perguruan tinggi

Ayah: Alhamdulillah Selamat nak smoga km nsnti menjadi anak yg sukses

Anak: aamiin

Anak: yah Tolong ceritakan pengalaman ayah waktu kuliah dulu dong

66
Ayah: Wah waktu ayah kuliah dlu penuh dengan Perjuangan tidak ada yang indah Di

waktu ayah kuliah dulu, Indahnya cmn di saat pertama kali ayah ketemu

mamamu haha

Anak: wahahah Ceritaainndong yah aku jdi tambah penasaran

Ayah: yaudah Tolong ambilkan remot ayah di belakan dlu

Anak: Nah ini yah

Ayah: Mari sama” kita Dengar/menonton pengalaman ayah eksen

Masuk cerita

Ayah dulu adalah seorang mahasiswa di Universitas …., sebuah universitas

terkemuka di kota kecil tempat ia tinggal. Ayah memilih program studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) dengan harapan kelak menjadi tenaga pendidik yang baik dan

bijaksana. Namun, perjalanan kuliahnya tidaklah mudah.

Saat pertama kali masuk universitas, ayah dihadapkan pada biaya UKT (Uang Kuliah

Tunggal) yang cukup mahal. Meskipun terasa berat, semangat dan harapan tinggi untuk masa

depan yang cerah mendorongnya untuk tetap maju. Ayah bertekad untuk memberikan yang

terbaik dalam pendidikannya.

Di tengah perjuangan membayar biaya UKT yang mahal, ayah bertemu dengan

teman-teman baru dari berbagai daerah yang juga menghadapi perjuangan yang serupa.

Mereka membentuk ikatan yang kuat dan saling mendukung satu sama lain, meskipun jarak

dari rumah mereka yang jauh membuat mereka harus mencari kos-kosan untuk tinggal.

67
Hari pertama masuk kampus, ayah penuh antusias mengikuti matakuliah dan bertemu

dengan dosen serta teman-teman seangkatannya. Meskipun ada beberapa kekurangan di

universitas tersebut, seperti fasilitas yang belum memadai dan kondisi yang kurang ideal,

ayah dan teman-temannya memakluminya karena situasi dan kondisi yang ada.

Mereka berusaha untuk tetap fokus pada tujuan mereka: menyelesaikan pendidikan

dan meraih cita-cita. Meskipun perjalanan kuliah mereka penuh dengan tantangan dan

rintangan, semangat mereka untuk belajar dan berkembang tidak pernah padam. Ayah belajar

banyak hal selama masa kuliahnya, tidak hanya dari buku-buku kuliah, tetapi juga dari

pengalaman hidup dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan di kampus.

Tibalah di semester berikutnya dimana harus membayar ukt di semester genap, sang

ayang menelfon orang tuanya untuk meminta untuk membayarkan ukt yang di mana Pada

saat itu uang belum mencuki untuk pembayaran ukt sedangkan tanggap pembayaran ukt jatu

tempo pada hari itu, Orang tuanya pun mengusahakan dengan meminjam uang tetangga

sampai orang tuanya sampai memohon mohon kepada tetangga tersebut, dan akhirnya uang

itupun d dapatkan dan sang ayahpun membayar ukt semester genapnya.

Pause….

Sang ayah pun bercerita kembali kepada anaknya bahwa itulah Masa kuliah ayah

yang penuh perjuangan, tantangan, suka maupun duka. Namun semua itu terjadi di masa lalu

sekarang Universitas itu telah menjadi universitas yang unggul bukan hanya unggul di

Akreditas tapi juga unggul dalam aspek fasilitas

TAMAT.

Pemeran Drama:

Mesyan sebagai ayah tua

68
Olvi sebagai anak

Zhidan sebagai ayah mudah

Nur Hana sebagai teman ayah waktu mudah

Putra sebagai teman ayah waktu mudah

Mia sebagai dosen

Shafiyyah , Mawar, Dwi Agrista sebagai Anggota kelas (Teman

sekelas Ayah)

Karakter :

Ayah : baik,pendiam,bijaksana

Anak : ceria dan memiliki rasa keingintahuan yg tinggi

Teman ayah(Hana) : ceria,cerewet

Teman ayah (putra) : pemalu tapi pintar

Dosen : baik,bijaksana

Anggota kelas : hanya penambah supaya bisa menggambarkan kalau

drama itu ada di dalam kelas

Karakteristik manusia jika dihubungkan dengan hewan :

 Ayah tua: karakter hewan harimau karna harimau yang kuat untuk menggambarkan

seorang ayah yang baik, pendiam, dan bijaksana. Harimau melambangkan

kekuatan dan keberanian, sementara sifat pendiamnya menunjukkan kedewasaan

dan ketenangan. Kebijaksanaan harimau dalam memilih kapan harus bertindak

menunjukkan kedalaman pemikiran seorang ayah yang bijaksana.

69
 Anak: karakter hewan monyet karena monyet menggambarkan seorang anak yang

ceria dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Monyet sering kali terlihat

bersemangat, ceria, dan selalu ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Mereka

juga dikenal karena kecerdasan dan kelincahan mereka, yang sering kali

mencerminkan sifat anak yang ingin belajar dan menjelajahi dunia di sekitarnya.

bisa jg karakter kucing karena kucing sering kali sangat ingin tahu dan suka

menjelajahi lingkungan sekitarnya. Mereka dapat menunjukkan rasa keingintahuan

yang sama dengan manusia yang senang belajar dan mengeksplorasi dunia di

sekitar mereka.

 Teman ayah ceria dan cerewet:Kupu-kupu sering dikaitkan dengan kecantikan,

kelembutan, dan kegembiraan, yang mencerminkan sifat ceria. Selain itu, gerakan

kupu-kupu yang lincah dan aktif dapat mencerminkan sifat cerewet yang energik

dan penuh semangat.

 Teman ayah pemalu tapi pintar: Rubah sering dianggap sebagai hewan yang cerdas

dan licik, namun mereka juga cenderung berhati-hati dan pemalu dalam interaksi

sosial. Teman yang pemalu tapi pintar mungkin memiliki kecerdasan yang

menonjol namun memilih untuk menjaga diri mereka sendiri dalam situasi sosial

yang baru atau di hadapan orang asing.

Dosen yang baik dan bijaksana:Karakter gajah cocok untuk menggambarkan

dosen yang baik dan bijaksana karena gajah secara umum dianggap sebagai hewan

yang cerdas, sabar, dan memiliki ingatan yang kuat. Demikian pula, dosen yang baik

dan bijaksana biasanya memiliki sifat-sifat seperti kecerdasan, kesabaran, dan

70
pengalaman yang luas, serta mampu memberikan bimbingan yang kokoh kepada

mahasiswa mereka, mirip dengan cara gajah membimbing anggota kawanan mereka.

4.4.2 Tarian

Pembelajaran melalui tarian merupakan pendekatan yang menarik untuk

mengenalkan dan mengembangkan sifat-sifat baik

pada hewan maupun manusia. Berikut beberapa cara di mana tarian dapat

membantu dalam penerapan pembelajaran sifat-sifat:

1. Meniru Gerakan Hewan: Tarian dapat menggambarkan gerakan

karakteristik hewan. Peserta didik dapat memilih hewan yang mereka

sukai atau yang memiliki gerakan menarik, kemudian meniru gerakannya

dalam tarian. Misalnya, gerakan kuda, burung, atau ular dapat

diaplikasikan dalam bentuk tarian .

2. Menghayati Pergolakan Batin: Tarian tidak hanya tentang gerakan fisik,

tetapi juga mengandung aspek emosional. Peserta didik yang terlibat

dalam seni tari dapat merasakan dan menghayati pergolakan batin, konflik,

dan perasaan yang terkait dengan karakter hewan atau manusia yang

ditarikan .

3. Menggali Keseimbangan Lahir dan Batin: Tari klasik gaya Yogyakarta,

misalnya, berusaha mencapai keseimbangan antara aspek lahir (teknik tari)

dan batin (makna atau jiwa tarian). Melalui tarian, karakter dapat diajarkan

melalui teknik luar dan isi atau jiwa

4. Mengenalkan Budaya Lokal: Tarian juga dapat mengenalkan peserta didik

pada budaya lokal sebelum mempelajari budaya luar. Dengan memahami

gerakan tarian yang mencerminkan karakteristik hewan atau manusia,

71
peserta didik dapat menghargai keberagaman budaya dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

Dengan demikian, tarian bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi

juga sarana untuk mengembangkan karakter dan memperkaya pemahaman

tentang dunia sekitar kita

Tari Buku

Tari buku ini mengisahkan tentang seorang anak yang bimbang, apakah harus

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau cukup sampai di situ saja. Awalnya,

semua terasa menyenangkan. Anak itu merasa pilihan yang diambilnya sudah tepat. Tetapi,

seiring berjalannya waktu, gelapnya dunia tanpa pendidikan mulai terasa. Anak itu mendapat

banyak hasutan, tipuan, dan hal buruk lainnya. Anak itu mulai menyadari bahwa pendidikan

sangat penting baginya. Dengan membaca buku, anak itu mungkin tidak akan mudah

terpengaruh dan tertipu oleh dunia luar. Anak itu menyesal, kemudian dia mulai memperbaiki

diri dengan cara membaca buku dan melanjutkan pendidikan. Kehidupan semakin cerah dan

terhindar dari segala hal buruk.

Tarian ini memiliki makna bahwa kita harus rajin membaca buku dan melanjutkan

pendidikan kita, karena dengan cara seperti itu kita bisa membedakan mana hal yang baik dan

mana yang buruk.

4.5 Prodak-Prodak

72
4.6 Sekolah Sehat

Sedang ramai perbincangan mengenai program pembagian makan siang gratis

pada anak sekolahan, Adapun tujuan dari pembagian makan siang gratis bagi anak

sekolah adalah:

1. Peningkatan Gizi Anak

Program makan siang gratis menjamin anak-anak mendapatkan setidaknya

satu makanan bergizi setiap hari sekolah, yang sangat penting untuk kesehatan dan

perkembangan mereka

2. Pengurangan Kelaparan

Di banyak keluarga berpenghasilan rendah, makan siang gratis di sekolah

membantu mengurangi beban kelaparan dan kekurangan gizi yang dihadapi anak-

anak.

3. Peningkatan Konsentrasi dan Prestasi Akademik

Nutrisi yang cukup dan teratur meningkatkan konsentrasi, memori, dan

kemampuan belajar anak-anak, yang berdampak positif pada prestasi akademik

mereka.

4. Pengurangan Ketidaksamaan

Program ini membantu menyamakan peluang bagi anak-anak dari keluarga

kurang mampu, memberikan mereka kesempatan yang sama untuk belajar dan

berkembang.

5. Dukungan bagi Keluarga Berpenghasilan Rendah

Mengurangi beban keuangan keluarga berpenghasilan rendah yang mungkin

kesulitan menyediakan makanan sehat dan bergizi bagi anak-anak mereka.


73
Sebagai generasi penerus bangsa tentunya anak anak harus mendapatkan gizi yang

cukup. Makanan sehat memberikan bahan bakar bagi otak dan tubuh anak. Sehingga

nutrisi yang tepat membantu dalam konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar.

Makanan 4 sehat 5 sempurna memang sangat baik untuk mendukung tumbuh

kembang anak.

1. Makanan pokok

Umumnya, makanan pokok bagi masyarakat Indonesia berupa nasi yang menjadi

sumber asupan karbohidrat.

2. Lauk pauk

Makanan sehat selanjutnya adalah lauk pauk yang menjadi pendamping

makanan pokok. Jenis makanan untuk kelompok ini biasanya memiliki kandungan

protein dan lemak. Pilihannya termasuk:Daging unggas, sapi, kambing, dan

ikan.Telur.Tempe dan tahu sebagai sumber protein nabati.

Studi dalam Italian Journal of Pediatrics menyebutkan, protein bersama

dengan kalori menjadi dua jenis nutrisi yang sangat penting untuk mendukung

tumbuh kembang anak. Adapun kebutuhan harian protein anak sesuai dengan

usianya bisa ibu lihat seperti berikut:

2 sampai 3 tahun: 200 sampai 400 gram.

4 sampai 8 tahun: 300 sampai 500 gram untuk perempuan dan 300 sampai 550

gram untuk laki-laki.

3. Sayuran

74
Makanan 4 sehat 5 sempurna berikutnya adalah sayuran dengan banyak

warna, mulai dari oranye, hijau, merah, dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Sayuran hijau memiliki kandungan vitamin A, B, dan klorofil.

Sayuran dengan warna kuning atau merah banyak mengandung vitamin A dan

karoten. Sayuran dengan warna kuning dan rasa yang asam tinggi akan vitamin C,

dan sayuran beraroma tajam memiliki kandungan sulfur yang tinggi.

Terkait dengan kebutuhannya untuk anak, setidaknya ibu harus memenuhi 1

sampai 2,5 cangkir sayur setiap harinya.

4. Buah-buahan

Tidak jauh berbeda dengan sayuran, gizi yang terkandung dalam buah

termasuk serat dan mineral. Studi dalam Journal of Antioxidants menyebutkan,

buah memiliki peran penting sebagai antioksidan.

Sebab, kulit buah memiliki banyak kandungan pigmen warna klorofil,

misalnya pada buah jambu dan kiwi. Semakin gelap warna buah, maka semakin

besar pula proteksi antioksidan pada tubuh.

5. Susu

Makanan 4 sehat 5 sempurna terakhir adalah susu. Produk ini dan turunannya,

termasuk keju dan yogurt bisa ibu berikan pada anak sebanyak dua hingga tiga

kali dalam satu hari. Adapun jenis susu yang masuk dalam program sehat ini

adalah susu kedelai, susu sapi, dan susu almond.

Menu makanan 4 sehat 5 sempurna memiliki bermacam kandungan gizi

seimbang yang pastinya sangat bermanfaat untuk kerja organ dan kesehatan tubuh

secara menyeluruh. Adapun manfaatnya antara lain:

75
 Menjaga berat badan tetap ideal, sehingga anak terhindar dari risiko obesitas dini.

 Mendukung pertumbuhan anak, termasuk menunjang pertumbuhan tulang dan

gigi serta membuat anak tetap aktif.

 Menunjang perkembangan otak, misalnya melalui gizi yang terkandung dalam

ikan.

 Mencegah anak mengalami gizi buruk yang berujung pada pertumbuhan kerdil

alias stunting.

4.7 Wawancara

4.8 Tabel Analisis

76

Anda mungkin juga menyukai