Anda di halaman 1dari 18

PUTUSAN

No. 408/Pdt. G/2018/ PA. Yk

PEMOHON, tempat tanggal lahir, Yogyakarta, 29 November 1999/ umur 19 tahun, agama
Islam, Pendidikan SMA, pekerjaan Pelajar/ Mahasiswa, Alamat XXX, Kota
Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada ROY
AL MINFA, SH., MH., GUSRIANTO, SHI., MH., ARIS NOVIANTO, SH.,
DARUL HURMAH, SH., OKKE NABILA, SH., MH. danFAISAL, SH., Advokat
/ Konsultan Hukum, yang berkantor di KANTOR YBH RAM INDONESIA
dengan alamat di Jln. Gajah No. 20 Tahunan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta,
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 18 Juli 2018, sebagai Pemohon;

Melawan

TERMOHON, tempat tanggal lahir, Yogyakarta, 29 Juli 2001, umur 17 Tahun, agama Islam,
pendidikan SLTP, pekerjaan mengurus rumah tangga, kediaman di XXX, Kota
Yogyakarta, Provinsi D.I.Yogyakarta., dalam hal ini memberi kuasa kepada Rina
Imawati, SH., Kartika Dewi, SH., Muhamad Alwi, SHI., Advokat pada LBH
APIK, yang beralamat di jalan Nagadewa Gowok, Caturtunggal, Depok, Sleman
berdasarkan surat kuasa khusus, tanggal 24 Aguatus 2018, sebagai termohon.

ISI GUGATAN

Pemohon mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta c.q Yang Mulia
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk menerima dan
mengabulkan permohonan Pemohon dengan menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai
berikut

I. PRIMAIR :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan batal perkawinan antara Pemohon (PEMOHON)


dengan Termohon (TERMOHON) yang dilangsungkan di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Mantrijeron, Kota
Yogyakarta, Propinsi D.I. Yogyakarta, sesuai dengan kutipan
Akta Nikah Nomor: XXX, tertanggal 27 Maret 2018;

3. Menyatakan Kutipan Akta Nikah Nomor: XXX, tertanggal 27


Maret 2018 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Propinsi D.I.
Yogyakarta tidak mempunyai kekuatan hukum;

4. Memerintahkan kepada Pemohon dan Termohon untuk


melaporkan kepada Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta,
Propinsi D.I. Yogyakarta, sejak putusan ini memperoleh
kekuatan hukum tetap untuk dicatat tentang adanya pembatalan
perkawinan;

5. Menetapkan biaya perkara kepada Pemohon menurut hukum


yang berlaku;

II. SUBSIDAIR:
Ex aequo et bono, jika Yang Mulia Majelis Hakim
berpendapat lain, mohon penetapan yang seadil-adilnya.
Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan Termohon telah
datang menghadap sendiri dan Majelis telah mendamaikan kedua belah pihak
berperkara agar rukun kembali termasuk melalui lembaga mediasi dengan mediator
Dra. Mariatun Sholikhan, namun tidak berhasil;
Bahwa selanjutnya dibacakan surat permohonan Pemohon dalam
persidangan tertutup untuk umum, yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon
tanpa ada tambahan dengan perubahan;
Bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah menyampaikan
jawaban secara tertulis tanggal 17 Oktober 2018, yang isi pokoknya sebagai berikut
:
1. Bahwa Termohon menolak dengan keras terhadap dalil-
dalil Pemohon kecuali yang secara tegas diakui
kebenarannya oleh Termohon;
2. Menanggapi posita nomor 3 bahwa benar Pemohon dan
Termohon setelah menikah langsung pulang ke rumah
masing-masing, tetapi Pemohon masih sering datang ke
rumah Termohon tanpa sepengetahuan orang tua
Pemohon;
3. Menanggapi posita nomor 4 bahwa tidak benar antara
Pemohon dan Termohon mulai melakukan hubungan
badan kurang lebih tanggal 20 September 2017, tetapi
yang benar sebelum tanggal tersebut, antara Pemohon
dengan Termohon sudah sering sekali melakukan
hubungan layaknya suami istri yang kemudian
mengakibatkan Termohon hamil. Bahwa tidak benar
Termohon membuka baju kemudian memaksa Pemohon
sehingga terjadi perseutubuhan antara Pemohon dan
Termohon tetapi yang benar, Pemohon sering sekali
mengajak dan memaksa Termohon untuk melakukan
persetubuhan dan Pemohon selalu mencari waktu yang
sepi di rumah Termohon saat orang tua Termohon
bepergian;
4. Menanggapi posita nomor 5, bahwa tidak benar
Termohon melakukan hubungan suami istri hanya 1
(satu) kali, tetapi yang benar antara Pemohon dengan
Termohon melakukan hubungan layaknya suami istri
sudah berkali-kali, apalagi antara Pemohon dan
Termohon sudah pacaran sejak tahun 2015. bahwa
Pemohon setiap hari datang ke rumah Termohon dan
memaksa Termohon untuk melakukan hubungan suami
istri. Bahwa apabila dikatakan masa kandungan
Termohon 10 bulan 5 hari, karena hitungannya bukan
tanggal 20 September 2017, tetapi memang sebelumnya
antara Pemohon dan Termohon telah beberapa kali
melakukan layaknya suami istri. Bahwa tidak benar
Termohon mengatakan pernah melakukan hubungan
badan dengan pria lain karena yang benar Termohon
tidak pernah bercerita karena satu-satunya pria yang
melakukanhubungan badan dengan Termohon hanyalah
Pemohon;
5. Menanggapi posita nomor 6, bahwa tidak benar keluarga
Termohon menuduh Pemohon sebagai ayah dari anak
yang dikandung oleh Termohon, tetapi yang benar,
pihak keluarga Termohon meminta
pertanggungjawaban dari Pemohon sebagai bapak dari
anak yang dikandung oleh Termohon karena memang
Pemohon satu-satunya laki-laki yang menyetubui
Termohon, bahkan Pemohon berkali-kali menyetubuhi
Termohon;
6. Menanggapi posita nomor 7, bahwa tidak benar
Pemohon dipaksa dan dibawah ancaman untuk menikahi
Termohon, tetapi yang benar Pemohon telah dengan
sadar tanpa paksaan, ancaman dan tekanan bersedia
menikahi Termohon dan telah dituangkan dalam surat
perjanjian perdamaian. Bahwa Pemohon telah bersedia
untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah
Pemohon lakukan pada Termohon yang mengakibatkan
hamil. Bahwa pada saat kelahiran si anak, semua yang
mengurus adalah Pemohon. Bahwa sampai permohonan
Pembatalanperkawinan ini diajukan, surat kenal lahir si
anak, masih dibawa oleh Pemohon sehingga Termohon
sangat kesulitan untuk membuat akta anak;
7. Menanggapi posita nomor 8, bahwa tidak benar
perkawinan ini adalah paksaan, tetapi yang benar
perkawinan ini terjadi karena Pemohon telah berpacaran
dengan Termohon sejak tahun 2015 dan antara Pemohon
dan Termohon sudah sering kali melakukan hubungan
layaknya suami istri sehingga perbuatan inilah yang
harus dipertanggungjawabkan oleh Pemohon pada
Termohon dan keluarganya untuk menutupi aib yang
telah dibuat oleh Pemohon. Bahwa pada saat pernikahan
terjadipun tidak ada unsur paksaan, karena Pemohon
dengan sadar mengucapkan ijab qabulnya pada
Termohon dan disaksikan oleh para saksi serta keluarga
para pihak. Jadi tidak benar dalil yang menyatakan
adanya paksaan, apalagi adanya surat perjanjian
perdamaian antara kedua orang tua Pemohon dan
Termohon yang sepakat menikahkan mereka berdua.
Bahwa setelah menikahpun, Termohon masih dipaksa
oleh Pemohon untuk melayaninya sebagai seorang istri;
8. Menanggapi posita nomor 9, bahwa tidak benar
Pemohon merasa tersiksa karena yang benar justru
Termohon dan keluarganyalah yang merasa tersiksa
dengan perilaku Pemohon yang tidak bertanggungjawab
pada tindakan dan perilakunya dan semuanya
dibebankan pada Termohon beserta keluarganya. Dan
dikarenakan perbuatan pencabuklan ada ancaman
pidananya, maka sudah sepantasnyalah kalau keluarga
Termohon melaporkan perbuatan pencabulan yang
dilakukan oleh Pemohon pada Termohon. Tetapi pada
kenyataannya Pemohon punya niat yang buruk pada
Termohon, maka dengan tipu muslihatnya, Pemohon
melakukan perkawinan yang nantinya akan
dibatalkannya. Dalam hal ini Pemohon telah
mempermainkan lembaga suci perkawinan demi untuk
lepas dari unsur pidananya;
9. Menanggapi posita nomor 10, bahwa Pemohon untuk
lepas dari tanggung jawabnya dengan menyatakan tidak
menginginkan perkawinan ini, karena Pemohon tidak
mau mengakui perbuatannya telah berkali-kali
menyetubui Termohon. Bahwa Termohon tetap
bersikeras bahwa Pemohon harus
mempertanggungjawabkan perbuatanya karena
mencabuli Termohon yang mengakibatkan Termohon
hamil;
10. Menanggapi posita nomor 11 dan 12, bahwa dikarenakan
tidak adanya unsur paksaan dalam perkawinan Pemohon
dan Termohon, maka permohonan pembatalan
perkawinan ini wajib untuk ditolak;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon kepada Majelis Hakim
PemeriksaPerkara untuk memeriksa dan memberikan putusan sebagai berikut :
Primair :
1. Menerima dan mengabulkan jawaban Termohon untuk
seluruhnya;
2. Menolak permohonan pembatalan perkawinan dari
Pemohon untukseluruhnya;
3. Menghukum Pemohon untuk membayar seluruh biaya
yang timbul akibatperkara ini;
Subsidair :
Mohon putusan yang seadil-adilnya;
Bahwa atas jawaban Termohon tersebut di atas, Pemohon telah
menyampaikan replikm tertulis tanggal 24 Oktober 2018, dan Termohon telah
menyampaikan duplik tertulis tanggal 5 Desember 2018, masing-masing isi
pokoknya dianggap telah masuk dalam putusan ini;
Bahwa untuk memperkuat dalil permohonannya, Pemohon telah meneguhkan
dalil-dalil permohonannya dengan mengajukan alat bukti tulis, yang telah diberi meterai
cukup dan stempel pos :
1. Foto copy Kutipan Akta Nikah Nomor : XXXtanggal 27
Maret 2018, yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat
Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan
Mantrijeron, Kota Yogyakarta, setelah dicocokan dengan
aslinya, kemudian oleh Ketua Majelis diberi kode ( P.1);

2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk Nomor : XXX tanggal


13 September 2017, atas nama Pemohon, yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, setelah
dicocokan dengan aslinya, kemudian oleh Ketua Majelis
diberi kode (P.2);

3. Foto copy dari copy Surat Pencabutan Laporan Polisi


tanggal XXX,setelah dicocokan dengan aslinya, kemudian
oleh Ketua Majelis diberi kode (P.3);
4. Foto copy Surat Keputusan Bersama tanggal XXX, setelah
dicocokan dengan aslinya, kemudian oleh Ketua Majelis
diberi kode (P.4);

Bahwa selain alat bukti tulis tersebut di atas, Pemohon melalui kuasanyajuga
mengajukan bukti 2 (dua) orang saksi masing-masing bernama :
1. SAKSI I PEMOHON, umur 42 tahun, agama Islam, pekerjaan
swasta(transportasi), tempat tinggal di XXX, Kota Yogyakarta, saksi
tersebut telah memberi keterangan dibawah sumpah yang isi
pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi
adalah bapak kandung Pemohon. Saksi juga kenal
dengan Termohon karena Termohonmenantu saksi;
• Bahwa saksi tahu pernikahan Pemohon dan Termohon,
yaitu pada bulan Maret 2018. Pada saat Pemohon dan
Termohon menikah, Termohon dalam keadaan hamil;
• Bahwa Pemohon menikahi Termohon karena dalam keadaan
dipaksa;
• Bahwa sebelum terjadi pernikahan, yaitu pada tanggal
17 Maret 2017, keluarga Termohon datang ke rumah
saksi dalam keadaan marah-marah untuk meminta
pertanggungjawaban Pemohon karena menurut
keluarga Termohon, Pemohon sudah menghamili
Termohon, bahkan pada saat itu, keluarga Termohon
sudah melaporkan Pemohon ke Polisi dengan dugaan
tindak pidana perbuatan pencabulan, namun saat itu,
kami keluarga Pemohon belum bisa memberikan
jawaban kepada keluarga Termohon;
• Bahwa seminggu kemudian, keluarga Termohon
datang lagi ke rumah saksi untuk meminta jawaban
sehingga pada saat itu, saksi tidak ada pilihan lain
selain mengiyakan keinginan keluarga Termohon dan
membuat kesepakatan bahwa semua proses pernikahan
diurus oleh keluarga Termohon dan pernikahan
dilaksanakan setelah ujian sekolah serta perkawinan
tersebut hanya formalitas saja (sebatas untuk status);
• Bahwa namun yang terjadi keluarga Termohon
mengingkari kesepakatan tersebut, pernikahan
dimajukan, dilaksanakan sebelum ujian sekolah dan
kami juga dibebani biaya untuk pesta serta kami juga
memberikan biaya untuk persalinan Termohon;
• Bahwa masalah hubungan suami istri, dari penuturan
Pemohon, benar mengakui pernah melakukan
hubungan suami istri dengan Termohon, karena
dipaksa oleh Termohon dan Pemohon tidak yakin kalau
bayi yang dikandung oleh Termohon merupakan anak
Pemohon, sebab Pemohon dan Termohon melakukan
hubungan suami istri pada bulan September, padahal
usia kehamilan Termohon waktu itu sudah jalan 3
bulan;
• Bahwa saksi tidak yakin kalau anak yang dikandung
Termohon adalah anak Pemohon karena dari
keterangan teman-teman Termohon bahwa ada laki-
laki lain yang melakukan hubungan badan dengan
Termohon;
• Bahwa Pemohon merasa dipaksa untuk melakukan
hubungan suami istri dengan Termohon karena saat itu
Pemohon dirayu dan dipaksa oleh Termohon dimana
saat itu Termohon sudah tidak memakai baju dan jika
Pemohon menolak untuk melakukan hubungan suami
istri, maka Termohon akan bunuh diri ( Termohon
sudah memegang pisau ), akhirnya Pemohon menuruti
keinginan Termohon;
• Bahwa saksi tidak mengetahui berapa kali Pemohon
melakukan hubungan suami istri dengan Termohon;
• Bahwa saat itu tidak ada perjanjian tertulis, hanya lisan saja;
• Bahwa saksi menyetujui pernikahan Pemohon dengan
Termohon karena keluarga Termohon telah
menceritakan ke warga tempat tinggal saksi, bahwa
anak saksi telah menghamili anaknya sehingga saksi
jadi malu, apalagi di kampung tersebut, saksi sebagai
pengurus kampung;
2. SAKSI II PEMOHON, umur 19 tahun, agama Islam, pekerjaan
mahasiswa, tempat tinggal di XXX, Kota Yogyakarta, saksi
tersebut telah memberi keterangan dibawah sumpah yang isi
pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi teman
Pemohon sejak 3 - 4 tahun yang lalu. Sedang dengan
Termohon saksi hanya tahu namadan orangnya sekitar
4 tahun yang lalu namun saksi tidak mengenal lebihjauh
tentang diri Termohon;
• Bahwa Pemohon menikah dengan Termohon sekitar 9
bulan yang lalu, namun menurut cerita Pemohon,
Pemohon merasa tidak cocok dengan Termohon;
• Bahwa saksi tidak tahu ketika menikah, Termohon
sudah hamil apa tidak. Saksi juga tidak tahu apakah
Pemohon dengan Termohon pacaran apa tidak. Yang
saksi tahu, Pemohon dengan Termohon sering jalan
bersama sejak 1 (satu) tahun yang lalu;
• Bahwa menurut cerita dari Pemohon, pernikahan dapat
berlangsung karena Pemohon dipaksa untuk menikah
dengan Termohon. Sebab keluarga Termohon
menganggap, anak yang dikandung oleh Termohon
adalah anak Pemohon;
• Bahwa menurut pengakuan Termohon, bahwa benar
Pemohon dengan Termohon telah melakukan
hubungan suami istri dengan Termohon di rumah
Termohon sebanyak 1 (satu) kali, namun Pemohon
tidak merasa bahwa anak yang dikandung adalah anak
Pemohon karena Termohon juga sering jalan bersama
dengan laki-laki lain;
• Bahwa saksi pernah melihat Termohon boncengan
dengan laki-laki lain dengan posisi mmeluk perut laki-
laki tersebut. Dilain pihak Saksi tidak pernah melihat
Pemohon bersama dengan wanita lain kecuali dengan
Termohon;
• Bahwa Pemohon bisa melakukan hubungan suami istri
dengan Termohonm karena saat Pemohon dipanggil
Termohon, saat itu rumah dalam keadaan sepi, kosong
hanya ada Termohon dan saat itu Termohon merayu
Pemohon dan memaksa Pemohon melakukan hubungan
badan;
• Bahwa Pemohon orangnya baik dan sholeh, rajin
sholat bahkan saksi sering diajak sholat jika jalan
bersama;
Bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut di atas, Pemohon
menyatakan tidak keberatan. Selanjutnya Pemohon menyatakan mencukupkan
bukti-bukti tersebut di atas dan tidak akan menambah bukti lagi;

Bahwa selanjutnya untuk memperkuat dalil bantahannya, Termohon


telah mengajukan bukti saksi sebagai berikut :
1. SAKSI I TERMOHON, umur 53 tahun, agama Islam, pekerjaan
swasta, tempat tinggal di XXX, Kota Yogyakarta, saksi tersebut
telah memberi keterangan dibawah sumpah yang isi pokoknya
sebagai berikut:
• Bahwa saksi kenal dengan Termohon karena saksi
adalah Paman Termohon. Saksi juga kenal dengan
Pemohon karena Pemohon suami Termohon;
• Bahwa Termohon menikah dengan Pemohon pada
bulan Maret 2018, dalam keadaan Termohon hamil
dan dari penuturan Termohon, anak yang
dikandungnya adalah hasil hubungan dengan
Pemohon;
• Bahwa saksi kurang tahu kalau perkawinan terjadi
karena Pemohon dipaksa menikahi Termohon, karena
ketika keluarga Termohon dengan keluarga Pemohon
bertemu, saksi tidak ikut, namun dari keterangan
keluarga Termohon yang hadir, memang telah terjadi
ketegangan;
2. SAKSI II TERMOHON, umur 51 tahun, agama Islam, pekerjaan
mengurus rumah tangga, tempat tinggal di XXX, Kota Yogyakarta,
saksi tersebut telah memberi keterangan dibawah sumpah yang isi
pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi kenal dengan Termohon karena saksi
tetangga Termohon. Saksi juga kenal dengan Pemohon
karena Pemohon suami Termohon;
• Bahwa Pemohon menikah dengan Termohon sekitar 9 bulan
yang lalu,
dan waktu itu Termohon dalam keadaan hamil 5 bulan;
• Bahwa menurut pengakuan Termohon, anak yang
dikandungnya adalah anak Pemohon dan selama ini
saksi juga tidak pernah melihat laki-laki lain yang
datang ke rumah Termohon selain Pemohon;
• Bahwa saksi tidak tahu apakah perkawainan Pemohon
dengan Termohon berlangsung karena Pemohon
dipaksa oleh Termohon. Yang jelas pada saat
pernikahan mereka dilangsungkan di KUA, keluarga
Termohon dan keluarga Pemohon hadir;
Bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon diberi kesempatan untuk tes DNA
kaitannya dengan anak yang dilahirkan Termohon, namun sampai waktu yang
ditentukan, baik Pemohon maupun Termohon tidak bisa tes DNA karena biayanya
sangat mahal;
Bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon menyampaikan kesimpulannya
secara tertulis tanggal 26 Desember 2018 untuk Pemohon dan tanggal 23 Januari
2019 untuk Termohon, yang isi pokoknya tetap dengan dalilnya masing-masing dan
selanjutnya Pemohon maupun Termohon menyatakan tidak akan mengajukan
sesuatu lagi kecuali mohon putusan;
Bahwa tentang jalanya pemeriksaan, semuanya telah dicatat dalam berita
acara pemeriksaan yang bersangkutan, sehingga untuk mempersingkat uraian
putusan, Majelis cukup menunjuk berita acara tersebut, yang merupakan satu
kesatuan tak terpisahkan dengan putusan ini;

PERTIMBANGAN HAKIM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan pembatalan perkawinan


Pemohon adalah sebagaimana telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan
Termohon telah hadir sendiri menghadap dipersidangan dan sesuai maksud Pasal 82 ayat
(1) dan (4) Undang-Undang Nomor : 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor : 3 tahun 2006 Jo Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor : 9 Tahun 1975
Jo Pasal 143 Kompilasi Hukum Islam, Majelis Hakim dalam setiap persidangan telah
mendamaikan Pemohon agar rukun kembali dengan Termohon, termasuk melalui
lembaga mediasi dengan mediator Dra. Mariatun Sholikhan, namun tidak berhasil;
Menimbang, bahwa alasan atau dalil Pemohon mengajukan perkara pembatalan
perkawinan pada pokoknya adalah karena sebelum pernikahan atau kurang lebih tanggal
20 September 2017, Termohon memaksa Pemohon untuk melakukan hubungan suami
isteri ketika Pemohon sedang belajar bersama dirumah Termohon dan dalam keadaan
rumah sepi Termohon membuka baju kemudian memaksa Pemohon sehingga terjadilah
persetubuhan antara Pemohon dengan Termohon. Bahwa Pemohon dengan Termohon
melakukan hubungan suami isteri sebanyak 1 (satu) kali, namun pada saat itu kondisi
Termohon sudah dalam keadaan hamil, hal ini diketahui kemudian dari keterangan
dokter persalinan yang menyatakan “Termohon melahirkan dengan masa kandungan 10
(sepuluh) bulan 5 (lima) hari”, selain itu diperkuat dengan Termohon pernah bercerita
dan mengaku kepada Pemohon, bahwa Termohon juga pernah melakukan hubungan
badan dengan pria lain selain dengan Pemohon. Karena Termohon dalam keadaan hamil,
akhirnya pihak keluarga Termohon menuduh Pemohon sebagai ayah dari anak yang
dikandung oleh Termohon dan meminta Pemohon untuk menikahinya jika Pemohon
menolak untuk menikahi maka, pihak keluarga Termohon akan melaporkan Pemohon
kepada Kepolisian, dengan tuduhan perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur.
Karena dalam keadaan dipaksa dan dibawah ancaman oleh pihak keluarga dari
Termohon yang meminta bertanggung jawab serta untuk mendapatkan status bagi
anak yang ada dalam kandungan Termohon, dengankeadaan terpaksa dan tidak bisa
menolak Pemohon akhirnya menikahi Termohon sampai dengan saat ini;
Menimbang, bahwa atas dalil permohonan Pemohon sebagaimana tersebut di
atas, Termohon dalam jawaban tertulis tanggal 17 Oktober 2018, pada pokoknya telah
membantahnya dan selanjutnya Termohon memohon agar permohonan pembatalan
perkawinan ditolak;
Menimbang, bahwa dari jawab menjawab antara Pemohon dengan Termohon
tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini
adalah apakah Pemohon dipaksa berhubungan badan oleh Termohon dan apakah
perkawinan antara Pemohon dengan Termohon dilaksanakan dalam keadaan dipaksa;
Menimbang, bahwa untuk mengetahui hal tersebut Majelis Hakim akan menilai
alat-alat bukti yang diajukan dipersidangan yang berupa bukti surat dan 2 orang saksi;
Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti (P.2) berupa foto copy Kartu Tanda
Penduduk milik Pemohon, Nomor : XXX tanggal 13 September 2017, maka secara
formal dan factual Pemohon bertempat tinggal di Yogyakarta, maka berdasarkan Pasal
74 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, perkara ini merupakan kewenangan Pengadilan
Agama Yogyakarta;
Menimbang, bahwa bukti P.1 berupa foto copy Kutipan Akta Nikah Nomor
XXXtanggal 27 Maret 2018, yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada
Kantor Urusan Agama Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Bukti tersebut dibuat
dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Oleh karenanya Majelis Hakim
menilai bukti P.1 sebagai bukti autentik sesuai Pasal 165 HIR. sehingga mempunyai
kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat dan oleh karenanya Majelis Hakim
menilai bahwa Pemohon dan Termohon sejak tanggal 27 Maret 2018 sampai perkara ini
diajukan, ada hubungan hukum sebagai suami istri yang sah;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.4 berupa foto copy Surat Kesepakatan
Bersama tanggal XXX, bukti mana diakui adanya baik oleh Pemohon maupun
Termohon. Dengan demikian sesuai dengan ketentuan Pasal 1875 dan 1876 KUH
Perdata, bukti P.4 harus dinyatakan mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat
dan sempurna;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.3 berupa foto copy dari copy Surat
Pencabutan Laporan Polisi tanggal XXX, membuktikan bahwa setelah adanya surat
kesepakatan bersama, maka laporan polisi tentang dugaan tindak pidana perbuatan cabul
terhadap anak dibawah umur dicabut oleh Termohon;
Menimbang, bahwa selanjutnya selain bukti surat adalah bukti 2 orang saksi
yang diajukan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa saksi pertama bernama SAKSI I PEMOHON, isi pokok
keterangannya adalah :
• Bahwa masalah hubungan suami istri, dari penuturan Pemohon, benar
mengakui pernah melakukan hubungan suami istri dengan Termohon,
karena dipaksa oleh Termohon dan Pemohon tidak yakin kalau bayi
yang dikandung oleh Termohon merupakan anak Pemohon, sebab
Pemohon dan Termohon melakukan hubungan suami istri pada bulan
September, padahal usia kehamilan Termohon waktu itu sudah jalan 3
bulan;
• Bahwa saksi tidak yakin kalau anak yang dikandung Termohon adalah
anak Pemohon karena dari keterangan teman-teman Termohon bahwa
ada laki-laki lain yang melakukan hubungan badan dengan Termohon;
• Bahwa Pemohon merasa dipaksa untuk melakukan hubungan suami
istri dengan Termohon karena saat itu Pemohon dirayu dan dipaksa
oleh Termohon dimana saat itu Termohon sudah tidak memakai baju
dan jika Pemohon menolak untuk melakukan hubungan suami istri,
maka Termohon akan bunuh diri ( Termohon sudah memegang pisau
), akhirnya Pemohon menuruti keinginan Termohon;
• Bahwa saksi tidak mengetahui berapa kali Pemohon melakukan
hubungan suami istri dengan Termohon;
• Bahwa saksi tahu pernikahan Pemohon dan Termohon, yaitu pada
bulan Maret 2018. Pada saat Pemohon dan Termohon menikah,
Termohon dalam keadaan hamil;
• Bahwa Pemohon menikahi Termohon karena dalam keadaan dipaksa;
• Bahwa sebelum terjadi pernikahan, yaitu pada tanggal 17 Maret
2017, keluarga Termohon datang ke rumah saksi dalam keadaan
marah-marah untuk meminta pertanggungjawaban Pemohon
karena menurut keluarga Termohon, Pemohon sudah menghamili
Termohon, bahkan pada saat itu, keluarga Termohon sudah
melaporkan Pemohon ke Polisi dengan dugaan tindak pidana
perbuatan pencabulan, namun saat itu, kami keluarga Pemohon
belum bisa memberikan jawaban kepada keluarga Termohon;
• Bahwa seminggu kemudian, keluarga Termohon datang lagi ke
rumah saksi untuk meminta jawaban sehingga pada saat itu, saksi
tidak ada pilihan lain selain mengiyakan keinginan keluarga
Termohon dan membuat kesepakatan bahwa semua proses
pernikahan diurus oleh keluarga Termohon dan pernikahan
dilaksanakan setelah ujian sekolah serta perkawinan tersebut hanya
formalitas saja (sebatas untuk status);
• Bahwa namun yang terjadi keluarga Termohon mengingkari
kesepakatan tersebut, pernikahan dimajukan, dilaksanakan sebelum
ujian sekolah dan kami juga dibebani biaya untuk pesta serta kami
juga memberikan biaya untuk persalinan Termohon;
• Bahwa saat itu tidak ada perjanjian tertulis, hanya lisan saja;
• Bahwa saksi menyetujui pernikahan Pemohon dengan Termohon
karena keluarga Termohon telah menceritakan ke warga tempat
tinggal saksi, bahwa anak saksi telah menghamili anaknya
sehingga saksi jadi malu, apalagi di kampung tersebut, saksi
sebagai pengurus kampung;
• Menimbang, bahwa selanjutnya keterangan saksi kedua bernama
SAKSI
II PEMOHON, isi pokok keterangannya adalah :
• Bahwa Pemohon menikah dengan Termohon sekitar 9 bulan yang
lalu, namun menurut cerita Pemohon, Pemohon merasa tidak cocok
dengan Termohon;
• Bahwa saksi tidak tahu ketika menikah, Termohon sudah hamil apa
tidak. Saksi juga tidak tahu apakah Pemohon dengan Termohon
pacaran apa tidak. Yang saksi tahu, Pemohon dengan Termohon
sering jalan bersama sejak 1 (satu) tahun yang lalu;
• Bahwa menurut cerita dari Pemohon, pernikahan dapat
berlangsung karena Pemohon dipaksa untuk menikah dengan
Termohon. Sebab keluarga Termohon menganggap, anak yang
dikandung oleh Termohon adalah anak Pemohon;
• Bahwa menurut pengakuan Termohon, bahwa benar Pemohon
dengan Termohon telah melakukan hubungan suami istri dengan
Termohon di rumah Termohon sebanyak 1 (satu) kali, namun
Pemohon tidak merasa bahwa anak yang dikandung adalah anak
Pemohon karena Termohon juga sering jalan bersama dengan laki-
laki lain;
• Bahwa saksi pernah melihat Termohon boncengan dengan laki-laki
lain dengan posisi memeluk perut laki-laki tersebut. Di lain pihak
Saksi tidak pernah melihat Pemohon bersama dengan wanita lain
kecuali dengan Termohon;
• Bahwa Pemohon bisa melakukan hubungan suami istri dengan
Termohon karena saat Pemohon dipanggil Termohon, saat itu
rumah dalam keadaan sepi, kosong hanya ada Termohon dan saat
itu Termohon merayu Pemohon dan memaksa Pemohon
melakukan hubungan badan;
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi SAKSI I
PEMOHON dan SAKSI II PEMOHON, dapat disimpulkan bahwa
Pemohon dipaksa untuk melakukan hubungan badan dengan
Termohon dan keluarga Pemohon mengawinkan Pemohon dengan
Termohon karena dipaksa oleh keluargaTermohon;
Menimbang, bahwa berkaitan dengan keterangan saksi-saksi,
Pemohon dipaksa melakukan hubungan badan dengan Termohon,
oleh karenaketerangan saksi Suyatin bin Widiarto dan saksi SAKSI
II PEMOHON, sebagaimana tersebut di atas didasarkan informasi
dari Pemohon, maka bila dihubungkan dengan dalil Pemohon, yang
menyatakan rumah dalam keadaan sepi, maka sangat wajar bila
keterangan saksi hanya mendengar dari informasi dari Pemohon.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 171 ayat (1) HIR,
keterangan saksi Suyatin bin Widiarto tidak dapat diterima karena
termasuk dalam testimonium de auditu;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis berpendapat bahwa
Termohon adalah seorang wanita yang lemah fisik, kaki tidak
normal, secara fisik tidak mungkin seorang yang lemah fisik
memaksa seorang laki-laki yang sehat jasmani untuk melakukan
hubungan badan;
Menimbang, bahwa berkaitan dengan keterangan saksi SAKSI
I PEMOHON, yang mengatakan, keluarga Pemohon dipaksa oleh
keluarga Termohon, untuk menikahkan Pemohon dengan
Termohon, bila dihubungkan dengan bukti P.4, maka menurut
Majelis dengan adanya kesepakatan, maka tidak terjadi pemaksaan
dalam perkawinan antara Pemohon dengan Termohon;
Menimbang, majelis telah memerintahkan kepada Pemohon dan
Termohon untuk melakukan tes DNA, namun Pemohon dan
Termohon tidak melaksanakan, sehingga majelis berpendapat,
anak yang dilahirkan oleh Termohon adalah anak hasil hubungan
Pemohon dengan Termohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, maka majelis berpendapat, Pemohon tidak dapat
memperkuat dalil-dalil permohonannya, dengan demikian
permohonan Pemohon haruslah ditolak;
Menimbang bahwa oleh karena dalil permohonan Pemohon
ditolak, maka bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon tidak perlu
dipertimbangkan lagi; Menimbang, bahwa perkara aquo
masuk dalam bidang perkawinan,
maka sesuai ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang
Nomor : 7 Tahun 1989, yang telah diubah dengan Undang-undang
Nomor : 3 Tahun 2006, semua biaya yang timbul dalam perkara ini
dibebankan kepada Pemohon;
Mengingat segala peraturan perundangan yang berlaku dan
hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

PUTUSAN HAKIM

1. Menolak permohonan pembatalan perkawinan pemohon;


2. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah 771.000

Anda mungkin juga menyukai