1. Pendahuluan
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu secara cepat beradaptasi dengan kebutuhan
lingkungannya. Permasalahan yang semakin kompleks, tuntutan masyarakat atas standar layanan
yang makin tinggi, perlu mendapatkan respon dari organisasi pemerintah yang memang
dirancang dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perubahan politik, ekomomi,
sosial, teknologi, lingkungan dan hukum sebagai elemen penting yang harus senantiasa
dievaluasi dan dianalisis untuk memastikan sebuah organisasi pemerintah mendapatkan
pandangan baru tentang lingkungan makro dari berbagai sudut pandang. Dengan melakukan
analisis yang tepat atas elemen-elemen tersebut, diharapkan organisasi dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dan melakukan perencanaan untuk masa depan secara lebih efektif.
Presiden Jokowi dalam pidato beliau di Sidang Paripurna MPR saat pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden tanggal 20 Oktober 2019, menyampaikan pentingnya penyederhanaan birokrasi
dengan mengurangi eselonisasi menjadi 2 level. Arahan ini diterbitkan bukan tanpa alasan,
mengingat selama ini hambatan birokrasi berupa lambatnya pelayanan publik menjadi penyebab
utama rendahnya kepuasan masyarakat atas layanan yang diberikan oleh organisasi pemerintah.
Oleh karna itu perlu melakukan penyederhanaan birokrasi,agar proses pengambilan keputusan
dapat lebih cepat, sehingga diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat lebih cepat
diselesaikan. Menpan RB telah menindaklanjuti arahan Presiden tersebut dengan menerbitkan
Peraturan Menpan RB Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke
Dalam Jabatan Fungsional. Pada awal penerapannya, penyetaraan jabatan ini dirasakan tidak
memberikan dampak signifikan bagi perubahan pola kerja, karna belum membuat orang bekerja
secara efektif dan efisien, karena disamping tugasnya sebagai pegawai fungsional, pegawai eks
eselon masih dibebani dengan tugas-tugas managerial dalam bentuk Koordinator (setara Eselon
III) dan Sub Koordinator (setara Eselon IV) yang notabene merupakan fungsi pejabat struktural.
Merespon hal tersebut, Menpan RB kemudian menghapus fungsi Koordinator dan Sub
Koordinator dengan menerbitkan Permenpan RB Nomor 7 Tahun 2022 tentang Sistem Kerja
Pada Instansi Pemerintah Untuk Penyederhanaan Birokrasi, yang menjadi instrumen bagi ASN
melaksanakan tugas dan fungsinya. Sistem kerja yang baru ini
diharapkan membuat organisasi pemerintah lebih dinamis, mengedepankan kerja kolaboratif
melalui pembentukan tim kerja lintas bidang/fungsional, dengan mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi secara masif.
Dalam PermenPANRB 7/2022, Penugasan Pejabat Fungsional dan pelaksana diberikan oleh
Pejabat Penilai Kinerja atau Pimpinan Unit Organisasi baik secara individu ataupun dalam tim
kerja dengan mempertimbangkan kompetensi, keahlian dan/atau keterampilan dan
mengedepankan profesionalisme, kompetensi, dan kolaborasi. Bagi tim yang sifatnya di dalam
unit organisasi diberikan Surat Tugas, bagi tim yang sifatnya lintas unit organisasi dapat di
berikan Surat Tugas atau Surat Keputusan, sementara bagi tim yang sifatnya lintas Instansi
Pemerintah di terbitkan Surat Keputusan. Pembentukan tim kerja yang anggotanya berasal dari
lintas unit kerja dan lintas instansi tentu memiliki risiko permasalahan sebagaimana sudah
diuraikan di bagian sebelumnya. Permasalahan tersebut, jika tidak diantisipasi dengan baik, akan
mengganggu pencapaian tujuan sebuah kegiatan/program. Penulis, selaku Ketua Tim Kerja yang
ditugaskan oleh pimpinan unit kerja selaku pemilik target kinerja, dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan sebuah kegiatan/program, melakukan beberapa langkah
sebagai berikut:
Hal yang penting juga untuk diperhatikan oleh Ketua Tim adalah tidak lupa memberikan
apresiasi kepada seluruh tim atas pencapaian yang telah diperoleh.