Anda di halaman 1dari 5

KEPEMIMPINAN PELAYANAN

PUBLIK PASCA TERBITNYA


PERMENPAN RB NOMOR 7 TAHUN
2022 TENTANG
SISTEM KERJA
TUGAS AGENDA - 2

Wahyudin, ST, M.Pd.I


KEPEMIMPINAN PELAYANAN PUBLIK PASCA TERBITNYA PERMENPAN RB
NOMOR 7 TAHUN 2022 TENTANG SISTEM KERJA

1. Pendahuluan
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu secara cepat beradaptasi dengan kebutuhan
lingkungannya. Permasalahan yang semakin kompleks, tuntutan masyarakat atas standar layanan
yang makin tinggi, perlu mendapatkan respon dari organisasi pemerintah yang memang
dirancang dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perubahan politik, ekomomi,
sosial, teknologi, lingkungan dan hukum sebagai elemen penting yang harus senantiasa
dievaluasi dan dianalisis untuk memastikan sebuah organisasi pemerintah mendapatkan
pandangan baru tentang lingkungan makro dari berbagai sudut pandang. Dengan melakukan
analisis yang tepat atas elemen-elemen tersebut, diharapkan organisasi dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dan melakukan perencanaan untuk masa depan secara lebih efektif.
Presiden Jokowi dalam pidato beliau di Sidang Paripurna MPR saat pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden tanggal 20 Oktober 2019, menyampaikan pentingnya penyederhanaan birokrasi
dengan mengurangi eselonisasi menjadi 2 level. Arahan ini diterbitkan bukan tanpa alasan,
mengingat selama ini hambatan birokrasi berupa lambatnya pelayanan publik menjadi penyebab
utama rendahnya kepuasan masyarakat atas layanan yang diberikan oleh organisasi pemerintah.
Oleh karna itu perlu melakukan penyederhanaan birokrasi,agar proses pengambilan keputusan
dapat lebih cepat, sehingga diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat lebih cepat
diselesaikan. Menpan RB telah menindaklanjuti arahan Presiden tersebut dengan menerbitkan
Peraturan Menpan RB Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke
Dalam Jabatan Fungsional. Pada awal penerapannya, penyetaraan jabatan ini dirasakan tidak
memberikan dampak signifikan bagi perubahan pola kerja, karna belum membuat orang bekerja
secara efektif dan efisien, karena disamping tugasnya sebagai pegawai fungsional, pegawai eks
eselon masih dibebani dengan tugas-tugas managerial dalam bentuk Koordinator (setara Eselon
III) dan Sub Koordinator (setara Eselon IV) yang notabene merupakan fungsi pejabat struktural.
Merespon hal tersebut, Menpan RB kemudian menghapus fungsi Koordinator dan Sub
Koordinator dengan menerbitkan Permenpan RB Nomor 7 Tahun 2022 tentang Sistem Kerja
Pada Instansi Pemerintah Untuk Penyederhanaan Birokrasi, yang menjadi instrumen bagi ASN
melaksanakan tugas dan fungsinya. Sistem kerja yang baru ini
diharapkan membuat organisasi pemerintah lebih dinamis, mengedepankan kerja kolaboratif
melalui pembentukan tim kerja lintas bidang/fungsional, dengan mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi secara masif.

2. Analisis Masalah dan Akar Permasalahan


Perubahan sistem kerja dengan pembentukan tim kerja diharapkan dapat membawa beberapa
dampak positif, diantaranya:
a. mengurangi atau memangkas tingkatan birokrasi guna mewujudkan proses kerja yang
efektif dan efisien;
b. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia, teknologi informasi dan komunikasi
yang berorientasi pada pencapaian tujuan, strategi, dan kinerja organisasi;
Namun pembentukan tim-tim kerja tidak serta merta mampu meningkatkan efektiftas dan
efisiensi Perwakilan Kemenag Kab. Indramayu dalam merealisasikan program kegiatan dan
anggaran. Masih terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi, diantaranya:
a. Kesenjangan kompetensi antar pegawai masih cukup tinggi, sehingga mengganggu Ketua
Tim Kerja dalam mendistribusikan tugas dan tanggung jawab kepada masing- masing
anggota tim;
b. Kedudukan anggota tim yang tersebar di bidang-bidang, dapat menyulitkan koordinasi dan
komunikasi yang efektif;
c. Anggota tim biasanya merangkap lebih dari 1 anggota tim kerja, terkadang terjadi benturan
pelaksanaan kegiatan oleh dua atau lebih tim kerja diwaktu yang sama yang melibatkan
anggota tim kerja tersebut, sehingga mengganggu alokasi jadwal kegiatan salah satu tim
kerja;
d. Anggota tim kerja dimungkinkan menjadi Ketua Tim Kerja di kegiatan lainnya, sehingga
terkadang pemberian tugas tidak dapat dilaksanakan secara optimal;
e. Ketua Tim yang memimpin anggota tim yang lebih senior/memiliki kepangkatan lebih
tinggi, lebih rentan menghadapi resistensi dari anggota timnya.
3. Peran Kepemimpinan yang perlu dilakukan dalam mengatasi masalah

Dalam PermenPANRB 7/2022, Penugasan Pejabat Fungsional dan pelaksana diberikan oleh
Pejabat Penilai Kinerja atau Pimpinan Unit Organisasi baik secara individu ataupun dalam tim
kerja dengan mempertimbangkan kompetensi, keahlian dan/atau keterampilan dan
mengedepankan profesionalisme, kompetensi, dan kolaborasi. Bagi tim yang sifatnya di dalam
unit organisasi diberikan Surat Tugas, bagi tim yang sifatnya lintas unit organisasi dapat di
berikan Surat Tugas atau Surat Keputusan, sementara bagi tim yang sifatnya lintas Instansi
Pemerintah di terbitkan Surat Keputusan. Pembentukan tim kerja yang anggotanya berasal dari
lintas unit kerja dan lintas instansi tentu memiliki risiko permasalahan sebagaimana sudah
diuraikan di bagian sebelumnya. Permasalahan tersebut, jika tidak diantisipasi dengan baik, akan
mengganggu pencapaian tujuan sebuah kegiatan/program. Penulis, selaku Ketua Tim Kerja yang
ditugaskan oleh pimpinan unit kerja selaku pemilik target kinerja, dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan sebuah kegiatan/program, melakukan beberapa langkah
sebagai berikut:

a. Melakukan dialog kinerja dengan mengkomunikasikan harapan pimpinan terhadap apa


hasil yang ingin dicapai dari proses kerja tim tersebut. Adapun tujuan dari Dialog Kinerja
Organisasi adalah ulasan (review) kinerja organisasi atau pegawai dalam rangka
pengambilan tindakan untuk memperbaiki kinerja, mengarahkan dan memotivasi bawahan
untuk berkinerja dengan baik, mengubah cara berpikir dan bertindak para pegawai dengan
memperjelas ekspektasi kinerja, meningkatkan kerjasama internal, mengambil keputusan
atas perubahan yang berdampak terhadap strategi, meningkatkan akuntabilitas dalam
pengelolaan kinerja. Sedangkan manfaat dari Dialog Kinerja Organisasi antara lain
meningkatkan kinerja organisasi dan individu, membangun budaya kerja organisasi,
mendorong interaksi positif antara atasan dan bawahan, mengidentifikasi
potensi/kompetensi pegawai sebagai salah satu alat perencanaan pengembangan pegawai.;
b. Mengidentifikasi kompetensi/keunggulan dan kelemahan masing-masing
anggota tim sebagai langkah awal sebelum membagi peran dan tanggungjawab kepada
masing-masing anggota tim. Hasil dari identifikasi ini berguna sebagai dasar Ketua Tim
Kerja membagi peran dan tanggungjawab sesuai kompetensi/keunggulan dan kelemahan
kepada masing-masing anggota tim (menempatkan orang yang tepat
pada pekerjaan/tugas/tanggungjawab yang tepat) guna meningkatkan efektiftas dan efisiensi,
sekaligus mengurangi risiko kegagalan dalam pencapaian tujuan;
c. Menumbuhkan rasa kebersamaan, saling pengertian, saling menghargai
antara sesama anggota tim. Prinsip senior dan junior dalam artian negatif
dikesampingkan, agar setiap orang melaksanakan peran dan tanggungjawabnya sesuai porsi
yang ditetapkan/disepakati ;
d. Mendorong anggota tim kerja berinovasi, memberi ruang bagi mereka untuk
mengembangkan kreatifitasnya dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan yang ditetapkan
secara efektif dan efisien;
e. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memantau
pekerjaan/tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing anggota tim serta
memberikan pengarahan/pengorganisasian/penyesuaian yang diperlukan;

Hal yang penting juga untuk diperhatikan oleh Ketua Tim adalah tidak lupa memberikan
apresiasi kepada seluruh tim atas pencapaian yang telah diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai