A. Pokok Pikiran
Perubahan adalah mewujudkan sesuatu yang semula kurang menjadi baik, yang
baik menjadi lebih baik. Bagi instansi pemerintah perubahan yang dilakukan melalui
rencana perubahan adalah untuk mencapai kondisi yang lebih baik dari kondisi
semula, kinerja yang kurang menjadi kinerja baik, kinerja baik menjadi kinerja yang
lebih baik, bahkan mencapai tingkat organisasi berkinerja tinggi, dalam menerapkan
inovasi yang dapat mempercepat pencapaian kinerja secara signifikan. Dimana
perubahan dan inovasi tidak dapat dipisahkan, karena perubahan mengandung
inovasi yang relevan, yang dapat membawa kemajuan dan manfaat yang signifikan
bagi peningkatan kinerja organisasi, instansi dan individunya ( pimpinan dan staf).
Inovasi membawa perubahan , tapi perubahan tidak selalu karena dan mengandung
inovasi. Sedangkan perubahan inovatif merupakan perubahan yang dikarenakan
inovasi tertentu dan berdampak positif secara significan terhadap peningkatan
kinerja organisasi dan kinerja individunya. Inovatif artinya sesuatu yang memiliki
sifat kebaruan, seperti ide yang baru, alat yang baru, proses yang baru dan
sebagainya. Maka makna perubahan inovatif adalah perubahan yang bersifat
1
kebaruan yang mengandung sesuatu yang baru atau kebaruan yang sebelumnya
tidak ada di instansi tersebut bersifat terobosan yang dapat meningkatkan kinerja.
Manajemen perubahan dibutuhkan oleh setiap organisasi disektor untuk
menciptakan tata kelola organisasi dan bisnis proses yang lebih efektif produktif ,
efisien, kreatif , sistematis dan berkinerja. Sektor public untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik yang berlaku di semua tingkatan organisasi publik, melalui
proses perubahan yang terencana. Manajemen perubahan merupakan suatu proses
sistematis untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan menuju arah yang lebih baik
bagi perorangan maupun organisasi. Idealnya perubahan tersebut adalah perubahan
yang inovatif yang dimplementasikan dan memberi manfaat bagi peningkatan
kinerja organisasi, maka diperlukan pengelolaan yang baik dengan menggunakan
manajemen perubahan.
Perubahan pada sektor publik sejatinya bertujuan untuk memperbaiki
pelayanan publik. Pelayanan publik diartikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan,
baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peran pemerintah dalam sektor publik lebih dominan daripada sektor swasta.
Oleh karena itu itu fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pemerintah itu sebagian besar
secara langsung atau tidak langsung menyangkut pelayanan publik. Untuk itu
pemerintah kini sudah berbenah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
publik sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
Pemerintah berkeinginan untuk memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Pelayanan publik dapat dikatakan pelayanan prima apabila dalam
pelaksanaannya tidak menyulitkan, prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.
2
B. Penerapan
Dalam konteks Kantor Kementerian Agama Kabupaten Subang, pelayanan
publiknya memerlukan beberapa pembenahan, agar pelayanan prima bisa terwujud.
Kondisi saat ini :
1. Setiap seksi memberikan pelayanan masing-masing, sehingga masyarakat atau
peminta layanan harus datang ke setiap seksi ketika membutuhkan layanan;
2. Peminta layanan dan atau tamu bebas keluar masuk tanpa terpantau atau
terkontrol dengan baik, kecuali tamu yang datang ke Setjen;
3. Pelayanan data dan informasi tidak fokus, tidak ada bank data dan informasi,
informasi belum terpusat, sehingga tamu yang datang sering kebingungan,
karena harus kesana kemari hanya sekedar untuk mencari informasi;
4. Alur layanan belum jelas;
5. Proses pelayanan disposisi surat masuk memakan waktu yang lama.
Penyebab :
1. Luasnya kantor dan terdapat beberapa gedung yang terpisah satu sama lain,
2. Front Office dan petugas receptionist terpusat di gedung setjen sehingga layanan
digedung lainnya tidak terkontrol, setiap seksi langsung berhadapan dengan
masyarakat tanpa terpantau dengan baik;
3. Petugas front office terbatas;
4. Belum adanya system digital yang dapat menyatukan pelayanan dari tiap seksi.
3
PTSP yang sudah ada.
2. Membuat aplikasi e-disposisi yang dapat mendukung pembangunan Zona
Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani (WBBM).
4
1. Pemeliharaan/perawatan dengan menggandeng pihak yang ahli dalam
maintenance PTSP dan aplikasi e-disposisi;
2. Pengembangan PTSP dengan memasukan semua layanan ke PTSP;
3. Pengembangan aplikasi e-disposisi menjadi aplikasi e-office;
4. Menyelaraskan dengan perkembangan teknologi informasi terbaru.