Hakikat Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Kewarganegaraan memiliki urgensi yang sangat penting dalam konsep pendidikan di
Indonesia dalam segala jenjang pendidikan karena mata kuliah ini berperan dalam membentuk moral dan budi pekerti warga negara dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk siswa/siswi agar menjadi manusia yang mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah air (nasionalisme) sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia dimasa mendatang (Afrizal & Najicha, 2022). Secara historis, substansi materi pendidikan kewarganeragaan telah dimulai sejak Indonesia belum memproklamasikan kemerdekannya yaitu dimulai dari perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda, hingga proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Kemudian secara sosiologis, kewarganegaraan bersumber dari nilai-nilai yang tumbuh di dalam masyarakat yang berjuang bersama untuk menjaga dan memelihara bangsa dan negara. Terakhir secara politis, pendidikan kewarganegaraan lahir dari adanya tuntutan konstitusi yaitu UUD 1945 dan sejumlah kebijakan pemerintah terutama tertuang dalam Pasal 35 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menjadikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah wajib selain agama, Pancasila, dan bahasa Indonesia (Berlian & Dewi, 2021). Pendidikan Kewarganegaraan saat ini tengah berada pada dinamika masyarakat yang berubah-ubah, ditambah lagi dengan kondisi masyarakat yang begitu majemuk sehingga disintegrasi bangsa adalah tantangan yang utama. Pendidikan Kewarganegaraan telah begitu banyak mengalami perubahan mulai dari tujuan, orientasi, substansi, materi, hingga metode pengajaran sejak pertama kali diberikan kepada siswa. Di tengah era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa tantangan yaitu diantaranya: 1. Adanya perubahan tatanan kehidupan termasuk perilaku warganegara akibat adanya perkembangan teknologi; 2. Harus ada upaya nyata untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air kepada generasi muda; 3. Harus mampu mendorong warga negara untuk memanfaatkan teknologi ke arah pengembangan yang positif terutama di dalam menjaga persatuan dan kesatuan demi masa depan bangsa dan negara; 4. Harus mampu melatih generasi muda untuk memiliki pemikiran yang kritis, analitis, dan berperilaku demokratis sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; 5. Mampu mendidik kembali generasi muda supaya memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan modal sosial. Pemberian materi pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa esensi yang sangat penting, yaitu diantaranya: 1. Memupuk kesadaran kewarganegaraan di kalangan mahasiswa dimana mahasiswa dapat memperoleh pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan lebih baik dan memahami pentingnya partisipasi aktif; 2. Membangun identitas nasional di tengah iklim globalisasi; 3. Mendorong keterlibatan sosial karena kewarganegaraan mengajarkan nilai seperti kesetaraan, toleransi, dan keadilan; 4. Membentuk pemikiran yang kritis karena di dalam pendidikan kewarganegaraan, mahasiswa memegang peranan penting dalam memperkaya dialog antarbudaya sehingga mampu menstimulasi pertukaran ide dan pengalaman (Ismail et al., 2023). Daftar Pustaka Afrizal, M. N., & Najicha, F. U. (2022). URGENSI MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KALANGAN MAHASISWA PADA ZAMAN MILLENIAL. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1345–1351. Berlian, R. K., & Dewi, D. A. (2021). URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK NEGARA DEMOKRATIS DAN MEWUJUDKAN HAK ASASI MANUSIA. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(2), 486–498. Ismail, A. W., Dewandaru, W., Hidayat, D. R., & Zahran, F. A. (2023). Studi Pustaka: Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Advamces in Social Humanities Research, 1(4), 386–392.