Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Batak Toba Hukum Tanah Batak dan Pendirian

Menurut sejarah, kakek moyang suku Kampung (Huta)


bangsa Batak pada mulanya berdiam di
sekitar danau Toba. Perkampungan Dalam Masyarakat Batak di daerah asal
mereka (Siraja Batak) adalah Sianjur (bona pasogit) hukum atas pemilikan
Mula-Mula, di kaki gunung Pusuk tanah dan pendirian kampung didasarkan
Buhit, tidak berapa jauh dari kota atas marga. Marga sebagai identitas
Pangururan sekarang. Dari tempat inilah yang cukup mendasar, membentuk
keturunannya menyebar, mula-mula ke norma-norma hubungan dalam tatanan
daerah sekitarnya dan lambat laun ke kehidupan. Marga yang pertama dating
seluruh penjuru Tanah Batak. ke daerah yang belum ada pemiliknya
akan menjadi ‘raja huta’ di sana dan
merekalah kelak disebut sebagai marga
Suku bangsa Batak dapat digolongkan tanah. Pemilikan atas tanah itu disebut
kepada 6 puak, yaitu Batak Toba, Batak “golat” dan yang memilikinya disebut
Angkola, Batak Mandailing, Batak “pargolat”. Dengan demikian ha katas
Simalungun, Batak Pakpak Dairi dan golat adalah marga tertentu yang
Batak Karo. Mereka mendiami wilayah membuka dan memerintah di suatu
yang berbeda tetapi berdekatan di wilayah. Tanah seperti ini dengan bebas
wilayah Sumatera Utara. Tanah Toba dapat diberikan kepada anak-anaknya,
terletak di sebelah Selatan danau Toba. laki-laki atau Perempuan dan dia dapat
Batak Toba mendiami sekitar danau mewariskannya kepada anak-anaknya
Toba, yaitu daerah Tingkat II Tapanuli jika dia meninggal. Betapapun jauhnya
Utara. Dalam abad ini Sebagian dari ia pergi dan bermukim di tempat lain,
penduduk daerah itu sudah bertempat tanah itu tetap menjadi miliknya. Dalam
tinggal di daerah lain. Perpindahan ini hal ini marganya mengukuhkan haknya.
dilatarbelakangi berbagai motif dan Itu adalah hak penguasaan tanah asli
sebab. yang dipegang oleh marga, atau
kelompok suku yang sekarang berada
Perjumpaan dengan agama Kristen dan ditangannya sebagai pribadi. Merekalah
peradaban Barat membawa berbagai yang dapat menukarkan, meminjamkan
kemajuan bagi penduduk daerah Tanah atau menggadaikan tanahnya dan dapat
Batak bagian Utara. Kedatangan digunakan sebagai pembayar hutang
missioner Jerman ke Tanah Batak yang sudah terlalu berat.
menjadi suatu berkat bagi orang Batak
umumnya dan Batak Toba khususnya. Arsitektur Batak Toba
Di dalam site huta yang terbatas, semua
Bagi suku bangsa Batak Toba, tanah
direncanakan dengan baik. Mulai dari
merupakan salah satu factor produksi
pola bangunan berbentuk dua baris
yang terpenting dan merupakan sumber
(linier) yang saling berhadapan. Baris
pencaharian utama. Demikian pula
pertama merupakan baris rumah
adat-istiadat berhubungan erat dengan
(jabu) dan di seberangnya adalah
tanah dan usaha pertanian tersebut.
baris lumbung (sopo) yang merupakan
tempat penyimpanan hasil pertanian.
Rumah-rumah diposisikan menghadap
utara dan selatan karena daerah Toba
merupakan area utara dan selatan dari
gempa. Selain rumah, ada berbagai
tanaman pada halaman, seperti pohon
nangka, batas desa berupa pepohonan
bambu, pohon hariara, sawah, area
penumbuk padi, dan gerbang desa
utara-selatan.

Sirkulasi diantara kedua baris


perumahan (rumah dan sopo) ini disebut
juga halaman. Halaman bertujuan Rumah adat Toba terdiri dari :
membawa angin mengalir ke dalam a) Jabu parsakitan adalah tempat
kawasan dan memasukkan penyimpanan barang, tempat ini
pencahayaan alami untuk juga terkadang dipakai sebagai
memfasilitasi kenyamanan dan well tempat untuk pembicaraan
being. Halaman merupakan ruang terkait dengan hal-hal adat.
luar internal utama digunakan untuk b) Jabu bolon adalah rumah
melakukan aktivitas bersama warga keluarga besar. Rumah ini tidak
kampung Batak Toba seperti memiliki sekat atau kamar
menjemur padi, tenunan, air dan sehingga keluarga tinggal dan
pekerjaan lainnya. tidur bersama. Rumah adat
Batak Toba juga dikenal sebagai
Rumah Batak Toba mempunyai bahan Rumah Bolon.
dasar dari kayu. Menurut kepercayaan
masyarakat Batak, rumah ini terbagi ke
dalam tiga bagian yang mencerminkan
dunia atau dimensi yang berbeda-beda.
Bagian pertama yaitu atap rumah yang
diyakini mencerminkan dunia para
dewa. Bagian kedua yaitu lantai rumah
yang diyakini mencerminkan dunia Rumah Batak Toba di Sumatera Utara
manusia. Bagian yang ketiga adalah memamerkan banyak ciri utama
bagian bawah rumah atau kolong rumah Austronesia dalam desainnya.
yang mencerminkan dunia kematian. Tiang-tiang rumah kayu yang kokoh (1)
berdiri di atas fondasi batu (2) ,
menopang lantai tempat tinggal yang
ditinggikan, sementara balok-balok
silang yang disambung (3) memberikan
kekakuan pada struktur. Bangunan ini
didominasi oleh atap, yang bagian
bubungannya yang memanjang (4)
menciptakan profil punggung pelana
yang khas. Ujung atap pelana
berornamen (5) , yang miring ke luar,
melengkapi ansambelnya, dan
merupakan ciri khas Austronesia yang
terdapat secara luas di seluruh wilayah
Indonesia.

Rumah adat Batak Toba pada


bagian-bagian lainnya terdapat
ornamen-ornamen yang penuh dengan
makna dan simbolisme, yang Atap rumah terbuat dari ijuk yang terdiri
menggambarkan kewibawaan dan dari tiga lapis. Lapisan pertama disebut
kharisma. Ornamen-ornamen tersebut tuham-tuham (satu golongan besar dari
berupa orang yang menarik kerbau ijuk, yang disusun mulai dari jabu bona
melambangkan kehidupan dan semangat tebalnya 20 cm dan luasnya 1×1,5 m2).
kerja, ornament-ornamen perang dan Antara tuham yang satu dan dengan
dan sebagainya. tuham lainnya diisi dengan ijuk agar
permukaannya menjadi rata. Lapisan
kedua, yaitu lalubaknya berupa ijuk
yang langsung diambil dari pohon enau
dan masih padat, diletakkan lapis ketiga.
Setiap lapisan diikat dengan jarum yang
terbuat dari bambu dengan jarak 0,5 m.

Atap
Ide utama dibalik bentuk atap Rumah
Gorga Simataniari pada atap.
Adat Batak Toba ini berasal dari
Teknik ragam hias terdiri dari dua cara,
punggung kerbau, dan bagian atasnya
yaitu dengan teknik ukir dan teknik
yang melengkung menambah nilai
lukis. Untuk mengukir digunakan pisau
aerodinamisnya melawan angin danau
tajam dengan alat pemukulnya
yang kencang.
(pasak-pasak) dari kayu. Sedangkan
teknik lukis bahannya diolah sendiri dari
Komponen strukturnya disatukan
batu-batuan atau pun tanaga yang keras
membentuk atap pelana dengan
dan arang.
bubungan melengkung, dengan
potongan atap berbentuk segitiga
bertumpu pada rangka gantung yang
condong ke arah kemiringan atap.
Di Huta Siallagan dan Lumban Sigiro Cara pembuatan atap Rumah Adat Batak
menggunakan bahan kayu tatahan dan Toba menggunakan pasak melalui
jerami sebagai bahan atap (tarup) pada sambungan antar kayu atau diikat
Rumah Adat Batak Toba, sedangkan di menjadi satu untuk menyambung elemen
Lumban Parmonangan dan Sosor Batu bangunan. Peralatan yang digunakan
menggunakan seng sebagai bahan untuk membangun rumah antara lain
penutup atap. beliung untuk meratakan dan membelah
kayu, kapak untuk menebang dan
Kayu mendominasi material struktur membelah kayu, pulpen dan pahat ukir,
atap Rumah Adat Batak Toba, serta parang untuk memotong ijuk atau
sedangkan pada beberapa rumah bambu.
biasanya menggunakan kombinasi kayu
dan bambu sebagai penyangga atapnya.

Dibawah atap bagian depan ada yang


disebut “arop - arop”. Ini merupakan
simbol dari adanya pengharapan bahwa
kelak dapat menikmati penghidupan
yang layak, dan pengharapan agar selalu
diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di sebelah depan bagian atas yang


Penutup atap (tarup) dibuat dari bahan
merupakan komponen untuk merajut dan
kayu dan dipasang dari jerami setelah
menahan atap supaya tetap kokoh ada
struktur atap terbentuk. Tarup ini terdiri
“songsong boltok”. Maknanya,
dari tiga lapisan, yaitu lapisan pertama
seandainya ada tindakan dan pelayanan
dari ilalang, lapisan kedua dari ijuk yang
yang kurang berkenan di hati termasuk
diambil langsung dari pohonnya yang
dalam hal sajian makanan kepada tamu
masih lebat, dan lapisan ketiga
harus dipendam dalam hati.
merupakan susunan ilalang yang paling
rapi. Selanjutnya ketiga susunan ilalang
“Ombis - ombis” terletak disebalah
tersebut dijahit menggunakan bambu
kanan dan kiri yang membentang dari
dengan jarak 0,5 meter. Bagian atas atap
belakang ke depan.Kemungkinan dalam
berupa bubungan yang melintang di atap
rumah modern sekarang disebut dengan
rumah dan diikat dengan rotan dan
list plank. Berfungsi sebagai pemersatu
jerami. Bambu dan ilalang ini
kekuatan bagi “urur” yang menahan atap
mempunyai umur hingga 100 tahun.
yang terbuat dari ijuk sehingga tetap
dalam keadaan utuh. Dalam pengertian
orang Batak ombis-ombis ini dapat
menyimbolkan bahwa dalam kehidupan
manusia tidak ada yang sempurna dan
tidak luput dari keterbatasan
kemampuan, karena itu perlu untuk
mendapat nasehat dan saran dari sesama
manusia
Strukturnya ditopang oleh tiang-tiang
yang disebut tiang Sopo. Untuk
menyambung kolom digunakan balok
kayu. Rumah ini juga mempunyai
penyangga balok kayu yang disebut
Rassang.

Kolom
Berdasarkan diambil dari jurnal
(Johannes Tarigan,dkk, 2020) yang
meneliti tentang rumah adat Toba yang
berada di Siallagan dan Silalahi yang
dimana jarak antar kolom berbeda-beda,
seperti di depan (atas) dan di belakang Sambungan antara balok (Rassang) dan
(bawah) jarak kolom 60 cm, sedangkan kolom (tiang Sopo) pada konstruksi
di bagian depan (atas) dan di belakang Rumah Bolon menggunakan sambungan
(bawah) jarak kolom 60 cm, luas pintu pin, dimana kolom berlubang dan balok
140 cm. Pada sisi kiri dan kanan jarak masuk mengebor kolom. Seluruh berkas
kolom 70 cm dan jarak kolom luar 77 tampak bertumpuk terus-menerus tanpa
cm. Jumlah kolomnya adalah 38. sambungan. Di antara balok rassang dan
kolom disisipkan pasak kayu
Terdapat 8 kolom sepanjang panjangnya
yang menopang rangka konstruksi yang Pondasi
terletak di tengah. Sedangkan yang Ada pemahaman bahwa tanpa letak
lainnya (30 kolom) hanya sampai ke pondasi yang kuat maka rumah tidak
lantai. Jenis kayu yang digunakan untuk bakalan kokoh berdiri. Pengertian ini
kolom adalah kayu Sibagure, sejenis terangkum dalam falsafah yang
kayu besi mengatakan “hot diojahanna” dan hal ini
berhubungan dengan pengertian Batak
Bentuk kolomnya bulat. Tinggi kolom yang berprinsip bahwa di mana tanah di
1,75 m dengan diameter kolom 40 cm pijak disitu langit jungjung.
selalu ditopang dan dibantu oleh
sitindangi dan sijongjongi

Ornamental

Mempelajari ragam hias tidak dapat


dipisahkan dari situs dari ragam hias itu
Pondasi rumah adat Batak Toba sendiri, yaitu Rumah Batak Toba. Ruma
dikategorikan sebagai pondasi pijakan adalah istilah Batak untuk rumah,
terisolasi atau pondasi umpak.Kolom sedangkan gorga adalah istilah untuk
kayu ditopang oleh pondasi tumpuan. dekorasi. Ruma Gorga secara umum
Peletakan kolom pada pondasi dapat dikenal sebagai tipe terbaik dari rumah
dikategorikan sambungan, Mengenai tradisional Batak Toba, karena dirancang
sambungan antara kolom dan pondasi dengan kayu ukiran ornamen
tidak ada yang khusus, hanya dipasang simbol-simbol seperti singa-singa:
diatas tanah dan mengandalkan gaya gambar tubuh manusia yang dipadukan
geser antara batu dan kayu. dengan kepala kuda. Bangunan lain yang
lebih sederhana lainnya termasuk Ruma
Pondasi dibuat dalam formasi empat Siampore, yang tidak memiliki ukiran
segi yang dibantu beberapa tiang hias seperti yang ada di Ruma Gorga.
penopang yang lain. Untuk keperluan
dinding rumah komponen pembentuk Sehubungan dengan konsep dunia atas,
terdiri dari “pandingdingan” yang tengah dan bawah atas, tengah dan
bobotnya cukup berat sehingga ada bawah yang diwakili oleh struktur
falsafah yang mengatakan “Ndang tartea rumah Batak Toba, ornamen ornamen
sahalak sada pandingdingan” sebagai hanya terdapat pada bagian atap (Banua
isyarat perlu dijalin kerja sama dan Ginjang) dan dinding (Banua Tonga)
kebersamaan dalam memikuli beban sebagai dinding (Banua Tonga) karena
berat. Pandingdingan dipersatukan dianggap sebagai tempat di mana
dengan “parhongkom” dengan kehidupan. Sementara itu, area di bawah
menggunakan “hansing - hansing” lantai (Banua Toru) dirancang tanpa
sebagai alat pemersatu. ornamen apapun, yang melambangkan
ketiadaan kehidupan atau kematian
Untuk mendukung rangka bagian atas
yang disebut “bungkulan” ditopang oleh
“tiangninggor”. Agar ninggor dapat
terus berdiri tegak, ditopang oleh
“sitindangi”, dan penopang yang
letaknya berada di depan tiang ninggor
dinamai “sijongjongi”. Bagi orang
Batak, tiang ninggor selalu diposisikan
sebagai simbol kejujuran, karena tiang
tersebut posisinya tegak lurusmenjulang
ke atas. Dan dalam menegakkan
Ragam hias gorga terdiri dari
kejujuran tersebut termasuk dalam
bentuk-bentuk geometris, flora, fauna,
menegakkan kebenaran dan keadilan
alam, dan profil makhluk atau manusia. tanah mereka, tradisi dan cara hidup
Gorga-gorga ini dibuat dengan yang telah diwariskan dari generasi ke
menggunakan dua jenis teknik, yaitu generasi.
ukiran dan lukisan di atas kayu, dengan
warna yang terbatas (merah, hitam, dan Penyelidikan lebih lanjut
dan putih). Bahan-bahannya terbuat dari mengungkapkan bahwa
batu atau tanah liat keras dari karbon. ornamen-ornamen tersebut mengandung
Berdasarkan ketiga warna tersebut, makna yang mencerminkan kepercayaan
ragam hias rumah Batak Toba dibagi supranatural dan spiritual masyarakat
menjadi dua jenis: Gorga Silinggom, tentang Banua Tonga (dunia tengah)
yang dominan dicat dengan warna hitam yang berada dalam hubungan yang
(hitam pada bidang atau gadu gadu harmonis dengan Banua Ginjang (dunia
sedangkan garis-garis ukiran atau lili atas) dan Banua Toru (dunia bawah).
dicat merah) dan Gorga Toru (dunia bawah). Interpretasi
Sigaraniapi/Sipalang, yang lebih banyak kontekstual mengungkapkan bahwa,
menggunakan warna merah secara keseluruhan, ornamen-ornamen
(bidang-bidang atau gadu-gadu dicat tersebut merepresentasikan visi dan
merah sedangkan garis-garis ukiran atau filosofi kehidupan masyarakat Batak
lili dicat berwarna putih) Toba: Hamoraon (kemakmuran),
Hagabeon (kesuburan), dan (kesuburan),
Selain warna, ragam hias rumah Batak dan Hasangapon (kehormatan).
Toba rumah Batak Toba memiliki
berbagai motif penting, masing-masing
melambangkan makna tertentu.
Pemasangan dan penempatan
ornamen-ornamen tersebut berdasarkan
aturan adat yang diterima oleh orang
Batak. Melalui dua tahap analisis yang
berurutan, ditemukan bahwa dari segi
bentuk, ornamen-ornamen tersebut
terinspirasi dari fenomena dan objek
alam, di mana beberapa di antaranya
telah distilisasi sementara yang lain
lebih imajinatif dan karenanya,
berkarakter baru. Setelah menarik
korelasi antara bentuk-bentuk yang
dianalisis dengan dengan studi literatur
dan teks-teks tentang filosofi kehidupan
Batak Toba, ditemukan bahwa
ornamen-ornamen ini ditemukan bahwa
ornamen-ornamen ini berfungsi sebagai
simbol dan lambang dari visi dan
kepercayaan hidup masyarakat yang
unik. Ornamen-ornamen tersebut
mengandung makna kontekstual yang
kaya yang berkaitan dengan sejarah
Arsitektur Neo-Vernakular Toba Neo-Vernakular Toba pada sebuah
Terdapat juga konsep arsitektur bangunan.
Neo-Vernakular Toba. Terlebih dahulu,
apa itu Arsitektur Neo-Vernakular. Nah Penerapan Konsep Arsitektur
itu adalah konsep arsitektur yang Neo-Vernakular Toba
muncul pada tahun 1960, yang dimana Terdapat bangunan yang mengadopsi
terbuat dari bahasa Latin dan Yunani, konsep Neo-Vernakular toba terhadap
memiliki arti ‘vernakular’ adalah desain nya, antara lain:
setempat/pribumi, lalu ‘neo’ adalah a. Bandar Udara Silangit
baru. Dapat dianalogikan bahwa Bandar udara Silangit di kecamatan
Neo-Vernakular adalah bahasa setempat Siborong borong, Sumatera Utara.
yang diucapkan dengan cara baru. Mengalami beberapa renovasi, aksen
pada bangunan yang mengadopsi konsep
Nah, pada buku ini kita membahas Neo-Vernakular Toba terdapat pada
tentang konsep Arsitektur fasad depan dan depan bangunan, juga
Neo-Vernakular Toba. Seperti yang pada inetrior bangunan yang di isi
dijelasakan sebelumnya konsep dengan beberapa ornamen arsitektur
Neo-Vernakular pada umumnya, jadi Batak Toba.
sama hal nya dengan Neo-Vernakular
Toba, namun hanya saja ini difokuskan
pada Arsitektur Tradisional Toba. Jadi
itulah Konsep Neo-Vernakular Toba
dalam pengertian. Lalu, apa saja
komponen Arsitektur Neo-Vernakular
Toba. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya mengenai komponen dari
Arsitektur batak toba. Di gabung dengan
konsep Arsitektur Neo-Vernakular,
yaitu:
a. Memiliki bentuk-bentuk dengan unsur
budaya dan lingkungan, termasuk iklim
setempat, yang digambarkan melalui
ornamen, tata letak denah, struktur dan
detail.
b. Menerapkan elemen fisik maupun
elemen nonfisik seperti kepercayaan,
budaya, pola pikir, tata letak dalam
bentuk yang lebih modern.
c. Produk dari Arsitektur neo vernacular
ini akan menghasilkan karya yang baru
dan tidak menerapkan prinsip-prinsip Dapat dilihat berikut merupakan Fasad
bangunan vernakular secara murni. depan dan belakang bandara. Terdapat
aksen atap yang mengerucut seperti pada
Untuk lebih jelas nya, mari lihat contoh atap arsitektur Toba, walaupun
penerapan konsep Arsitektur mengunakan material yang berbeda baik
dalam tekstur dan juga struktur.
Daftar Pustaka
1. O.H.S. Purba, Elvis F. Purba.
Buku Migrasi Spontan Batak
Toba (Marserak).
2. Juanita Ratih Arianti.
Jurnal Bab V Pengertian
Arsitektur Neo Venakular.
3. Gloria I Ginting.
Jurnal Terminal Bandara
Silangit Bab VI Konsep
Perencanaan Dan Program
Dasar Perancangan.
4. Tarigan, Johannes. (2019).
Numerical Analysis of Bolon as
Pada gambar diatas adalah interior dari Traditional Batak Toba House
bandara Silangit. Dapat dilihat, bahwa During An Earthquake: A Study
terdapat aksen ornamen ukiran Batak in Village of Siallagan And
Toba, yang diletakkan pada beberapa sisi Silalahi North Sumatera.
dinding dan bagian lainnya lagi. doi:10.1088/1742-6596/1529/5/
052006.
b. Bandara Sibisa 5. Sihotang, Koriana M., dkk .
Bandara Sibisa, di kecamatan Ajibata, (2019). Tipologi Fasad Rumah
Sumatera Utara. Bangunan ini Adat Batak Toba. Jurnal
mengadopsi Arsitektur Neo-Vernakular Arsitektur Alur - Vol.2 No.2
Toba yang terdapat pada aksen atap
bangunan. walaupun bentuk atap tidak
persis sama, namun terdapat konsep atap
yang mengerucut.

Anda mungkin juga menyukai