Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

VITILIGO

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin

Disusun oleh:

Giry Hajar Nur Fauziah 122810057

Pembimbing:

dr. Muhammad Risman, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

2023
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

LAPORAN KASUS

VITILIGO

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan


Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Waled Cirebon

Disusun Oleh :

Giry Hajar Nur Fauziah 122810057

Cirebon, Agustus 2023

Pembimbing,

dr. Muhammad Risman, Sp.DV

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Vitiligo”.
Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini
saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggitingginya kepada:

1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah memberikan sarana
dan prasarana kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik.
2. dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya.
3. dr. Muhammad Risman Sp.DV selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan
laporan kasus ini.
4. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan do’a, dukungan
moral maupun material.
5. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan kasus
ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang
Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

Identitas Pasien .....................................................................................................1

Anamnesis ............................................................................................................1

Status Generalis ....................................................................................................2

Status Dermatologis..............................................................................................3

Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................3

Resume .................................................................................................................3

Diagnosis Banding................................................................................................4

Diagnosis Kerja ....................................................................................................4

Pemeriksaan Anjuran............................................................................................4

Tatalaksana ...........................................................................................................4

Prognosis ..............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

Definisi Vitiligo ....................................................................................................5

Epidemiologi Vitilogo ..........................................................................................5

Patogenesis Vitiligo ..............................................................................................5

Gambaran Klinis Vitiligo .....................................................................................6

Klasifikasi Vitiligo ...............................................................................................8

Diagnosis Vitiligo ...............................................................................................10

Tatalaksana Vitiligo............................................................................................11

Prognosis Vitiligo ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. TL
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 16 tahun
Status : Belum Menikah
Alamat : Sindang Laut, Cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : ART
Tanggal pemeriksaan : 10 Agustus 2023

B. ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA :
Muncul bercak putih pada kulit di payudara kanan, sejak >1 tahun.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Waled dengan
keluhan terdapat bercak putih pada kulit payudara kanan sejak lebih dari 1
tahun yang lalu. Awalnya bercak putih berukuran kecil dan kemudian
bercak meluas seiring berjalannya waktu. Bercak putih muncul secara tiba-
tiba tanpa didahului luka pada kulit. Pasien tidak memiliki keluhan seperti
gatal, nyeri dan panas. Pasien belum pernah berobat kulit sebelumnya.
Pasien juga mengaku belum pernah memiliki keluhan pada kulit atau
terkena penyakit kulit sebelumnya. Pasien mengatakan bahwa keluhan yang
ia alami tidak mengganggu aktivitas sehari-hari hanya saja pasien khawatir
karena bercak putih tersebut semakin meluas. Pasien mengaku terkadang
terpapar sinar matahari ketika bekerja membantu kakak.

1
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah mengalami gejala serupa dan pasien tidak


memiliki riwayat penyakit lain. Pasien juga menyangkal adanya alergi dan
riwayat penyakit autoimun.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala serupa. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit autoimun di keluarga dan riwayat
penyakit lainnya.

RIWAYAT PRIBADI SOSIAL

Satu tahun terahir pasien tinggal bersama kakaknya di jakarta untuk


bekerja. Pasien mengaku lebih sering bekerja didalam ruangan, namun
sesekali pasien harus pergi keluar dengan waktu yang lama untuk berbelanja
kebutuhan rumah. Pasien mangaku tidak suka memakai pakaian dan handuk
bersama dengan kakak. Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi
menengah.

C. STATUS GENERALIS

Keadaaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


Vital Sign : Berat badan : 46 Kg

Tekanan Darah : 130/100 mmHg

Nadi : 93 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6oC

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)

2
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)

Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)

Paru : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-)


Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( )

D. STATUS DERMATOLOGI

Lokasi : a/r mammae dextra


Efloresensi : Tampak makula depigmentasi multiple dengan batas tegas,
bentuk lentikular hingga numular, distribusi regional.

Gambar 1 lesi pada regio mammae dextra

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

3
F. RESUME

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Waled dengan


keluhan terdapat bercak putih pada kulit payudara kanan sejak lebih dari 1
tahun yang lalu. Awalnya bercak putih berukuran kecil dan kemudian
bercak meluas seiring berjalannya waktu. Bercak putih muncul secara tiba-
tiba tanpa didahului luka pada kulit. Pasien mengatakan bahwa keluhan
yang ia alami tidak mengganggu aktivitas sehari-hari hanya saja pasien
khawatir karena bercak putih tersebut semakin meluas. Pasien mengaku
terkadang terpapar sinar matahari ketika bekerja membantu kakak. Pasien
tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, riwayat autoimun
disangkal begitupun dengan keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien normal.
Pada pemeriksaan status dermatologi, pada regio mammae dextra
didapatkan makula depigmentasi multiple dengan batas tegas, bentuk
lentikular hingga numular, distribusi regional.

G. DIAGNOSIS BANDING

- Pitiriasis alba
- Pitiriasis versikolor
- Hipopigmentasi pasca inflamasi

H. DIAGNOSIS KERJA

Vitiligo

I. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Perhitungan Vitiligo Area Scoring Index (VASI) atau Vitiligo European


Task Force (VETF) untuk menentukan derajat keparahan, serta
pemilihan dan follow up terapi, yang dievaluasi ulang secara berkala
setiap 3 bulan.
- Pemeriksaan kadar hormon tiroid (TSH, T3, T4) dilakukan untuk
mencari etiologi dari penyakit vitiligo. Mengingat hubungan vitiligo

4
dengan tiroid memiliki prevelensi yang tinggi karena berkaitan dengan
gangguan autoimun.

J. TATALAKSANA

Medikamentosa

- R/ desoximethasone 0,25% cream 15gr tube no.1

∫ 2 dd 1 ue

Non medikamentosa

- Edukasi mengenai penyakit


- Menghindari trauma fisik yang menyebabkan fenomena koebner
- Menghindari pajanan sinar matahari berlebihan.

K. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : ad bonam


- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad malam

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, disebabkan
faktor genetik dan non genetik yang berinteraksi dengan kehilangan atau
ketahanan fungsi melanosit dan pada kenyataanya merupakan perisitiwa
autoimun. 1
B. Epidemiologi

Prevalensi vitiligo diperkirakan kurang dari 1% walaupun data ini dapat


berubah- ubah menurut populasi yang dinilai. Sebenarnya vitiligo dapat
menyerang semua bangsa, namun pada ras kulit gelap hal ini menjadi
lebih diperhatikan. Vitiligo tidak membedakan gender,tetapi pada
umumnya pasien perempuan lebih banyak mengunjungi dokter daripada
laki-laki. Kelainan ini dapat terjadi pada semua umur, kajian di Belanda
25% muncul sebelum umur 10 tahun, 50% sebelum umur 20 tahun, dan
95% sebelum umur 40tahun.Vitiligo dengan riwayat keluarga berkisar
6,25%-38% kasus, namun pola genetiknya masih merupakan silang
pendapat. 1
C. Patogenesis

Genetik pada Vitiligo

Hampir seluruh studi genetika terfokus pada vitiligo generalisata, telah


diidentifikasi sedikitnya 10 lokus yang berbeda. Tujuh dari 10 yang
dijumpai terkait dengan penyakit autoimun lainnya (antara lain: HLA kelas
I dan II, PTPN22, LPP, NALP1, TYR yang mengkode tirosinase yang
merupakan enzim penting dalam sintesis melanin). Pada tipe segmental
duduga adanya mutasigen mosaik de novo bersifat sporadis.2

Hipotesis Autoimun

Ditemukannya aktivitas imunitas humeral berupa antibodi anti melanosit


yang mampu membunuh melanosit secara in vitro maupun in vivcr.
Sekarang aktivitas humeral ini lebih diduga sebagai response sekunder

6
terhadap melanosit yang rusak dengan dibandingkan dengan respons primer
penyebab vitiligo generalisata. Pada tepi lesi vitiligo generalisata ditemukan
adanya sel T sitotoksik yang mengekspresikan profil sitokin tipe 1.2

Hipotesis Neural

Hipotesis ini menunjukkan adanya mediator neurokimia yang bersifat


sitotoksik terhadap sel pigmen dan dikeluarkan oleh ujung saraf didekatnya.
Teori ini didukung oleh kenyataan:

1. Vitiligo lokalisata yang terbatas secara segmental tidak dermatomal


melainkan menyerang beberapa dermatom.
2. Vitiligo segmental tidak berefek dengan obatobat vitiligo konvensional
tetapi membaik terhadap obat-obat yang memodulasi fungsi saraf.
3. Terjadinya vitiligo dilaporkan setelah mengalami tekanan emosional
berat atau setelah kejadian neurologikal, misalnya ensefalitis, multipel
sklerosis, dan jejas saraf perifer. 2

Hipotesis Biokimia

Kerusakan mitokhondria mempengaruhi terbentuknya melanocyte growth


factors dan sitokin perugalsi ketahanan melanosit. Kadar antioksidan
biologik pada vitiligo: katalase dan glutation peroksidase berkurang,
disebabkan kadar Hp2 epidermis yang meningkat. Bukti histopatologis
menunjukkan adanya kerusakan yang diperantarai stress oxidative berupa
degenerasi vakuol. Beberapa penulis menekankan adanya sensitivitas
melanosit terhadap agen peroksidatif Walaupun melemahnya sifat
scavenging radikal bebas pada masa biosintesis melanin belum jelas, namun
dua teori yang paling menjanjikan adalah: akumulasi Hp2 di epidermis dan
ekspresi abnormal tyrosin related protein (TRP-1 ).2

D. Gambaran Klinis
Makula berwarna putih dengan diameter beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas, tanpa perubahan
epidermis yang lain. Kadang-kadang terlihat makula hipomelanotik selain
makula apigmentasi.

7
Vitiligo non-segmental atau generalisata sering juga disebut dengan
vitiligo vulgaris, adalah depigmentasi kronis yang dapat ditandai dengan
makula putih susu homogen berbatas tegas. Berdasarkan penyebaran dan
jumlahnya vitiligo dibagi atas generalisata dan lokalisata (fokal, segmental,
dan mukosal) yang mungkin tidak disdari pasien. Jenis generalisata
merupakan jenis yang sering kali dijumpai, distribusi lesi simetris dan
ukuran bertambah luas seiring waktu. Lesi dapat muncul di mana saja, tetapi
pada umumnya di daerah peregangan dan tekanan misalnya:
lutut,siku,punggung tangan dan jari-jari. Vitiligo segmental adalah varian
yang terbatas pada satu sisi segmen, dan jenis ini jarang dijumpai.
Kebanyakan pasien memiliki gambaran segmental berupa lesi tunggal yang
khas,namun ada juga menempati dua atau lebih segmen satu sisi,
berlawanan atau mengikuti distribusi dermatomol (garis Blaschko). Daerah
yang sering terkena ialah wajah, aksila,umbilikus,puting susu, sakrum dan
inguinal.
Vitiligo simetris sering dijumpai bila menyerang jari-jari,
pergelangan tangan,aksila,lipatan-lipatan lain dan daerah sekitar
orifisium,misalnya: mulut,hidung dan genitalia. Pada saat pigmen rusak
tampak gambaran tikrom berupa daerah sentral yang putih dikelilingi area
yang pucat. Sangat jarang sekali lesi vitiligodisertai peradangan pada sisi
lesi yang sedang berkembang dan disebut dengan viiligo inflamatorik.
Vitiligo dapat menyerang folikel rambut, dengan demikian dapat di temui
rambut- rambut menjadi putih. Pada pasien berkulit gelap depigmentasi
dapat dilihat pula pada mukosa,misalnya mulut. Perjalanan penyakit tidak
dapat diperkirakan, tetapi seringprogresif, setelah setahun dalam keadaan
stabil pun dapat mengalami eksaserbasi. Progesitivitas yang sangat cepat
mengakibatkan depigmentasi sempurna dalam 6-12 bulan. Sedangkan
repigmentasi spontan pernah dijumpai pada 6-44% pasien. Bahkan
walaupun sangat jarang, pasien yang telah mengalami sempurna dapat
secara spontan warna kulitnya kembali seperti sedia kala. Penyembuhan
atau repigmentasi spontan dapat terlihat dengan munculnya beberap makula
pigmentasi, perifolikuler, atau berasal dari pinggir lesi. Keadaan ini

8
menunjukkan bahwa folikel rambut tepatnya di lapisan luar batang rambut
merupakan sumber melanosit. Repigmentasi juga sebagai tanda bahwa lesi
responsif terhadap terapi.
E. KLASIFIKASI
Terdapat beberapa klasifikasi yang tercatat dalam literatur, pembagian
terbanyak berdasarkan distribusi dan lokasi, seperti klasifikasi menurut
Ortonne tahun 1983. Trikrom vitiligo ditetapkan oleh Fitzpatrick tahun
1964, lesi memiliki daerah intermediate hypochrmia, berlokasi di daerah
antara lesi akromia dan aerah kulit berwarna normal. Keadaan ini sering
dihubungkan dengan perluasan lesi.1

9
Vitiligo lokalisata Vitiligo Vitiligo
generalisata Universalis

1 Fokalis: hanya satu atau Akrofasial: distal Depigmentasi


lebih akula dalamsatu area ekstremitas dan >80%
tetapi tidak jelas segmental wajah
atau zosteriformis

2 Segmentalis:satu ataulebih Vulgaris: makula


makula dengan pola tersebar pada seluruh
quasidermatoml tubuh dengan pola
distribusi asimetris

3. Mukosa; hanya Mixed akrfasial


mengenai daerah dan/atau vulgaris,
mukosa dan/ segmentalis

10
F. DIAGNOSIS

Vitiligo mudah dikenali, sehingga diagnosis dapat ditegakkkan


cukup secara klinis. Bila gambaran klinis tidak khas dibutuhkan
rujukan pendapat ahli. Mengingat hubungan dengan tiroid mempunyai
prevalensi yang tinggi maka dipelukan pemeriksaan kadar tiroid.
Lampu Wood dapat membantu lebih jelas luas hipopigmentasi ataupun
repigmentasi dibandingkan dengan mata biasa. Cara ini dipakai untuk
menilai vitiligo dalam penelitian. Dalam mengevaluasi perkembangan
hasil pengobatan atau keparahan klinis dapat dibantu fotografi. 3
Evaluasi klinis

Diagnosis vitiligo didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis.


Ditanyakan padapenderita:
- Awitan penyakit

- Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul


dini

- Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes


mellitus, dan anemiapernisiosa.
- Kemungkinan faktor pencetus, misalnya stres, emosi,
terbakar surya, dan pajananbahan kimiawi.
- Riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam kulit sebelum bercak putih.3
Pemeriksaan Histopatologi

Dengan pewarnaan hematosiklin eosin (HE) tampaknya normal


kecuali tidak ditemukan melanosit, kadang-kadang ditemukan
limfosit pada tepi makula. Reaksi dopa untuk melanosit negatif pada
daerah apigmentasi, tetapi meningkat pada tepi yang
hiperpigmentasi.1 Pada histopatologi didapatkan melanosit dengan
inti piknotik dengan sitoplasma bervakuol.2 pada keratinosit adanya
vakuol sitoplasmadan materi granuler.3

Pemeriksaan biokimia

Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa

11
menunjukkan tidakadanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit
normal.3
G. TATALAKSANA

Pengobatan sistemik adalah dengan trimetilpsoralen atau


metoksi-psoralendengan gabungan sinar matahari atau sumber sinar
yang mengandung ultraviolet gelombang panjang (ultraviolet A).
Dosis psoralen adalah 0,6mg/kgbb 2 jam sebelum penyinaran selama
6 bulan sampai setahun. Pengobatan dengan psoralen secara topikal
yang dioleskan lima menit sebelum penyinaran sering menimbulkan
dermatitis kontak iritan. Pada beberapa penderita kortikosteroid
potensi tinggi, misalnya betametason valerat 0,1% atau klobetasol
propionat 0,05% efektif menimbulkan pigmen.1
Pada usia di bawah 18 tahun hanya diobati secara topikal saja
dengan losio metoksalen 1% yang diencerkan 1:10 dengan spiritus
dilutus. Cairan tersebut dioleskan pada lesi. Setelah didiamkan 15
menit lalu dijemur selama 10 menit. Waktu penjemuran kian
diperlama, yang dikehendaki ialah timbul eritema, tetapi jangan
sampai tampak erosi, vesikel, atau bula. Pada usia di atas 18 tahun, jika
kelainan kulitnya adalah generalisata, pengobatannya digabung
dengan kapsul metoksalen (10mg). Obat tersebut dimakan 2 kapsul
(20mg) 2 jam sebelum dijemur, seminggu 3 kali. Bila lesi lokalisata
hanya diberikan pengobatan topikal. Kalau setelah 6 bulan tidak ada
perbaikan pengobatan dihentikan dan dianggap gagal.1
1. Psoralen dan UVA (PUVA)
Merupakan pengobatan kombinasi psoralen sebagai
photosensitizer kimiawi dengan ultraviolet A (UVA).Pengobatan
gabungan ini bertujuan meningkatkan efek terapi dari keduanya
dibandingkan bila dipakai masing- masing. Psoralen adalah furokumarin
yaitu obat bersifat fotodinamik yang berkemampuan menyerap energi
radiasi. PUVA masih merupakan obat yang dipercaya efektivitasnya
untuk vitiligo generalisata. Psoralen yang sering dipakai adalah
metoksalen (8-metoksipsoralen), derivat lainnya: bergapten (5 metoksi

12
psoralen), trioksalen (4,5,8 trimetilpsoralen) dan psoralen tak
bersubstitusi. Radiasi ultraviolet yang dipakai adalah 320-400nm, untuk
mencegah efek fototoksik pengobatan dilakukan 2-3 kali seminggu.
Repigmentasi merupakan hasil migrasi pigmen dari tempat terpicunya
melanosit ke daerah depigmentasi.2 Psoralen sediaan oral, seperti
metoksalen : 0,3-0,6 mg/kgBB, trioksalen: 0,6-0,9mg/kgBB ataupun
bergapten 1,2mg/kgBB dapat diminum 1,5 -2 jam sebelum radiasi UVA.
Pajanan UVA dimulai dengan dosis 0,5 J/cm untuk semua tipe kulit dan
meningkat 0,5-1 J/cm². Dosis awal ini kemudian ditingkatkan 0,5- 1,0
J/cm². Pengobatan dapat dilakukan 2-3 kali seminggu, dengan dosis
tertinggi 8-12 J/cm².1
Kontraindikasi absolut untuk PUVA ialah ibu hamil dan
menyusui, riwayat fotosensitif-fototoksik, pemakaian obat-obat
fotosensitif, kulit fototipe I, keganasan, sedang memakai terapi
imunosupresif, dan klaustrofobia.1

Gambar 2 repigmentasi fokal pada terapi PUVA

2. Narrowband UVB

Pada akhir bulan delapan puluhan, terapi ultraviolet B spektrum


sempit (narrowband-UVB/Nb-UVB) berhasil mengobati psoriasis dan
eksimkonstitusional. Akhir-akhir ini, terapi tersebut juga dipakai dalam
mengobati vitiligo generalisata. Mekanisme kerja pengobatan ini
berdasarkan sifat imunomodulator yang mengatur abnormalitas lokal
maupun sistemik imunitasseluler dan humoral. Seperti PUVA, Nb UVB
juga menstimulasi melanosit yang terdapat pada lapisan luar helai rambut.
Dengan demikian repigmentasi terdapat pada perifolikuler tidak
ditemukan pada lesi putih amelanosis.1

13
Dosis awal yang dipakai untuk semua tipe kulit 250 mj dan
ditingkatkan 10-20% setiap kali pengobatan sampai lesi eritema inimal
pada lesi putih depigmentasi dalam 24 jam. Terapi dilakukan 2 kali
seminggu, jangan setiap hari berturut-turut. Keuntungan Nb-UVB tidak
ada pemakaian obat topikal ataupun sistemik,kurang mudah terbakar,
tidak ada hiperkeratosis, tidak ada perbedaan warna kontras antara kulit
normal dan kulit pasca terapi, tidak perlu kaca mata pelindung pasca
radiasi, aman dipakai anak-anak dan dewasa. 1

Kontraindikasi absolut untuk Nb-UVB adalah riwayat


fotosensitif- fototoksik, kulit fototipe I, keganasan, sedang memakai obat-
obat imunosupresi, klaustrofobia, anak berusia kurang dari 6 tahun,
vitiligo lip-tip dan/mukosa. Kontraindikasi relatif Nb-UVB ialah tidak
efektif terhadap Nb-UVB sebelumnya atau foto(kemo)terapi lainnya,
hamil-menyusui, kulit fototipe II dan kesulitan memenuhi jadwal terapi.1
3. Kortikosteroid
Kortiksteroid merupakan pilihan pertama untuk vitiligo
lokalisata, dan sangatdianjurkan untuk lesi kecil daerah wajah, juga pada
anak-anak. Pemakaian preparat ini menguntungkan pasien karena murah,
mudah pengunaannya dan efektif. Pemakaian krtikosteroid topikal
dengan potensi kuat maupun sedang. Keberhasilan terapi terlihat dari
repigmentasi perifolikular atau dari tepi lesi. Berbagai kortikosteroid
topikal telah digunakan, misalnya: triamsinolon asetonid 0,1%, flusinoln
asetat 0,01%, betametason valerat 0,1-0,2%; halometason 0,05%,
flucticason propionat 0,055 dan klolbetasol propionat 0,05%. 1,2

4. Depigmentation

Beberapa pasien dewasa dengan vitiligo yang luas dapat memilih


untuk menjalani depigmentasi sisa patch berpigmen pada daerah wajah
dan yangterkena. Depigmentasi dicapai menggunakan 20% monobenzyl
eter hydroquinone(MBEH; monobenzona), yang menginduksi hilangnya
melanosit. MBEH pertama diterapkan sebagai tes patch untuk 48 jam
untuk mendeteksi hipersensitivitas. Selanjutnya, diaplikasikan dua kali

14
sehari selama setidaknyasatu tahun diikuti oleh depigmentasi ireversibel.
Perlindungan sinar matahari kulitpada depigmentasi sangat penting untuk
mencegah kulit kanker nonmelanoma.2

Gambar 3 hasil terapi mbeh 20% (a) sebelum terapi (b) setelah 4 bulan terapi (c)
setelah 6 bulan terapi (d) setelah 8 bulan terapi.

15
H. PROGNOSIS

Perjalanan penyakit vitiligo pada seseorang tidak dapat diduga,


dapat stabil selama beberapa tahun, tetapi dapat juga membesar,
sementara lesi lain muncul atau menghilang. Repigmentasi spontan dapat
terjadi terutaa pada anak-anak, tetapi juga tidak menghilang sempurna,
terutama pada daerah yang terpajan sinar matahari. Pada kenyataan
repigmentasi berlangsung lambat, tidak sempurna dan tidak permanen,
keadaan ini terutama bila menggunakan fototerapi. Ketiadaan rambut
sebagai sumber pigmen diperkirakan terjadi kegagalan terapi, misalnya
pada jari-jari tangan dan kaki.3

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Lily Soepardiman. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Keenam.
Jakarta; Fakultas Kedokteran UI. Pp 296-298
2. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. vol 1. New York:
Mc Graw Hill, 2012.
3. Tjut Nurul Alam Jacob. Vitiligo. Dalam Wasitaatmadja, Syarif M. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. 2016. pp : 352-358
4. Widaty Sandra, Soebomo H, Listiawan Y, dkk. Panduan Praktik Klinik
BagiDokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). 2017.
5. Pradita RA, Wardani AN. Crash Course Dermatologi dana Venerologi.
Elsevier. 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai