Anda di halaman 1dari 157

Batch Februari

2023

Complete Class Materi

dr. Andi Fuad Ansyari


• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit à 1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal à Baca Kasus à Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci à Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan à Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
à Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

4 •4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


•4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3 •3A. Bukan gawat darurat
•3B. Gawat darurat

2
•Mendiagnosis dan merujuk
•Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

•Mengenali dan menjelaskan

1 •Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
o Bedah Umum
o ATLS o Bedah Urologi
o Syok o Ruptur Uretra
o Ruptur Buli
o Rabies
o Trauma Ginjal
o Bedah Toraks Kardiovaskular o BPH
o Pneumothorax o Torsio Testis
o Hemothorax o Epididimitis
o Flail Chest o Varikokel
o Hidrokel
o Cardiac Tamponade
o Spermatokel
o Peripheral Vascular Disease o Fimosis, Parafimosis
o Diseksi Aorta o Epispadia, Hipospadia
o Ulkus o Priapismus
o Bedah Umum o Kroptokidismus
o Batu saluran kemih
o ATLS o Bedah Plastik
o Syok o Luka Bakar
o Sumbatan Benda Asing o Labiognatopalatoschisis
o Tetanus o Fraktur Le Fort
Bedah-1

Bedah Umum
Bedah Umum

ATLS
AIRWAY & C-SPINE CONTROL
Penilaian
BREATHING & VENTILATION
•Patensi jalan napas
•Ada tidaknya
Penilaian
CIRCULATION & BLEEDING CONTROL
hambatan pada jalan
napas •Look
•Listen
Penilaian
DISABILITY
Tatalaksana •Feel
•Terapi O2
Tatalaksana
•Tanda vital
•Warna dan suhu kulit
Penilaian
EXPOSURE
•Triple manuver airway •Hemodinamik
•Definite airway •Terapi O2 •Perdarahan (terbuka •GCS
•Dekompresi (jika atau terselubung) •Status neurologis
terdapat peningkatan Buka baju pasien,
tekanan) lihat ada
•Bantuan ventilator Tatalaksana Tatalaksana tidaknya luka
•Kontrol perdarahan •Cegah terjadinya atau jejas
•Resusitasi cairan secondary injury

Cegah
hipotermia
• Adanya cairan atau material semisolid di jalan
Gurgling napas à tatalaksana dengan suction

• Faring tertutup sebagian (oleh soft palate atau


Snoring epiglottis) à tatalaksana dengan OPA

• Suara yang dihasilkan akibat spasme laring


Crowing (sering terjadi pada trauma inhalasi) à
tatalaksana dengan intubasi
Precautions :
• Jejas di atas clavicula
• Trauma maxilofacial
• Jatuh dari ketinggian >5 m

Head Tilt Jaw Thrust

Chin Lift
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan Darah <750cc 750-1500 cc 1500-2000 cc >2000 cc
% Volume Darah <15% 15-30% 30-40% >40%
Denyut Nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Menurun Menurun Menurun
Tekanan Nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
Naik
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
Pernapasan
Produksi Urine >30 20-30 5-15 Tidak Berarti
Status Mental Sedikit Cemas Agak Cemas Cemas, Bingung Bingung, lesu
(letargi)
Pengganti Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid & Kritstaloid &
Darah Darah

10
INDIKATOR
EYE (maks 4/min 1)
Spontan membuka mata 4
Membuka mata saat diajak bicara/sentuhan 3
Membuka mata saat diberi rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata 1
MOTOR (maks 6/min 1)
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) 5
Withdraw (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus) 4
Fleksi spontan saat diberikan stimulus nyeri 3
Ekstensi spontan saat diberi stimulus nyeri 2
Tidak ada gerakan 1
VERBAL (maks 5/min 1)
Orientasi baik 5
Bingung, bicara kacau, disorientasi tempat dan waktu 4
Bisa berkata-kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Hanya mengerang 2
Tidak ada suara 1
11
Bedah Umum

Syok
3B

Definisi

• Suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau sistemis dan
mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel organ.

Klasifikasi Syok

Hipovolemik Kardiogenik Distributif Obstruktif

Syok hemoragik Infark mikoard Syok sepsis Tension pneumothorax


Dehidrasi berat Aritmia jantung Syok anafilaktik Tamponade jantung
Diare berat Gangguan katup Syok neurogenik Emboli paru

13
Syok
RR HR BP Kulit Suhu Urin
Gatal,
Anafilaktik ↑↓ ↑ ↓ Afebris ↓
edema
Pucat
Kardiogenik ↑ ↑ ↓ Afebris ↓
dingin
Pucat
Hipovolemik ↑ ↑ ↓ Afebris ↓
dingin
Pucat
Obstruktif ↑ ↑ ↓ Afebris ↓
dingin
Hangat
Neurogenik ↓ ↓ ↓ Afebris ↓
kering
Pucat hipertermi/
Septik ↑ ↑ ↓ ↑
dingin hipotermi

14
Bedah Umum
3B

Rabies
3B

Definisi

• Infeksi akut susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus Rabies yang bersifat
zoonotik menjalar ke saraf perifer
• Masa inkubasi rata-rata 3-8 minggu
• Hewan yang dapat terinfeksi : anjing, monyet, kucing, kelelawar

Genus Lyssa-virus
Family Rhabdoviridae

16
3B

Virus Rabies Masa Inkubasi

• Bersifat neutropik • Jenis/strain virus rabies


• Glikoprotein G berperan pada • Tingkat virulensi
timbulnya imunitas • Kedalaman luka gigitan
• Dapat bertahan pada suhu tinggi dan • Lokasi luka gigitan
rendah • Imunitas pasien
• Mudah mati oleh sinar matahari dan
sinar ultraviolet

17
3B

STADIUM PRODROMAL

Demam, malaise, mual, nyeri tenggerokan

STADIUM SENSORIS

Nyeri, panas dan kesemutan sekitar luka, reaksi berlebihan pada rangsangan sensoris
GEJALA
KLINIS
STADIUM EKSITASI

Peningkatan tonus otot dan aktivitas simpatis

STADIUM PARALISIS

Paresis otot progresif akibat gangguan medulla spinalis

18
3B

Tatalaksana Umum

• Cuci luka dengan air sabun 15 menit, debridement dan bersihkan dengan antiseptik
• Isolasi untuk menghindari rangsangan → spasme otot

Tatalaksana Khusus

• Vaksin Anti Rabies


• Dalam waktu 10 hari sejak terpapar
• Dosis 0,5 ml IM (hari ke 0 (2 dosis), 7 dan 21)
• Serum Anti Rabies
• Bersama VAR hari ke 0
• Heterolog 40 IU/kgBB ( ½ dosis infiltrasi, ½ dosis IM), Homolog 20 IU/kgBB

19
3B
Kasus Paparan HPR

Hewan lari/hilang/ tidak dapat Hewan dapat ditangkap dan


ditangkap, mati, dibunuh diobservasi (10-14 hari)

Luka Risiko Luka Risiko Luka Risiko Luka Risiko


Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Segera Segera Segera Tidak diberi VAR


diberi VAR diberi VAR diberi VAR tunggu hasil
dan SAR dan SAR observasi

Jika Spesimen Otak Spesimen Otak Hewan Hewan Mati Hewan Mati Hewan
tidak dapat dapat diperiksa Sehat Sehat
diperiksa , Lanjutkan Berikan VAR
VAR
Positif Negatif Stop VAR Tidak
Spesimen Otak diperiksa
diberi VAR

VAR Stop VAR Positif Negatif


lanjutkan

VAR Stop VAR


lanjutkan
Rabies 3B

Kategori Luka

Jenis Kontak Rekomendasi Tatalaksana

• Menyentuh atau memberi makan hewan • Cuci luka


I
• Jilatan pada kulit intak • Tidak diberikan VAR/SAR

• Jilatan kulit tidak intak, dasar jaringan lemak • Cuci luka


II
• Luka goresan kecil atau lecet tanpa perdarahan • Segera berikan VAR

• Gigitan dan cakaran yang menimbulkan luka, dasar


• Cuci luka
III otot
• Segera berikan VAR dan SAR
• Kontaminasi mukosa dengan air liur hewan
TORAKS-VASKULAR

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 25 tahun tidak sadarkan diri dibawa ke IGD akibat
kecelakaan lalu lintas. Menurut saksi, dikatakan pasien mengendarai sepeda
motor tanpa menggunakan helm dan tertabrak oleh mobil dengan kecepatan
sedang. Pemeriksaan TTV didapatkan TD 90/70, HR: 115x, RR: 20x bilateral, T:
36,7oC. Saturasi dengan oksigen 95%, Suara napas mengorok, Tampak tulang
mencuat dan darah mengalir dari paha sebelah kanan. Setelah dilakukan
airway manuver didapatkan suara nafas normal
Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan ?
A. Memasang OPA
B. Bebat tekan pendarahan
C. Memasang NPA
D. Foto skull
E. Rujuk orthopedi untuk fraktur terbuka
Seorang pria berusia 25 tahun tidak sadarkan diri dibawa ke IGD akibat
kecelakaan lalu lintas. Menurut saksi, dikatakan pasien mengendarai sepeda
motor tanpa menggunakan helm dan tertabrak oleh mobil dengan kecepatan
sedang. Pemeriksaan TTV didapatkan TD 90/70, HR: 115x, RR: 20x bilateral, T:
36,7oC. Saturasi dengan oksigen 95%, Suara napas mengorok, Tampak tulang
mencuat dan darah mengalir dari paha sebelah kanan. Setelah dilakukan
airway manuver didapatkan suara nafas normal
Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan ?
A. Memasang OPA
B. Bebat tekan pendarahan
C. Memasang NPA
D. Foto skull
E. Rujuk orthopedi untuk fraktur terbuka
BEDAH-1

Bedah Toraks
Kardiovaskular
TORAKS-VASKULAR

Trauma Toraks
Definisi
• Pada kavum toraks terdapat organ-organ vital seperti jantung, paru-paru, pembuluh
darah besar; sehingga trauma pada regio toraks depan sangat membahayakan jiwa

Trauma Toraks

Obstruksi Jalan Hematoraks Tamponade


Flail Chest Pneumotoraks
Napas Masif Jantung

Bunyi napas Pernapasan Perkusi :


Perkusi : Redup Trias Beck
tambahan paradoksal Hipersonor
TORAKS-VASKULAR

Pneumothorax
3B

Definisi

• Mekanisme one way valve à meningkatkan tekanan


intrapleural

Manifestasi Klinis
• Gelisah, dispnea, takikardia
• JVP ↑
• Hipotensi

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : Pengembangan dada asimetris
Penggunaan otot bantu nafas (+)
• Palpasi : Fremitus ↓
• Perkusi : Hipersonor
• Auskultasi : Suara napas menghilang
• Deviasi trakea kontralateral
3B

Tatalaksana
• A-B-C
• Awal: Needle decompression di ICS 4-5 Linea Axilaris anterior
• Definitif: WSD

X-Ray Tension Pneumothorax


Diagnosis Banding
Akumulasi Udara di Cavum Pleura

Traumatik Non Traumatik

Simple Open Tension Primer Sekunder


Sucking Chest Deviasi Trakea Asthenic Body Komplikasi
Tanda vital dbn & Hipotensi Habitus
Wound Penyakit Paru

Terapi Needle Plester 3 Needle


Awal Decom sisi Decom

Terapi
WSD
Definitif
TORAKS-VASKULAR

Hemothorax
3B

Etiologi

•Laserasi pemb. darah rongga dada (a. intercostalis/ a.thoracica)

Manifestasi Klinis

•Dispneu, takipneu, takikardi, disertai tanda syok

Pemeriksaan Fisik

•Inspeksi : Dada sakit tertinggal/asimetris


•Palpasi : Fremitus ↓
•Perkusi : Redup, pada massif sampai costa II
•Auskultasi : Suara napas menurun
Dapat terjadi
penekanan pada
jantung
3B

Thoracotomy

• Volume awal saat thoracostomy >1000 mL


TATALAKSANA : (trauma tajam) atau >1500 mL (trauma
tumpul)
• Primary survey (ABC)
• Volume thoracostomy >200 mL/jam dalam
• Pemasangan WSD pada 3 jam berturut-turut
• Jejas pada pembuluh darah besar
ICS 4/5 midaxillary anterior • Pericardial tamponade
• Thoracotomy → indikasi • Open pneumothorax
• Esofageal perforation
• Emboli udara

35
TORAKS-VASKULAR

Flail Chest
3B

Definisi

• Fraktur segmental 3 costa berturut-turut

Manifestasi Klinis

• Nyeri dada >>>, dispneu, takipneu


• Pernafasan paradoksal
• Krepitasi

Tatalaksana

• Awal: analgesik kuat (opoid/intercostal blocks)


• Oksigen
• Definitif: fiksasi interna
TORAKS-VASKULAR

Cardiac
Tamponade
3B

Etiologi
• Akumulasi cairan/darah di rongga perikardium

Manifestasi Klinis

• Trias Beck:
• Hipotensi
• JVP ↑
• Suara jantung menjauh
• Pulsus paradoksus
• Dispnea, batuk, lemah

Talaksana

• needle pericardiocentesis
Diagnosis Banding
Trauma Thorax

Flail Chest Cardiac


Hemothorax
Tamponade
Perkusi : Redup Pergerakan Trias Beck
dada
paradoksal

Radiooapak Water bottle


Fraktur 3 iga sign
berurutan
(segmental)

Resusitasi
WSD Resusitasi,
Perikardiosintesis
Torakotomi analgetik
(masif)
TORAKS-VASKULAR

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 24 tahun dibawa ke IGD karena merasa sesak napas setelah
tertusuk benda tajam di dada bagian sisi dalam papilla mammae kiri.
Pemeriksaan tanda vital TD 70/50 mmHg, HR 110x/menit, RR 28x/menit. Pasien
tampak gelisah, bibir kebiruan, vena leher tampak melebar, perkusi sonor pada
kedua hemithorax, suara jantung terdengar pelan dan menjauh.
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus di atas?
A. Tension pneumothorax
B. Open pneumothorax
C. Cardiac tamponade
D. Efusi pluera
E. Flail chest
Seorang pria berusia 24 tahun dibawa ke IGD karena merasa sesak napas
setelah tertusuk benda tajam di dada bagian sisi dalam papilla mammae kiri.
Pemeriksaan tanda vital TD 70/50 mmHg, HR 110x/menit, RR 28x/menit. Pasien
tampak gelisah, bibir kebiruan, vena leher tampak melebar, perkusi sonor pada
kedua hemithorax, suara jantung terdengar pelan dan menjauh.
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus di atas?
A. Tension pneumothorax
B. Open pneumothorax
C. Cardiac tamponade
D. Efusi pluera
E. Flail chest
Seorang perempuan berusia 34 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami
kecelakaan 1 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas.
Riwayat penurunan kesadaran dan muntah disangkal. Pemeriksaan tanda vital
TD 120/90 mmHg, HR 94x/menit, RR 24x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya luka terbuka setinggi ICS 3 hemithorax dextra, perkusi
hipersonor, suara napas menurun pada hemithorax dextra.
Apakah tatalaksana awal yang tepat pada pasien di atas?
A. Needle decompression
B. Thoracotomy
C. WSD
D. Plester 3 sisi
E. Hecting situasional

44
Seorang perempuan berusia 34 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami
kecelakaan 1 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas.
Riwayat penurunan kesadaran dan muntah disangkal. Pemeriksaan tanda vital
TD 120/90 mmHg, HR 94x/menit, RR 24x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya luka terbuka setinggi ICS 3 hemithorax dextra, perkusi
hipersonor, suara napas menurun pada hemithorax dextra.
Apakah tatalaksana awal yang tepat pada pasien di atas?
A. Needle decompression
B. Thoracotomy
C. WSD
D. Plester 3 sisi
E. Hecting situasional

45
Seorang laki-laki berusia 24 tahun dilarikan ke
rumah sakit setelah menjadi korban pemukulan
oleh oknum yang tidak dikenal sekitar 1 jam yang
lalu. Pasien tampak gelisah dan sesak napas.
Periksaan vital sign BP 100/60 mmHg, HR
98x/menit, RR 28x/menit, tax afebris. Tampak jejas
pada dada kiri, inspeksi paru kiri tertinggal,
auskultasi hemithorax sinistra melemah, perkusi
hemithorax sinistra redup. Hasil X-Ray thorax
sebagai berikut :
Apakah tatalaksana awal yang tepat ?
A. Plester 3 sisi
B. Adhesive plaster strapping
C. Needle thoracosintesis
D. Thoracotomy
E. Water sealed drainage
46
Seorang laki-laki berusia 24 tahun dilarikan ke
rumah sakit setelah menjadi korban pemukulan
oleh oknum yang tidak dikenal sekitar 1 jam yang
lalu. Pasien tampak gelisah dan sesak napas.
Periksaan vital sign BP 100/60 mmHg, HR
98x/menit, RR 28x/menit, tax afebris. Tampak jejas
pada dada kiri, inspeksi paru kiri tertinggal,
auskultasi hemithorax sinistra melemah, perkusi
hemithorax sinistra redup. Hasil X-Ray thorax
sebagai berikut :
Apakah tatalaksana awal yang tepat ?
A. Plester 3 sisi
B. Adhesive plaster strapping
C. Needle thoracosintesis
D. Thoracotomy
E. Water sealed drainage
47
TORAKS-VASKULAR

Peripheral
Vascular Disease
3B
2

Peripheral Vascular Disease

Veins Lymphatics
Arteries (varicoid veins, (lymphedema)
venous thrombosis)

Oclcusives Vasculitis Functional

Takayasu, Giant Cell,


Acute Raynaud Phenomenon
Thromboangitis
Chronic & DIsease
Obliterans

49
3B
2
Iskemia Tungkai

Manifestasi Klinis

Kronik Akut
> 2 minggu < 2 minggu
(aterosklerosis) (tromboemboli)

Iskemik Tungkai Iskemik Tungkai Iskemik Tungkai


Kronik Kritis Kronik Non-Kritis Akut

Claudication
Rest Pain 6P
Intermitten
3B
2
Definisi

• Penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan dari proses atherosklerosis atau proses inflamasi
yang menyebabkan lumen menyempit (stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya
terkait dengan faktor resiko yang menjadi dasar timbulnya atherosklerosis)

Faktor Resiko

• Diabetes melitus
• Hipertensi
• Dislipidemia
• Merokok

Manifestasi Klinis

• Nyeri klaudikasio = nyeri yang


dicetuskan saat aktivitas à membaik
dengan istirahat (biasanya dalam 10
menit)
3B
2
Klasifikasi

Acute Limb Ischemia


Chronic Limb Ischemia

• Nyeri iskemik berat


• Disertai 6 “P” :
• pain, pallor, pulseless, paralysis, Non Critical Limb Ischemia Critical Limb Ischemia
paresthesia,poikiloterm
Klaudikasio Intermiten Rest Pain
3B
2
Derajat Keparahan

Acute vs Chronic Limb Ischemia Fontaine Rutherford


Deskripsi Klinis
Grade Category
Akut (ALI) Kronik (CLI / CLTI) I 0 Asimptomatik
<2 minggu >2 minggu IIa 1 Klaudikasio ringan (>200 m)

IIb 2 Klaudikasio sedang (<200m)


Gejala:
Gejala: 3 Klaudikasio berat
• Nyeri tetap saat istirahat
• 6P : Pain (Nyeri iskemik
(rest pain) III 4 Ischemic rest pain
yang
• Ulkus / gangrene yang
• berat)
tidak sembuh→Ulkus IV 5 Kehilangan jaringan ringan
• Pallor, Paraesthesia,
kering, tepi lesi meninggi, 6 Kehilangan jaringan berat
Pulselessness,
pucat, dasar bersih (tidak
Poikilothermia, paralysis
ada jaringan granulasi

Etiologi: Etiologi:
• Emboli • Atherosclerosis
3B
2
Ankle Brachial Index

𝑯𝒊𝒈𝒉𝒆𝒓 𝒓𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒂𝒏𝒌𝒍𝒆 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒔𝒖𝒓𝒆


Right ABI : 𝑯𝒊𝒈𝒉𝒆𝒓 𝒂𝒓𝒎 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒔𝒖𝒓𝒆

𝑯𝒊𝒈𝒉𝒆𝒓 𝒍𝒆𝒇𝒕 𝒂𝒏𝒌𝒍𝒆 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒔𝒖𝒓𝒆


Left ABI : 𝑯𝒊𝒈𝒉𝒆𝒓 𝒂𝒓𝒎 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒔𝒖𝒓𝒆
3B
2
Tatalaksana

Klaudikasio Intermitten

•Exercise therapy
•Arteriodilator : cilostazol, pentoxyfiline
•Antitrombotik
•Edukasi smoking cessation, lipid lowering drug (statin),
kontrol HT dan DM

Critical Limb Ischemia

•Perawatan luka
•Antibiotik
•Revaskularisasi : surgery
•Edukasi smoking cessation

Acute Limb Ischemia

•Segera revaskularisasi dalam 6 jam


•Tatalaksana : embolektomi, trombolisis, heparin bolus
100 U/kg, lanjut 150 U/kg/jam
Vaskulitis
Takayasu Arteritis

Aorta & cabang aorta

Perbedaan tekanan
darah kanan dan kiri
(> 15 mmHg)
Thromboangitis
Vaskulitis Obliterans

Nyeri kepala Arteri kecil-sedang


Polimialgia reumatika

Fenomena Raynaud
Arteri sedang-besar

Giant Cell Arteritis


TORAKS-VASKULAR

Thromboangitis
Obliterans
2

Definisi

• Penyakit inflamasi vaso-oklusi pada arteri kecil-


sedang, non-aterosklerotik pada ekstremitas atas
dan bawah
• Buerger’s disease

Epidemiologi

• Laki-laki > perempuan (3:1)


• Onset usia sebelum usia 45

Faktor Risiko

• Merokok merupakan faktor risiko utama


2

Gejala Klinis
• Raynaud phenomenon
• Intermittent claudication & rest pain
• Gangren pada ujung jari kaki dan tangan

Pemeriksaan Penunjang
• ABI : menurun
• Laboratorium : ESR & CRP
• Arteriografi : gold standard (didapatkan gambaran
corkscrew pada pembuluh darah distal)

Tatalaksana
• Stop merokok
• Iloprost
• Prosedur operasi
BUERGER vs BERGER

Buerger Disease Berger Disease


Penyakit perokok IgA Nefropati
TORAKS-VASKULAR

Subclavian Steal
Syndrome
2

Definisi:

•Aliran darah retrograde pada cabang arteri subclavia (arteri vertebral) yang disebabkan
stenosis atau oklusi arteri subklavia.

Etiologi:

•Aterosklerosis → tersering
•Vaskulitis, misalnya arteritis Takayasu

Manifestasi Klinis:

•Klaudikasio lengan → terutama saat aktivitas berat atau mengangkat tangan karena kurangnya perfusi
•Gangguan saraf sentral → insufisiensi vertebrobasilar, akibat perfusi pada area tersebut “dicuri” oleh a. subklavia
•Dizziness
•Vertigo
•Sinkop
•Perbedaan tekanan darah pada lengan kanan dan kiri (>20 mmHg)
•Menurunnya amplitudo nadi pada sisi ipsilateral
•Bruit pada fossa supraclavicular

62
2

Pemeriksaan Penunjang:

•Duplex USG → menilai oklusi dan aliran darah retrograde


•CT Angiografi → gold standard,
•MR Angiografi

Tatalaksana:

•Asimptomatik
•Pemberian aspirin → prevensi CV event
•Modifikasi faktor risiko → mencegah perburukan atherosklerosis
•Gejala berat → pembedahan
•Proximal subclavian endarterectomy
•Endovascular treatment

63
TORAKS-VASKULAR

Fenomena
Raynaud
2

Definisi

• Gangguan pembuluh darah arteri akibat paparan suhu


dingin dan stres

Klasifikasi

• Penyakit Raynaud (Primer) : Idiopatik


• Sindrom Raynaud (Sekunder) : Disertai penyakit
gangguan jaringan ikat (SLE, RA, Scleroderma, Sjogren)

Faktor Risiko

• Dicetuskan oleh paparan suhu dingin ataupun stres


emosional
• Umumnya pada wanita

Pada wanita : Raynaud disease


Pada pria : Tromboangitis obliterans
2

Pemeriksaan Fisik

•Pucat : Akibat spasme pembuluh darah


•Biru : Akibat hipoksia jaringan (sianosis)
•Merah : Dilatasi pembuluh darah & reperfusi

Primary RP Secondary RP

Gejala Klinis • Onset < 30 tahun • Onset >40 tahun


• Bersifat episodik • Iskemik ireversibel
reversibel • Disertai gangrene
• Tidak ada dan ulserasi
kerusakan jaringan
Laboratorium • Normal CBC • Abnormal CBC
• ESR/CRP normal • ESR/CRP meningkat
TORAKS-VASKULAR

Limfedema
3A
2
Definisi

• Akumulasi cairan sehingga menyebabkan pembengkakan bagian tubuh terutama


lengan dan kaki
• Obstruksi sistem limfatik sehingga drainase terhenti menyebabkan akumulasi cairan

KLASIFIKASI STAGING
• Limfedema primer/prekoks akibat • Stage 0 : latent stage
abnormalitas/tidak adanya pembuluh limfe • Stage 1 : Reversibel spontan, pitting
• Limfedema sekunder/tarda akibat edema
terhambatnya aliran limfe karena berbagai
• Stage 2 : edema non pitting
sebab seperti infeksi, radiasi, sikatriks dan
setelah pengobatan kanker payudara • Stage 3 : elephantiasis limfostatik
3A
2
Manifestasi Klinis

• Pembengkakan kronik, satu tungkai lebih besar


• Umumnya pada ekstremitas bawah
• Sering berasosiasi dengan infeksi kulit bakteri/jamur
• Edema regional : awalnya piting edema, lembut
àprogresif menjadi fibrosis kronik
• STEMMER SIGN

Tatalaksana

• Konservatif : elevasi kaki, atasi penyebab dasarnya


• Operasi : reseksi limfe, anastomosis limfatikovenosus

STEMMER’S SIGN
TORAKS-VASKULAR

Diseksi Aorta
2

Etiologi
• Hipertensi, genetik (marfan), aterosklerosis, trauma

Manifestasi Klinis

• Bruit pada abdomen, nyeri hebat pada


punggung atau dada seperti tersayat

Pemeriksaan Penunjang :
• Xray
• Gold Standard : CT Scan Angiography

Bruit Tanpa Nyeri Tersayat à Aneurisma Aorta


Diagnosis Banding
Tromboangitis
Obliterans
Fenomena Raynaud Riwayat berdiri lama
Faktor Risiko Merokok Homan Sign Vena berkelok pada betis
Insufisiensi
DVT
Giant Cell Arteritis Vena Krinik

Mengenai bagian Temporal • Peradangan infeksi


dan non infeksi VENA

Arteritis Takayasu Inflamasi

Perbedaan Tekanan Darah


ARTERI PVD LIMFE Limfedema
Ekstermitas Kanan dan Kiri
(> 15 mmHg)
Stemmer Sign
Oklusi

• Emboli, aterosklerosis
Acute Limb Ischemia
Onset < 2 minggu
6P

Chronic Limb Ischemia Critical Limb Ischemia

Onset > 2 minggu Onset > 2 minggu


Claudication Intermitten Rest Pain

72
TORAKS-VASKULAR

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 59 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lengan kiri,
terutama saat melakukan aktivitas. Keluhan ini dialami sejak 1 bulan lalu. Pasien
memiliki riwayat DM dan kolesterol yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD pada lengan kanan 140/80 dan pada lengan kiri 100/60, pulsasi
lengan kiri juga teraba lebih lemah dan terlambat.
Apakah kemungkinan kelainan yang terjadi pada pasien di atas?
A. Emboli pada a. carotis kiri
B. Aterosklerosis pada a. subclavian kanan
C. Thrombosis pada a. brachialis kiri
D. Emboli pada a. carotis kanan
E. Aterosklerosis pada a. subclavian kiri
Seorang pria berusia 59 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lengan kiri,
terutama saat melakukan aktivitas. Keluhan ini dialami sejak 1 bulan lalu. Pasien
memiliki riwayat DM dan kolesterol yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD pada lengan kanan 140/80 dan pada lengan kiri 100/60, pulsasi
lengan kiri juga teraba lebih lemah dan terlambat.
Apakah kemungkinan kelainan yang terjadi pada pasien di atas?
A. Emboli pada a. carotis kiri
B. Aterosklerosis pada a. subclavian kanan
C. Thrombosis pada a. brachialis kiri
D. Emboli pada a. carotis kanan
E. Aterosklerosis pada a. subclavian kiri
BEDAH-1

Bedah Urologi
Trauma Saluran Kemih
I
Floating Prostate
Kontusio

Grade II

Prostatica, Membranosus Laserasi Korteks <1 cm


Pemeriksaan
Posterior
Retrograde Uretrografi III

Laserasi Korteks > 1cm


Ruptur Uretra Hematuria Ruptur Ginjal Extravasasi (-)

CT Scan Non-Contrast
Anterior IV
Ruptur Buli
Naviculare, Pendularis,
Bulbosa Extravasasi (+)

Intrraperitoneal Eksperitoneal
V
Butterfly Hematoma Molar Teeth Flame Shaped
Sleeve Hematoma
Ruptur Hilus Ginjal

Pemeriksaan

CT Scan Contrast
77
UROLOGI

Ruptur Uretra
3B

Klasifikasi

• Ruptur uretra anterior


• Pars bulbosa
• Pars pendularis
• Pars naviculare
• Ruptur uretra posterior
• Pars prostatica
• Pars membranacea

79
3B

Klasifikasi

Ruptur uretra anterior

• Straddle Injury
• Butterfly Hematoma, sleeve
hematoma

Ruptur uretra posterior

• Fraktur Pelvis
• Floating Prostate

80
3B

Pemeriksaan Penunjang

• Retrograde uretrografi
• Bipolar urethrocystography

Tatalaksana

• Simtomatis
• Retensi urin à Pungsi suprapubik
• Kateter : KONTRAINDIKASI
• Rujuk

81
UROLOGI

Ruptur Buli
3B

Definisi

• Sering berkaitan dengan fraktur pelvis


• Bagian kubah kandung kemih (dome) merupakan daerah terlemah dan tersering
mengalami ruptur

Gejala Klinis

• Gross Hematuria
• Distensi abdomen
• Jejas pada suprapubik
• Sulit BAK
3B

Klasifikasi

Ruptur buli ekstraperitoneal Ruptur buli intraperitoneal


Berkaitan dengan fraktur pelvis Trauma saat vu sedang full blast
Tatalaksana : folley 7-14 hari Tatalaksana : repair laparoscopic
Gold standard : sistografi retrograde

Ekstraperitoneal Intraperitoneal
“flame shape” “molar teeth”
UROLOGI

Trauma Ginjal
3B

Etiologi

• Trauma tumpul, penetrating trauma pada


daerah pinggang

Gejala Klinis

• Hematuria dan Abdominal (flank) pain


Trauma Ginjal
Derajat Jenis Deskripsi
I Kontusio Hematuria gross/mikroskopis
Hematoma Hematoma subcapsular
(-) laserasi
II Hematoma Hematoma perirenal terbatas pada daerah
retroperitoneal
Laserasi Laserasi < 1 cm pada korteks ginjal
(-) kebocoran urin
III Laserasi Laserasi > 1 cm pada korteks ginjal
(-) kebocoran urin
IV Laserasi Laserasi parenkim pada korteks, medulla, dan duktus
kolektivus
(+) kebocoran urin
Vaskular Cedera sebagian arteri/vena utama, perdarahan lokal
V Laserasi Ginjal hancur total
Vaskular Avulsi hillus ginjal, kerusakan total pembuluh darah ginjal
UROLOGI

Benign Prostatic
Hyperplasia
3A

Anatomi Prostat

BPH/Benign Prostate Hyperplasia

Kanker Prostat

MED+EASY KArsinoma : zona periFEr


KaFe BesTie BPH : zona transiTIonal
89
3A

Penegakan Diagnosis

Diagnosis histologis à Proliferasi sel epitel & stroma prostat dan gangguan apoptosis sel
sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar
LUTS (LOWER URINARY TRACT SYMPTOMS) : Kumpulan gejala yang melibatkan organ berkemih

Irritative symptoms Obstructive symptomps


Frequency : sering bak
Weak stream : pancaran miksi lemah
Urgency : keinginan bak tidak dapat ditahan
Intermittency : bak terputus-putus
Nocturia : terbangun untuk bak pada malam
Straining : sulit memulai bak
hari
Hesitancy : ingin bak namun sulit keluar
Incontinence : mengompol

FUNI WISH
Frequency Weak stream
Urgency Intermittency
Nocturia Straining
Incontinence Hesitancy
90
3A

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang IPSS SCORE

Pada rectal toucher, pool atas • USG Prostat • Skor 1-7 : Mild
tidak teraba, konsistensi kenyal, • PSA : >4 curiga kanker • Skor 8-19 : Moderate
tidak nyeri prostat • Skor 20-35 : Severe

Rectal Toucher Indentasi Kaudal Buli Tampakan Histologi BPH

91
3A

Tatalaksana

Farmakoterapi

• Alpha-adrenergic receptor blocker (terazOSIN, tamsulOSIN) = menurunkan tonus otot


polos prostat, VU dan uretra
• 5-alpha reductase inhibitor (finasteRIDE) : menurunkan sintesis DHT à ukuran prostat
berkurang
• Phosphidiesterase 5 enzyme inhibitor (tadalaFIL) : menginduksi relaksasi otot polos

Operatif

• Transurethral Resection of Prostate (TURP)


• Open Prostatectomy
Benign Prostatic Hyperplasia
BPH
MED+EASY
Proliferasi sel epitel & stroma prostat dan gangguan apoptosis sel → KaFe BesTie
pembesaran kelenjar

Pemeriksaan Anatomi

• Zona Perifer : Karsinoma Prostate


Fisis Penunjang
• Zona Transitional : BPH
• BNO-IVP
• USG Prostat : volume prostat
Rectal Toucher PSA : < 4
• Manifestasi Klinis
• IPSS Score

Iritasi Obstruksi
Tatalaksana Frekuensi, urgensi, Weak stream, Intermitten,
Nocturia, Inkontinensia Straining, Hesitancy

• Alpha Blockers : tamsulosin • Open Prostatectomy


• Transurethral Resectional
• 5-Alpha Reductase Inh. : Komplikasi
finasteride of Prostate (TURP)
• Antimuscarinic : tolterodine • Retensi Urin
• Phosphodiesterase 5 enzyme • Infeksi Saluran Kemih
inh. : tadalafil • Hidronefrosis
UROLOGI

Torsio Testis
3B

Definisi
• Terjadi puntiran pada korda spermatikus yang diikuti dengan adanya iskemia pada
testis (KEGAWATDARURATAN UROLOGI)
Bell’s clapper deformity

Insidensi
• Tertinggi pada saat baru lahir, usia muda/pubertas
3B

Gejala Klinis
• Nyeri hebat pada skrotum : Onset akut
• Testis bengkak kemerahan
• Mual, muntah
• Demam (-)

Pemeriksaan Fisik
• Testis tampak lebih tinggi, lebih besar (edema), iskemik (biru)
• Posisi testis horizontal
• Phren sign (-)
• Reflex Cremaster (-)

Pemeriksaan Penunjang
• USG Doppler – Vaskularisasi menurun
3B

Tatalaksana Awal

• Golden Period = 6 jam sejak onset gejala


• Detorsi manual

Tatalaksana Definitif
• Orkidopeksi bila masih viable
• Orkidektomi bila non viable
UROLOGI

Epididimitis
3A

Definisi
• Inflamasi epididymis oleh infeksi bakteri (N. gonorrhea, C. trachomatis). Dapat didahului
oleh mumps (anak), operasi atau IMS (dewasa)

Manifestasi Klinis

• Nyeri skrotum
• Demam
• Phren’s sign (+)

Tatalaksana
• Ceftriaxone 250 mg IM SD + Doksisiklin 2x100 mg
selama 10 hari
• Ofloxacin 2x300 mg selama 10 hari
• Levofloxacin 1x500 mg selama 10 hari
Kelainan Testis
Identifikasi nyeri pada testis, apabila bersifat akut
mengarah ke Torsio Testis, apabila gradual ke arah
Epididimitis

Nyeri pada Skrotum

Epididimo-Orkitis Torsio Testis Torsio Appendix Testis

Terjadinya puntiran pada corda


Peradangan pada epididymis Terpuntirnya pole atas testis (sisa
spermaticus yang terjadi secara
(IMS)dan testis (virus mumps) ductus Mullerian) secara tiba-tiba
tiba-tiba

Gejala Klinis Gejala Klinis Gejala Klinis

• Nyeri skrotum • Nyeri skrotum/lower abdomen


• Pada anak 7-14 tahun
• Demam mendadak
• Blue dot sign (infark pada
• Phren sign (+) • Edema testis
hydatid Morgagni)
• Mual dan muntah
• Angel, Deming Sign
Tatalaksana • Phren Sign (-)
• Reflex Cremaster (-)
• Antibiotik: Cefriaxon, Doksisiklin,,
Levofloxacin
• NSAID Tatalaksana
• Elevasi testis • Golden period : 6 jam
• Detorsi Manual
• USG Dopler :
• Viabel : Orkidopeksi
• Non-viable : Orkidektomi
UROLOGI

Varikokel
2

Definisi

• Dilatasi abnormal dari plexus pampiniformis akibat


gangguan aliran darah balik vena spermatika
interna

Klasifikasi

• Grade (Dubin dan Amelar)


• Teraba saat pasien berdiri dengan valsava
maneuver
• Teraba saat pasien berdiri tanpa valsava maneuver
• Tampak saat pasien berdiri

• Penyebab umum terjadinya pembesaran skrotum pada dewasa muda


• Bagian kiri (80%) disebabkan ↑ flow resistance dari vena testicular kiri drainase ke vena
renal kiri
2

Manifestasi Klinis

• Asimptomatik
• Infertilitas

Pemeriksaan Fisis

• Teraba bag of worm


• Valsava test (+)

Pemeriksaan Penunjang

• USG Doppler dan analisis semen

Tatalaksana

• Varikokelektomi
UROLOGI

Hidrokel
2

Definisi

Akumulasi cairan pada skrotum akibat


patensi prosesus vaginalis

Klasifikasi
• Komunikans
• Non-komunikans

Manifestasi Klinis
• Asimptomatik
• Pembesaran skrotum asimetris
• Testis teraba (+)
• Transluminasi (+)
UROLOGI

Spermatokel
2

Definisi
• Massa kistik pada testis yang berasal dari akumulasi sperma

Manifestasi Klinis

• Terletak di jalur sepanjang testis hingga vas deferens


• Asimptomatik
• Faktor risiko – Vasektomi
• Tes valsava (-)

107
Kelainan Testis
Benjolan pada Skrotum

Varikokel Hidrokel Spermatokel

Dilatasi abnormal pleksus Akumulasi cairan pada satu/kedua Kista epididymis akumulasi sperma
pampiniformis skrotum dari tunica vaginalis

Klasifikasi (Dubin & Amelar) Klasifikasi Gejala Klinis

• Konginetal : Komunikans dan • Pembengkakan pada upper


• Grade I : teraba saat pasien lobe testis
non-komunikans
berdiri dan valsava manuver
• Acquired • Transluminasi (+/-)
• Grade II : teraba saat pasien • USG : gambaran hipoekoik
berdiri tanpa valsava dengan dilatasi pada
• Grade III : tampak saat berdiri Gejala Klinis epididymis/rete testis

• Positive Transluminasi
Gejala Klinis
• Benjolan tidak nyeri
• Benjolan tidak nyeri
• Testis terasa berat
• Infertilitas
• Bag of worms • Hidrokelektomi

Varikokelektomi
UROLOGI

Fimosis
Parafimosis
Fimosis & Parafimosis

4 3A
FIMOSIS PARAFIMOSIS
Bukan emergensi Kasus Emergensi
Preputium tidak bisa ditarik Preputium tidak bisa ditarik kembali
kebelakang – terjepit dan edema
Tanda Klinis : ujung penis Tanda Klinis : edema, terdapat
menggembung cincin konstriksi – iskemia dan
nekrosis
Tatalaksana definitif : sirkumsisi Tatalaksana : kompres, sirkumsisi
elektif cito

110
UROLOGI

Epispadia
Hipospadia
2

Definisi

• Kelainan konginetal uretra berupa OUE terletak di sebelah dorsal penis

Tipe

• Tipe Glandular : muara uretra berada di glans penis, lebih proksimal dari tempat muara uretra
• Tipe Penile : muara uretra berada di shaft penis, diantara glandular dan phenopubic
• Tipe Phenopubic : muara uretra dekat dengan tulang pubis pada pangkal penis

A. Normal; B Hipospadia; C. Epispadia


112
2

Kelainan konginetal uretra berupa OUE terletak di sebelah


ventral penis

Akibat gangguan penutupan urethral groove oleh urethral fold

Klinis :

• Ektopik meatus uretra


• Dorsal hood
• Chordee

Tatalaksana : operasi (sebaiknya <18 bulan)

• Meluruskan penis EDO HIV


• Membuat saluran uretra
• Mereposisikan OUE
• Sirkumsisi/rekonstruksi dari preputium
113
Kelainan Genital Pria
Kelainan Genital Pria

Letak Ostium Uretra Kelainan Preputium


Externa

Hipospadia Epispadia Fimosis Parafimosis


Preputium tidak dapat Preputium tidak dapat
Letak OUE berada Letak OUE berada
diretraksi ke belakang diposisikan kembali
pada ventral corpus dorsal corpus

Gejala

• Glandular
• Anterior : Glandular,
• Penile Preputium Terbentuk cincin
Subcoronal
• Phenopubic menggembung, urin konstriksi, edema glans
• Media : Distal penile, menetes penis
midshaft, proximal
penile
• Posterior : Penoscrotal,
scrotal, perineal
Sirkumsisi elektif Reposisi manual dengan
MED+EASY Balanopostitis : atasi infeksi pemijatan glans
EDo HIV dahulu Dorsum insisi pada jeratan
UROLOGI

Priapismus
3B

Definisi

• Penis ereksi tanpa stimulasi seksual yang berlangsung lebih dari 4 jam

Klasifikasi

Jenis Tanda dan Gejala Etiologi


Nyeri, rigid Hemoglobinopati
Ischemic (low
erection, iskemia , sickle cell
flow)
pada penis anemia

Nyeri ringan, rigid


Adanya trauma
Non Ischemic minimal, aliran
tumpul, akibat
(high flow) darah cukup dan
straddle injury
teroksigenasi baik

116
3B

Tatalaksana

Low flow (ischaemic) High flow (non-


priapism ischaemic) priapism
Priapismus non iskemik
• Observasi
• Bukan kegawat daruratan Aspiration (+/- Observation if fails
• Kompres dingin irrigation)
if fails
Intracavernosal Arteriography and
if fails
phenylephrine embolisation
if fails
Distal shunting Surgical Ligation

if fails Redo distal shunt or


proximal shunting

117
Priapismus
Priapismus

Ereksi penis selama lebih dari 4 jam tanpa stimulasi seksual dan tidak
membaik ejakulasi

Klasifikasi
Blunt perineal Obat disfungsi ereksi
trauma, penetrating (sildenafil),
High Flow Low Flow
injury & conginetal hiperkoagubilitas
Priapismus Priapismus
vascular (anemia sickle cell,
malformation Non-ischaemic, Ischaemic, renal pelvic tumor.
arterial venooklusi

Late onset, tidak nyeri, Early onset, Nyeri hebat,


corpus cavernosum Tatalaksana corpus cavernosa rigid,
tidak rigid stuttering priapismus

• Injeksi fenilefrin secara


• Observasi intracavernosal
• Embolisasi + arteriografi • Aspirasi corpus cavernosal
• Surgical ligation +/- irigasi NS
• Distal shunting
UROLOGI

Kriptokidismus
2

Definisi
• Kelainan konginetal satu atau kedua testis tidak berada pada skrotum
• Undesensus testis
• Umumnya terjadi resolusi spontan pada 6 bulan pertama kehidupan
• Umumnya pada daerah kanan
• Normalnya testis berada di rongga retroperitoneal hingga kehamilan 28 minggu dan
akan turun sempurna pada usia kehamilan 40 minggu

Faktor Risiko
• Prematur
• Riwayat trimester 1 estrogen
• Riwayat keluarga UDT
• Kelainan genetic
• Gangguang perkembangan seksual

120
2

Letak Testis
• Kriptokidismus Intraabdominal
• Kriptokidismus Inguinal
• Kriptokidismus Preskrotal

121
2

• Diagnosis ditegakkan saat testis tidak ditemukan dalam skrotum


• Rujuk à setelah 6 bulan (sesuai UG) testis tidak turun spontan
• Rujuk à apabila UDT baru didiagnosis setelah usia 6 bulan (sesuai UG)
• Kriptokidismus bilateral :
• Usia < 4 bulan : periksa kadar hormone testosterone
• Usia > 4 bulan : uji hCG

Tatalaksana
• Tidak diperlukan terapi hormonal
• Apabila gagal resolusi setelah usia 6 bulan, operasi pada usia <12 bulan
• Anak prepubertal dengan UDT teraba dilakukan orkidopeksi scrotal/inguinal
• Anak prepubertal dengan UDT tidak teraba dilakukan eksplorasi dan orkidopeksi abdominal
• Kontralateral testis normal, dilakukan orkidektomi pada testis yang tidak turun jika :
• Pembuluh darah testis dan vas deferens sangat pendek
• Testis dismorfik/hipoplastik
• Usia postpubertal

122
Kelainan Letak Testis
Normalnya testis berada di rongga retroperitoneal hingga 28
minggu → lalu turun sempurna ke skrotum setelah 37-40 minggu

Klasifikasi

Kriptokidismus Testis Ektopik Testis Rektraktil

Testis tidak turun ke skrotum Testis dapat naik turun ke


Testis tidak turun ke skrotum
sejak lahir dan berada diluar
sejak lahir (masih berada di skrotum secara intermitten dan
jalur canalis inguinalis (femoral,
sepanjang canalis inguinalis) dipertahankan di dalam skrotum
perineal)

Gangguan hormonal Insersi abnormal Hiperaktivitas m.


gonadotropin pada gubenarculum testis cremaster
akhir kehamilan

Tatalaksana

Orkidopexy pada usia


Observasi hingga
6 bulan apabila gagal Orkidektomi remaja
resolusi spontan
UROLOGI

Batu Saluran
Kemih
3B

Definisi

• Kalkuli (batu) di sistem traktus urinarius

Etiologi

• Batu kalsium (80%) à kalsium oksalat, kalsium fosfat


• Lain à asam urat, struvit, sistin

Klasifikasi

• Nefrolitiasis : batu di parenkim ginjal dan pelvis renalis


• Ureterolitiasis : batu di ureter
• Vesikolitiasis : batu di vesika urinarius
• Urethrolitiasis : batu di uretra
3B

Lokasi Manifestasi Klinis Khas


Nyeri pinggang
Nefrolitiasis
Nyeri ketok CVA (+)
Proksimal Abdomen bagian atas
Nyeri menjalar
Ureterolitiasis Media Abdomen bagian depan, lipatan paha
ke:
Distal Skrotum, penis
Nyeri tekan suprapubic
Vesikulolitiasis
Retensi urin berkait dengan posisi
Urethrolitiasis BAK bercabang
3B

Dermatome Penjalaran nyeri Ureterolitiasis

• Proksimal : Umbilicus

• Media : Suprapubic, paha bagian dalam

• Distal : Genital, skrotum


3B

Pemeriksaan Penunjang

• USG à pemeriksaan awal atau modalitas terpilih pada wanita hamil


• CT-scan non-kontras à gold standard
• Urinalisis: menilai ada tidaknya kristal dan jenisnya
• Foto polos BNO à hanya dapat memperlihatkan batu radioopak
• BNO-IVP à digunakan apabila terdapat hambatan penggunaan CT-scan non-kontras

128
Urolitiasis
Etiologi pH Urin Bentuk Kristal Opasitas

Hiperkalsiuria,
Kalsium Oksalat Asam Bipiramid Radioopak
Hiperoksaluria

Kalsium Fosfat Hiperparatiroidisme Basa Prisma wedge-shaped Radioopak

Sistinuria (penyakit
Sistin Asam Heksagon Radioopak lemah
herediter)
ISK e.c. penghasil urease
Prisma persegi Panjang
Struvit (mis. Proteus mirabilis, Basa Radioopak lemah
(coffin-lid appearance)
Klebsiella sp.)
Jarum birefringens
Asam Urat Hiperurisemia, leukemia Asam Radiolusen
negative

Bisa
Xanthine Xanthinuria (herediter) Bentuk tidak tetap Radiolusen
keduanya
3B

UKURAN TERAPI
Batu <5 mm Konservatif observasi hingga 6 minggu
Medical expulsion therapy dengan alpha blocker (tamsulosin selama 1-2
Batu 5-8 mm
minggu)

Pertimbangan intervensi bedah :


• ESWL : batu ginjal <3 cm yang terkonfirmasi radiologis, batu ureter
proksimal
Batu >8 mm
• Ureterorenoscopy : batu ureter distal
• PCNL : batu ginjal >3 cm
• Ureterolithotomy : batu staghorn

130
UROLOGI

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 70 tahun mengeluhkan sulit berkemih. Pasien juga
mengeluhkan sering terbangun malam hari untuk kencing tetapi sedikit-sedikit
dan tidak lampias. Tanda vital diperoleh TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, HR
85x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan colok dubur ditemukan nodul dengan
konsistensi kenyal padat, ukuran 3 cm pada bagian anterior, permukaan rata,
simetris dan pole atas tidak teraba, nyeri (-).
Tatalaksana farmakologi yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Dutasteride
B. Prazosin
C. Prednison
D. Tamsulosin
E. Minoksidil

132
Seorang pria berusia 70 tahun mengeluhkan sulit berkemih. Pasien juga
mengeluhkan sering terbangun malam hari untuk kencing tetapi sedikit-sedikit
dan tidak lampias. Tanda vital diperoleh TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, HR
85x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan colok dubur ditemukan nodul dengan
konsistensi kenyal padat, ukuran 3 cm pada bagian anterior, permukaan rata,
simetris dan pole atas tidak teraba, nyeri (-).
Tatalaksana farmakologi yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Dutasteride
B. Prazosin
C. Prednison
D. Tamsulosin
E. Minoksidil

133
Seorang pria berusia 25 tahun dating dengan keluhan nyeri pada pinggang sejak
4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri saat berkemih. Dari hasil anamnesis
diketahui orang tua dan kakek pasien mengalami hal yang sama. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan ureum dan kreatinin. Hasil
USG didapatkan kista multiple di kedua ginjal.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasin di atas?
A. Hidronefrosis
B. Tumor Willms
C. Ginjal polikistik
D. Pyelonefritis
E. Abses ginjal
Seorang pria berusia 25 tahun dating dengan keluhan nyeri pada pinggang sejak
4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri saat berkemih. Dari hasil anamnesis
diketahui orang tua dan kakek pasien mengalami hal yang sama. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan ureum dan kreatinin. Hasil
USG didapatkan kista multiple di kedua ginjal.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasin di atas?
A. Hidronefrosis
B. Tumor Willms
C. Ginjal polikistik
D. Pyelonefritis
E. Abses ginjal
Seorang pria berusia 25 tahun dating ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada
buah zakar setelah terkena bola saat bermain sepak bola. Keluhan dialami 3 jam
SMRS. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan posisi testis kiri lebih tinggi daripada testis kanan dan phren sign (-).
Berapakah batas waktu operasi berdasarkan golden time sesuai kondisi pasien
diatas?
A. Kurang dari 1 jam setelah pasien tiba di IGD
B. Kurang dari 3 jam setelah pasien tiba di IGD
C. Kurang dari 4 jam setelah pasien tiba di IGD
D. Kurang dari 6 jam setelah pasien tiba di IGD
E. Sudah tidak direkomendasikan dilakukan tindakan operatif
Seorang pria berusia 25 tahun dating ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada
buah zakar setelah terkena bola saat bermain sepak bola. Keluhan dialami 3 jam
SMRS. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik
didapatkan posisi testis kiri lebih tinggi daripada testis kanan dan phren sign (-).
Berapakah batas waktu operasi berdasarkan golden time sesuai kondisi pasien
diatas?
A. Kurang dari 1 jam setelah pasien tiba di IGD
B. Kurang dari 3 jam setelah pasien tiba di IGD
C. Kurang dari 4 jam setelah pasien tiba di IGD
D. Kurang dari 6 jam setelah pasien tiba di IGD
E. Sudah tidak direkomendasikan dilakukan tindakan operatif
Bedah-1

Bedah Plastik
Bedah Plastik
4
3B

Luka Bakar
4
3B
Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman
Depth

Epidermal

Superficial – Deep
dermal

I IIA IIB III IV Full skin thickness

Superficial Partial Deep Partial Full Thickness Fourth Degree


Superficial Burn
Thickness Burn Thickness Burn Burn Burn Organ dalam

MED+NOTES
• Derajat 1 tidak
diperhitungkan
dalam %TBSA!

• Bullae jangan

dipecahkan!
4
3B
Luas Luka Bakar : Wallace’s Rule of Nine

18%

Dewasa dan anak ≥ 10 Tahun Anak <10 tahun : Untuk setiap


pertambahan tahun, ambil 1% dari kepala
dan tambahkan ke tiap kaki 0,5%

141
4
3B
Tatalaksana

• Rumus Parkland
Fluid resuscitation • Monitor urine output setiap jam
• Monitor TTV, SpO2, EKG, analisis gas darah

Analgesia Morphine 0,05 – 0,1 mg/kg, IV, Titrasi sesuai efek

Test (trauma lain)


• X-Ray (sering: tulang belakang, toraks, panggul)
• Lab: DPL, laktat, faktor pembekuan (persiapan op), SGOT/SGPT (listrik), Ur/Cr (listrik)

Tubes
• NGT (>10% TBSA anak-anak , >20% TBSA dewasa) à gastroparesis pada luka bakar
• Kateter urin untuk pantau output urin

Target Urine Output:


0,5-1 ml/kg/jam (dewasa
1-1,5 ml/kg/jam (anak)

142
4
3B
Penghitungan Cairan Luka Bakar

Kategori Luka Bakar Usia dan Berat Badan Penghitungan Cairan Urin Output
Dewasa dan anak (>14 0,5 ml/kg/jam
Api 2 ml x %TBSA x BB
tahun) 30-50 ml/jam
Anak (<14 tahun) 3 ml x %TBSA x BB 1 ml/kg/jam
1 ml/kg/jam
Infant dan anak (<30 kg) 3 ml x %TBSA x BB
4 ml x %TBSA x BB sampai 1-1,5ml/kg hingga urin
Listrik Semua usia
urin jernih jernih

Indikasi Resusitasi Cairan pada Luka Bakar

• Luka bakar derajat I > 10% (usia <10 tahun dan >50 tahun)
• Luka bakar derajat II >20% (usia 10-50 tahun)
• Luka bakar derajaat III dan IV

143
Bedah Plastik
3B

Cleft Lip Palate


2

Definisi

• Merupakan kelainan kongenital berupa bibir,


gusi, atau palatum yang tidak menyatu,
dengan atau tanpa kelainan hidung

Terminologi

• Labioschisis : hanya bibir yang tidak menyatu


• Palatoschisis : hanya palatum yang tidak
menyatu
• Labiopalatoschisis : bibir dan palatum tidak
menyatu

145
2

Cleft Lip

Unilateral Incomplete

Unilateral Complete

Bilateral Complete

Cleft Palate

Incomplete Cleft Palate

Unilateral Complete Lip & Palate

Bilateral Complete Lip & Palate

146
2

LABIOPLASTY PALATOPLASTY
Milliard’s Rule of Ten, yaitu : • Dilakukan sebelum usia 2 tahun,
Ø Berat badan anak lebih dari 10 ponds dengan waktu ideal sebelum usia 18
(sekitar 5kg) bulan
Ø Usia anak lebih dari 10 minggu • Hal ini terkait, apabila diperlukan
Ø Hb anak minimal 10 gr% operasi ulangan (apabila tersisa
Ø Leukosit anak kurang dari 10.000 celah pada operasi sebelumnya)
dapat tuntas dilakukan sebelum usia
2 tahun
• Keterlambatan koreksi anatomi
langit-langit akan menyebabkan
anak akan sengau secara permanen

147
2

USIA TINDAKAN
0-1 minggu Tidur terlentang, pemberian nutrisi dengan kepala miring
Pasang obturator untuk menutup celah pada palatum, agar dapat menghisap
1-2 minggu susu, atau dengan sendok posisi ½ duduk atau memakai dot lubang ke arah
bawah agar mencegah aspirasi
Labioplasty, dengan memenuhi Rules of Ten :
10 minggu
Usia 10 minggu, berat 10 pon, Hb >10%, Leukosit <10.000
1,5 – 2 tahun Palatoplasty, karena bayi mulai bicara
2-4 tahun Speech therapy
Velopharyngoplasty
4-6 tahun Mengembalikan fungsi katup yang dibentuk M. Tensor veli palatini & M.Levator
veli palatini untuk bicara konsonan, Latihan dengan cara meniup
6-8 tahun Orthodonsi (pengaturan lengkung gigi)
8-9 tahun Alveolar bone grafting. Dari tulang crista iliaca, sebelum gigi caninus tumbuh
9-17 tahun Orthodonsi ulang
17-18 tahun Cek simetrisasi mandibula dan maxilla
Cleft Lip and Palate
Klasifikasi

Labioskisis Palatoskisis

Celah pada bibir Labiopalatoskisis Celah pada palatum

Unilateral Unilateral
Incomplete Incomplete

Unilateral
Unilateral
Complete
Complete

Bilateral
Complete Bilateral
Complete

Tatalaksana

Rule of Ten
Bedah Plastik
3B

Le Fort Fracture
Le-fort Fracture 3B

Le fort 1 : floating jaw


Le fort 2 : floating maxilla
Le fort 3 : floating face

BARTON FIXATION
dipakai pada fraktur
mandibular

Le Fort I Le Fort II Le Fort III

• Garis fraktur • Garis fraktur Garis fraktur


transversal, melalui melalui
antara akar infraorbital rim zygomatic arch,
gigi dan dan os nasal → dinding lateral
bawah nasal pyramidal orbita, dan regio
floor→ floating fracture→ nasofrontal →
palate floating maxilla floating face
151
Bedah-1

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 27 tahun dibawa ke IGD setelah tersetrum listrik saat
memperbaiki kabel televisi di rumahnya 1 jam yang lalu. Dari pemeriksaan tanda
vital TD 110/70 mmHg, HR 120x/menit, RR 26x/menit, suhu afeberis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan luka masuk pada tangan kanan berwarna
keputihan dan disertai jaringan nekrotik sedangkan pada luka keluar pada
tangan kiri berwarna pucat, bula (-), nyeri dirasakan mulai berkurang. Dilakukan
pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardi.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
A. Electrical burn derajat II A dan II B
B. Electrical burn derajat II A dan III
C. Electrical burn derajat II B dan III
D. Electrical burn derajat I dan II A
E. Electrical burn derajat III
Seorang pria berusia 27 tahun dibawa ke IGD setelah tersetrum listrik saat
memperbaiki kabel televisi di rumahnya 1 jam yang lalu. Dari pemeriksaan tanda
vital TD 110/70 mmHg, HR 120x/menit, RR 26x/menit, suhu afeberis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan luka masuk pada tangan kanan berwarna
keputihan dan disertai jaringan nekrotik sedangkan pada luka keluar pada
tangan kiri berwarna pucat, bula (-), nyeri dirasakan mulai berkurang. Dilakukan
pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardi.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
A. Electrical burn derajat II A dan II B
B. Electrical burn derajat II A dan III
C. Electrical burn derajat II B dan III
D. Electrical burn derajat I dan II A
E. Electrical burn derajat III
Seorang pria berusia 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan keluar darah dari
hidung dan lebam di sekitar mata. Riwayat terjatuh dari motor 1 hari yang lalu.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan hematom di bawah kedua mata dan bengkak
disekitar hidung.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
A. Fraktur Le Fort 1
B. Fraktur Le Fort 2
C. Fraktur Le Fort 3
D. Fraktur Mandibula
E. Fraktur Nasal
Seorang pria berusia 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan keluar darah dari
hidung dan lebam di sekitar mata. Riwayat terjatuh dari motor 1 hari yang lalu.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan hematom di bawah kedua mata dan bengkak
disekitar hidung.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
A. Fraktur Le Fort 1
B. Fraktur Le Fort 2
C. Fraktur Le Fort 3
D. Fraktur Mandibula
E. Fraktur Nasal
Ilmu Bedah-1

Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense+

Anda mungkin juga menyukai