Anda di halaman 1dari 179

TORAKS-VASKULAR

DIGESTIF
ANAK
UROLOGI

BEDAH-2
d r. A n d i F u a d A n s y a r i

ATLS
SARAF
ORTOPEDI
ONKOLOGI
BEDAH PLASTIK
UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit 1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
Baca soal Baca Kasus Kata Terapi awal : Tatalaksana
kunci Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
Pemeriksaan Objektif > Subjektif Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
Jika kesulitan Eksklusi jawaban
Terapi supportif: Terapi yang
Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

4 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (PKB)

Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3 3A. Bukan gawat darurat
3B. Gawat darurat

Mendiagnosis dan merujuk


2 Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

Mengenali dan menjelaskan

1 Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang
paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien.

3
o Bedah Umum o Ankle Sprain
o Triase IGD o Ruptur Ligamen dan Meniskus
o ATLS o Epiconylitis
o Syok o Flexor Tenosynovitis
o Sumbatan Benda Asing o Dequervain Tenosynovitis
o Tetanus o Stenosing Tenosynovitis
o Rabies o DMD
o Bedah Saraf o Osteogenesis Imperfecta
o Rickets
o Trauma Kepala o Nursemaid Elbow
o Fraktur Basis Cranii o Developmental Dysplasia of the Hip
o Hidrosefalus
o Syok Spinal, Syok Neurogenik & Cedera Medulla Spinalis o Bedah Onkologi
o Incomplete Cord Syndromes o Tumor Payudara
o Kelainan Vertebra o Kanker Tulang
o Spina Bifida o Tumor Jinak Kulit
o Bedah Ortopedi o Bedah Plastik
o Fraktur o Luka Bakar
o Sindroma Kompartemen o Labiognatopalatoschisis
o Dislokasi Panggul Bahu o Fraktur Le Fort
o Osteomielitis o Dislokasi Temporomandibular Joint
o Ruptur Tendon Achilles

4
Bedah-2

Bedah Umum
Bedah Umum

Triase IGD
Proses khusus dalam memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan
Prinsip triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul

MERAH/immediate Prioritas pertama (area resusitasi), pasien cedera berat mengancam


jiwa. Ventilasi setelah airway diposisikan/ RR>30x/menit, CRT>2 detik
KUNING/urgent Prioritas kedua (area tindakan), pasien memerlukan tindakan medis
dalam 6 jam. Cedera berpotensi mengancam nyawa namun dapat
menunggu sampai kondisi stabil dengan penanganan awal
HIJAU/delayed Prioritas ketiga (area observasi), pasien cedera minimal, dapat berjalan
dan mencari pertolongan, tidak memerlukan penanganan medis
segera
HITAM/unsalvageable Pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak mungkin diresusitasi/
DOA

7
Bedah Umum

ATLS
AIRWAY & C-SPINE CONTROL
Penilaian
BREATHING & VENTILATION
Patensi jalan napas
Ada tidaknya
Penilaian
CIRCULATION & BLEEDING CONTROL
hambatan pada jalan
napas Look
Listen
Penilaian
DISABILITY
Tatalaksana Feel
Terapi O2
Tatalaksana
Tanda vital
Warna dan suhu kulit
Penilaian
EXPOSURE
Triple manuver airway Hemodinamik
Definite airway Terapi O2 Perdarahan (terbuka GCS
Dekompresi (jika atau terselubung) Status neurologis
terdapat peningkatan
Buka baju
tekanan) pasien, lihat ada
Tatalaksana Tatalaksana tidaknya luka
Bantuan ventilator
Kontrol perdarahan Cegah terjadinya atau jejas
Resusitasi cairan secondary injury

Cegah
hipotermia

9
Adanya cairan atau material semisolid di jalan napas
Gurgling tatalaksana dengan suction

Faring tertutup sebagian (oleh soft palate atau epiglottis)


Snoring tatalaksana dengan OPA

Suara yang dihasilkan akibat spasme laring (sering terjadi


Crowing pada trauma inhalasi) tatalaksana dengan intubasi

Inspiratory stridor Obstruksi di saluran napas atas

Expiratory wheeze Obstruksi saluran napas bawah

10
Precautions :
Jejas di atas clavicula
Trauma maxilofacial
Jatuh dari ketinggian >5 m

Head Tilt Jaw Thrust

Chin Lift

11
Penilaian
o Perhatikan leher dan dada penderita, dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal in-line immobilitation
o Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
o Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda
cedera lainnya.
o Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
o Auskultasi thoraks bilateral

Tatalaksana
o Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreathing mask)
o Ventilasi dengan Bag Valve Mask
o Mengatasi tension pneumothorax
o Menutup open pneumothorax
o Memasang pulse oxymeter

Evaluasi
12
Penilaian
o Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
o Mengetahui sumber perdarahan internal
o Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
o Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
o Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
o Periksa tekanan darah

Tatalaksana
o Kontrol perdarahan
o Resusitasi cairan

13
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan Darah <750cc 750-1500 cc 1500-2000 cc >2000 cc
% Volume Darah <15% 15-30% 30-40% >40%
Denyut Nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Menurun Menurun Menurun
Tekanan Nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
Naik
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
Pernapasan
Produksi Urine >30 20-30 5-15 Tidak Berarti
Status Mental Sedikit Cemas Agak Cemas Cemas, Bingung Bingung, lesu
(letargi)
Pengganti Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid & Kritstaloid &
Darah Darah

14
INDIKATOR
EYE (maks 4/min 1)
Spontan membuka mata 4
Membuka mata saat diajak bicara/sentuhan 3
Membuka mata saat diberi rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata 1
MOTOR (maks 6/min 1)
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) 5
Withdraw (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus) 4
Fleksi spontan saat diberikan stimulus nyeri 3
Ekstensi spontan saat diberi stimulus nyeri 2
Tidak ada gerakan 1
VERBAL (maks 5/min 1)
Orientasi baik 5
Bingung, bicara kacau, disorientasi tempat dan waktu 4
Bisa berkata-kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Hanya mengerang 2
Tidak ada suara 1
15
Buka pakaian penderita, periksa jejas
Cegah hipotermia : beri selimut dan tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.

Metode log-roll untuk melihat ada tidaknya jejas di bagian punggung

Selimut hipotermia

16
Bedah Umum

Syok
3B

Definisi

Suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau sistemis dan
mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel organ.

Klasifikasi Syok

Hipovolemik Kardiogenik Distributif Obstruktif

Syok hemoragik Infark mikoard Syok sepsis Tension pneumothorax


Dehidrasi berat Aritmia jantung Syok anafilaktik Tamponade jantung
Diare berat Gangguan katup Syok neurogenik Emboli paru

18
Syok
RR HR BP Kulit Suhu Urin
Gatal,
Anafilaktik Afebris
edema
Pucat
Kardiogenik Afebris
dingin
Pucat
Hipovolemik Afebris
dingin
Pucat
Obstruktif Afebris
dingin
Hangat
Neurogenik Afebris
kering
Pucat hipertermi/
Septik
dingin hipotermi

19
3B

Tatalaksana

Jenis Syok Tatalaksana

Resusitasi cairan
Hipovolemik
Kristaloid RL 20 mg/kgBB bolus cepat

Inotropik
Kardiogenik Dopamin
Dobutamin

Neurogenik NE
Distributif Sepsis NE & antibiotik
Anafilaktik epinefrin & kortikosteroid
Obstruktif Torakostomi, perikardiosintesis

20
Bedah Umum

Sumbatan Benda
Asing
Sumbatan Benda Asing
LOKASI
Laring Trakea Bronkus

Batuk, audible slap, Batuk, wheezing, suara


Sesak, rasa tercekik, stridor
palpatory thud napas menurun

22
TATALAKSANA

BATUK TIDAK EFEKTIF BATUK EFEKTIF

TIDAK SADAR SADAR Bantu Korban


untuk Batuk

ANAK DEWASA <1 THN >1 THN DEWASA OBESITAS


& HAMIL Awasi Tanda
Penurunan Kesadaran
Buka Jalan Napas RJP 5x back 5x back 5x back
blow blow blow Chest
Thrust
5x Napas Buatan
5x chest 5x 5x
thrust abdominal abdominal
RJP thrust thrust
Bedah Umum
3B

Tetanus
Tetanus 3B

Etiologi

Clostridium tetani (bakteri basil gram (+) anaerob obligat)

Infeksi tetanus dimulai ketika spora tetanus hinggap pada jaringan yang
terbuka/rusak

Inkubasi 3-21 hari

Spora tetanus mensekresikan 2 jenis toksin yakni: TETANOSPASMIN dan TETANOLISIN

25
Tetanus 3B

26
3B

Klasifikasi Manifestasi

Tetanus Generalized Tetanus Localized

Hipertonus otot, spasme, trismus (lockjaw),


opistotonus Rasa kaku, kencang, nyeri otot di sekitar luka
Kaku seluruh tubuh seperti pada leher, bahu, Dapat menjadi generalisata
ekstremitas

27
3B

Klasifikasi Manifestasi

Tetanus Cephalic Tetanus Neonatorum

Biasanya terjadi jika terdapat luka di Riwayat persalinan dengan instrument tidak
daerah wajah steril
Kelemahan dan paralisis otot wajah
Dapat menyebabkan spasme otot wajah,
spasme lidah, spasme tenggorokan
Risus sardonicus dan trismus (lockjaw)

28
3B

Grading Tetanus

Derajat Keparahan Gejala Klinis

I Ringan Trismus ringan-sedang, disfagia tidak ada/ringan

II Sedang Trismus sedang, rigiditas, spasme ringan-sedang, laju napas > 30x/menit dan disfagia
ringan

III Berat Trismus berat, spastik generalisata, laju napas > 40x/menit, disfagia berat, takikardi (>
120x/menit)

IV Sangat Berat Derajat III dengan disfungsi autonom melibatkan sistem kardiovaskular (hipertensi berat
dan takikardi dengan relatif hipotensi dan bradikardia)
Derajat Lebar pembukaan mulut
I >35 mm
II 25 35 mm
III 15 25 mm
IV 2 15 mm

29
Profilaksis Tetanus
LUKA

Minor/Bersih Besar/Kotor

Vaksin >3 dosis Vaksin <3 dosis Vaksin >3 dosis Vaksin <3 dosis

Td Td + ATS/HTIG

Vaksin terakhir Vaksin terakhir Vaksin terakhir Vaksin terakhir


>10 tahun <10 tahun >5 tahun <5 tahun
* Dalam luka > 1 cm,
konfigurasi
Td Tidak Td Tidak stelata/avulsi, luka
diberikan Td diberikan Td bakar/KLL, luka
terkontaminasi feses
dan saliva

30
3B

Tatalaksana Umum

Perawatan luka dan debridement luka


Ruangan: tenang dan gelap mengurangi rangsang kejang

Tatalaksana Khusus

Anti Tetanus
Pemberian Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) 3000-6000 U (IM) single dose
ATS (equine) 50.000 U (IM) diikuti 50.000 U (infus lambat)
Anti Kejang
Diazepam 0.5 mg/kg/kali (IV) dengan dosis opimum 10mg/kali tiap kejang. Kemudian diikuti
diazepam PO 0.5mg/kg/kali tiap 6 jam
Eradikasi bakteri
Metronidazole 500 mg/6- 8jam (IV) atau 1 gr/12jam 7-10 hari
Penicillin G 2-4 jt U/4-6jam (IV) 7-10 hari

31
Bedah Umum
3B

Rabies
3B

Definisi

Infeksi akut susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus Rabies yang bersifat
zoonotik menjalar ke saraf perifer
Masa inkubasi rata-rata 3-8 minggu
Hewan yang dapat terinfeksi : anjing, monyet, kucing, kelelawar

Genus Lyssa-virus
Family Rhabdoviridae

33
3B

Virus Rabies Masa Inkubasi

Bersifat neutropik Jenis/strain virus rabies


Glikoprotein G berperan pada Tingkat virulensi
timbulnya imunitas Kedalaman luka gigitan
Dapat bertahan pada suhu tinggi dan Lokasi luka gigitan
rendah Imunitas pasien
Mudah mati oleh sinar matahari dan
sinar ultraviolet

34
3B

STADIUM PRODROMAL

Demam, malaise, mual, nyeri tenggerokan

STADIUM SENSORIS

Nyeri, panas dan kesemutan sekitar luka, reaksi berlebihan pada rangsangan sensoris
GEJALA
KLINIS
STADIUM EKSITASI

Peningkatan tonus otot dan aktivitas simpatis

STADIUM PARALISIS
Paresis otot progresif akibat gangguan medulla spinalis

35
3B

Tatalaksana Umum

Cuci luka dengan air sabun 15 menit, debridement dan bersihkan dengan antiseptik
Isolasi untuk menghindari rangsangan spasme otot

Tatalaksana Khusus

Vaksin Anti Rabies


Dalam waktu 10 hari sejak terpapar
Dosis 0,5 ml IM (hari ke 0 (2 dosis), 7 dan 21)
Serum Anti Rabies
Bersama VAR hari ke 0
Heterolog 40 IU/kgBB ( ½ dosis infiltrasi, ½ dosis IM), Homolog 20 IU/kgBB

36
3B
Kasus Paparan HPR

Hewan lari/hilang/ tidak dapat Hewan dapat ditangkap dan


ditangkap, mati, dibunuh diobservasi (10-14 hari)

Luka Risiko Luka Risiko Luka Risiko Luka Risiko


Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Segera Segera Segera Tidak diberi VAR


diberi VAR diberi VAR diberi VAR tunggu hasil
dan SAR dan SAR observasi

Jika Spesimen Otak Spesimen Otak Hewan Hewan Mati Hewan Mati Hewan
tidak dapat dapat diperiksa Sehat Sehat
diperiksa , Lanjutkan Berikan VAR
VAR
Positif Negatif Stop VAR Tidak
Spesimen Otak diperiksa
diberi VAR

VAR Stop VAR Positif Negatif


lanjutkan

VAR Stop VAR


lanjutkan
Rabies 3B

Kategori Luka

Jenis Kontak Rekomendasi Tatalaksana

Menyentuh atau memberi makan hewan Cuci luka


I
Jilatan pada kulit intak Tidak diberikan VAR/SAR

Jilatan kulit tidak intak, dasar jaringan lemak Cuci luka


II
Luka goresan kecil atau lecet tanpa perdarahan Segera berikan VAR

Gigitan dan cakaran yang menimbulkan luka, dasar


Cuci luka
III otot
Segera berikan VAR dan SAR
Kontaminasi mukosa dengan air liur hewan
Bedah-2

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 20 tahun dibawa ke IGD oleh warga setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tanda vital TD 90/60 mmHg, HR
110x/menit, RR 23x/menit dan suhu afebris. Pada pemeriksaan
didapatkan GCS E3M4V2, didapatkan suara snoring, perdarahan di
kepala dan ditemukan jejas disekitar leher.
Penanganan awal yang tepat untuk kasus di atas adalah?
A. Pemberian O2
B. Intubasi
C. Jaw thrust
D. Chin lift
E. Head tilt
Seorang pria berusia 20 tahun dibawa ke IGD oleh warga setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tanda vital TD 90/60 mmHg, HR
110x/menit, RR 23x/menit dan suhu afebris. Pada pemeriksaan
didapatkan GCS E3M4V2, didapatkan suara snoring, perdarahan di
kepala dan ditemukan jejas di sekitar leher.
Penanganan awal yang tepat untuk kasus di atas adalah?
A. Pemberian O2
B. Intubasi
C. Jaw thrust
D. Chin lift
E. Head tilt
Seorang pria berusia 35 tahun datang ke IGD dengan luka pada
kakinya setelah menginjak paku berkarat. Tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan didapatkan luka pada telapak kaki kiri,
berukuran 1x1x3 cm. Riwayat imunisasi tetanus tidak jelas. Kemudian
dilakukan debridement.
Apakah tatalaksana selanjutnya yang diberikan untuk pencegahan
terhadap tetanus?
A. ATS
B. TT dan ATS
C. Booster ATS 1 tahun lagi
D. TT
E. Observasi
Seorang pria berusia 35 tahun datang ke IGD dengan luka pada
kakinya setelah menginjak paku berkarat. Tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan didapatkan luka pada telapak kaki kiri,
berukuran 1x1x3 cm. Riwayat imunisasi tetanus tidak jelas.
Kemudian dilakukan debridement.
Apakah tatalaksana selanjutnya yang diberikan untuk pencegahan
terhadap tetanus?
A. ATS
B. TT dan ATS
C. Booster ATS 1 tahun lagi
D. TT
E. Observasi
Bedah-2
3B

Bedah Saraf
Bedah Saraf
3B

Traumatic Brain
Injury
3B

Derajat cedera kepala (GCS)


Ringan : >13
Sedang : 9-12
Berat : <9

46
3B
3B
EDH SDH SAH ICH IVH
Rupture arteri Rupture Aneurisma Perluasan ICH /
Etiologi Rupture bridging vein Rupture arteri cerebri
meningea media Berry SAH
Lucid interval
Klinis khas Sering pada orang tua Thunderclap headache
Pupil unilateral
Crescent / bulan sabit / Hipedens di hemisfer Hiperdens di
CT Scan Bikonveks / lentikuler Stelata
semilunar cerebri ventrikel lateral

CT SCAN

48
Traumatic Brain Injury 3B

Indikasi CT-Scan

GCS 2 jam setelah trauma


GCS < 13 setelah trauma
Suspek fraktur terbuka / depresi skull
Tanda fraktur basis cranii
Usia > 65 tahun
Muntah > 2 episode

Kraniotomi

EDH : volume >30 cc, tebal > 15 mm, shift > 5mm
SDH : tebal >10 mm, shift >5mm
Depressed cranial fracture : Fraktur terbuka dengan fragmen depresi melebihi tebal
skull

49
Bedah Saraf
3B

Fraktur Basis
Cranii
3B

Basilar skull fracture, merupakan bagian dari cedera kepala yang melibatkan
paling sedikit 1 tulang pada basis cranium
Terdiri dari os temporal, oksipital, sfenoid, ethmoid dan orbital part pada os frontal

LOKASI (FOSSA) TANDA & GEJALA


ANTERIOR Raccoon eyes
Halo sign
Gangguan penghidu
Defek pergerakan bola mata
MEDIA Gangguan pendengaran
Gangguan keseimbangan
Battle sign
POSTERIOR Cervical spine injury
Gejala kurang khas Basis Cranii

51
3B

Halo Sign
Rhinorrhea

Otorrhea

52
Bedah Saraf
2

Hidrosefalus
2

Hidrosefalus

Etiologi Patofisiologi

Konginetal Didapat Komunikans Non-Komunikans


2

Definisi

Merupakan akumulasi cairan serebrospinal yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel


otak

Etiologi

Gangguan Produksi
Gangguan Sirkulasi
Gangguan Absorpsi

NORMAL VENTRIKEL DILATASI VENTRIKEL


2

Manifestasi Klinis

Pembesaran kepala
Nyeri kepala
Pandangan ganda
Fontanel cembung
Vena menonjol
Sunset eye phenomenon
Gangguan perkembangan motorik

Tatalaksana
Manitol, asetazolamid
Pembedahan (shunting) : VP shunt, AV shunt
2

Pemeriksaan Penunjang

CT Scan
MRI
Lumbal pungsi

1. Temporal horn (TH) 2 mm


2. TH 2 mm dan rasio (FH/ID) >0,5
3. Mickey mouse ventricle
4. Evans ratio >30%
ID : Internal Diameter
MRI FH : Frontal Horn

57
Bedah Saraf
2

Cedera Medulla
Spinalis
3B

Hilangnya tonus vasomotor dan simpatis yang dapat berakibat gangguan


hemodinamik
Akan ditemukan hipotensi, bradikardi dan poikilotermia
Terjadi pada level T6

Perbedaan Syok Spinal dan Syok Neurogenik


Spinal Shock Neurogenic Shock
BP Hypotension Hypotension

Pulse Bradycardia Bradycardia

Reflexes Absent Variable/Independent

Motor Flaccid paralysis Variable/Independent

Time 48-72 hours immediately after spinal cord injury

Mechanism Peripheral neurons become temporarily Disruption of autonomic pathway leads to loss
unresponsive to brain stimuli of sympathetic tone and decreased systemic
vascular resistance
59
3B

Definisi

Trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi pada medulla spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis

IMPAIRMENT SCALE ASIA

GRADE TIPE GANGGUAN


A Komplit Fungsi motorik dan sensorik sampai S4-5 terganggu
B Inkomplit sensorik Fungsi sensorik terganggu
Gangguan motorik sampai segmen sakral S4-5
C Inkomplit motorik Fungsi motorik terganggu dibawah lesi (<3)
D Inkomplit motorik Fungsi motorik terganggu di bawah level lesi
E Normal Fungsi sensorik dan motorik baik
3B

Primary Survey ABCDE

Metilprednisolone :
: Metilprednisolone 30 mg/kgBB/IV (15 menit) dilanjutkan infus 5.4 mg/kgBB/jam
selama 23 jam
3-8 jam : Metilprednisolone 30 mg/kgBB/IV (15 menit) dilanjutkan infus 5.4 mg/kgBB/jam
selama 47 jam
> 8 jam : tidak direkomendasikan

TRIPLE MANUVER AIRWAY


Bedah Saraf
2

Incomplete Cord
Syndromes
63
3B

64
3B

Brown-Sequard Syndrome
Kausa utama : Trauma tembus
M : Paresis ipsilateral
Ekt. : Gangguan kontralateral
Prop. : Gangguan ipsilateral

Central Cord
Kausa utama : Siringomiela, tumor, trauma
M : Paresis lengan > tungkai
S :Gangguan bervariasi di ujung distal
lengan
3B

Anterior Cord
Kausa utama : HNP
M : Paresis UMN di bawah lesi, LMN setinggi lesi
Ekt. : Gangguan ekteroseptif
Prop. : Normal

Posterior Cord

Kausa utama : Infark arteri spinalis posterior, trauma


M : Paresis ringan
Prop. : Gangguan bilateral
Ekt. : Normal
3B

Konus Medularis
Kausa utama : Trauma lower sacral cord
M : Gangguan ringan, simetris, atrofi (-)
Ekt. : Saddle anestesi awal, Refleks achilles (-), refleks
patella (+).

Kauda Equina
Kausa utama : Cedera akar saraf lumbosakral
M : Gangguan sedang berat, asimetris, atrofi (+),
refleks bulbocavernosi (-)
S : Saddle anestesi lambat, asimetris
Ekt. : Gangguan ereksi dan ejakulasi.
3B
Sindrom Etiologi Deskripsi Med+easy

Paresis anggota gerak atas lebih berat dibandingkan anggota gerak bawah
Gangguan sensorik bervariasi (disestesia/hiperestesia) di lengan Kelemahan motoric atas >
Central cord Siringomielia, trauma, tumor
Disosiasi sensibilitas bawah
Disfungsi miksi, defekasi, dan seksual

Paraplegia
Gangguan sensasi eksteroseptif
Anterior cord Iskemia akut, hnp Proprioseptif (+)
Sensasi propioseptif normal
Disfungsi sfingter

Paresis ringan
Trauma, infark spinalis
Posterior cord Gangguan propioseptif bilateral Proprioseptif (-)
posterior
Gangguan eksteroseptif pada leher, punggung, dan bokong

Paresis umn (di bawah lesi) dan lmn (setinggi lesi)


Gangguan motorik dan
Brown-sequard syndrome Trauma tusuk Gangguan sensasi propioseptif (raba dan tekan) ipsilateral
sensorik berlawanan
Gangguan sensasi eksteroseptif (nyeri dan suhu) kontralateral

Cauda equina syndrome Jatuh terduduk Kerusakan atau gangguan kompresi spinal cord dari t12-l2 Asimetris

Conus medullaris syndrome Jatuh terduduk Kerusakan atau gangguan kompresi spinal cord dibawah l2 Simetris

68
Bedah Saraf
2

Kelainan
Vertebra
2

Spondylolisis Spondylolisthesis Spondilitis


Inflamasi pada tulang
Interupsi yang terjadi Pergeseran vertebrae
vertebrae yang bisa
kedepan terhadap segmen
Definisi dibagian pars interarticularis disebabkan oleh beberapa
yang lebih rendah, yang biasa
pada lumbar vertebra terjadi pada L4 atau L5
hal misalnya proses infeksi,
imunitas

Nyeri radikuler, seperti gejala tersengat listrik yang menjalar dari punggung ke tungkai
Klinis Baal, kesemutan
Kelemahan otot tungkai bawah
Muscle tightness
Stiffness
Tenderness in the area of the slipped disc

70
2

Spondylolisis Spondylolisthesis Spondilitis

71
Kelainan Kurvatura Vertebra
Lordosis Kifosis Skoliosis

Perubahan kurvatura vertebra Perubahan kurvatura vertebra yang


Defleksi lateral dan rotasi pada
Definisi yang ditandai dengan angulasi ke ditandai dengan angulasi ke arah
corpus vertebra
arah anterior posterior

Kongenital kelainan struktural


Etiologi Postural kelainan posisi (contoh : akibat kerja)
Patologis akibat penyakit ( contoh: osteoporosis, spondylitis TB, dll)

72
2

Klasifikasi

Infantile (0-3 tahun)


Juvenile (4-10 tahun)
Adolescent (11-18 tahun)
Adult (> 18 tahun)

Manifestasi Klinis

Deformitas vertebra
Pemeriksaan khusus
Adam's forward bend test menilai skoliosis

Pemeriksaan Penunjang

X-Ray vertebra
Cobb angle untuk diagnosis & menentukan derajat
keparahan scoliosis
MRI

73
2

Tatalaksana

Cobb Angle Tatalaksana

< 20° Observasi

20-39 Bracing

> 40° Operasi/pembedahan

Cobb angle Klasifikasi

<20o Ringan
20o 45o Sedang
MILWAUKEE BOSTON OMC
>450 Berat

74
Bedah Saraf
2

Spina Bifida
2

Definisi

Defisiensi As. Folat (B9) kegagalan pada penutupan arkus vertebra dan lamina posterior Neural
tube defect/Spina Bifida
SPINA BIFIDA
Klasifikasi

MENINGOMYELOENCEPHALOCELE

Spina Bifida Aperta


Spina Bifida
Oculta
Meningokele Myelomeningokele Myeloschisis

Teraba rongga, Benjolan (+), defisit Benjolan (+) Benjolan (+) tidak
berambut neurologis (-) Defisit Neurologis tertutup
Asimtomatis (+)
76
2

Kurangnya asupan asam folat

Pada spina bifida dijumpai kegagalan pada penutupan arkus


vertebra dan lamina posterior akibat jaringan yang membentuk pipa
neural tidak menutup atau tidak tertutup secara sempurna.

77
2
Bedah-2

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 28 tahun dibawa ke IGD setelah ditabrak
truk dari belakang saat sedang berjalan kaki. Pasien
mengeluhkan kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 94x/menit, suhu 36,5 RR 20x/menit. Dari pemeriksaan
neurologis didapatkan hemiplegi pada kaki kiri dan hilangnya
sensasi nyeri serta suhu kontralateral lesi.
Apakah diagnosis pada pasien di atas?
A. Anterior cord sydrome
B. Complete spinal transection
C. Posterior cord syndrome
D. Central cord syndrome
E. Brown-Sequard syndrome
Seorang pria berusia 28 tahun dibawa ke IGD setelah ditabrak
truk dari belakang saat sedang berjalan kaki. Pasien
mengeluhkan kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 94x/menit, suhu 36,5 RR 20x/menit. Dari pemeriksaan
neurologis didapatkan hemiplegi pada kaki kiri dan hilangnya
sensasi nyeri serta suhu kontralateral lesi.
Apakah diagnosis pada pasien di atas?
A. Anterior cord sydrome
B. Complete spinal transection
C. Posterior cord syndrome
D. Central cord syndrome
E. Brown-Sequard syndrome
Seorang bayi berusia 2 bulan dibawa ke IGD oleh ibunya
dengan keluhan ada benjolan pada punggung bawah
sejak lahir. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan
ditutup selaput dan tampak gerak anak aktif.
Apakah kemungkinan penyebab pada kasus di atas?
A. Kekurangan asam folat saat kehamilan
B. Kekurangan vitamin C saat kehamilan
C. Kekurangan zat besi saat kehamilan
D. Ibu menderita hipertiroid saat kehamilan
E. Ibu mengkonsumsi obat-obatan saat kehamilan

82
Seorang bayi berusia 2 bulan dibawa ke IGD oleh ibunya
dengan keluhan ada benjolan pada punggung bawah
sejak lahir. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan
ditutup selaput dan tampak gerak anak aktif.
Apakah kemungkinan penyebab pada kasus di atas?
A. Kekurangan asam folat saat kehamilan
B. Kekurangan vitamin C saat kehamilan
C. Kekurangan zat besi saat kehamilan
D. Ibu menderita hipertiroid saat kehamilan
E. Ibu mengkonsumsi obat-obatan saat kehamilan

83
Bedah-2

Bedah Ortopedi
Bedah Ortopedi
3B

Fraktur
3B

Definisi

Terjadi diskontinuitas dari tulang

Jenis

Fraktur Komplit : terbagi menjadi 2 fragmen tulang


Fraktur Inkomplit : sering pada anak

Etiologi

Penyebab trauma
Trauma Langsung berarti benturan pada tulang dapat
mengakibatkan fraktur di tempat itu
Trauma Tidak Langsung bilamana titik tumpu berbenturan
dengan terjadinya fraktur berjauhan
Fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma adalah fraktur patologis

86
3B

Deskripsi Fraktur

A. Lokasi (Site): diafisis, metafisis, epifisis atau


intraarticular. Bila terdapat dislokasi dikatakan
fracture-dislocation
B. Perluasan (Extent): Komplit atau inkomplit
C. Konfigurasi: Transversal, oblik atau spiral.
Simpel, multipel, comminuted fracture
D. Hubungan fragmen fraktur satu sama lain:
Undisplaced atau displaced
E. Hubungan fraktur dengan lingkungan luar:
Fraktur tertutup atau terbuka
F. Komplikasi Komplikasi dapat terjadi lokal atau
sistemik

87
3B

Colles : Dorsal
MED+EASY CODan Si VENo Ventral : Smith
Fraktur Monteggia Fraktur Galeazzi
Garis fraktur di ulna Fraktur 1/3 distal radius Colles Smith
Dislokasi caput radius Dislokasi ulna
Jatuh dengan pergelangan Jatuh dengan pergelangan
tangan ekstensi tangan fleksi

Dinner fork deformity Garden spade deformity

Fraktur distal radius Fraktur distal


displacement ke arah dorsal radiusdisplacemen
t ke arah anterior

88
3B

Diagnosa Banding

Bennett Fracture
Fracture
Distal radius + Styloid radius MCP 5 distal MCP 1 proximal
dislokasi (neck) (base)
radiocarpal

89
Bedah Ortopedi
3B

Fraktur Terbuka
3B

Definisi

Adanya kontak langsung tulang dengan lingkungan luar

Klasifikasi Gustilo Anderson

I II III A III B III C

91
3B

Gustilo Type I II IIIA IIIB IIIC


Wound Size < 1 cm > 1 cm > 10 cm > 10 cm > 10 cm

Energi Minimal Sedang Berat Berat Berat

Kontaminasi Bersih Sedang Berat Berat Berat

Pola Fraktur Fraktur simple Kominutif minimal Fraktur segmental, Fraktur segmental, Fraktur segmental,
(oblik,transversum) kominutif berat kominutif berat kominutif berat
Skin coverage Intak Intak Intak Tidak dapat Tidak dapat
menutupi fragmen menutupi fragmen
tulang tulang
Periosteal stripping Tidak Tidak Ya Ya Ya

Jejas Normal Normal Normal Normal Kerusakan pada


Neurovaskular pembuluh darah
Antibiotik Generasi pertama sefalosporin Sefalosporin generasi pertama untuk gram positif
Aminoglikosida untuk bakteri gram negatif (gentamisin)
Dilanjutkan 23-72 jam setelah debridemen terakhir

92
3B

Awal

Primary survey, stabilisasi & resusitasi (ABCDE)


Antibiotik IV
Antibiotik: kombinasi sefalosporin gen I (gram positif) & aminoglikosida (gram
negative) Hingga 24 - 72 jam post debridement
Grade I-Il = Cefazolin IV
Grade III = Cefazoline + Aminoglikosida (gentamisin) IV
Kontrol perdarahan (direct pressure)
Dressing: bersihkan debris, jangan pindahkan fragmen tulang, dressing gunakan kassa
steril yang direndam NaCl
Stabilisasi : splint / brace (mengurangi nyeri, minimalisi trauma jaringan lunak)
Profilaksis tetanus

Rujuk

93
Bedah Ortopedi
3B

Sindroma
Kompartemen
3B

Definisi

Peningkatan tekanan intra kompartemen (>30 mmHg) suatu ruang anatomi tertutup yang
dibatasi oleh dinding yang relatif kaku sehingga mengganggu sirkulasi ke distal dari
kompartemen tersebut.

95
3B

Manifestasi Klinis

Pain
Paresthesia
Pallor
Paralysis 6P
Pulseless Poikilothermia

Tatalaksana

Menurunkan tekanan intrakompartemen


Non bedah (buka cast/gips)
Bedah : fasciotomi/eskarotomi

96
Bedah Ortopedi
3B

Dislokasi Panggul
Bahu
3B

ANTERIOR POSTERIOR
Sering terjadi (98%) Jarang terjadi (2%)
Posisi bahu abduksi dan rotasi eksterna Posisi bahu dalam posisi fleksi,
adduksi dan rotasi interna
Kontur bahu berubah Bahu lebih datar (flat & squared off)
Teraba caput humeri di anterior, Lengan dipegang di depan dada
prominen acromion, sulcus sign (+)

Med+Easy

ABang depan
ADek belakang

Anterior: Abduksi
Posterior: Adduksi

98
Med+Easy
Dislokasi ABang depan
Disklokasi ADek belakang

Anterior: Abduksi
Panggul Bahu Posterior: Adduksi

Posterior: Anterior:
Lebih sering Anterior: Posterior: Lebih sering
Ec: Dashbord Jarang Jarang Caput humeri teraba di
Injury bawah clavicula

- Adduksi - Abduksi
- Eksorotasi - Adduksi - Abduksi
- Endorotasi
- Fleksi panggul - Endorotasi - Eksorotasi
- Fleksi panggul

Bagian anterior : ligamentum iliofemoral & pubofemoral


- X-Ray : Light Bulb Appereance
Bagian posterior : ligamentum ischiofemoral

99
Bedah Ortopedi
3B

Osteomyelitis
3B

Definisi

Peradangan pada tulang disebabkan oleh proses infeksi

Etiologi

Staphylococcus aureus (Tersering)


Pseudomonas (IV drugs user)
Enterobacteriaceae
Gram (-) anaerob bacilli (jarang)

Patogenesis

Hematogen/endogen osteomyelitis
Exogen osteomyelitis

101
3B

Tanda & Gejala

Gejala sistemik : malaise, demam, menggigil


Gejala lokal : nyeri tekan, edema, eritem dan perabaan hangat

Pemeriksaan Penunjang

Awal rontgen
Lab. darah
Gold Standard Kultur Staphylococcus
aureus

102
3B

Klasifikasi
Klasifikasi
Akut < 2 minggu Soft tissue swelling
Subakut 2 minggu - 3 bulan abscess
Kronik > 3 bulan Kloaka, sekustrum,
involukrum

103
3B

Tatalaksana

Antibiotik empiris kemudian spesifik


Debridement
Pengobatan suportif untuk nyeri

Antibiotik
S. Aureus (methicillin sensitive)
Cefazoline 1 1.5g IV / 6 jam
S. Aureus (methicillin resistant)
Vancomicyn 1g IV / 12 jam
Pseudomonas
Cefepime 2g IV / 12 jam
Ciprofloxacin 400mg IV / 8 jam

104
Bedah Ortopedi
3A

Ruptur Tendon
Achilles
3A

M. Gastrocnemius

M. Soleus

M. Peroneus Longus

M. Peroneus Brevis

Tendon Achilles

Calcaneus

106
3A

Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Adanya sensasi di tumit


Nyeri akut di belakang tumit
Plantar fleksi (-)
Palpable swelling
Palpable gap
Test Simmond Thompson (+)

Pemeriksaan Penunjang

X-Ray
USG MED+NOTES Pada jaringan
MRI Gold standard ikat MRI merupakan
pemeriksaan penunjang terbaik

107
Bedah Ortopedi
3A

Ruptur Ligamen &


Meniskus
3A

Anatomi

Structure Origin Insertion Primary Function

Resists anterior
Posterolateral
Anterior translation and
Anterior cruciate aspect of roof of
intercondylar internal rotation of
ligament (ACL) intercondylar
eminence of tibia tibia
notch of femur

Resists posterior
Anteromedial
Posterior cruciate Posterior tibial translation and
intercondylar
ligament (PCL) eminence external rotation
notch of femur
of tibia

Medial collateral Medial epicondyle Medial proximal


Resists valgus stress
ligament (MCL) of femur tibial metaphysis

Lateral collateral Lateral epicondyle


Fibular head Resists varus stress
ligament (LCL) of femur

109
Anterior Cruciate Ligament 3A

Pemeriksaan Fisik

LACHMAN TEST ANTERIOR DRAWER


TEST

Bila terasa tonjolan di anterior (+) Tibia translasi ke anterior

110
Anterior Cruciate Ligament 3A

Pemeriksaan Fisik

PIVOT TEST
(Macintosh)

Internal rotasi + valgus stress +


lutut fleksi 90 subluksasi tibia
ke anterior (20-30 )

111
Posterior Cruciate Ligament 3A

PEMERIKSAAN FISIK

POSTERIOR
PCL SAG TEST
DRAWER TEST

112
Meniscus 3A

PEMERIKSAAN FISIK
Mc Murray Test : Palpable pop / bunyi klik (+)
Ruptur Meniscus Medial : eksorotasi
Ruptur Meniscus Lateral : endorotasi
Apley Grind Test (+)
Thessaly Test (+)

113
Collateral Ligament 3A

Pemeriksaan Fisik

CEDERA LCL CEDERA MCL

114
Jenis Kelainan Nama Test
Anterior Cruciate Ligament (ACL) Anterior Drawer, Lachman Test, Pivot Shift Test (LaPAn)
Posterior Cruciate Ligament (PCL) Posterior Drawer, Sag Sign (PeSeg)
Lateral Collateral Ligament (LCL) Varus Test
LaRi MeGu
Medial Collateral Ligament (MCL) Valgus Test
Meniscus Apley Test, Thessaly Test, Mc-Murray Test
Lateral Endorotasi
MeSo LaDi
Media Eksorotasi

MED+EASY

115
Bedah Ortopedi
2

Flexor
Tenosinovitis
2

Definisi

Peradangan pada tendon dan sarung tendon flexor


Kompartemen fleksor jari

Manifestasi Klinis

Teraba hangat pada jari dengan riwayat trauma


Pergerakan terbatas
Tidak ada deformitas

Kanavel Sign

Edema difus (sausage digit)


Nyeri saat ekstensi pasif
Jari pada posisi fleksi
Nyeri sepanjang pembungkus tendon fleksor

117
2

118
Bedah Ortopedi
2

Duchenne
Muscular
Dystrophy
2

Duchenne Muscular Dystrophy

Merupakan kelainan otot progresif oleh karena mutase gen distrofin


Distrofin berperan dalam menghubungkan sitoskeleton dalam sel otot
Diturunkan oleh kromosom X-Linked Resesif umumnya pada laki-laki
Onset 2-5 tahun

Gejala Klinis

Dimulai dari otot proksimal pada ext. bawah


Pseudohipertrofi
Kesulitan berdiri
Waddling gait
Lumbar lordosis

120
2

Klinis Khas

Gower sign (+) : saat pasien akan berdiri maka pasien harus menggunakan
tangannya dan menopang pada lutut disebabkan kurangnya kekuatan otot
pinggul dan paha Gower Sign

Pemeriksaan Penunjang

Kreatinin Kinase Serum


Analisis genetik (Gold Standard)
Tes Fungsi Hati
DNA testing
EMG
121
Duchenne Muscular Dystrophy

122
Bedah Ortopedi
2

Osteogenesis
Imperfecta
1

Definisi

Kelainan pembentukan jaringan kolagen disebabkan oleh mutasi gen COL1A1 dan COL1A2
sehingga pembentukan kolagen tipe 1 terganggu
Cenderung mengalami fraktur multipel akibat trauma ringan-sedang (brittle bone disease)
Terjadi kerapuhan tulang, penipisan kulit, skoliosis, kerapuhan gigi dan gangguan pendengaran

Pemeriksaan

Anamnesis :
Riwayat prenatal : ditemukan patah tulang panjang saat usg
Riwayat perinatal : fraktur
Riwayat keluarga: adanya kematian perinatal, patah tulang berulang, gigi rapuh
(dentinogenesis imperfecta)
Pemeriksaan fisis : berdasarkan jenis dan tipe OI. Fraktur dan osteopenia merupakan gambaran
khas klinis OI

124
Osteogenesis Imperfecta MED+NOTES

Sillence Classification of Osteogenesis Imperfecta

Tipe Pewarisan Sklera Manifestasi Kecil

Bentuk ringan
Autosomal dominan
Gangguan pendengaran
Tipe I Gangguan kuantitatif pada Biru
(50%)
kolagen
Terbagi tipe A dan B

Autosomal resesif
Tipe II Biru Letal pada perinatal
Gangguan kuallitatif pada kolagen

Autosomal resesif Bentuk yang paling berat


Tipe III Normal
Gangguan kuallitatif pada kolagen Fraktur saat lahir

Tipe IV Moderate severity


Autosomal dominan
Normal Pendengaran normal
Gangguan kuallitatif pada kolagen
Terbagi tipe A dan B

125
1

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi :
Penipisan korteks
Osteopenia
Saber shins
Radiografi skull : Wormian bones
Laboratorium : peningkatan ALP Histologi Tulang OI
Histologi Saber Shins

Worminan
bones

126
1

Tatalaksana

Pencegahan Fraktur

Early bracing
Bifosfonat
Transplantasi sumsum tulang

Penanganan Fraktur

Observasi
Operatif : fixation with telescoping rods and Fixation with telescoping
fixation with load sharing device rods

127
Bedah Ortopedi
3A

Nursemaid Elbow
3A

Merupakan dislokasi yang umum terjadi pada


anak-anak disebabkan oleh subluksasi dari
ligamentum anular akibat traksi longitudinal pada
tangan secara tiba-tiba
Ligamentum anular akan berada diantara kaput
radii dan capitelum
Anak cenderung mempertahankan posisi siku
sedikit fleksi dan telapak tangan pronasi
Tatalaksana :
Reduksi tertutup dengan teknik hiperpronasi
pada lengan bawah
Reduksi terbuka (jarang)

129
Bedah Ortopedi
2

Developmental
Dysplasia Of The
Hip
2

Definisi

Instabilitas, subluksasi dan dislokasi dari caput femoris dan/atau dysplasia acetabular pada
perkembangan sendi panggul
Etiologi pasti belum diketahui

Faktor Resiko

Riwayat keluarga
Presentasi bokong
Oligohidramnion
Penyakit terkait kelemahan ligamentum

Manifestasi Klinis

Perbedaan panjang tungkai


Lipat kulit paha tidak simetris
Galleazi/Allis/Perkins test (+), test barlow-ortolani (+)

131
2

Pemeriksaan Fisik

Barlow Mencoba mendislokasi dengan adduksi dan fleksi hip serta diberikan penekanan ke bawah

Mencoba mereduksi panggul dengan fleksi dan abduksi panggul diberikan penekanan ke
Ortolani
atas
2

Tatalaksana

Bertujuan untuk reduksi sendi panggul agar


dapat mempertahankan stabilitas sedini
mungkin

Usia Tatalaksana

Lahir 6 bulan Pavlic Harness

7 24 bulan Hip-Spina Cast

24 72 bulan Open reduction dengan osteotomy pelvis/femoral


Bedah-2

MED QUIZ
+
Seorang pria berusia 27 tahun datang ke IGD karena
mengeluh nyeri pada bahu kanan setelah terjatuh saat main
futsal. Tidak ada keluhan kesemutan. Pada pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan abduksi, eksorotasi pada bahu kanan.
Apakah diagnosis pada kasus ini?
A. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke anterior
B. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke posterior
C. Dislokasi articulatio acromioclavicular
D. Fraktur humerus 1/3 proximal
E. Fraktur clavicula 1/3 lateral

135
Seorang pria berusia 27 tahun datang ke IGD karena
mengeluh nyeri pada bahu kanan setelah terjatuh saat main
futsal. Tidak ada keluhan kesemutan. Pada pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan abduksi, eksorotasi pada bahu kanan.
Apakah diagnosis pada kasus ini?
A. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke anterior
B. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke posterior
C. Dislokasi articulatio acromioclavicular
D. Fraktur humerus 1/3 proximal
E. Fraktur clavicula 1/3 lateral

136
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ayahnya ke poliklinik
dengan keluhan kelainan cara berjalan. Dari hasil anamnesis diketahui
anaknya sering terjatuh saat berjalan dan kesulitan saat menaiki tangga.
Anaknya juga kesulitan saat melompat dan tidak bisa berlari. Paman
pasien meninggal saat usia 15 tahun karena penyakit otot. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada otot panggul, Gower sign
(+) dan tampak pseudohipertrofi pada betis.
Apakah uji laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis
pasien tersebut?
A. Kadar Alkali Phospatase
B. Kadar Urokinase
C. Kadar Kreatinin Kinase
D. Kadar Glukokinase
E. Kadar Katalase
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ayahnya ke poliklinik
dengan keluhan kelainan cara berjalan. Dari hasil anamnesis diketahui
anaknya sering terjatuh saat berjalan dan kesulitan saat menaiki tangga.
Anaknya juga kesulitan saat melompat dan tidak bisa berlari. Paman
pasien meninggal saat usia 15 tahun karena penyakit otot. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada otot panggul, Gower sign
(+) dan tampak pseudohipertrofi pada betis.
Apakah uji laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis
pasien tersebut?
A. Kadar Alkali Phospatase
B. Kadar Urokinase
C. Kadar Kreatinin Kinase
D. Kadar Glukokinase
E. Kadar Katalase
Bedah-2

Bedah Onkologi
Bedah Onkologi
3A

Benjolan
Payudara
Diagnosis Banding Benjolan Payudara 2

BENIGNA MALIGNA

Kenyal Keras
Nyeri +/- Irreguler
Reguler, halus Terfiksasi ke kulit / dinding dada
Mobile, tidak terfiksasi Skin dimpling
Tidak ada skin dimpling Discharge bloody
Tidak ada retraksi puting Retraksi putting
Ulkus

141
2

Fibroadenoma Kista Payudara


Tumor Filodes Ca Payudara
(FAM) (Fibrokistik)
Tumor invasif, nyeri, skin
dimpling, retraksi nipple,
Tumor padat, halus,
nipple discharge peau
Tumor padat jinak dari multinodular,
Kantung berisi cairan, , hiperemis/livid,
stromal dan epitel, berukuran cukup
biasanya multiple, ukuran ulkus
berkapsul, teraba besar, biasanya > 15
Ciri-ciri bervariasi dalam siklus Disertai penyebaran ke
padat tetapi mobile, cm. Jika terlalu
menstruasi karena nodus limfa (nodul aksila,
pertumbuhan ukuran besar dapat
dipengaruhi hormon leher, supra/infra
lambat, tidak nyeri menyebabkan
klavikula)
nekrosis.
Metastasis : hati, paru,
tulang

Sering pada usia Sering pada usia


Epidemiologi Sering pada usia >35 tahun, Sering pada usia >40 tahun
<30 tahun 40-50 tahun

Diagnosis Triple diagnosis : Klinis + Radiologis + HistoPA Gold standard


2

Fibrokisti
Fibroadenoma Ca Payudara
k

Skin dimpling

Retraksi puting Discharge

Tumor Phyllodes Peau Ulkus payudara


Bedah Onkologi
2

Keganasan
Tulang
2

Osteosarcoma Ewing Sarcoma Osteochondroma

Predileksi Metafisis Diafisis Metafisis

Usia <30 tahun 10 20 tahun <30 tahun

Codman triangle Onion skin /


Sunburst multilaminar Cauliflower
Rontgen
appereance periosteal mushroom
Lesi litik tulang reaction

145
2

Osteoid Osteoma Osteoclastoma Chondrosarcoma

Predileksi Diafisis Diafisis Metafisis

Usia/khas <30 tahun Teraba massa >30 tahun

Kalsifikasi
Nidus (+) Soap buble
Rontgen Intramedular like
Sklerotic halo appereance
popcorn

146
MED+EASY

Kondrosarkoma = lesi pop KORN


oSteosarComa = Sunburst pada segitiga COdmann
Ewing sarcoma = Ewing anak bawang

147
Bedah Onkologi

Tumor Jinak Kulit


4

Definisi

Tumor dari jaringan lemak yang dikelilingi kapsul fibrosa tipis


Lipomatosis = lipoma multiple pada daerah kaya jaringan lemak

Pemeriksaan fisik

Massa soliter, diameter < 5 cm


Tidak ada perubahan kulit di atasnya
Lunak, batas tegas, mobile terhadap dasar, permukaan rata/licin, pseudofluktuasi
(slippage sign)

149
4
4

Tatalaksana
Tidak memerlukan tindakan apapun, kecuali
cepat membesar & nyeri serta mengganggu
fungsi atau gerak
Eksisi
Penyuntikan steroid
Liposuction

Kriteria rujukan :
1. Ukuran >6 cm dengan progresif cepat
2. Ada gejala nyeri spontan/tekan
3. Predileksi di lokasi dekat saraf/pembuluh darah

151
Tumor Jinak Kulit
Kista Ateroma Kista Epidermoid Kista Dermoid Lipoma Neurofibroma

Dermal (folikel rambut,


Struktur asal Kelenjar sebasea Epitel (keratin) Sel adiposa Neural crest cell
kelenjar eringat)

Usia Semua usia Dewasa muda Sejak lahir (kongenital) Semua usia Dewasa muda

Nodul tidak nyeri Nodul tidak nyeri Nodul subkutaneus tidak


Nodul subkutan
Mobile Mobile nyeri Nodul multiple nyeri
Khas Mobile
Tumbuh perlahan Tumbuh perlahan Terfiksasi Café au lait spot
Slippage sign (+)
Puncta (+) Puncta (+/-) Terdapat rambut

Kepala, leher, bahu,


Predileksi Wajah, kepala, leher, punggung Kepala, leher, ovarium Badan, tangan, kaki
punggung

Tatalaksana Eksisi

152
2

Kista Ganglion = Kista yang berisi cairan bening


kental dengan dinding tipis yang berasal dari
tonjolan selaput sinovial/sarung tendo

153
2

Ganglion cyst Baker cyst

Kista pada poplitea yang berasal


Kista yang berisi cairan bening
dari pembengkakan jinak atau
dan kental dengan dinding tipis.
Definisi herniasi membran synovial. Biasa
Berasal dari tonjolan selaput
berasal dari kondisi arthritis
synovial sendi atau sarung tendo
maupun luka pada ligamen.

Letak Di sekitar sendi subkutis Di sekitar sendi subkutis


Posterior condylus medialis di
Pergelangan tangan, antara otot gastrocnemius caput
Predileksi
pergelangan kaki medial dan otot
semimembranosus

154
Bedah-2

MED QUIZ
+
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun diantar ke klinik
dengan keluhan nyeri dan bengkak di paha kanannya. Pasien
juga mengeluhkan mudah lelah dan berat badannya turun 5
kg dalam sebulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik TTV dalam
batas normal, status lokalis teraba massa dan nyeri tekan
pada paha kanannya. Dilakukan foto X-ray dengan
gambaran seperti berikut :
Apakah diagnosis pada kasus di atas?
A. Osteocondroma
B. Osteoblastoma
C. Ewing Sarcoma
D. Multiple Myeloma
E. Osteosarcoma
156
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun diantar ke klinik
dengan keluhan nyeri dan bengkak di paha kanannya. Pasien
juga mengeluhkan mudah lelah dan berat badannya turun 5
kg dalam sebulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik TTV dalam
batas normal, status lokalis teraba massa dan nyeri tekan
pada paha kanannya. Dilakukan foto X-ray dengan
gambaran seperti berikut :
Apakah diagnosis pada kasus di atas?
A. Osteocondroma
B. Osteoblastoma
C. Ewing Sarcoma
D. Multiple Myeloma
E. Osteosarcoma
157
Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke puskesmas karena
terdapat benjolan pada lengan atas kanan. Benjolan muncul sejak
5 bulan yang lalu dan dirasakan terjadi pembesaran yang cukup
signifikan. Keluhan disertai dengan nyeri pada benjolan. Pada
pemeriksaan fisik pada regio brachium dextra didapatkan massa
dengan diameter 8 cm, batas tegas, konsistensi kenyal, mobile (+),
nyeri tekan (+), punctum (-) dan sewarna dengan kulit sekitar.
Apakah diagnosis dan tatalaksana yang tepat untuk kasus di atas?
A. Kista ateroma, eksisi
B. Abses, insisi
C. Lipoma, eksisi
D. Lipoma, rujuk
E. Liposarkoma, rujuk
Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke puskesmas karena
terdapat benjolan pada lengan atas kanan. Benjolan muncul sejak
5 bulan yang lalu dan dirasakan terjadi pembesaran yang cukup
signifikan. Keluhan disertai dengan nyeri pada benjolan. Pada
pemeriksaan fisik pada regio brachium dextra didapatkan massa
dengan diameter 8 cm, batas tegas, konsistensi kenyal, mobile (+),
nyeri tekan (+), punctum (-) dan sewarna dengan kulit sekitar.
Apakah diagnosis dan tatalaksana yang tepat untuk kasus di atas?
A. Kista ateroma, eksisi
B. Abses, insisi
C. Lipoma, eksisi
D. Lipoma, rujuk
E. Liposarkoma, rujuk
Bedah-2

Bedah Plastik
Bedah Plastik
4
3B

Luka Bakar
4
3B
Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman
Depth

Epidermal

Superficial Deep
dermal

I IIA IIB III IV Full skin thickness

Superficial Partial Deep Partial Full Thickness Fourth Degree


Superficial Burn
Thickness Burn Thickness Burn Burn Burn Organ dalam

MED+NOTES
Derajat 1 tidak
diperhitungkan
dalam %TBSA!

Bullae jangan
dipecahkan!
4
3B
Rule of Nine

18%

Dewasa dan anak Tahun Anak <10 tahun : Untuk setiap


pertambahan tahun, ambil 1% dari kepala
dan tambahkan ke tiap kaki 0,5%

163
4
3B
Tatalaksana

Rumus Parkland
Fluid resuscitation Monitor urine output setiap jam
Monitor TTV, SpO2, EKG, analisis gas darah

Analgesia Morphine 0,05 0,1 mg/kg, IV, Titrasi sesuai efek

X-Ray (sering: tulang belakang, toraks, panggul)


Test (trauma lain)
Lab: DPL, laktat, faktor pembekuan (persiapan op), SGOT/SGPT (listrik), Ur/Cr (listrik)

NGT (>10% TBSA anak-anak , >20% TBSA dewasa) gastroparesis pada luka bakar
Tubes
Kateter urin untuk pantau output urin

Target Urine Output:


0,5-1 ml/kg/jam (dewasa
1-1,5 ml/kg/jam (anak)

164
4
3B
Penghitungan Cairan Luka Bakar

Kategori Luka Bakar Usia dan Berat Badan Penghitungan Cairan Urin Output
Dewasa dan anak (>14 0,5 ml/kg/jam
Api 2 ml x %TBSA x BB
tahun) 30-50 ml/jam
Anak (<14 tahun) 3 ml x %TBSA x BB 1 ml/kg/jam
1 ml/kg/jam
Infant dan anak (<30 kg) 3 ml x %TBSA x BB
4 ml x %TBSA x BB sampai 1-1,5ml/kg hingga urin
Listrik Semua usia
urin jernih jernih

Indikasi Resusitasi Cairan pada Luka Bakar

Luka bakar derajat I > 10% (usia <10 tahun dan >50 tahun)
Luka bakar derajat II >20% (usia 10-50 tahun)
Luka bakar derajaat III dan IV

165
4
3B
Indikasi Rawat Inap

Luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas permukaan >10% pada pasien <10 tahun atau
>50 tahun
Luka bakar derajat 2 dengan luas permukaan >20% pada usia berapapun
Luka bakar derajat 3 dengan luas permukaan >5% pada usia berapapun
Luka bakar signifikan pada wajah, tangan, kaki, alat kelamin, atau perineum
Luka bakar karena tersengat listrik/petir
Luka bakar signifikan akibat bahan kimia
Trauma inhalasi, trauma mekanis, atau penyakit medis lain
Luka bakar yang membutuhkan dukungan sosial, emosional, atau rehabilitasi jangka
panjang, terutama apabila dicurigai kekerasan pada anak

166
4
3B
Komplikasi

Trauma Inhalasi akibat inhalasi asap dan zat iritatif lainnya, dapat mengakibatkan
trakeobronkitis dan pneumonitis akut. Tanda-tanda: rambut hidung terbakar, luka bakar
wajah, sputum berkarbon, serak, bunyi stridor, level karboksihemoglobin melebihi 15%
setelah 3 jam post-eksposure. Terapi awal O2 100%, Pemasangan ETT segera
Keloid dan Hipertopik Skar. Keloid adalah keadaan dimana bekas luka timbul
meninggi, tumbuh melampaui batas luka asli. Sedangkan hipertropik skar adalah
keadaan mirip keloid tetapi penebalan tidak melebihi batas luka asli
Kontraktur : Pencegahan: menutup luka sedini mungkin dengan split-skin graft

167
Bedah Plastik
3B

Cleft Lip Palate


2

Definisi

Merupakan kelainan kongenital berupa bibir,


gusi, atau palatum yang tidak menyatu,
dengan atau tanpa kelainan hidung

Terminologi

Labioschisis : hanya bibir yang tidak menyatu


Palatoschisis : hanya palatum yang tidak
menyatu
Labiopalatoschisis : bibir dan palatum tidak
menyatu

169
2

Cleft Lip

Unilateral Incomplete

Unilateral Complete

Bilateral Complete

Cleft Palate

Incomplete Cleft Palate

Unilateral Complete Lip & Palate

Bilateral Complete Lip & Palate

170
2

LABIOPLASTY PALATOPLASTY
, yaitu : Dilakukan sebelum usia 2 tahun, dengan
Berat badan anak lebih dari 10 ponds waktu ideal sebelum usia 18 bulan
(sekitar 5kg) Hal ini terkait, apabila diperlukan operasi
Usia anak lebih dari 10 minggu ulangan (apabila tersisa celah pada
Hb anak minimal 10 gr% operasi sebelumnya) dapat tuntas
Leukosit anak kurang dari 10.000 dilakukan sebelum usia 2 tahun
Keterlambatan koreksi anatomi langit-
langit akan menyebabkan anak akan
sengau secara permanen

171
Bedah Plastik
3B

Le Fort Fracture
Le-fort Fracture 3B

Le fort 1 : floating jaw


Le fort 2 : floating maxilla
Le fort 3 : floating face

BARTON FIXATION
dipakai pada fraktur
mandibular

Le Fort I Le Fort II Le Fort III

Garis fraktur Garis fraktur Garis fraktur


transversal, melalui melalui
antara akar infraorbital rim zygomatic arch,
gigi dan dinding lateral
bawah nasal pyramidal orbita, dan regio
floor floating nasofrontal
palate floating maxilla floating face
173
Bedah-2

MED QUIZ
+
Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke IGD RS dengan
keluhan kulit pada tungkai kaki sebelah kanan melepuh setelah
terkena air panas sekitar 30 menit yang lalu. Nyeri dijumpai pada
tungkai kaki kanan. Pasien masih mampu untuk berjalan. Pada
pemeriksaan tanda vital didapati tekanan darah 120/80 mmHg,
denyut nadi 110x/menit, regular, frekuensi napas 22x/menit, suhu
tubuh 37,8 C. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai edem, bulla
(+) multiple, dasar lesi pucat pada ekstremitas inferior dextra.
Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien ini?
A. Combutio grade I
B. Combutio grade IIA
C. Combutio grade IIB
D. Combutio grade III
E. Combutio grade IV

175
Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke IGD RS dengan
keluhan kulit pada tungkai kaki sebelah kanan melepuh setelah
terkena air panas sekitar 30 menit yang lalu. Nyeri dijumpai pada
tungkai kaki kanan. Pasien masih mampu untuk berjalan. Pada
pemeriksaan tanda vital didapati tekanan darah 120/80 mmHg,
denyut nadi 110x/menit, regular, frekuensi napas 22x/menit, suhu
tubuh 37,8 C. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai edem, bulla
(+) multiple, dasar lesi pucat pada ekstremitas inferior dextra.
Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien ini?
A. Combutio grade I
B. Combutio grade IIA
C. Combutio grade IIB
D. Combutio grade III
E. Combutio grade IV

176
Seorang pasien anak berusia 2 bulan dibawa ke poli RS
dengan keluhan BB tidak bertambah. Riwayat persalinan
lahir normal dengan BBL 2400 gr. BB sekarang 2500 gr. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan dagu dan rahang kecil,
tampak celah pada bibir pasien.
Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Palatoschisis
B. Cleft Palate
C. Cleft Lip and Palate
D. Labioschisis
E. Labiopalatoschisis
177
Seorang pasien anak berusia 2 bulan dibawa ke poli RS
dengan keluhan BB tidak bertambah. Riwayat persalinan
lahir normal dengan BBL 2400 gr. BB sekarang 2500 gr. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan dagu dan rahang kecil,
tampak celah pada bibir pasien.
Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Palatoschisis
B. Cleft Palate
C. Cleft Lip and Palate
D. Labioschisis
E. Labiopalatoschisis
178
Bedah-2

Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense+

Anda mungkin juga menyukai