Hulinggi Mata Kuliah : Perancangan dan Pengembangan Kurikulum Topik 3 : Elaborasi Pemahaman
Pemahaman Capaian Dalam UbD
Understanding By Design memiliki capaian dalam pembelajaran berupa pemahaman.
Pemahaman dalam hal ini diartikan secara mendalam dimana peserta didik tidak hanya mengetahui sebuah topik dan pembahasannya, tetapi segala hal yang berkaitan dengan pemahaman tersebut, dan pada dasarnya pemahaman itu merupakan salah satu bentuk dari hasil belajar, dan pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar, karena proses untuk memahami suatu pengetahuan itu perlu diikuti dengan belajar dan juga berpikir. Di dalam pemahaman capaian Understanding By Design, terdapat 6 pemahaman capaian belajarnya, diantaranya: 1. Mampu menjelaskan Peserta didik dapat dikatakan telah memahami suatu masalah belajar apabila peserta didik mampu menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip, memberikan contoh fenomena, fakta, dan data secara sistematis; dapat membuat atau memberikan contoh atau ilustrasi. Sebagai contoh pada mata pelajaran PPKn, peserta didik mempelajari materi kebangkitan nasional tahun 1908. Peserta didik dapat dikatakan telah memahami apabila peserta didik mampu menyebutkan dan menjelaskan secara sistematis peristiwa kebangkitan nasional. 2. Mampu menfasirkan Peserta didik dikatakan telah memahami masalah belajar apabila peserta didik dapat menafsirkan dengan menceritakan masalah belajar dengan penuh makna, menawarkan terjemahan yang tepat, memberikan dimensi historis atau pribadi yang terbuka untuk ide dan peristiwa; mengkonstruksi objek sesuai pemahaman pribadi atau dapat diakses melalui gambar, anekdot, analogi, dan model. Dalam konteks pemahaman UbD pada materi PPKn tentang Sumpah Pemuda, peserta didik dikatakan telah memahami apabila mampu menafsirkan makna dan tujuan Sumpah Pemuda, mengaplikasikannya dalam konteks kehidupan sehari-hari, serta memahami implikasi dari peristiwa tersebut dalam pembentukan identitas nasional. 3. Mampu menerapkan Peserta didik dikatakan telah memahami masalah belajar apabila peserta didik dapat menerapkan dengan bukti secara efektif menggunakan dan menyesuaikan apa yang mereka ketahui dalam konteks yang beragam. Misalnya, dalam konteks capaian UbD pada mata pelajaran PPKn tentang norma-norma, peserta didik dikatakan telah memahami apabila mereka mampu menerapkan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai peserta didik maupun sebagai warga masyarakat. 4. Memiliki perspektif Peserta didik dikatakan telah memahami masalah belajar apabila peserta didik dapat melakukan perspektif dengan kemampuan sudut pandang secara kritis, mampu membangun gambaran mengenai materi/teori/prosedur belajar. Contohnya pada mata pelajaran PPKn, materi keberagaman tentang Bhinneka Tunggal Ika, setelah pendidik menayangkan sebuah video misalkan tentang keberagaman daerah, keberagaman suku, dan lain-lain, peserta didik mampu memberikan sudut pandangnya mengenai keberagaman Bhinneka Tunggal Ika tersebut. Apabila peserta didik mampu memberikan sudut pandangnya mengenai materi tersebut, artinya capaian pembelajarannya tercapai. 5. Memiliki empati Peserta didik dikatakan telah memahami masalah belajar apabila peserta didik dapat berempati dengan menemukan nilai yang ditemukan atau dirasakan orang lain walaupun dirasa aneh, atau tidak masuk akal; menggambarkan persepsi sensitif berdasarkan pengalaman langsung peserta didik terhadap masalah belajar (berkenaan dengan materi, teori, tema, dll) yang pernah dirasakan peserta didik sebelumnya. Contohnya, ketika dikelas sedang membahas pelajaran sejarah tentang peristiwa Sumpah Pemuda, jadi peserta didik tidak hanya terpaku pada pengertian peristiwa itu saja, tetapi peserta didik menjadi bisa memahami dengan baik tentang alasan dibalik diadakannya Sumpah Pemuda dan bagaimana peristiwa ini penting bagi setiap individu maupun negara. 6. Memiliki pengetahuan diri Apabila peserta didik memiliki pengetahuan diri dengan menunjukkan kesadaran metakognitif; memahami gaya pribadi, prasangka, proyeksi, dan kebiasaan pikiran yang membentuk pemahaman peserta didik itu sendiri, peserta didik mampu menuangkan arti pembelajaran dan pemahaman. Salah satu contoh konkritnya dari mata pelajaran PPKn yaitu Bhinneka Tunggal Ika, dimana peserta didik bisa mempelajari tentang budaya yang berbeda-beda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu bersatu menjadi satu kesatuan. Tidak hanya itu peserta didik akan lebih paham tentang bagaimana sebuah perbedaan yang ada dan tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai penghalang dalam mencapai sebuah tujuan.
Saya sebagai anggota kelompok 6 membahas mengenai konsep “memiliki pengetahuan
diri” tertarik untuk membahas pendapat kelompok 5 mengenai “memiliki empati”. Menurut kelompok 5, berempati adalah kesadaran mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Berempati adalah cara peserta didik untuk bertoleransi atau memahami perasaan orang baik dalam menghapi suatu masalah, proses pembelajaran, dan lainnya. Empati adalah daya untuk memahami atau merasakan yang dialami orang lain dari sudut pandang mereka yakni daya untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain. Berangkat dari pandangan kelompok 5 terkait dengan berempati dalam pemahaman UbD tidak jauh berbeda dengan hasil yang saya temukan dalam artikel terkait dengan empati dalam pemahaman UbD tersebut. Peserta didik dikatakan telah memahami masalah belajar apabila peserta didik dapat berempati dengan menemukan nilai yang ditemukan atau dirasakan orang lain walaupun dirasa aneh, atau tidak masuk akal; menggambarkan persepsi sensitif berdasarkan pengalaman langsung peserta didik terhadap masalah belajar (berkenaan dengan materi, teori, tema, dll) yang pernah dirasakan peserta didik sebelumnya. Empati artinya kemampuan menaruh diri di posisi orang lain, merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya. https://www.aminherwansyah.net/2022/09/enam-aspek-pemahaman-wiggins.html