Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

METODE FFQ

Dosen Pengampu:
Farah Paramita, S.Gz., M.P.H.
Zahra Anggita Pratiwi, S.Gz., M.P.H.

Oleh:
Kelompok 1

Aurelia Faza Sepbrina NIM. 220344613854


Muhammad Yusuf Al- Badwani NIM. 220344613871
Neni Nur Apriah NIM. 220344613866
Vivi Viranda Sania Putri NIM. 220344613844

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan
Praktikum Penilaian Konsumsi Pangan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penilaian
Konsumsi Pangan.
Sebelum laporan ini ditulis kami telah melakukan praktikum penilaian
konsumsi pangan pada responden dengan metode Food Frequency Questionnaire
(FFQ) Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Farah Paramita, S.Gz., M.P.H. dan Ibu
Zahra Anggita Pratiwi, S.Gz., M.P.H. atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan
praktikum, dan menulis laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini kami menyadari, masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Kami berharap laporan yang kami tulis dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 19 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………..……………………..…1

DAFTAR ISI………………………………………………………………...………...2

BAB I PENDAHULUAN…………………………..………………………..…...…..3
A. Latar Belakang…………………………………..…………………..………...…...3
B. Tujuan ……………………………………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………....……………….…...5

BAB III METODE ………………………………………………..…………………..7


A. Prosedur Kerja……...………………………………………………………….......7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………...8


A. Hasil…………………………………………………………..……………………8
B. Identitas Responden…………………………………………….…...…………......8
B. Pembahasan…………………………………………………....………..………...12

BAB V KESIMPULAN……………………………………………..………………16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……………….17

LAMPIRAN…………………………………………..…………...…..…………….18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei konsumsi pangan merupakan serangkaian kegiatan pengukuran
konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan
menggunakan metode yang sistematis, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
umum konsumsi pangan individu, kelompok dan masyarakat baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif dalam rangka menilai status gizi secara tidak langsung.
Beberapa metode penilaian status gizi yang bisa dilakukan pada berbagai survei
konsumsi pangan secara kuantitatif maupun kualitatif adalah food recall, food list,
food record, food weighing (penimbangan), food frequency Questionnaire, dan
lain-lain, yang masing masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
Salah satu metode penilaian status gizi yang akan kita bahas adalah food
frequency Questionnaire (FFQ). FFQ merupakan metode untuk mengukur kebiasaan
makan individu atau keluarga sehari – hari sehingga dapat diperoleh gambaran pola
konsumsi makan secara kualitatif.
Menggali informasi frekuensi makan makanan tertentu individu yang diduga berisiko
tinggi menderita defisiensi gizi atau kelebihan asupan gizi tertentu pada periode
waktu yang lalu.
Metode FFQ berbeda dengan metode lain, karena jenis makanan yang
ditanyakan adalah tertutup. Pernyataan tertutup artinya hanya makanan yang ada
dalam daftar yang akan diinvestigasi kepada subjek. Daftar berbagai jenis makanan
dan minuman yang ada dalam FFQ dibuat sedemikian rupa melalui studi pendahuluan
kebiasaan makan subjek atau populasi (sirajuddin 2015). Pengisian formulir dapat
dilakukan oleh responden atau melalui wawancara pengumpul data. Metode FFQ juga
dikembangkan, penyempurnaan metode ini dengan menambahkan informasi
tambahan berupa porsi makan, jadi informasi ini berguna untuk menghitung lebih
lanjut kandungan zat gizinya, pendekatan ini disebut semi-FFQ.

3
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penggunaan formulir metode Food Frequency
Questionnaire (FFQ).
2. Untuk mengetahui frekuensi rata-rata konsumsi pangan individu per hari, minggu,
dan bulan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Food Frequency Questionnaire merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar frekuensi makan seseorang terhadap beberapa bahan
pangan yang tidak asing bagi seseorang tersebut selama kurun waktu tertentu seperti
hari, minggu, bulan, hingga tahun (Supariasa, 2001). FFQ juga mampu
mengidentifikasi zat gizi spesifik dari bahan pangan yang menjadi bahan pengamatan,
hingga menggambarkan zat gizi secara menyeluruh. Terdapat 3 komponen utama
yang ada dalam instrumen FFQ, yaitu daftar pangan, frekuensi responden
mengkonsumsi makanan, dan standar porsi untuk FFQ pendekatan kuantitatif
(Rodrigo dkk., 2015). Dalam formulir FFQ daftar makanan telah dicantumkan
terlebih dahulu oleh pengamat, namun bahan pangan lain juga dapat ditambahkan di
tengah proses pengumpulan data jika pengamat mendapati penambahan bahan pangan
selama proses tersebut.
Hasil survey dari pengukuran dengan metode FFQ digunakan untuk
menggambarkan peran makanan terhadap luaran kesehatan/penyakit tertentu, seperti
kaitan kebiasaan konsumsi pangan yang dapat menyebabkan permasalahan gizi.
Daftar pangan di dalam formulir FFQ harus dipastikan cukup representatif dan sesuai
dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Daftar pangan
yang ditambahkan di formulir menyesuaikan dengan ketersediaan pangan yang ada
dalam lingkungan populasi sebab ketersediaan bahan pangan sangat dipengaruhi oleh
kondisi masing-masing suatu daerah baik dari segi geografis, kondisi sosial-ekonomi,
atau budaya.
Food Frequency Questionnaire (FFQ) memiliki 2 pendekatan, kualitatif dan
kuantitatif. Pada FFQ dengan pendekatan kualitatif, detail jumlah yang dikonsumsi
oleh responden tidak ditanyakan seperti pada pendekatan kuantitatif. Hal itulah yang
menjadikan pendekatan kualitatif memiliki keterbatasan yang disempurnakan melalui
Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Jumlah yang
dikonsumsi merupakan bagian penting yang sulit dipisahkan dari survei konsumsi
(Shatenstein dkk., 2007). Frekuensi yang ditanyakan di dalam FFQ dapat

5
digambarkan sebagai angka bebas/terbuka, atau bisa juga ditetapkan dalam bentuk
frekuensi yang sudah dikategorisasi. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dapat
diaplikasikan melalui berbagai metode, baik melalui wawancara oleh
enumerator/petugas lapang, maupun diisi langsung oleh responden. Responden harus
dipastikan mengetahui tata cara pengisian sebelum mengikuti survei dengan
menggunakan FFQ yang diisi langsung oleh responden.
Studi pendahuluan pada kelompok sasaran dengan menggunakan jumlah
responden yang lebih sedikit diperlukan untuk memastikan kuesioner FFQ yang
disusun tepat dan efisien. Kuesioner yang terlalu panjang dapat menyebabkan
kejenuhan dan kelelahan pada responden, yang berkaitan dengan penurunan
ketepatan jawaban. Banyaknya jenis pangan di dalam FFQ idealnya tidak lebih dari
200 jenis agar proses pengambilan data dapat dilakukan dalam kurun waktu 20-30
menit (Rodrigo dkk., 2015). Jadi beberapa bahan pangan yang jarang atau tidak
dikonsumsi dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan di dalam daftar.
Makanan yang dapat dimasukkan yaitu makanan yang memiliki frekuensi
konsumsi tinggi di masyarakat setidaknya 80% populasi dengan frekuensi minimal 1
minggu sekali dikonsumsi oleh masyarakat. Skor konsumsi pangan dapat dihitung
berdasarkan frekuensi konsumsi bahan makanan, semakin sering dikonsumsi maka
akan mendapatkan skor yang semakin besar pula. Berikut skor konsumsi pangan
menurut frekuensi: lebih dari 3 kali/ hari memiliki skor 50, 1 kali perhari 25 skor, 3-6
kali/minggu 15 skor, 1-2 kali/minggu 10 skor, 2 kali sebulan 5 skor, dan jika tidak
pernah mengkonsumsi suatu bahan pangan diberi skor 0.

6
BAB III
METODE
3.1 Identitas Responden
Pada Praktikum Penilaian Konsumsi Pangan , M. Alba melakukan assessment
terhadap Rendy Firmansyah dengan metode food Frequency Questionnaire . Rendy
berusia 19 tahun.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum penilaian konsumsi pangan dengan
metode Food Frequency Questionnaire yaitu Formulir FFQ
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada penilaian konsumsi pangan dengan metode Food Frequency
Questionnaire

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Nama Subjek : Rendy Firmansyah


Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Wawancara : 15 Oktober 2023
Pewawancara : M. Yusuf Al-Badwani
Alamat :Jl. Argo Pucak Dusun Sobo Desa Gedangan

Frekuensi Konsumsi (Skor Konsumsi Pangan)

No Bahan >3 kali / 1 kali/ 3-6 kali 1-2 kali/ 2 kali Tidak
Makanan hari hari /minggu minggu sebulan pernah
(50) (25) (15) (10) (5) (0)

A. Makanan Pokok

1. Nasi ✔

2. Jagung ✔

3. Singkong ✔

4. Sagu ✔

5. Kentang ✔

6. Roti ✔

B. Lauk Hewani

7. Daging Sapi ✔

8. Sosis ✔

8
9. Udang Basah ✔

10. Cumi-Cumi ✔

11. Kepiting ✔

12. Bandeng ✔

13. Kakap ✔

14. Ayam ✔

15. Hati Ayam ✔

16. Telur Ayam ✔

17. Telur Itik ✔

18. Telur Puyuh ✔

19. Belut ✔

20. Ikan Asin ✔

21. Ikan Kering ✔

C. Lauk Nabati

22. Kacang Hijau ✔

23. Kacang ✔
Kedelai

24. Kacang Merah ✔

25. Kacang Mete ✔

26. Petai ✔

27. Tahu ✔

28. Tempe ✔

29. Kacang Tanah ✔

D. Sayuran A

9
30. Gambas ✔

31. Selada ✔

32. Jamur Kuping ✔

33. Lobak ✔

34. Oyong ✔

35. Ketimun ✔

36. Daun Bawang ✔

37. Labu Air ✔

38. Selada Air ✔

E. Sayuran B

39. Bayam ✔

40. Daun Kecipir ✔

41. Pepaya ✔

42. Sawi ✔

43. Terong ✔

44. Labu Siam ✔

45. Wortel ✔

46. Kol ✔

47. Labu Wuluh ✔

48. Brokoli ✔

49. Buncis ✔

50. Daun Kacang ✔

51. Pare ✔

52. Rebung ✔

10
F. Sayuran C

53. Bayam Merah ✔

54. Daun ✔
Singkong

55. Daun Katuk ✔

56. Daun Mlinjo ✔

57. Nangka Muda ✔

58. Daun Pepaya ✔

G. Buah- buahan

59. Alpukat ✔

60. Apel Malang ✔

61. Dukuh ✔

62. Jambu Air ✔

63. Jambu Bol ✔

64. Jeruk Garut ✔

65. Kedondong ✔

66. Mangga ✔

67. Melon ✔

68. Markisa ✔

Jumlah Skor 7 x 50 = 0 6 x 15 = 1 x 10 = 9x5= 0


Konsumsi 350 90 10 45

11
4.2 PEMBAHASAN
Metode FFQ merupakan metode untuk mengukur kebiasaan makan individu
atau keluarga sehari – hari sehingga dapat diperoleh gambaran pola konsumsi makan
secara kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggali informasi frekuensi makan
makanan tertentu yang diduga memiliki hubungan defisiensi gizi atau kelebihan
asupan gizi tertentu pada periode waktu yang lalu. Metode FFQ ini memiliki
beberapa prinsip yaitu :
1. Studi pendahuluan
Perlu dilakukan studi pendahuluan karena kita harus mengetahui pasti
jenis makanan yang berhubungan dengan penyakit tertentu, dan mencari tahu
ketersediaan makanan pada daerah yang akan diamati. Sehingga dalam
formulir memuat makanan yang sering dikonsumsi dan memiliki hubungan
dengan penyakit tertentu yang akan diamati.
2. Daftar makanan dan minuman
Untuk memperoleh daftar bahan pangan, dilakukan dengan cara studi
pendahuluan. Makanan yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan gizi
sebaiknya tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar. Tujuan agar wawancara
lebih efektif dan kekerapan konsumsi makanan lebih akurat. Makanan yang
dianjurkan adalah makanan yang frekuensinya relative tinggi dikonsumsi
masyarakat setidaknya 80% populasi dengan frekuensi minimal 1 minggu.
3. Kelompok bahan makananan
Skor konsumsi pangan dapat dihitung berdasarkan kelompok bahan
pangan Kelompok bahan pangan meliputi, bahan makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Dengan begitu, kita dapat melihat
kontribusi setiap sumber bahan makanan terhadap skor total konsumsi
pangan.
4. Periode waktu
Metode FFQ juga memiliki prinsip pengukuran dalam durasi waktu
yang lama. Meliputi waktu mingguan, bulanan dan harian. Periode

12
pengukuran waktu yang berjangka lama dimaksudkan untuk mendeskripsikan
peluang perbedaan konsumsi antar hari, minggu, dan bulanan.
5. Kalibrasi dengan metode lain
Karena Food Frequency Questionnaire bersifat kualitatif maka perlu
dikalibrasi dengan metode lain. Metode yang sering digunakan untuk kalibrasi
adalah metode Food Recall 24 Jam.
6. Mengukur kecenderungan
FFQ dilakukan untuk mengukur keragaman konsumsi pangan. Atas
prinsip
tidak ada satu bahan makanan mampu memenuhi semua kebutuhan zat gizi
Maka skor Konsumsi pangan identik dengan nilai sebaran.
7. Skor konsumsi pangan
Metode FFQ adalah metode yang didasarkan pada skor konsumsi
bukan pada jumlah yang dikonsumsi. Jadi penekanan pada jenis makanan
lebih penting karena ingin mengukur keragaman makanan yang dikonsumsi.
Jika skor konsumsi tinggi berarti makanan yang dikonsumsi beragam.
8. Kelompok literasi rendah
Pada umumnya metode FFQ digunakan dengan tanya jawab secara
langsung, maka dapat dilakukan pada kelompok atau individu dengan status
rendah literasi. Tidak diperlukan kemampuan baca tulis responden seperti
pada metode food account.
Langkah pertama yang dilakukan pada survei konsumsi pangan metode FFQ
yaitu, numerator memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan tujuan
melakukan wawancara konsumsi pangan, setelah dijelaskan numerator menanyakan
kepada responden apakah bersedia melakukan metode ini. Jika bersedia dilanjutkan
dengan menandatangani inform consent. Selanjutnya mulai melakukan wawancara
dengan menanyakan frekuensi makan setiap bahan makanan yang ada pada daftar,
numerator memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab tentang
kekerapan konsumsi. Numerator tidak boleh menambahkan bahan makanan
sembarangan, bahan makanan yang ditanyakan harus sesuai dengan bahan makanan

13
yang ada di daftar, yang diperoleh dari data studi pendahuluan. Selanjutnya
numerator menulis jawaban dari responden dengan memberi tanda centang pada
kolom yang sesuai dengan pilihan responden. Setelah formulir terisi semua, maka
numerator bisa menyampaikan ucapan terimakasih untuk mengakhiri sesi wawancara.
Numerator bisa melanjutkan dengan menambahkan seluruh skor konsumsi pada baris
akhir formulir FFQ dan menjumlahkan skor konsumsi pangan responden.
Pada responden Rendy diperoleh skor frekuensi konsumsi pangan dengan
frekuensi >3 kali / hari, dimana dalam frekuensi >3 kali / hari memiliki skor 50 dan
responden rendy hanya mengonsumsi 7 jenis bahan pangan pada frekuensi ini.
Sehingga diperoleh skor 7 x 50 = 350. Pada frekuensi 1 kali / hari diperoleh skor 0
responden Rendy tidak mengonsumsi jenis bahan pangan pada frekuensi tersebut.
Pada frekuensi 3-6 kali/minggu diperoleh skor 6 x 15 = 90, yang berarti responden
Rendy mengonsumsi 6 jenis bahan pangan pada frekuensi ini. Pada frekuensi 1-2
kali/minggu diperoleh skor 1 x 10 = 10, yang berarti responden Rendy hanya
mengkonsumsi 1 jenis bahan pangan pada frekuensi ini. Pada frekuensi 2 kali
sebulan diperoleh skor 9 x 5 = 45, yang berarti responden Rendy hanya mengonsumsi
9 jenis bahan pangan pada frekuensi ini. Jumlah bahan pangan yang tidak pernah
dikonsumsi oleh Responden Rendy sejumlah 45 bahan pangan. Sehingga jika
dijumlahkan skor konsumsi pangan yang diperoleh responden Rendy adalah 350 + 90
+ 0 + 10 + 45 + 0 = 495
Berdasarkan teori untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan
dengan masalah gizi tertentu skor yang diperoleh responden dibandingkan dengan
skor median populasi. Namun pada praktikum ini kami hanya melakukan penilaian
konsumsi pangan terhadap 1 individu bukan sebuah populasi, sehingga skor yang
didapatkan tidak dapat dibandingkan dengan skor median populasi.
Berdasarkan hasil formulir diperoleh bahwa tingkat kekerapan mengkonsumsi
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran B memiliki tingkat kekerapan
yang tinggi tetapi tidak beragam. Sedangkan konsumsi sayuran A, dan buah memiliki
tingkat kekerapan yang kurang, pada konsumsi sayuran tidak beragam akan tetapi
pada konsumsi buah sudah beragam. Tingkat kekerapan merupakan seberapa banyak

14
frekuensi responden mengkonsumsi bahan pangan pada setiap kelompok bahan
pangan. Semakin sering responden mengkonsumsi suatu bahan pangan, maka tingkat
kekerapannya juga semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Sedangkan tingkat
keberagaman merupakan seberapa banyak jenis bahan pangan yang dikonsumsi pada
kelompok bahan pangan. Semakin banyak jenis bahan pangan yang dikonsumsi
responden , maka semakin tinggi tingkat keragamannya, begitupun sebaliknya.

15
BAB V
KESIMPULAN

1. Dari hasil yang diperoleh, skor frekuensi konsumsi pangan pada responden
pada frekuensi >3 kali / hari diperoleh skor 350. Pada frekuensi 1 kali / hari
diperoleh skor 0. Pada frekuensi 3-6 kali/minggu diperoleh skor 90. Pada
frekuensi 1-2 kali/minggu diperoleh skor 10. Pada frekuensi 2 kali sebulan
diperoleh skor 45. Jumlah bahan pangan yang tidak pernah dikonsumsi oleh
responden sejumlah 45 bahan pangan. Sehingga jumlah skor konsumsi pangan
yang diperoleh responden adalah 350 + 90 + 0 + 10 + 45 + 0 = 495.
2. Responden memiliki tingkat kekerapan mengkonsumsi makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, dan sayuran B yang tingkat kekerapannya tinggi namun
tidak beragam. Sedangkan tingkat kekerapan konsumsi sayuran A, dan buah
tingkat kekerapannya kurang, dan pada konsumsi sayuran tidak beragam akan
tetapi pada konsumsi buah sudah beragam.
3. Saran untuk responden yaitu, responden dapat memperbanyak keragaman
makanan yang dikonsumsi agar kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. Setiap
bahan pangan memiliki kandungan zat gizi yang berbeda-beda. Semakin
banyak makanan yang dikonsumsi maka semakin banyak pula zat gizi yang
diperoleh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sirajuddin, S. T. (2018). SURVEY KONSUMSI PANGAN. Jakarta:


Indo.Kemkes.BPPSDM.

Huzaila Nur, E. Y. (2022). Gambaran Pola Makan Dan Kelelahan Kerja Pada Buruh
Angkat Di PT. Karya Mandiri Prima Kabupaten Langkat. Journal of Health
and Medical Science, 242-254.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai