Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia SD Kelas Tinggi
Dosen Pengampu: Dr. Dine Trio Ratnasari M. Pd
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, hidayah serta inayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Drama Anak dan Teknik Teknik
Mengajarkan Apresiasi Prosa Anak” yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Tinggi pada semester lima yang diampu
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Karena kesempurnaan
hanyalah milik-Nya. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik maupun saran yang
membangun demi perbaikan ke depanya. Selain itu kami juga berharap bahwa makalah ini
penyusun
1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan penulisan................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Drama Anak……………….. 6
2.1 KESIMPULAN………………………………………………………………. 13
2.2 SARAN……………………………………………………………................. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, drama merupakan jenis seni yang sangat terkenal dalam kehidupan
umat manusia. Dengan bantuan alat informasi dan hiburan yang canggih seperti televisi
dan siaran radio, drama semakin terkenal dan telah menjadi suatu keharusan dalam acara-
acara televisi. Tayangan dan film yang beraneka ragam telah menjadi alat hiburan yang
sangat diminati oleh banyak orang dan para pemirsa. Karena drama begitu terkenal maka
sangat baik bila drama digunakan sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai fisik dan
dasar. Pembelajaran seni drama di sekolah dasar, baik sebagai mata pelajaran tersendiri
sebagai muatan lokal maupun sebagai bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia perlu
mendapatkan penanganan yang lebih serius. Penanganan tersebut selain berkaitan dengan
Kabupaten Magetan, diketahui bahwa pembelajaran seni drama sebagai bagian dari
Pembelajaran apresiasi drama yang telah dilaksanakan oleh beberapa sekolah dasar
selama ini masih dapat dikatakan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya
kualitas pembelajaran tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyajian yang
tidak mengenai sasaran, saran belajar yang kurang menunjang dalam proses
pembelajaran, atau guru yang kurang menguasai materi sastra. Selain itu, juga dapat
3
diketahui bahwa kebanyakan sekolah belum mengupayakan suatu pembelajaran tentang
Hal ini perlu mendapat perhatian serius karena selain berkaitan dengan materi,
pengajaran drama di sekolah ternyata lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi siswa.
Selain melatih mental, jika dikelola dengan baik, pemain drama yang berbakat
dikemudian hari diharapkan dapat menjadi pekerja seni, khususnya pemain drama atau
Menurut Imam Syafe’i (2005: 16), tujuan pengajaran drama adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama. Ini berarti bahwa setelah
selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar drama diharapkan siswa dapat meningkatkan
menghargai drama sebagai karya sastra secara kreatif. Selain itu, diharapkan pula mereka
mampu mengomunikasikan hasil kegiatan mengapresiasi bentuk sastra itu kepada orang
lain, baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan mengapresiasi drama secara kreatif itu
diharapkan pula dapat mendorong siswa untuk berani menuangkan pengalaman, gagasan,
dasar, dalam kurikulum sekolah pun juga telah dinyatakan bahwa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia salah satunya terdapat pengajaran drama. Untuk itu, sudah bukan hal
yang istimewa jika di sekolah dasar-sekolah dasar perlu disampaikan pengajaran tentang
drama.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, pada kesempatan ini
khususnya sekolah dasar. Dalam hal ini, akan dilakukan pembahasan mengenai materi
4
tentang drama dan konsep pengajaran drama di sekolah yang relevan dengan kondisi
5
BAB II
PEMBAHASAN
Apresiasi drama adalah suatu kegiatan yang ada hubungannya dengan drama sehingga
membuat orang tersebut mampu memahami drama secara mendalam dan mampu
menghargai, dan menumbuhkan kepekaan pikiran kritis dan perasaan baik. Sementara itu,
yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggali, menghayati karya
sastra yang sesuai dengan anak-anak, sehingga tumbuh kecintaan, kesenangan, dan
6
aspek di luarnya, misalnya dengan mengaitkannya pada aspek kehidupan, maka kita telah
sampai
pada tingkat tertinggi (Rusyana, 1980).
Berdasarkan penjelasan mengenai apresiasi, dapat simpulkan bahwa kegiatan
apresiasi
menitikberatkan pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan mengkritik sastra,
maka
hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi sastra khususnya
kemampuan
kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik sastra itu terjadi perubahan sikap dalam
diri
kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain, maka
kita telah
sampai pada kompetensi afektif sastra. Dengan demikian, titik berat dari apresiasi terletak
pada
pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya sastra.
Apresiasi drama dapat disimpulkan sebagai upaya mengkaji drama untuk
memahami,
menghargai, dan menumbuhkan kepekaan pikiran kritis dan perasaan yang baik
2.1 Apresiasi Drama
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap
karya sastra (Effendi, 2002). Kata menggauli atau mengakrabi biasanya berkaitan
dengan
hubungan sosial, misalnya kita berusaha mempererat hubungan dengan teman atau
tetangga
baru. Oleh sebab itu, apresiasi sastra pun seyogianyalah dipahami sebagai usaha
mempererat
hubungan antara kita sebagai pembaca karya sastra dan karya sastra itu sendiri sehingga
terjalin
hubungan yang bersifat emosional, imajinatif, dan intelektual.
Apresiasi memiliki tingkatan-tingkatan, mulai dari yang terendah hingga yang
tertinggi.
Apresiasi tingkat pertama terjadi apabila kita mengalami pengalaman yang tertuang di
dalam
karya sastra. Kita terlibat secara imajinatif, emosional, dan intelektual dengan
karya sastra.
Apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual kita bekerja lebih giat, misalnya
dengan
mencermati karya satra sebagai sebuah bangunan utuh yang di dalamnya terdiri atas
paduan
unsur-unsur. Apabila kita menyadari pula bahwa ada kaitan antara karya sastra dengan
aspek-
aspek di luarnya, misalnya dengan mengaitkannya pada aspek kehidupan, maka kita telah
sampai
pada tingkat tertinggi (Rusyana, 1980).
Berdasarkan penjelasan mengenai apresiasi, dapat simpulkan bahwa kegiatan
apresiasi
7
menitikberatkan pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan mengkritik sastra,
maka
hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi sastra khususnya
kemampuan
kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik sastra itu terjadi perubahan sikap dalam
diri
kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain, maka
kita telah
sampai pada kompetensi afektif sastra. Dengan demikian, titik berat dari apresiasi terletak
pada
pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya sastra.
Apresiasi drama dapat disimpulkan sebagai upaya mengkaji drama untuk
memahami,
menghargai, dan menumbuhkan kepekaan pikiran kritis dan perasaan yang baik
Apresiasi Drama
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap
karya sastra (Effendi, 2002). Kata menggauli atau mengakrabi biasanya berkaitan
dengan
hubungan sosial, misalnya kita berusaha mempererat hubungan dengan teman atau
tetangga
baru. Oleh sebab itu, apresiasi sastra pun seyogianyalah dipahami sebagai usaha
mempererat
hubungan antara kita sebagai pembaca karya sastra dan karya sastra itu sendiri sehingga
terjalin
hubungan yang bersifat emosional, imajinatif, dan intelektual.
Apresiasi memiliki tingkatan-tingkatan, mulai dari yang terendah hingga yang
tertinggi.
Apresiasi tingkat pertama terjadi apabila kita mengalami pengalaman yang tertuang di
dalam
karya sastra. Kita terlibat secara imajinatif, emosional, dan intelektual dengan
karya sastra.
Apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual kita bekerja lebih giat, misalnya
dengan
mencermati karya satra sebagai sebuah bangunan utuh yang di dalamnya terdiri atas
paduan
unsur-unsur. Apabila kita menyadari pula bahwa ada kaitan antara karya sastra dengan
aspek-
aspek di luarnya, misalnya dengan mengaitkannya pada aspek kehidupan, maka kita telah
sampai
pada tingkat tertinggi (Rusyana, 1980).
Berdasarkan penjelasan mengenai apresiasi, dapat simpulkan bahwa kegiatan
apresiasi
menitikberatkan pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan mengkritik sastra,
maka
hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi sastra khususnya
kemampuan
8
kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik sastra itu terjadi perubahan sikap dalam
diri
kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain, maka
kita telah
sampai pada kompetensi afektif sastra. Dengan demikian, titik berat dari apresiasi terletak
pada
pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya sastra
Apresiasi Drama
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap
karya sastra (Effendi, 2002). Kata menggauli atau mengakrabi biasanya berkaitan
dengan
hubungan sosial, misalnya kita berusaha mempererat hubungan dengan teman atau
tetangga
baru. Oleh sebab itu, apresiasi sastra pun seyogianyalah dipahami sebagai usaha
mempererat
hubungan antara kita sebagai pembaca karya sastra dan karya sastra itu sendiri sehingga
terjalin
hubungan yang bersifat emosional, imajinatif, dan intelektual.
Apresiasi memiliki tingkatan-tingkatan, mulai dari yang terendah hingga yang
tertinggi.
Apresiasi tingkat pertama terjadi apabila kita mengalami pengalaman yang tertuang di
dalam
karya sastra. Kita terlibat secara imajinatif, emosional, dan intelektual dengan
karya sastra.
Apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual kita bekerja lebih giat, misalnya
dengan
mencermati karya satra sebagai sebuah bangunan utuh yang di dalamnya terdiri atas
paduan
unsur-unsur. Apabila kita menyadari pula bahwa ada kaitan antara karya sastra dengan
aspek-
aspek di luarnya, misalnya dengan mengaitkannya pada aspek kehidupan, maka kita telah
sampai
pada tingkat tertinggi (Rusyana, 1980).
Berdasarkan penjelasan mengenai apresiasi, dapat simpulkan bahwa kegiatan
apresiasi
menitikberatkan pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan mengkritik sastra,
maka
hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi sastra khususnya
kemampuan
kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik sastra itu terjadi perubahan sikap dalam
diri
kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain, maka
kita telah
sampai pada kompetensi afektif sastra. Dengan demikian, titik berat dari apresiasi terletak
pada
pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya sastra
B. Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Drama Anak
9
Pembelajaran Apresiasi Drama Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Apresiasi Drama
meliputi:
1. Kriteria Keterbacaan
Keterbacaan artinya naskah drama tersebut mudah dicerna siswa, sehingga mereka dapat
menemukan tema dan peran yang terdapat di dalam naskah drama tersebut. Kriteria
Kejelasan Bahasa Maksudnya adalah istilah atau kata-kata yang digunakan dalam
dialog dalam naskah tersebut merupakan kata lugas dan dibangu dengan kalimat-
kalimat pendek serta dialog itu tidak terlalu panjang. Dengan demikian anak-anak akan
drama itu.
menyajikan tema secara lugas. Dengan demikian mereka dapat langsung mengenali
tema drama tersebut dan dapat langsung pula menemukan pesan-pesan yang terdapat di
Kesederhanaan Alur (babak dan adegan) Naskah drama bahan ajar, hendaknya beralur
maju. Usahakan jangan memilih naskah drama yang mempunyai lonjakan flash back
yang terlalu rumit. Hal ini aka mengakibatkan sukarnya menangkap keutuhan lakon
drama tersebut. Pilihlah lakon yang tidak terlalu panjang, sehingga tidak terlalu sering
berganti babak.
10
Kejelasan Watak Naskah drama yang dijadikan bahan ajar hendaknya menyajikan
watak masingmasing tokoh secara jelas. Maksudnya dapat dibedakan antara tokoh yang
satu dengan tokoh yang lainnya. Kejelasan watak ini dapat memudahkan Anda dan juga
2. Kriteria kesesuaian
artinya naskah drama tersebut sejalan dengan perkembangan psikologis anakanak dalam
fase usia siswa SD kelas tinggi. Dengan demikian naskah tersebut cocok untuk dijadikan
bahan ajar. Bukankah bahan ajar apresiasi drama itu harus juga menunjang usaha
pembinaan manusia seutuhnya dan harus mampu menyentuh kepekaan histrionis anak?
menempatkan diri dalam kedudukan orang lain, lalu menirukan tingkah laku orang lain
itu).
bahan yang sesuai dengan fase perkembangan psikologis siswa. Naskah drama yang
dipilih hendaknya memenuhi persyaratan tersebut. "Kegiatan drama bagi anak-anak harus
tidak merupakan beban, tidak membosankan anak-anak" Begitulah yang semestinya! Jadi
walaupun Anda hendak menanamkan moral tertentu, hendaknya pesan itu tidak terasa
Jika demikian, jelaslah bahwa kedua kriteria tersebut merupakan hal yang harus
11
3) siswa menonton drama
4) siwa meniru
dramanya sendiri.
Memberikan apresiasi drama pada anak tentu saja akan memberikan tujuan dan manfaat
yang baik pada anak. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat apresiasi drama anak:
a. Nilai personal
b. Nilai Pendidikan
dan secara kreatif dapat merancang (aspek naskah) dan memainkan lakon (aspek
pementasan).
Kegiatan langsung yang terwujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra (drama) pada
12
memberikan penilain pada drama yang ditampilkan anak. Bentuk kegiatan ini perlu
mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan anak dalam rangka mengapresiasi drama.
Kegiatan ini dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra (drama), membaca
artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di buku drama maupun koran.
mempelajari buku – buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian
terhadap suatu karya sastra serta mempelajari Sejarah sastra. Kegiatan itu disebut kegiatan
apresiasi secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya
Tingkat keterbacaan ialah mudah tidaknya suatu prosa untuk dicerna, dihayati,
dipahami, dan dinikmati oleh siswa. Untuk dapat memenuhi kriteria keterbacaan prosa
yang akan dijadikan materi pembelajaran apresiasi hendaknya memenuhi persyaratan sbb:
Prosa atau cerita rekaan yang akan dijadikan materi pembelajaran hendaknya
b) Kejelasan Tema
Tema cerita sebaiknya terbuka sehingga bisa langsung ditemukan oleh siswa.
c) Kesederhanaan Plot.
13
Cerita anak yang akan disajikan sebaiknya berplot maju, artinya rangkaian cerita
berjalan kronologi dari awal hingga akhir. Sebaiknya tidak dipilih plot sorot balik (flash
back) yang rumit, sehingga adanya kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam
d) Kejelasan Perwatakan
Dipilih cerita-cerita yang disajikan secara sederhana sehingga anak-anak dapat dengan
mudah menangkap sosok tokoh-tokoh cerita tersebut. Demikian pula pesan-pesan yang
terdapat dalam cerita tersebut dengan mudah dapat ditangkap oleh anak.
e) Kesederhanaan Latar
Latar dalam cerita sebaiknya tidak berbeda jauh dengan lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan sosial anak, sehingga mereka merasa akrab dengan suasana dalam cerita
tersebut. Hal ini dapat membantu mempermudah pemahaman anak terhadap cerita.
Pilihlah cerita anak yang pusat Pengisahan konsisten. Artinya tidak banyak berganti
fokus. Jika terlalu banyak berganti fokus akan menyulitkan anak-anak mengikuti jalan
cerita. Sudut pandang orang pertama (aku) sebagai tokoh pertama ada kecenderungan
2. Tingkat Kesesuaian
Yang dimaksud tingkat kesesuaian adalah cocok tidaknya materi prosa sebagai bahan
ajar yang sesuai dengan usia siswa. Kesesuaian tersebut berkaitan dengan:
pemilihan bahan ajar prosa, karena anak-anak akan lebih tertarik oleh cerita dengan fase-
fase tertentu. Fase-fase perkembangan psikologis siswa sesuai dengan kelompok usia.
14
Usia 6-9 Tahun Pada usia 6-9 tahun, anak-anak menyukai cerita sederhana dari
cerita-cerita lucu, seperti Kebai Malang, Si Kebayan, dan sebagainya. Usia 9-12 Tahun
Pada usia ini, anak-anak hampir sama sekali tidak menyukai "Fairy tales" lagi,
sebaliknya perhatian mereka lebih tertarik pada cerita-cerita yang menggambarkan pahit
manisnya hidup kekeluargaan yang dilukiskan dengan cara yang lebih realistis. Di
samping itu mereka juga menyukai cerita-cerita fantastis (science-fiction), dan cerita
pembelajaran apresiasi prosa juga harus mempunyai kandungan moral yang baik.
Kandungan moral ini dapat dipelajari dari tema dan amanat cerita. Lewat cerita yang
Karena itu dipilih cerita-cerita yang mengandung tersebut. Dengan demikian, selain
mengajarkan sastra juga sekaligus membimbing moral dan budi pekerti siswa.
1. Mendengarkan cerita
4. Siswa bertukar pengalaman, kegiatan ini dilakukan setelah siswa membaca atau
mendengarkan cerita.
Teknik menganalisis cerita merupakan teknik lanjutan, teknik ini pun dilakukan setelah
mendengarkan atau membaca cerita. Yang dianalisis yaitu unsurunsur intrinsik dan
ekstrinsik. Dituntut peran guru untuk membantu siswa dapy menemukan unsur-unsur
15
intrinsik dan ekstrinsik dari cerita anak yang dibacanya. Guru harus mampu menampilkan
pembelajaran di atas.
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Apresiasi drama dapat disimpulkan sebagai Upaya mengkaji drama untuk memahami,
menghargai, dan menumbuhkan kepekaan pikiran kritis dan perasaan baik. Sementara itu,
yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggali, menghayati karya
sastra yang sesuai dengan anak-anak, sehingga tumbuh kecintaan, kesenangan, dan
A. Kriteria keterbacaan
B. Kriteria kesesuaian
16
A. Kriteria Tingkat Keterbacaan
B. Kriteria Kesesuaian
A. Mendengarkan cerita
2.2 Saran
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
bentuk maupun dari segi isi. Semoga makalah ini dapat membantu pembaca dalam
meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan kriteria bahan pengajaran apresiasi drama anak
DAFTAR PSUTAKA
17