ORIGENES
ORIGENES
“Tokoh Origenes”
Disusun oleh:
Andreas Yohanes
NIM.
2310247
Dosen Pengampu :
Bernat Sitorus, M. Th
NIDN : 0125057202
BANDAR BARU
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Origenes adalah salah satu tokoh Gereja yang terkenal dari sekian banyak
tokoh dalam Gereja. Biografi hidupnya paling jelas disusun oleh Eusibius, seorang
sejahrawan, dalam buku keenamnya yang bertemakan “Sejarah Gereja”. Karya-karya
Origenes mengagumkan dan mempengaruhi kehidupan orang Kristen, baik saat dia
masih hidup, maupun setelah dia meninggal. Tulisan ini hendak membahas satu
bagian kecil dari sekian banyak tulisannya, yakni On Prayer.
Origenes (185-253) adalah seorang apologet Kristen, ekseget Kitab Suci dan
teolog. Dia lahir di Alexandria dari keluarga kristen yang memberikannya pendidikan
Kitab Suci dan ilmu-ilmu lainnya. Penganiayaan di Alexandria mengakibatkan
kematian ayahnya, saat dia belum berumur 17 tahun. Saat berumur 18 tahun, dia
belajar banyak tentang pendidikan kristiani. Ketika sekolah-sekolah berkembang, dia
memasukinya dan mengembangkan berbagai pengetahuan sekaligus kedisiplinan.1
1
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary of Christian Missions (USA: Wm. B.
Eerdmans Publishing Co., 2003), hlm. 507.
2
Johannes Guasten, Patrology: Volume II ( USA: Spectrum, 1952), hlm. 38-39.
Tahun 231 Origenes meninggalkan Alexandria menuju Kaisarea. Dari sini
dimulailah periode kedua hidupnya. Uskup Kaisarea menugaskan Origenes untuk
membentuk sebuah sekolah teologi di Kaisarea. Di sana Origenes mengabdikan
hidupnya selama hampir dua puluh tahun. Gregorius menulis bahwa Origenes
menyuruh semua muridnya untuk membaca semua karya filsuf-filsuf kuno, kecuali
mereka yang menyangkal keberadaan Tuhan dan penyelenggaraan Ilahi. Di sana pula
ia mengembangkan tulisan-tulisannya. Karena penganiayaan Decian tahun 250 dia
dipenjara dan sangat menderita. Dia meninggal di Tyre pada 253M di umur ke-69
karena sakit.3
3
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
4
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
5
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary…, hlm. 508 .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karya-Karya Origenes
Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.7 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 8 Karya-
karya eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa
tulisan, yakni: scholia, khotbah dan komentar.
6
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
7
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
8
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.
Sementara itu di Aleksandria terjadi per uhahan yang baru. Kini yang menjadi
uskup di sana adalah Dionysius, bekas murid Origerina. Dionysius mengundang
Origenes kembali ke Aleksandria untuk memimpin sekolah kateketik i sana. Namun,
muncul penghambatan Decius dan Origenes ditangkap serta dipenjarakan. Mes kipun
ia dibebaskan kemudian tatkala Decius mati, tubuhnya sudah sangat lemah akibat
peng aninyaan yang dideritanya selama dalam penja ra. Tak lama kemudian Origenes
meninggal pada tahun 254 dan dikuburkan di Tirus. Dalam bidang ilmu toologi,
Origenes men
Jasanya sangat besar dalam bidang studi kritik teks. Dialah orang pertama
yang meng usahakan suatu perbandingan naskah-maskah Alkitah. Karya yang agung
itu dinamakan Hexa plo karena terdiri dari enam kolom. Kolom per tama dan kedua
memuat naskah asli, yaitu Ibra ni dan Yunani, kokım ketiga dan seterusnya ma sing-
masing memuat naskah terjemahan Septu aginta, Aquilla, Summachus dan
Theodotion. Karyanya menjadi sumbangan besar hagi pene litian naskah-naskah
Alkitab oleh para ahli bi blika pada zaman sekarang ini.
9
Bella, Julius I. "Dogma Pastor Tyrrell." Sejarah Gereja , jilid. 8, tidak. 4, 1939, hlm.316–341
Karya ini ditulis untuk membela kabersaran iman Kassten Celsus, morarng fileuf
Epikurean Pandangan-pandangan serangan toka Origmes te
B. On Prayer
1) Gambaran Umum
Bila awalnya Origenes menciptakan karya yang penuh dengan ide-ide filsafat
dan teologis, kini karyanya beralih ke arah spiritualitas. Wescott berpendapat bahwa
tak ada tulisan Origenes yang lebih bebas dari kesalahan karakteristik atau lebih penuh
dengan pemikiran cemerlang daripada karyanya On Prayer. Erasmus berpendapat
bahwa karya Origenes ini sejalan dengan cara hidupnya yang selalu menginspirasi di
manapun.16
Di dalam karyanya ini, Origenes membahas segala topik tentang doa, dimulai
dari hal-hal yang paling umum: seberapa sering kita harus berdoa, kapan saja kita
harus berdoa, di mana kita harus berdoa, bagaimana sikap kita seharusnya ketika
berdoa dan apa yang harus kita doakan. Pandangan Origenes memengaruhi perilaku
hidup religius Kristen pada jamannya. On Prayer membuat suatu langkah penting
dalam perkembangan kesalehan Kristiani.17
Traktat tentang doa secara umum juga terdapat dalam De Oratione dari
Tertullianus, De Oratione dari St. Gregorius dari Nissi dan De Sacramentum dari St.
Ambrosius. Namun On Prayer dari Origenes adalah seri panjang pertama yang
mengkhususkan diri untuk membahas subjek doa secara umum dan doa Bapa Kami
secara khusus.18
2) Isi
Terpisah dari pengantar dan penutup, karya ini terdiri dari tiga bagian yang
mencakup masalah-masalah umum sekaitan dengan doa (Bab 3-17), komentar atas
14
John J. O’ Mearn, Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom (New York: Newman Press,
1953), hlm. 66.
15
Joseph Wilson Trigg, Origen (London: SCM Press LTd, 1983), hlm. 157.
16
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
17
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
18
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 9.
doa Bapa Kami (bab 18-30) dan dan beberapa poin tambahan (Bab 31-33), yang
berkaitan dengan sikap dari tubuh dan jiwa, gerak-gerik, tempat dan arah doa. 19
Pendekatannya adalah penjelasan yang berdasarkan Kitab Suci. Dalam bagian penutup
(epilog), Origenes mengatakan bahwa dia menemukan masalah dalam doa dan
pertanyaan tentang doa sebagaimana terdapat dalam Injil, khususnya Injil Matius. 20
Origenes juga memohon kepada Ambrosius dan Tatiana untuk berpedoman pada
tulisan ini sampai dia bisa memberikan yang lebih baik lagi, lebih indah dan lebih
menyeluruh. Namun Origenes tidak pernah mampu memenuhi janji ini.21
Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 22
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari
apa yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan
masa depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang?
Bukankah doa kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan atau
tidak mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah merencanakan
keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi keselamatan atau untuk
menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah merencanakan hukuman bagi kita,
maka doa pun percuma saja. 23
Bagian kedua adalah komentar Origenes atas doa Bapa Kami. Pengaruh
Platonisme terhadap pemikiran Origenes paling jelas tampak dalam interpretasinya
atas doa Bapa Kami. Pada bagian penghantar, Origenes membandingkan perbedaan
doa Bapa Kami versi Lukas dan Matius. Origenes lebih memilih Injil Matius sebagai
titik tolaknya sekalipun tetap menghubungkannya dengan Injil Lukas. Pemilihan Injil
Matius membuatnya harus menghubungkan isi doa tersebut dengan konteks dalam
Injil tersebut.28
25
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
26
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 67.
27
Poulat 1996 , hal. 46-102.
28
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 161.
Setelah bagian penghantar, dia memberikan suatu interpretasi tentang kata
pembuka dalam doa tersebut: “Bapa kami yang ada di surga”. Dia menekankan bahwa
Perjanjian Lama tidak memakai sebutan “Bapa” bagi Allah, sebagaimana yang dipakai
oleh orang Kristen. Dia berpendapat bahwa hanya mereka yang sudah menerima Roh
Kudus dan menunjukkan bahwa mereka adalah anak-anak serta gambar Allah lewat
tindakan mereka, dapat menghayati doa ini dengan tepat. Seluruh hidup manusia
seharusnya mengatakan: “Bapa kami yang ada di surga”, karena hidup kita seharusnya
bersifat surgawi bukan duniawi.29 Ungkapan “Bapa Kami” juga berarti bahwa manusia
mengungkapkan keinginannya untuk dibentuk seperti gambar Allah.30
Dalam ungkapan “di atas bumi seperti di atas surga”, manusia meminta agar
mereka yang hidupnya dikuasai oleh dunia menjadi seperti mereka yang hidupnya
penuh keutamaan seperti di surga. Kemudian, ungkapan “berilah kami roti setiap hari”
bukan berarti Yesus mengajarkan bahwa manusia harus meminta Tuhan untuk
memberikan roti jasmani. Bila demikian, maka terjadi inkonsistensi dengan perkataan
Yesus. Yesus berkata bahwa manusia harus mencari hal-hal surgawi dan hal-hal
duniawi akan ditambahkan kepadanya. Dalam Yohannes 6:27 Yesus berkata:
“janganlah bekerja untuk makanan yang dapat binasa, untuk makanan yang bertahan
sampai kepada hidup yang kekal”.31 Itu berarti, Allah tidak mendorong manusia untuk
meminta hal-hal material. Roti yang harus diminta oleh manusia itu adalah roti dari
Sabda Allah, yakni kebijaksanaan dan kebenaran.32
29
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 67.
30
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 161.
31
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 162.
32
Vian, Giovanni. "Un mondo modernista? Perhatikan partire dai rapporti a norma della
Pascendi". Penerimaan dan Penerapan Ensiklik Pascendi . hlm.265–296
percobaan, itu artinya orang tersebut berdoa agar Allah memampukannya untuk
mengatasi percobaan ketika percobaan datang.33
Dalam hal sikap selama berdoa, Origenes berpendapat bahwa semua pujian
seharusnya dilakukan menghadap ke Timur dengan mata terangkat dan lengan
terbuka. Hal ini menandakan bahwa jiwa seseorang sedang mengarah kepada cahaya
sejati, matahari kebenaran dan keselamatan, yakni Kristus. 34 Origenes menyarankan
dengan spesifik bahwa berdoa kepada Tuhan itu sekurang-kurangnya tiga kali sehari:
pagi, siang dan malam. Sangat baik bila berdoa di tempat yang mendukung pikiran
kita kepada disposisi yang tepat terhadap doa. Seseorang harus menghindari berdoa di
tempat tidur pasangan yang sudah menikah, karena tidak pantas berdoa di tempat yang
sudah pernah terjadi hubungan seksual. Manusia harus memulai dan mengahiri doa
dengan memuliakan Allah atas rahmat dan meminta rahmat spiritual. Origenes tidak
menyadiakan bentuk baku dalam doa namun menyediakan contoh doa dengan
memakai mazmur-mazmur.35
Lewat karya ini Origenes menekankan bahwa efek dari doa tergantung pada
tiga persiapan interior. Pertama, manusia harus melawan dosa untuk membersihkan
hatinya. Kedua, pertarungan melawan apapun yang mencemarkan tersambung dengan
perjuangan yang berkelanjutan untuk membebaskan jiwa dari afeksi yang tidak
teratur, dengan suatu perjuangan melawan semua nafsu. Dalam komentar terhadap
Matius 5:22, Origenes menjelaskan bahwa hanya mereka yang seluruhnya berdamai
dengan tetangga-tetangga merekalah yang mampu berhubungan dengan Allah.
Ketiga, manusia harus menjauhkan semua hal yang mengganggu pikiran dan hatinya,
sekalipun itu semua memiliki kegunaan tertentu. Hanya setelah itu semua dilakukan,
seseorang mampu mendekati Yang Ilahi. Semakin baik jiwa dipersiapkan lebih awal,
lebih cepat pula permintaan dikabulkan oleh Tuhan. Namun penting diingat bahwa
sekalipun semua langkah telah dilakukan, doa tergantung pada rahmat Roh Kudus,
yang berdoa bagi manusia dan memimpin manusia dalam doa.36
dan Tübingen. In sangat mahir dalam bahasa Yunani dan bahasa bram, yang
mengantarny untuk mengenal Kitab Suci dalam bahasa atli nya. Erasmus menyatakan
bahwa ia adalah se orang ahli bahasa Ibrani sesudah Reuchlin. Se waktu belajar di
Tübingen, in menjalin hubung an yang sangat baik dengan Melanchthon, salah
seorang tokoh reformasi yang serkenal itu.
Pada tahun 1515 ia menerima panggilan dari Christoph von Utenheim, uskup
Basel, untuk berkhotbah di katedral kota itu. Utenheim adalah seorang uskup yang
ingin mengadakan reformasi dalam jemaatnya. Oeculampadas bersahabat de ngan
Krasmus selama Eraamus berdiam di Basel, namun mereka berbeda sikap terhadap
pembaru an gereja.
Origenes juga berpendapat bahwa dalam doa manusia berbicara kepada Tuhan
seperti sedang berada di dalam surga. Tentu saja Allah bukannya berada di surga
seperti berada di tempat tertentu; Kenaikan Yesus ke surga membawa membuat
manusia malah memahami bahwa surga itu berada di suatu tempat di atas langit.
Kenaikan itu lebih kepada kenaikan pikiran daripada kenaikan tubuh. Pemuliaan nama
Allah dan kedatangan kerajaan Allah merujuk pada pengudusan diri. Kita berdoa agar
nama Allah dimuliakan dalam pekerjaan baik kita dan kerajaan Allah memasuki hidup
kita.38
37
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 160.
38
Losito, Giacomo; Talar, Charles JT, penyunting. (2017). Modernisme, mistik, mistisisme .
Paris: Juara Kehormatan. ISBN 9782745344496.
Origenes. Kelas kelas yung rendah dipercayakan kepada Hera clan, sedangkan ia
sendiri mengajar kelas-kelas yang tinggi.
Origenes lahir dari sebuah keluarga Kris ten yang sangat saleh pada tahun 185
di kota Aleksandria, Mesir. Tampaknya ia telah dibaptis sejak kecil sesuai dengan
kebiasaan gereja di sana. Ayahnya adalah seorang ahli pidato aching ga in sendiri
mengajarkan ilmu retorika kepada anaknya. Origenes belajar teologi pada Clemens
dari Aleksandria. Sedangkan filsafat dipelajari nya dari Ammonius Saccas, yang
dipandang seba gai pendiri aliran filanfat Neo-Platonieme.
Sejak kecil Origenos sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci oleh orang
tuanya. Ia dibiana kan untuk menghafal ayat-ayat Alkitab sehing ga ia dapat
menghafal sebagian besar ayat Alki tab. Sebelum tidur malam ayahnya biasa mem
bacakan cerita-cerita dari Alkitab kepadanya Pada tahun 202 di Aleksandria terjadi
pengham batan atas orang Kristen, yaitu pada masa pe merintahan Kaisar Septimius
Severus. Ayahnya. Leonidas, ditangkap dan dipenjarakan. Origenes juga ingin
menyerahkan dirinya agar ia mati se hagai martır, namun ibunya menyembunyikan
pakaiannya sehingga keinginannya tidak terca pai bagai gantinya Origenes menulis
surat he pada ayahnya, yang menasihati ayahnya agar jangan menyangkal Kristus.
Pada tahun 200, saat berumur 18 tahun, in diangkat menjadi pemimpin sekolah
kateketik di Aleksandria oleh Demeterius, uskup Aleksan dria. Sebab, pemimpin
sekolah tersebut, yaitu Clemens dari Aleksandria, melarikan diri akibat penghambatan.
Origaneu mencurahkan seluruh perhatiannya untuk memimpin sekolah terse
kafir dan orang Kristen anhingga menimbulkan iri hati Demeterius. Origenas
didakwa menyam paikan ajaron-ajaran sesat yang menodai kekris tenan dengan
pemikiran-pemikiran kafir. Deme terius mengadakan sinode di Aleksandria pada tahun
231 dan sekali lagi pada tahun 232, yang menyatakan ajaran Origenes sesat serta
jabatan presbiternya dicabut. Origenes dikucilkan dari gereja Aleksandria. Keputusan
ini diberitahu kan kepada gereja-gereja lain. Uskup Roma
C. Penutup
Ide-ide dari karya Origenes memiliki efek dalam sejarah spiritualitas Kristen.
Tulisan-tulisan Origenes dibaca oleh rahib-rahib Mesir awal dan hukum-hukum biara
monastik terdahulu menunjukkan pengaruh Origenes, khususnya dalam sikap mereka
terhadap doa dan compunction. On Prayer milik Origenes menginspirasi Gereja
dalam sejarah perkembangannya. Kiranya pandangan umat Allah yang membaca
tulisan On Prayer ini dapat diperkaya dengan selalu membandingkannya dengan
ajaran resmi Gereja.
39
Arnold 1999 , hal. 245–250
DAFTAR PUSTAKA
Harun Hadiwijono. (1993). Teologi Reformatis Abad Ke-20. Jakarta: BPK Gunug
Mulia.
John W. De Grucy. (2006). Agama Kristen dan Demokrasi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Larry L. Rasmussen. (2010). Kmonunits Bumi: Etika Bumi, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Mariana Febriana Lere Dawa. (2016). Mengenal Secara Singkat Teologi Kontenporer.
Malang: Media Nusa Creative.
Martin E. Mary. (2011). Letters and Papers from Prison. New Jersey: PrincetonUP .