Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH GEREJA UMUM

“Tokoh Origenes”

Disusun oleh:

Andreas Yohanes

NIM.

2310247

Dosen Pengampu :

Bernat Sitorus, M. Th

NIDN : 0125057202

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Origenes adalah salah satu tokoh Gereja yang terkenal dari sekian banyak
tokoh dalam Gereja. Biografi hidupnya paling jelas disusun oleh Eusibius, seorang
sejahrawan, dalam buku keenamnya yang bertemakan “Sejarah Gereja”. Karya-karya
Origenes mengagumkan dan mempengaruhi kehidupan orang Kristen, baik saat dia
masih hidup, maupun setelah dia meninggal. Tulisan ini hendak membahas satu
bagian kecil dari sekian banyak tulisannya, yakni On Prayer.

B. Riwayat Hidup Singkat

Origenes (185-253) adalah seorang apologet Kristen, ekseget Kitab Suci dan
teolog. Dia lahir di Alexandria dari keluarga kristen yang memberikannya pendidikan
Kitab Suci dan ilmu-ilmu lainnya. Penganiayaan di Alexandria mengakibatkan
kematian ayahnya, saat dia belum berumur 17 tahun. Saat berumur 18 tahun, dia
belajar banyak tentang pendidikan kristiani. Ketika sekolah-sekolah berkembang, dia
memasukinya dan mengembangkan berbagai pengetahuan sekaligus kedisiplinan.1

Kehidupan Origenes erat dengan bidang pendidikan. Sebagai seorang


pendidik, garis hidupnya dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, Origenes sebagai
kepada sekolah di Alexandria pada tahun 203-231. Dia memperoleh murid-murid
bahkan dari kaum heretik dan sekolah-sekolah filsuf Pagan. Dia mengajar dialektika,
fisika, matematika, geometri, astronomi, filsafat dan teologi spekulatif. Pada 216, dia
diminta oleh Uskup dari Kaisarea untuk memberikah khotbah dan penjelasan Kitab
Suci kepada para imam sekalipun Origenes bukanlah imam. Namun superiornya,
Demetrius dari Alexandria, menyalahkan Origenes karena tindakannya tersebut.
Origenes disuruh kembali ke Alexandria. Demetrius kemudian memanggil sinode
yang mengekskomunikasi Origenes dari Gereja di Alexandria. Setelah kematian
Demetrius pada 232, Origenes berniat kembali ke Alexandria, namun penggantinya,
Heraklas, mengulangi ekskomunikasi yang serupa.2

1
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary of Christian Missions (USA: Wm. B.
Eerdmans Publishing Co., 2003), hlm. 507.
2
Johannes Guasten, Patrology: Volume II ( USA: Spectrum, 1952), hlm. 38-39.
Tahun 231 Origenes meninggalkan Alexandria menuju Kaisarea. Dari sini
dimulailah periode kedua hidupnya. Uskup Kaisarea menugaskan Origenes untuk
membentuk sebuah sekolah teologi di Kaisarea. Di sana Origenes mengabdikan
hidupnya selama hampir dua puluh tahun. Gregorius menulis bahwa Origenes
menyuruh semua muridnya untuk membaca semua karya filsuf-filsuf kuno, kecuali
mereka yang menyangkal keberadaan Tuhan dan penyelenggaraan Ilahi. Di sana pula
ia mengembangkan tulisan-tulisannya. Karena penganiayaan Decian tahun 250 dia
dipenjara dan sangat menderita. Dia meninggal di Tyre pada 253M di umur ke-69
karena sakit.3

Origenes adalah perintis dari berbagai ajaran misi. Karya-karyanya sangat


fenomenal dan menuai banyak kontroversi. Namun itu bukan berarti dia bukanlah
seorang Kristen. Di awal karya teologisnya dia menekankan bahwa hanya satu yang
pantas untuk diterima sebagai kebenaran yakni yang berasal dari Gereja dan Tradisi
apostolik.4 Sekalipun ada banyak kontribusinya bagi Gereja, dia tetap diumumkan
sebagai heretik oleh Gereja dan tidak pernah menjadi santo.5

3
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
4
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
5
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary…, hlm. 508 .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karya-Karya Origenes

Selama hidupnya Origenes membuat banyak tulisan. Namun karya-karyanya


banyak yang hilang. Karya-karyanya yang tersisa sekarang kebanyakan tidak lagi
berbahasa Yunani seperti aslinya, melainkan dalam terjemahan Latin. Jerome, yang
menggunakan karyanya, menyebut jumlahnya dua ribu. Epiphano memperkirakan
tulisan-tulisannya berjumlah enam ribu. Kini banyak orang hanya mengetahui jumlah
tulisannya sebanyak delapan ratus. Tampaknya Origenes tidak berniat untuk
mempublikasikan karya-karyanya.6

Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.7 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 8 Karya-
karya eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa
tulisan, yakni: scholia, khotbah dan komentar.

Menyetujuinya tanpa diadakan penelitian terlebih dahulu. Gereja-gereja di


Palestina, Arabia, Fu- nisia dan Akhaya menolak keputusan tersebut. Origenes
menunjukkan kebesaran yang

luar biasa dalam menghadapi lawan-lawannya. la menyatakan sikapnya kepada


lawan-lawan nya melalui ungkapan sebagai berikut, "Kita ha rua mengasihi mereka,
me bukan membenci reka berdua bagi mereka, bakan mengutak me reka karena kita
harus menjadi berkat bagi me reka dan bukannya kutuk."

Origunes diundang oleh Uskup Theoetitus suntuk pindah ke Kaisarea. Di sini


ia membuka sekolah filsafat dan sekolah teologi. Pecahnya penghambatan di bawah
Kasar Maximus Thrax menyebabkan Origenes pindah ke Kapadokia dan dari sana ke
Yunani dan kembali lagi Kaisarea.

6
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
7
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
8
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.
Sementara itu di Aleksandria terjadi per uhahan yang baru. Kini yang menjadi
uskup di sana adalah Dionysius, bekas murid Origerina. Dionysius mengundang
Origenes kembali ke Aleksandria untuk memimpin sekolah kateketik i sana. Namun,
muncul penghambatan Decius dan Origenes ditangkap serta dipenjarakan. Mes kipun
ia dibebaskan kemudian tatkala Decius mati, tubuhnya sudah sangat lemah akibat
peng aninyaan yang dideritanya selama dalam penja ra. Tak lama kemudian Origenes
meninggal pada tahun 254 dan dikuburkan di Tirus. Dalam bidang ilmu toologi,
Origenes men

catat beberapa prestasi yang gemilang. Dalam ekaegesis (tafsiran Alkitalo ia


dipandang sebagai bapa metode penafsiran alegoris. la memandang hahwa Alkitab
sebagai suatu organisme yang hidup, yang terdiri dari tiga unsur yang mem berikan
jawaban kepada tubuh, jiwa dan roh, Ayat-ayat Alkitab mempunyai tiga arti, yaitu
harfiah, etis, dan mistis. Pemakaian penafsiran alegoris yang berlebihan menyebabkan
ia jatuh ka dalam kasalahan.

Origenalah yang pertama kali berusaha untuk menyusun secara sistematis


ilmiah selu rah ajaran Kristen yang ang dituangkannya dalam karya besarnya, yaitu
Peri Archoon (Mengenai152 yang Pokok-pokok). Inilah buku dogmatika per tama
dalam Gereja Lama. Karyanya ini terdiri dari empat buku yang is tulis selama berada
di Aleksandria. Buku pertama membahas Trinitas Buku kedua membahas pokok-
pokok pencipta an, inkarnasi, kebangkitan dan penghukuman Buku ketiga membahas
pokok-pokok kubebasan Buku keempat membahas pokok-pokok Alkitab dan suatu
rekapitulasi mengenai Trinitas9

Jasanya sangat besar dalam bidang studi kritik teks. Dialah orang pertama
yang meng usahakan suatu perbandingan naskah-maskah Alkitah. Karya yang agung
itu dinamakan Hexa plo karena terdiri dari enam kolom. Kolom per tama dan kedua
memuat naskah asli, yaitu Ibra ni dan Yunani, kokım ketiga dan seterusnya ma sing-
masing memuat naskah terjemahan Septu aginta, Aquilla, Summachus dan
Theodotion. Karyanya menjadi sumbangan besar hagi pene litian naskah-naskah
Alkitab oleh para ahli bi blika pada zaman sekarang ini.

Origenes adalah seorang bapa apologetika yang gigih mempertahankan


kebenaran iman Kristen. Karyanya yang masih ada pada kita adalah Contra Celaum.

9
Bella, Julius I. "Dogma Pastor Tyrrell." Sejarah Gereja , jilid. 8, tidak. 4, 1939, hlm.316–341
Karya ini ditulis untuk membela kabersaran iman Kassten Celsus, morarng fileuf
Epikurean Pandangan-pandangan serangan toka Origmes te

lah mengundang pertikaian-pertikaian, haik se masa hidup maupun sesudah


wafatnya. Perti kaian Arianisme harus dijejala akarnya dalam kristologi Origones.
Origenis mergajarkan bah wa Logos dilahirkan secara kekal oleh Allah se hingga
Logas sama kekal dan memiliki hakikat yang sama dengan Allah lapa. Ungkapannya.
yang terkenal adalah tidak pernah ada waktu, Putra Allah tidak ada. Allah Bapa tak
ada tanpa Putra Allah dan juga sebaliknya. Sejauh ini ajar annya masih ortodoks.
Namun katika ia mem

hahas mengenai kemanusiaan Yesus, Origene mengajarkan bahwa Putra Allah


ibih rendah da ripada Allah Bapa. Putra Allah adalah allah ka dua. Origenes
mengajarkan adanya subordinasi di dalam Trinitas, yaitu Allah Bapa di tempatScholia
mencakup penjelasan singkat atas perikop-perikop Kitab Suci yang rumit. 10 Karya
Aplogetis adalah tulisan apologetis Origenes yang dibagi dalam delapan buku. Tulisan
ini menjawab tuduhan Celsus, seorang filsuf pagan pada tahun 178. Celsus
mengkritik banyak aspek dalam iman Kristiani.

Karya-Karya Celsus sebenarnya telah hilang, namun hampir ditulis ulang


seluruhnya dalam kutipan-kutipan di buku Origenes. Adapun tema besar dalam bagian
ini adalah Contra Celsum.11 Tulisan dogmatis mencakup prinsip pertama, diskusi
dengan Heraclides, tentang kebangkitan dan stromateis.12 Tulisan-tulisan praktis
mencakup tentang doa (On Prayer/ De Oratione), eksortasi kemartiran, tentang
paskah dan surat-surat.13

B. On Prayer
1) Gambaran Umum

Permata di antara tulisan-tulisan Origenes adalah karyanya On Prayer, yang


dituliskannya atas saran dari sahabatnya Ambrosius dan istrinya Tatiana pada 233/234.
10
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 45- 51
11
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 52-56.
12
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 57-65.
13
Vermeersch, Arthur (1911). "Modernisme" . Ensiklopedia Katolik . Jil. 10. New York: Perusahaan
Robert Appleton . Diakses tanggal 8 Juni 2016
Teks ini masih ada dalan sebuah codex abad keempatbelas di Cambridge, sementara
pada manuskrip abad kelimabelas di Paris, turut terkandung sebuah fragmen. Karya
ini mengungkapkan dengan lebih jelas kedalaman dan kehangatan hidup religius
Origenes, daripada karya-karyanya yang lain. Beberapa pandangan fundamental yang
ditekankannya dalam karyanya ini, sangat berguna untuk menganalisa sistem
teologinya.14 Di dalam karyanya ini, pembaca dapat melihat Origenes sebagai seorang
grammarian, seorang alegoris, seorang teolog filsafati dari tradisi Platonis, seorang
musuh dari kaum heretik dan seorang Kristen yang saleh.15

Bila awalnya Origenes menciptakan karya yang penuh dengan ide-ide filsafat
dan teologis, kini karyanya beralih ke arah spiritualitas. Wescott berpendapat bahwa
tak ada tulisan Origenes yang lebih bebas dari kesalahan karakteristik atau lebih penuh
dengan pemikiran cemerlang daripada karyanya On Prayer. Erasmus berpendapat
bahwa karya Origenes ini sejalan dengan cara hidupnya yang selalu menginspirasi di
manapun.16

Di dalam karyanya ini, Origenes membahas segala topik tentang doa, dimulai
dari hal-hal yang paling umum: seberapa sering kita harus berdoa, kapan saja kita
harus berdoa, di mana kita harus berdoa, bagaimana sikap kita seharusnya ketika
berdoa dan apa yang harus kita doakan. Pandangan Origenes memengaruhi perilaku
hidup religius Kristen pada jamannya. On Prayer membuat suatu langkah penting
dalam perkembangan kesalehan Kristiani.17

Traktat tentang doa secara umum juga terdapat dalam De Oratione dari
Tertullianus, De Oratione dari St. Gregorius dari Nissi dan De Sacramentum dari St.
Ambrosius. Namun On Prayer dari Origenes adalah seri panjang pertama yang
mengkhususkan diri untuk membahas subjek doa secara umum dan doa Bapa Kami
secara khusus.18

2) Isi

Terpisah dari pengantar dan penutup, karya ini terdiri dari tiga bagian yang
mencakup masalah-masalah umum sekaitan dengan doa (Bab 3-17), komentar atas
14
John J. O’ Mearn, Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom (New York: Newman Press,
1953), hlm. 66.
15
Joseph Wilson Trigg, Origen (London: SCM Press LTd, 1983), hlm. 157.
16
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
17
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
18
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 9.
doa Bapa Kami (bab 18-30) dan dan beberapa poin tambahan (Bab 31-33), yang
berkaitan dengan sikap dari tubuh dan jiwa, gerak-gerik, tempat dan arah doa. 19
Pendekatannya adalah penjelasan yang berdasarkan Kitab Suci. Dalam bagian penutup
(epilog), Origenes mengatakan bahwa dia menemukan masalah dalam doa dan
pertanyaan tentang doa sebagaimana terdapat dalam Injil, khususnya Injil Matius. 20
Origenes juga memohon kepada Ambrosius dan Tatiana untuk berpedoman pada
tulisan ini sampai dia bisa memberikan yang lebih baik lagi, lebih indah dan lebih
menyeluruh. Namun Origenes tidak pernah mampu memenuhi janji ini.21

Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 22
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari
apa yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan
masa depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang?
Bukankah doa kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan atau
tidak mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah merencanakan
keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi keselamatan atau untuk
menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah merencanakan hukuman bagi kita,
maka doa pun percuma saja. 23

Terhadap pandangan tersebut Origenes menekankan kehendak bebas yang


diberikan Allah kepada setiap manusia dan Allah mengajak manusia masuk dalam
rencana Ilahi-Nya. Origenes juga menegaskan bahwa mengulangi percakapan dengan
Tuhan lewat doa memiliki efek pengudusan terhadap diri seseorang.24

Menurut Origenes, kegunaan dan keuntungan dari berdoa adalah,


memampukan manusia untuk masuk ke dalam kesatuan dengan Roh Allah, yang
memenuhi surga dan dunia. Tujuan utama dari doa bukanlah untuk meminta dari Allah
19
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
20
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
21
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
22
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
23
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
24
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
melainkan untuk berbagi dalam hidup-Nya dan untuk berkomunikasi dengan surga.
Contoh terbaik telah diberikan oleh Kristus, Sang Imam Agung. Kristus menawarkan
kita kesatuan bersama dengan para malaikat dan jiwa leluhur yang membawa
permohonan kita kepada Allah. Doa juga meneguhkan jiwa dalam menghadapi
cobaan-cobaan dan menjauhkan roh-roh jahat. Maka, manusia harus berdoa setiap
hari.25

Dalam bab 14 Origenes mencermati 1 Tim 2:1 sebagai landasan pembagian


jenis-jenis doa. Dia membagi doa ke dalam empat jenis, yakni: permohonan,
penyembahan, doa syafaat dan ucapan syukur. Mengenai penyembahan, dia
menegaskan bahwa hal itu harus diarahkan hanya kepada Allah Bapa saja, bukan
kepada siapapun, termasuk Kristus. Kristus sendiri mengajarkan murid-murid-Nya
untuk menyembah Bapa. Manusia memang harus berdoa dalam nama Yesus. Manusia
harus menyembah Bapa lewat Putera dalam Roh Kudus, namun hanya Allah Bapa
yang pantas disembah. Origenes berpendapat bahwa manusia tidak seharusnya berdoa
kepada seseorang yang juga berdoa, bila ia ingin berdoa dengan tepat. Putera, yang
menolak dikatakan “baik” karena hanya Bapa yang baik, tentunya juga menolak
disembah. Lalu, jika Kristus menyebut orang-orang Kristen sebagai sahabat-sahabat-
Nya, jelaslah bahwa Dia berharap mereka menyembah Allah Bapa, bukan diri-Nya.
Origenes mengklaim sendiri teori ini, yang paling mungkin menjadi akar dari konsep
subordinasi dari logos dan suatu monoteisme yang berlebihan. 26 Generasi berikutnya
menuduh pandangan Origenes ini sebagai sumber heresi Arius, yang menolak
keilahian Yesus seutuhnya.27

Bagian kedua adalah komentar Origenes atas doa Bapa Kami. Pengaruh
Platonisme terhadap pemikiran Origenes paling jelas tampak dalam interpretasinya
atas doa Bapa Kami. Pada bagian penghantar, Origenes membandingkan perbedaan
doa Bapa Kami versi Lukas dan Matius. Origenes lebih memilih Injil Matius sebagai
titik tolaknya sekalipun tetap menghubungkannya dengan Injil Lukas. Pemilihan Injil
Matius membuatnya harus menghubungkan isi doa tersebut dengan konteks dalam
Injil tersebut.28

25
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
26
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 67.
27
Poulat 1996 , hal. 46-102.
28
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 161.
Setelah bagian penghantar, dia memberikan suatu interpretasi tentang kata
pembuka dalam doa tersebut: “Bapa kami yang ada di surga”. Dia menekankan bahwa
Perjanjian Lama tidak memakai sebutan “Bapa” bagi Allah, sebagaimana yang dipakai
oleh orang Kristen. Dia berpendapat bahwa hanya mereka yang sudah menerima Roh
Kudus dan menunjukkan bahwa mereka adalah anak-anak serta gambar Allah lewat
tindakan mereka, dapat menghayati doa ini dengan tepat. Seluruh hidup manusia
seharusnya mengatakan: “Bapa kami yang ada di surga”, karena hidup kita seharusnya
bersifat surgawi bukan duniawi.29 Ungkapan “Bapa Kami” juga berarti bahwa manusia
mengungkapkan keinginannya untuk dibentuk seperti gambar Allah.30

Dalam ungkapan “di atas bumi seperti di atas surga”, manusia meminta agar
mereka yang hidupnya dikuasai oleh dunia menjadi seperti mereka yang hidupnya
penuh keutamaan seperti di surga. Kemudian, ungkapan “berilah kami roti setiap hari”
bukan berarti Yesus mengajarkan bahwa manusia harus meminta Tuhan untuk
memberikan roti jasmani. Bila demikian, maka terjadi inkonsistensi dengan perkataan
Yesus. Yesus berkata bahwa manusia harus mencari hal-hal surgawi dan hal-hal
duniawi akan ditambahkan kepadanya. Dalam Yohannes 6:27 Yesus berkata:
“janganlah bekerja untuk makanan yang dapat binasa, untuk makanan yang bertahan
sampai kepada hidup yang kekal”.31 Itu berarti, Allah tidak mendorong manusia untuk
meminta hal-hal material. Roti yang harus diminta oleh manusia itu adalah roti dari
Sabda Allah, yakni kebijaksanaan dan kebenaran.32

Kemudian, ungkapan, “jangan masukkan kami dalam percobaan” ditafsirkan


Origenes secara berbeda. Origenes mempertanyakan bagaimana mungkin Kristus
mengajarkan manusia untuk berdoa kepada Tuhan agar tidak memasukkannya dalam
percobaan, ketika Kitab Suci dimana-mana menyatakan bahwa percobaan itu tidak
terelakkan. Malahan, di dalam Kitab Suci juga terdapat beberapa kasus, seperti Ayub,
saat Allah mengijinkan manusia dicobai untuk mengujinya. Origenes melihat
percobaan sebagai cara Allah untuk membawa manusia kepada kesempurnaan.
Sebenarnya percobaan itu membawa keuntungan bagi hidup kerohanian seseorang.
Maka, ketika Kristus meminta seseorang berdoa agar tidak memasukkannya ke dalam

29
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 67.
30
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 161.
31
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 162.
32
Vian, Giovanni. "Un mondo modernista? Perhatikan partire dai rapporti a norma della
Pascendi". Penerimaan dan Penerapan Ensiklik Pascendi . hlm.265–296
percobaan, itu artinya orang tersebut berdoa agar Allah memampukannya untuk
mengatasi percobaan ketika percobaan datang.33

Dalam hal sikap selama berdoa, Origenes berpendapat bahwa semua pujian
seharusnya dilakukan menghadap ke Timur dengan mata terangkat dan lengan
terbuka. Hal ini menandakan bahwa jiwa seseorang sedang mengarah kepada cahaya
sejati, matahari kebenaran dan keselamatan, yakni Kristus. 34 Origenes menyarankan
dengan spesifik bahwa berdoa kepada Tuhan itu sekurang-kurangnya tiga kali sehari:
pagi, siang dan malam. Sangat baik bila berdoa di tempat yang mendukung pikiran
kita kepada disposisi yang tepat terhadap doa. Seseorang harus menghindari berdoa di
tempat tidur pasangan yang sudah menikah, karena tidak pantas berdoa di tempat yang
sudah pernah terjadi hubungan seksual. Manusia harus memulai dan mengahiri doa
dengan memuliakan Allah atas rahmat dan meminta rahmat spiritual. Origenes tidak
menyadiakan bentuk baku dalam doa namun menyediakan contoh doa dengan
memakai mazmur-mazmur.35

Lewat karya ini Origenes menekankan bahwa efek dari doa tergantung pada
tiga persiapan interior. Pertama, manusia harus melawan dosa untuk membersihkan
hatinya. Kedua, pertarungan melawan apapun yang mencemarkan tersambung dengan
perjuangan yang berkelanjutan untuk membebaskan jiwa dari afeksi yang tidak
teratur, dengan suatu perjuangan melawan semua nafsu. Dalam komentar terhadap
Matius 5:22, Origenes menjelaskan bahwa hanya mereka yang seluruhnya berdamai
dengan tetangga-tetangga merekalah yang mampu berhubungan dengan Allah.
Ketiga, manusia harus menjauhkan semua hal yang mengganggu pikiran dan hatinya,
sekalipun itu semua memiliki kegunaan tertentu. Hanya setelah itu semua dilakukan,
seseorang mampu mendekati Yang Ilahi. Semakin baik jiwa dipersiapkan lebih awal,
lebih cepat pula permintaan dikabulkan oleh Tuhan. Namun penting diingat bahwa
sekalipun semua langkah telah dilakukan, doa tergantung pada rahmat Roh Kudus,
yang berdoa bagi manusia dan memimpin manusia dalam doa.36

Menurut Origenes, santo-santa adalah semua manusia spiritual, entah hidup


atau mati. Orang-orang seperti ini memiliki kekuatan untuk menghubungkan Tuhan
33
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 162.
34
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 68.
35
Barmann, Lawrence; Talar, Charles JT, penyunting. (1999). Kesucian dan Sekularitas selama
Periode Modernis: Enam perspektif tentang hagiografi sekitar tahun 1900 . Paris: Société des
Bollandistes. ISBN 9782873650070.
36
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 158.
dengan diri manusia dan untuk memberikan pengampunan dosa Allah bagi manusia
Para malaikat juga berperan sebagai penyampai doa-doa seperti santo. Malaikat
membawa doa manusia pada buah yang konkret dan malaikat pula yang melengkapi
doa manusia.

Mengenai inkarnasi, Orig Origenes mengajar kan bahwa inkarnasi berlangsung


melalui pro as yang perlahan-lahan. la membedakan dua faw, yaitu fase penerimaan
jiwa dan fase pero rimaan tubuh. Logos itu telah ada sebelum pen ciptaan dan sejak
semula pula telah mengena kan jiwa. Jiwa itu melekat pada Logos karena cintanya
yang hangat. Jiwa itu menikah dengan Legos dan kemudian mengambil tubuh dari pe
rowwan Maris serta menjadi manusia untuk me nyelamatkan jiwa jiwa yang berdosa,

Ajarannya mengenai penebusan berten tangan dengan ajaran gereja yang


ortodoks. In mengajarkan bahwa semua makhluk ciptaan Allah akan mengalami
keselamatan, termasuk i dalamnya ibha dan malaikat yang memberun tak kepada
Allah. Pada akhirnya, segala sesuatu akan dipersatakan kembali, lalu terjadi lagi ke
jatuhan ke dalam dosa dan terbentuklah dunia yang baru lagi. Dengan demikian akan
terdapat serentetan dunia yang baru.

Dalam Konsili di Konstantinopel tahun 543 beberapa pokok ajaran Origunes


dinyatakan sesat oleh gereja, namun ajaran-ajarannya tetap saja hidup dalam Gereja
Timur Oeculanıpadne adalah tokoh reformasi di Basel. la dilahirkan di Weinsberg
pada tahun 1482 dalam sebuah keluarga terkemuka, In belajar Ilmu Hukum di
Bologna. Di samping itu, in belajar filsafat skolastik dan teologi di Heidelberg

dan Tübingen. In sangat mahir dalam bahasa Yunani dan bahasa bram, yang
mengantarny untuk mengenal Kitab Suci dalam bahasa atli nya. Erasmus menyatakan
bahwa ia adalah se orang ahli bahasa Ibrani sesudah Reuchlin. Se waktu belajar di
Tübingen, in menjalin hubung an yang sangat baik dengan Melanchthon, salah
seorang tokoh reformasi yang serkenal itu.

Weinsberg ia mengucapkan khotlah Di Weis berseri tentang Tujuh Ucapan


Kristus di atas Salih. Khothah ini kemudian diterbitkan oleh Zaenus pada tahun 1512
sehingga ia menjadi pengkhotbah injih yang sangat terkenal.

Pada tahun 1515 ia menerima panggilan dari Christoph von Utenheim, uskup
Basel, untuk berkhotbah di katedral kota itu. Utenheim adalah seorang uskup yang
ingin mengadakan reformasi dalam jemaatnya. Oeculampadas bersahabat de ngan
Krasmus selama Eraamus berdiam di Basel, namun mereka berbeda sikap terhadap
pembaru an gereja.

Pada tahun 1518 Oecalampadius memulai gerakan reformasinya. Melahi


khothah-khothah nya ia mengecam kebobrokan yang terjadi di da lam gereja. Setelah
menetap di Weinsberg dan Auge harg, ia membuat keputusan yang sangat mange
jutkan teman-temannya, yaitu masuk biara pada tahun 1020, tetapi pada tahun 1522 ia
mening galkannya. Untuk jangka waktu yang tidak ter lalu lama, ia menjadi chaplain
pada Frana von Sickingen di Ebeenburg. Di sini in mulai memper gunakan bahaan
Jerman dalam Ekarista.

Sementara itu in mulai mempelajari tulisan-tulisan Luther yang sudah tersebar


luas. Tu lisan-tulisan Luther menyebabkan ia lebih yakin akan perlunya pembaruan
atas gereja, la mulai menolak teori transsubstans, marialatri dan ke sewenangan
lainnya dalam gerega. Laither sa ngat memuji tindakan-tindakan Oecalampadius. Pada
Juri 1523 Luther menyatakan kepuasan nya terhadap Cecalampadius. Luther menulis
sebagai berikut, "la telah melaksanakan tang gung jawahnya dengan membeberkan
semua ke37

Origenes juga berpendapat bahwa dalam doa manusia berbicara kepada Tuhan
seperti sedang berada di dalam surga. Tentu saja Allah bukannya berada di surga
seperti berada di tempat tertentu; Kenaikan Yesus ke surga membawa membuat
manusia malah memahami bahwa surga itu berada di suatu tempat di atas langit.
Kenaikan itu lebih kepada kenaikan pikiran daripada kenaikan tubuh. Pemuliaan nama
Allah dan kedatangan kerajaan Allah merujuk pada pengudusan diri. Kita berdoa agar
nama Allah dimuliakan dalam pekerjaan baik kita dan kerajaan Allah memasuki hidup
kita.38

berpengaruh pada zamannya, bahkan melewati samannya sendiri. Pandangan


teologinya menim bulkan pertikaian panjang, yang pada akhirnya beberapa pokok
ajarannya dinyatakan sesat se dah tiga abad kemudian dari masa hidupnya. but. Murid-
muridnya makin bertambah, bukan saja orang Kristen, melainkan juga orang kafir.
Hanyak juga orang kafir yang bertohat menjadi Kristen lantaran belajar pada

37
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 160.
38
Losito, Giacomo; Talar, Charles JT, penyunting. (2017). Modernisme, mistik, mistisisme .
Paris: Juara Kehormatan. ISBN 9782745344496.
Origenes. Kelas kelas yung rendah dipercayakan kepada Hera clan, sedangkan ia
sendiri mengajar kelas-kelas yang tinggi.

Origenes lahir dari sebuah keluarga Kris ten yang sangat saleh pada tahun 185
di kota Aleksandria, Mesir. Tampaknya ia telah dibaptis sejak kecil sesuai dengan
kebiasaan gereja di sana. Ayahnya adalah seorang ahli pidato aching ga in sendiri
mengajarkan ilmu retorika kepada anaknya. Origenes belajar teologi pada Clemens
dari Aleksandria. Sedangkan filsafat dipelajari nya dari Ammonius Saccas, yang
dipandang seba gai pendiri aliran filanfat Neo-Platonieme.

Sejak kecil Origenos sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci oleh orang
tuanya. Ia dibiana kan untuk menghafal ayat-ayat Alkitab sehing ga ia dapat
menghafal sebagian besar ayat Alki tab. Sebelum tidur malam ayahnya biasa mem
bacakan cerita-cerita dari Alkitab kepadanya Pada tahun 202 di Aleksandria terjadi
pengham batan atas orang Kristen, yaitu pada masa pe merintahan Kaisar Septimius
Severus. Ayahnya. Leonidas, ditangkap dan dipenjarakan. Origenes juga ingin
menyerahkan dirinya agar ia mati se hagai martır, namun ibunya menyembunyikan
pakaiannya sehingga keinginannya tidak terca pai bagai gantinya Origenes menulis
surat he pada ayahnya, yang menasihati ayahnya agar jangan menyangkal Kristus.

Leonidas mati sebagai martir dengan me ninggalkan seorang janda bersama


tujuh anak nya. Keluarga itu hidup dalam penderitaan ka rena semua harta mereka
disita oleh pemerin tah. Untunglah, Origenes mendapat bantuan dari seorang janda
kaya selama beberapa waktu.

Pada tahun 200, saat berumur 18 tahun, in diangkat menjadi pemimpin sekolah
kateketik di Aleksandria oleh Demeterius, uskup Aleksan dria. Sebab, pemimpin
sekolah tersebut, yaitu Clemens dari Aleksandria, melarikan diri akibat penghambatan.
Origaneu mencurahkan seluruh perhatiannya untuk memimpin sekolah terse

Ketenarannya bukan saja di Mesir, me lainkan juga di daerah-daerah lainnya,


la sering diundang ke luar, seperti ke Roma pada tahun 211 sehingga Origenes
bersahabat dengan Hip- polytus, uskup Roma. Ia pun diundang ke Arn bia, Palestina
dan Yunani. Menurut tradisi, Origenes juga mengajarkan iman Kristen ke- pada ibu
Kaisar Septimius Severus, yaitu Julia Mammasa. Maka ia mempunyai hubungan yang
baik dengan kalangan istana kaisar Roma.
Gaya kehidupan Origenes sangat seder hana. la mempraktikkan kehidupan
askese yang ketat. la jarang makan daging, tidur tanpa alas di atas lantai dan tidak
memakai sepatu. Sebagi- aun malam dipergunakannya untuk berdon dan belajar. Ia
mengikuti perintah-perintah Tuhan Yesus secara harfish, harfish, misalnya hanya
boleh me miliki sehelai baju, tidak bersepatu, dan tidak usah memikirkan hari esok.
Demikian pula ula pe pe tunjuk dalam Matius cara harfiah. 19:12 is mengikutinya

Pada tahun 228 ia mengadakan perjalan an perkunjungan yang kedua kalinya


ke Pales tina. Uskup Aleksander dari Yerusalem dan Us kup Theoctitus dari Kaisarea
menahbiskannya menjadi presbiter. Penahbisannya ini menyebab kan Origenes makin
tersohor di kalangan orang

kafir dan orang Kristen anhingga menimbulkan iri hati Demeterius. Origenas
didakwa menyam paikan ajaron-ajaran sesat yang menodai kekris tenan dengan
pemikiran-pemikiran kafir. Deme terius mengadakan sinode di Aleksandria pada tahun
231 dan sekali lagi pada tahun 232, yang menyatakan ajaran Origenes sesat serta
jabatan presbiternya dicabut. Origenes dikucilkan dari gereja Aleksandria. Keputusan
ini diberitahu kan kepada gereja-gereja lain. Uskup Roma

Akhirnya, Origenes berpendapat bahwa doa bukanlah suatu kewajiban semata-


mata seseorang kepada Tuhan. Doa adalah sebuah latihan rohani yang
mentransformasi hidup seseorang seluruhnya. Sebenarnya seluruh hidup seorang
Kristen adalah doa dan sebutan “doa” yang digunakan secara umum hanya suatu
bagian kecil dari dalamnya.39

C. Penutup

Ide-ide dari karya Origenes memiliki efek dalam sejarah spiritualitas Kristen.
Tulisan-tulisan Origenes dibaca oleh rahib-rahib Mesir awal dan hukum-hukum biara
monastik terdahulu menunjukkan pengaruh Origenes, khususnya dalam sikap mereka
terhadap doa dan compunction. On Prayer milik Origenes menginspirasi Gereja
dalam sejarah perkembangannya. Kiranya pandangan umat Allah yang membaca
tulisan On Prayer ini dapat diperkaya dengan selalu membandingkannya dengan
ajaran resmi Gereja.

39
Arnold 1999 , hal. 245–250
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Gerald H. (ed.). Biographical Dictionary of Christian Missions. USA: Wm.


B. Eerdmans Publishing Co., 2003.

Guasten, Johannes. Patrology: Volume II. USA: Spectrum, 1952.

O’ Mearn, John J. Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom. New York: Newman


Press, 1953.

Trigg, Joseph Wilson. Origen. London: SCM Press LTd, 1983.


Georg Huntemann. (1993). The Other Bonhoeffer: An Evangelical Reassessment of
Dietrich Bonhoeffer. Grand Rapids: Baker.

Harun Hadiwijono. (1993). Teologi Reformatis Abad Ke-20. Jakarta: BPK Gunug
Mulia.

Hourly . (2019). Dietrich Bonhoeffer: A Life from Beginning to End


(Biographies of Christians). Chicago: Independently published.

Jared C. Wilson. (2019). The Imperfect Disciple. Jakarta: Perkantas.

John W. De Grucy. (2006). Agama Kristen dan Demokrasi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Larry L. Rasmussen. (2010). Kmonunits Bumi: Etika Bumi, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Mariana Febriana Lere Dawa. (2016). Mengenal Secara Singkat Teologi Kontenporer.
Malang: Media Nusa Creative.

Martin E. Mary. (2011). Letters and Papers from Prison. New Jersey: PrincetonUP .

Susan Bergman. (2008). Para Martir. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tony Lane. (1930. Runtuh Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Vivienne Blackburn. (2004). Dietrich Bonhoeffer and Simone Weil: A Study in


Christian Responsiveness. USA: Die Deutsche Bibliothek.

W. De Gruchy,. (1999). The Cambridge Companion to Dietrich Bonhoeffer.


Cambridge: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai