Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONCHIAL

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN :
Ns. RENTY AHMALIA.S.Kep.M.Kep

DISUSUN OLEH:
NAMA : LISA MARYATI
NIM : 221014201145

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SUMATRA BARAT
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati para pembaca. Sekian
dan terimah kasih.

wassalamu alaikum wr.wb

Kerinci, 11 Februari 2023


Penyusun

Lisa Maryati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Asma Bronchial .............................................................................. 3
B. Etiologi ........................................................................................................ 4
C. Patofisiologi Asma ....................................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 5
E. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................... 5
F. Komplikasi ................................................................................................... 6
G. Penatalaksanaan ........................................................................................... 7
H. Asuhan Keperawatan .................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata ‘asma’ digunakan sebagai istilah untuk keadaan sesak napas akibat
penyempitan pada pipa bronchial (pembuluh tenggorokan). Asma merupakan suatu
kondisi di mana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap
factor pemicu yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang
dam mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengi.

Penyakit asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama yang tinggal di


daerah perkotaan dan industri. Kejadian asma hampir meningkat diseluruh dunia, baik
negara maju maupun negara berkembang. Di Amerika Serikat, sekitar sembilan juta anak
dibawah 18 tahun menderita asma dan empat juta anak mangalami sekurang-kurangnya
sekali serangan asma setiap tahun (Rachelefsky, 2006). Prevalensi asma pada anak di
Indonesia cukup tinggi terutama di kota-kota besar yaitu mencapai sekitar 17%
(Vitahealth, 2006). Menurut laporan Ahli Internasional pada tahun 2005, penderita asma
di seluruh dunia sekitar 400 juta orang dengan tambahan 180.000 per tahun.

Menurut Graha (2008) asma menyerang sekitar 10% dari anak-anak dan
remaja. Pada usia anak-anak, asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah dua kali lebih
banyak dibandingkan anak perempuan. Sekitar satu dari empat anak akan mengidap
asma pada tahap tertentu dalam pertumbuhannya. Sekitar 50% anak-anak penderita asma
ringan akan membaik kondisinya dan sembuh dalam pertumbuhan mereka menjadi
dewasa, sisanya harus hidup bersama penyakit ini,

Berdasarkan hal tersebut, maka penting kiranya untuk lebih memahami


mengenai asma sejak dini guna mencegah semakin berkembangnya penyakit ini. Oleh
karena itu, penulis membuat makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan asma. Kondisi hypersensitivitas sistem respirasi ini sangat menarik untuk
dibahas mengingat semakin meningkatnya jumlah penderita asma dan dapat
diaplikasikan langsung pada pola hidup karena berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari.

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Definisi Asma
2. BagaimanaEtiologi Asma
3. BagaimanaPatofisiologiAsma
4. Bagaimana Manisfestasi klinis Asma
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Asma
6. Bagaimana Komplikasi Asma
7. Bagaimana Penatalaksanaan Asma
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Asma

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Asma
2. Untuk mengetahui Etiologi Asma
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Asma
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Asma
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Asma
6. Untuk mengetahui komplikasi Asma
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Asma
8. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada Asma

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI ASMA BRONCHIAL

Asma Bronkial adalah penyakit paru kronik yang disebabkan oleh kepekaan yang berlebihan
dari saluran pernafasan, khususnya trakea dan bronkus. Asma Bronkial adalah penyakit paru
yang ditandai dengan mudahnya saluran pernafasan bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau
pencetus timbulnya serangan asma.

Asma merupakan penyakit pada jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme
bronkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab (Hudak & Gallo, 1997).

Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma.
Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat sulit
bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang asma, yaitu
dinding saluran napas membengkak, adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak
menutupi sebagian saluran napas, hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi
tersumbat, dan otot-otot saluran napas mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan ke
kondisi semula dengan terapi yang tepat. Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam
paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil, dan
aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernapas menjadi sangat
sulit
1. Klasifikasi Asma
1) Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a) Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai
macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan
atau setelah mendapat pengobatan.
b) Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensional status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak

3
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator.Status
Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing,
ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian
bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi),
pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,
dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya
obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya
menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.
c) Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.

2) Klasifikasi asma (Hartantyo, 1997, citPurnomo 2008) yaitu:


a) Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang
disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak
membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b) Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan
kodisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara dan
aktivitas olahraga yang berlebihan.

B. ETIOLOGI
Penyebab hipersensitifitas saluran pernapasan pada kasus asma banyak
diakibatkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan faktor pemicu timbulnya reaksi
hipersensistifitas saluran pernapasan dapat berupa:
a. Hirup debu yang didapatkan dijalan raya maupun debu rumah tangga.
b. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran.
c. Hirup aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen).
d. Pajanan hawa dingin.
e. Bulu binatang.
f. Stress yang berlebihan.
b. Selain faktor-faktor diatas kadang juga ada individu yang sensitife terhadap faktor
pemicu diatas tetapi penderita lain tidak. (Sukarmin, 2009).

4
C. PATOFISIOLOGI ASMA
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita.
Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenalioleh system ditubuh
penderita sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang
kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperanan sebagai respon reaksi
hipersensistif seperti neuropil, basofil, dan immunologlobulin E. Masuknya antigen pada
tubuh yang memicu reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock
(gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran
mediator kimiawi seperti histamine, neurophil chemotactic slow acting, epinefrin,
norepinefrin, dan prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan
merangsang penungkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran
pernapasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang hamper merata pada semua bagian
bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas.
Penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan
meurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen
yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
meningkatakan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mucus yang cukup banyak.

D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi/wheezing,
sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis,
berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat
pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-
anak  6 tahun.

5
2. Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
1. Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung,
bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
2. Analisa Gas Darah
c. Uji faal paru/Lung Function Test (LFT).
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang
digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya pasien disuruh meniup
flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.

F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari asma, yaitu:
1. Pneumothoraks
Adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura, yang terjadi
secara spontan atau sebagai akibat trauma.
2. Emfisema
Adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis
berupa melebarnya saluran udara bagian distal bronkhiolus terminal yang disertai
dengan kerusakn dinding alveoli.
3. Atelektasis
Adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim
yang disebabkan oleh obstruksi bronkhus.
4. Gagal nafas
Adalah ketika pertukaran gas antara oksigen dengan karbon dioksida di paru tidak
dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida pada sel
tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang dari 50mmHg
(hipoksemia) dan tekanan karbon dioksida arterial meningkat lebih dari 45mmHg
(hiperkapnea).

6
5. Brokitis
Adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus yang dapat disebabkan oleh karena
terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan dan oleh karena infeksi akut.
6. Status Asmatikus
Adalah bentuk hebat dari asma akut dimana obstruksi jalan nafas tahan terhadap terapi
obat konvensional dan berakhir lebih dari 24 jam.
7. Disritmia
Adalah gangguan pada frekuensi jantung regular atau irama yang disebabakan oleh
perubahan pada konduksi elektrik atau otomatisasi.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pertolongan Pertama Pada Penderita Asma :
1) Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut sampai
benar-benar rileks.
2) Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta
sirkulasi nya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma.
3) Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
4) Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.
5) Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
6) Jika serangan asma berhenti dalam 5 – 10 menit, sarankan agar penderita untuk
menghirup kembali 1 dosis inhaler.
7) Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali
dialami.
8) Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit,
segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
9) Jika penderita berhenti bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa pernapasan
serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.
Pada kasus kegawatan yang sering terjadi adalah status asmatikus. Status
asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespon terapi
konvensional.Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, kecemasan,
penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan
blokadrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut
mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap Penisillin (Smeltzer dan Bare,2002).

7
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat menyebabkan kematian, oleh karena
itu:
1) Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap
usaha untuk menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
2) Keadaan tersebut harrus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, maknan tertentu, infeksi slauran
pernapasan , stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan lain-lain).
2. Penatalaksaan medis
1) Oksigen 4-6 liter/ menit
2) Pemenuhan hidrasi via infus
3) Terbutaline 0,25 mg/ 6 jam secara subkutan (SC)
4) Bronkodilator/ antibronkospasme dengan cara:
a. Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma),
fenoterol HBr 0,1% Solution (Berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent).
b. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin)
bolus IV 5-6 mg/ kgBB.
c. Peroral dengan Aminofilin 3x150 mg tablet. Agonis B2 (salbutamol 5 mg
atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg)
d. Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan
kortikosteroidDeksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam.
e. Mukolitik dan ekspektoran
1) Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1
2) Nebuloizer (via inhalasi) dengan golongan Bronhexime HCL 8 mg
dicampur dengan aquades steril.
3. Pencegahan
a. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma.Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja
mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan
penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha mencegah penyakit ini antara lain
berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang
cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai untuk mengatasi penyakit. Penderita

8
dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita
penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
b. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma.Keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan.Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari.Sebaiknya alat-alat tidur tidak terbuat dari kabu-kabu.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahapan pertama dari proses keperawatan sebelum
memulai seluruh proses, perawat akan melakukn pengkajian awal terhadap kondisi
klien, klien akan diberi pertanyaan serta diberikan sejumlah tes pisik maupun fsikis.
Pengkajian ini merupakan titik yang paling penting untuk menghasilkan disgnosa
keperawatan yang tepat ( prabowo, 2017).

Pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Tanggal masuk RS :
Diagnosa Medis :

2. Keluhan utama
a. Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
b. Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjangBatuk dengan sekret
lengket
c. Berkeringat dingin
d. Terdengar suara mengi / wheezing keras
e. Terjadi berulang, setiap ada pencetus
f. Sering ada faktor genetik/familier

9
1) AIRWAY
Adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi
pasien yang sesak karena kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat diperoleh.

2) BREATHING
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha
napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada
status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.Sehingga
ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya
bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu
kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.Pada pengkajian ini dapat
diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit.Pantau adanya mengi.

3) CIRCULATION
Adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung
berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah
sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai
dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya
kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.

4) Dissability
Adalah mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

5) Exposure : environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.


Sekunder
a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Orang tua penderita yang sudah remaja biasa menganggap sebagai penyakit yang
serius karena muncul sesak napas yang menggangu aktivitas.

10
b. Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen jaringan
gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan
asupan nutrisi, terjadi penurunan berat badan.
c. Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eleminasi baik buang air besar
maupun buang air kecil.
d. Pola tidur-istrahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak
nafas. Penamapilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga
sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
e. Pola aktivitas-latihan
Anak nampak menurun aktivitas da kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak
minta digendong orang tuanya atau bedrest.
f. Pola kognitif-presepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen ke otak. Pada saat dirawat
anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru yang disampaikan.
g. Pola presepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka
bermain, ketakutan terhadaporang lain meningkat.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang
lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan terdekat (orang
tua).
i. Polaseksualitas-reproduktif
Pola kondisi sakit dan anak kecil sering msih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami purbetas mungkin mengalami gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan biasanya penundaan.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung
dan suka marah.

11
k. Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk dapat
sumber kesembuhan dari Allah SWT.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ashma bronchial sesuai
dengan SDKI DPP PPNI, 2017 adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan batuk yang tidak efektif,
sputum dalam jumlah yang berlebih
 Batasan karakteristik : batuk yang tidak efektif, dispnoe, gelisah, kesulitan
verbalisasi, ortopnoe, perunbahan frekuensi nafas,
perubahan pola nafas, sianosis, sputum dalam jumlah
yang berlebih
 Faktor yang berhubungan :
- Lingkungan : perokok, perokok pasif, terpajan asap
- Obstruksi jalan nafas

b. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan penurunan membran alveolar


kapiler
Gejala dan tanda :
1. Mayor
Subjektif : Dyspnoe
Objektif : PCo2 menurun, Po2 menurun, Takikardi, PH arteri
meningkat/ menurun Bunyi nafas tambahan
2. Minor
Subjektif : pusing, penglihatan kabur
Objektif : Sianosis, Diaphoresis, gelisah, Napas cuping hidung,
pola nafas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran
menurun.

c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru


 Gejala dan tanda mayor :

12
- Subjektif : Mengeluh nyeri
- Objektif : Tampak meringis, Bersikap pro aktif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
 Gejala dan tanda minor :
Subjektif :-
Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri

3. INTERVENSI
Intervensi dapat di sesuaikan dengan SLKI dan SIKI
Diagnosa 1
 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan batuk yang tidak
efektif, sputum dalam jumlah yang berlebih

Tujuan dan criteria hasil: Kepatenan jalan nafas


Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3 X 24 jam diharapkan :

1. Frekuensi pernafasan (5) tidak ada Devial dari kisaran normal


2. Irama pernafasan (5) tidak ada Deviasi dari kisaran normal
3. Kedalaman Inspirasi (5) tidak ada devisiasi dari kisaran normal
4. Kemampuan untuk mengeluarkan secret (5) tidak ada deviasi dari kisaran
normal
5. Suara nafas tambahan (5) tidak ada
6. Pernafasan Cuping hidung (5) tidak ada
7. Penggunan otot bantu nafas ( 5) tidak ada
8. Batuk (5) tidak ada

 Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)


1. Manajemen jalan napas
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
 Monitor bunyi nafas tambahan ( gurgling, mengi, wheezing, rongki)
 Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
 Pertahankan kepatenan jalan nafas

13
 Posisikan semi fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada
 Berikan oksigen

2. Ajarkan teknik batuk efektif


 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Kolaborasi dalam pemberian mukolitik atau ekspektoran

Diagnosa 2
 Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan penurunan membran alveolar
kapiler

 Tujuan dan criteria hasil: Respirasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam …x…jam, maka gangguan
pertukaran gas meningkat dengan criteria hasil :
 Dispnoe menurun
 Bunyi nafas tambahan menurun
 Gelisah menurun
 PCo2 membaik
 Po2 membaik
 Takikardia membaik
 Ph arteri membaik

 Standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)


1. Pemantauan Respirasi
 Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor saturasi oksigen

14
- Auskultasi bunyi nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X ray thorak

 Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
- Dokumentasikan hasil pemantauan

 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Terapi oksigen
 Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor alat terapi oksigen
- Monitor tanda tanda hopoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen

 Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

 Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

 Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen.

15
Diagnosa 3
 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
 Tujuan dan kriteria hasil ;
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
pada pasien berkurang dengan criteria hasil :

 Tingkat nyeri
- Nyeri berkurang dengan skala 2
- Pasien tidak mengeluh nyeri
- Pasien tampak tenang
- Frekuensi nadi dalam batas normal 60-100 x per menit
- Tekanan darah dalam batas normal 90/60 mmhg – 120/80 mmhg
- RR dalam batas normal 16-20 x / menit

 Control nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

 Status kenyamanan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

4. IMPLEMENTASI
Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan pelaksanaan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan implementasi yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan,
dilakukan dengan cara aman serta sesuai dengan kondisi klien, harus dievaluasi terkait
keefektifan dan pendokumentasian keperawatan yang benar.

5. EVALUASI
Menurut Mufidaturrohmah (2017) tujuan dan evaluasi adalah untuk mengetahui
sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang berikat.
16
a. Evaluasi Proses
Merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keparawatan diimplementasikan agar dapat mengetahui efektifitas intervensi
tersebut.
b. Evaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat
mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus. Dalam penanganan keperawatan
gawat darurat status asma dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya.

B. Saran
Diharapkan setelah mempelajari makalah pada gangguan sistem pernafasan status
asma pembaca khususnya mahasiswa/ akademi keperawatan dapat mengerti dan mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan secara komprehensif.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : EGC.
2. Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
3. Sujono Riyadi, Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Edisi Pertama. Halaman 83-95.

19
20

Anda mungkin juga menyukai