Anda di halaman 1dari 18

Title Page

Raja Fadhilah Firdaus.15421027

Otoritas Kelembagaan dalam


Manajemen Pembangunan di
Indonesia
Manajemen dan Administrasi Pembangunan | PL3143
Title Page Outline

Outline Pembahasan

Outline
Kewenangan dan Tugas Pemikiran dan Tuntutan Baru
Kewenangan dan tugas kelembagaan Pemikiran dan tuntutan baru tentang
01 03
manajemen pembangunan wilayah kewenangan dan tugas kelembagaan
dan kota manajemen pembangunan

Organisasi Critical Review


Organisasi untuk perencanaan Critical review mengenai
pembangunan 02 04 Collaborative Governance
Title Page Outline Outline 01

Kewenangan dan Tugas

Apa itu Kelembagaan?


Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu
anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ruttan dan Hayami: 1984 dalam
repository UMY).

Menurut Koentjaraningrat (1997). Kelembagaan merupakan suatu sistem aktivitas dari kelakuan berpola dari manusia dalam
kebudayaannya beserta komponen-komponen yang terdiri dari sistem norma dan tata kelakuan untuk wujud ideal kebudayaan,
kelakuan berpola untuk wujud kelakuan kebudayaan dan peralatan untuk wujud fisik kebudayaan yang ditambah dengan manusia
atau personil yang melaksanakan kelakuan berpola.

Poin penting:
Sistem/pola hubungan
Memiliki Aturan
Memiliki Tujuan

Sehingga Kelembagaan merupakan suatu sistem yang memiliki beberapa unsur yang terintegrasi satu sama lain. Kelembagaan
memiliki aturan sebagai pengikat untuk mencapai tujuan bersama yang diharapkan dan telah disepakati.
Title Page Outline Outline 01

Kewenangan dan Tugas

Konsep dan Kerangka Kelembagaan


Tujuan
Pembangunan
Kelembagaan = Organisasi?
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari:
Kelembagaan cendrung tradisional sedangkan organisasi

Me rose
ka
P
cendrung modern.
ara i

nis ur, A
sy pas
t
ka

Kelembagaan terbentuk dari masyarakat itu sendiri sedangkan

me tu
d
Ma rtisi

, P ran
organisasi datang dari atas.
Pa

ro
Kelembagaan

se
Organisasi merupakan kelembagaan yang belum melembaga

s,
sehingga melembaga menjadi tujuan akhir dari organisasi
Kondisi Sosial,
sedangkan kelembagaan memiliki tujuan memiliki aspek-
SDA, Energi,
Ekonomi, Politik dan aspek organisasi di dalamnya.
Teknologi, dll
Budaya Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan dan menjadi
Bentuk dan Stuktur
elemen penting yang menjamin terlaksananya kelembagaan.

Setiap yang memiliki tujuan berbeda pasti membutuhkan lembaga yang berbeda, ataupun kondisi aspek lainnya sama atau
berbeda meskipun memiliki tujuan yang sama juga tetap membutuhkan kelembagaan yang berbeda.
Title Page Outline Outline 01

Kewenangan dan Tugas

Kelembagaan dalam Manajemen Pembangunan


Wilayah dan Kota
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007, pelaksanaan penataan ruang meliputi 3 tahapan

Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Proses penyusunan dan penetapan rencana pembangunan melalui Musrenbang di semua tingkat
Perencanaan pemerintahan dan perencanaan untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan antarpelaku
pembangunan.

Hasil dari musrenbang yang telah ditetapkan, dilaksanakan dalam kebijakan-kebijakan yang tertuang
Pemanfaatan dan
dalam program kerja yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah melalui departemen-departemen terkait,
Pelaksanaan
kerjasama pemerintah dengan swasta maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.

Tahapan ini membandingkan hasil monitoring dengan standar atau kriteria, melakukan perbaikan atas
Pengendalian dan
atas deviasi atau penyimpangan, merevisi dan menyesuaikan metode pengendalian sebagai respon
Pengawasan
atas hasil pengendalian perubahan kondisi serta mengkomunikasikan revisi dan penyesuaian tersebut
ke seluruh proses manajemen.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan

Tingkat Nasional

Tingkat Provinsi

Tingkat Kabupaten/Kota

Tingkat Kecamatan

Tingkat Desa/Kelurahan
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan


Tingkat Nasional

Kementerian Koordinator Kementerian Sekretariat Kabinet

Membantu Presiden dalam


mengkoordinasikan perencanaan dan Membantu Presiden dalam
Sebagai pendukung dalam Kabinet
penyusunan kebijakan, serta menyelenggarakan tugas/urusan
Indonesia Maju (Selain kementerian)
mensinkronisasi pelaksanaan kebijakan tertentu sesuai dengan bidangnya
di bidangnya

4 Kementerian Koordinator 30 Kementerian Sekretaris Kabinet

Menteri
Sekretariat Kementerian Koordinator
Sekretaris Jenderal
Deputi
Direktorat Jenderal
Staff Ahli
Inspektorat Jenderal

Badan/Pusat

Staff Ahli
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan


Tingkat Provinsi Penanggung Jawab
Gubernur

Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Ketua


Sekretaris daerah Provinsi

Tim ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung


Wakil Ketua
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun Kepala Daerah yang
2007 tentang penataan ruang di daerah menyelenggarakan daerah provinsi
Sekretaris
provinsi dan mempunyai fungsi membantu Kepala Dinas yang
pelaksanaan tugas gubernur dalam menyelenggarakan sub-urusan
penataan ruang
pelaksanaan koordinasi penataan ruang di
daerah.
Anggota Anggota Anggota
perangkat daerah terkait penataan perangkat daerah terkait penataan perangkat daerah terkait penataan
Secara garis besar tugas TKPRD membantu ruang. ruang. ruang.
pelaksanaan tugas Gubernur dalam pelaksanaan
koordinasi penataan ruang di daerah provinsi
Kelompok Kerja Pemanfaatan dan
termasuk didalamnya perencanaan, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
pemanfaatan, dan pengendalian. Ketua: Kepala Bidang dinas terkait
Ketua: Kepala Bidang dinas terkait
Sekretaris: Kepala Sub-Bidang dinas terkait
Sekretaris: Kepala Sub-Bidang dinas terkait
Anggota: Perangkat Daerah terkait
Anggota: Perangkat Daerah terkait
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan


Tingkat Kabupaten/Kota Penanggung Jawab
Bupati/Walikota

Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Ketua


Sekretaris daerah

Tim ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung Wakil Ketua


pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun Kepala Daerah yang
menyelenggarakan daerah
2007 tentang penataan ruang di daerah
Kab/Kota Sekretaris
Kabupaten/kota dan mempunyai fungsi Kepala Dinas yang
membantu pelaksanaan tugas bupati/walikota menyelenggarakan sub-urusan
penataan ruang
dalam pelaksanaan koordinasi penataan ruang
di daerah.
Anggota Anggota Anggota
perangkat daerah terkait penataan perangkat daerah terkait penataan perangkat daerah terkait penataan
ruang. ruang. ruang.
Secara garis besar tugas TKPRD membantu
pelaksanaan tugas bupati/walikota dalam
pelaksanaan koordinasi penataan ruang di Kelompok Kerja Pemanfaatan dan
Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang
daerah kabupaten/kota termasuk didalamnya Ketua: Kepala Bidang dinas terkait
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Ketua: Kepala Bidang dinas terkait
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Sekretaris: Kepala Sub-Bidang dinas terkait
Sekretaris: Kepala Sub-Bidang dinas terkait
Anggota: Perangkat Daerah terkait
Anggota: Perangkat Daerah terkait
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan


Tingkat Kecamatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan, susunan
organisasi kecamatan terdiri dari Camat, Sekretaris, dan sebanyak-banyaknya lima seksi, serta kelompok jabatan fungsional.

Contoh Struktur Organisasi Kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una


Camat

Sekretaris

Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Kepegawaian
Program Aset dan Umum

Seksi Ketentraman dan Seksi Pemberdayaan


Seksi Pemerintahan
Ketertiban Masyarakat dan Desa

Pemerintah Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai dengan
karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02

Organisasi

Organisasi untuk Perencanaan Pembangunan


Tingkat Desa/Kelurahan

BPD Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kasi Pemerintahan Kasi Kesejahteraan Kasi Pelayanan Kaur TU & Umum Kaur Keuangan Kaur Perencanaan

Kepala Dusun I Kepala Dusun II Kepala Dusun III Kepala Dusun IV


Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03

Pemikiran dan Tuntutan Baru

Reinventing Government
David Osborne dan Ted Gaebler (1993)
Perkembangan sistem pemerintahan dari masa ke masa memiliki permasalahannya sendiri, di mana masing-masing permasalahan
selalu jatuh pada ‘Perilaku Birokrasi yang cenderung tidak efisien’. Sehingga muncul pemikiran baru untuk memperbaiki sistem
pemerintahan yang bersifat Tradisional menuju Modern. Salah satu pemikiran terpopuler pada era 80-an hingga awal 90-an adalah
konsep Reinventing Government dari Osborn dan Gaebler yaitu Perubahan sistem dan organisasi pemerintah secara fundamental
untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kemampuan instansi pemerintah dalam melakukan inovasi dengan memasukkan nilai-
nilai wirausaha dalam lingkup birokrasi.

Steering Rather Than Rowing/Mengarahkan daripada Mengayuh


Catalytic Government Pemerintah sebagai pengarah daripada pelaku pelayanan publik. Pemerintah mengarahkan berbagai
pihak dalam pembangunan agar pihak yang terlibat lebih berperan aktif secara langsung.

Empowering Rather Than Serving/Memberdayakan daripada Melayani


Community-Owned
Pemerintah berperan dalam memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan kebutuhan publik.
Government
Masyarakat memiliki power/kapasitas, pemerintah hanya sebagai pengarah.

Injection Competition Into Service Delivering/Menyuntikkan Kompetisi dalam Pemberian Pelayanan


Competitive
Menciptakan iklim kompetitif yang akan meningkatkan kualitas seperti efisiensi dalam pelayanan publik,
Government
munculnya inovasi dan kreativitas dalam pelayanan publik, dsb.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03

Pemikiran dan Tuntutan Baru

Reinventing Government
David Osborne dan Ted Gaebler (1993)
Transforming rules-Driven Organizations/Digerakkan oleh Misi
Mission-Drivven
Transformasi yang awalnya digerakkan oleh peraturan, menjadi oleh misi. Fokus pemerintahan dapat
Government
lebih leluasa dan terkontrol secara anggaran terhadap isu-isu penting.

Funding Outcomes, Not Inputs/Berfokus pada Hasil


Result-oriented
Penyelenggaraan pelayanan publik tidak hanya berfokus kepada input, tetapi juga outcomest. Outcomes
Government
akan menjadi bahan evaluasi dari program pemerintah.

Meeing The Need of The Costumer, Not The Bureaucracy/Berorientasi pemenuhan kebutuhan pelanggan
Customer-Driven
Penyelenggaraan pelayanan publik berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, bukan hanya untuk memenuhi
Government
program pemerintah. Pendekatan dilakukan secara partisipatif sehingga diharapkan terciptanya keadilan.

Earning Rather Than Spending/Cenderung Menghasilkan daripada Menghabiskan


Enterprising
Pemerintah tidak hanya fokus kepada laba, melainkan lebih mengutamakan efisiensi dalam
Government
melaksanakan suatu pelayanan publik daripada pembelanjaan yang berlebihan.

Prevention Rather Than Cure/Mencegah daripada Menanggulangi


Anticipatory
Pemerintah lebih berfokus kepada upaya pencegahan dengan menyiapkan perencanaan yang matang
Government
dengan beberapa alternatif dibandingkan menanggulangi fenomena yang telah terjadi.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03

Pemikiran dan Tuntutan Baru

Reinventing Government
David Osborne dan Ted Gaebler (1993)
From Hierarchy to Participatory and Team Work/Dari Hirarki Menjadi Desentralisasi
Decentralized
Penyelenggaraan pelayanan publik secara partisipatif (tidak sentralis) dinilai lebih fleksibel dan efisien
Government
karena diharapkan dapat lebih cepat dalam merespon perubahan kebutuhan publik/masyarakat.

Leveraging Change Through the Market/Perubahan Menuju Pemerintah Berorientasi Pasar


Market-Oriented
Pemerintah mengikuti situasi pasar dalam menyelenggarakan pelayanan publik, menyusun produk hukum
Government
terhadap mekanisme pasar.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03

Pemikiran dan Tuntutan Baru

Collavorative Governance Innes & Booher (2010)


Dimensi Governance Traditional Governance Collaborative Governance

Struktur Hirarki Atas-Bawah Kluster Jaringan Saling Ketergantungan

Sumber Arahan Kontrol Terpusat Kontrol Terdistribusi

Kondisi Batas Wilayah Tertutup Terbuka

Konteks Kelembagaan Wewenang Tunggal Wewenang Terbagi

Pendekatan Kepemimpinan Directive Generative

Peran Manajer Pengendalian organisasi Mediator, Manager proses

Tugas Manajerial Perencanaan dan mengarahkan proses organisasi Mengarahkan Interaksi dan memberi kesempatan

Bentik Perencanaan Linier Nonlinier


Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03

Pemikiran dan Tuntutan Baru

Collavorative Governance Innes & Booher (2010)


Dimensi Governance Traditional Governance Collaborative Governance

Aktivitas manajerial Perencanaan, perancangan, dan memimpin Memilih agen-agen & sumberdaya, mempengaruhi kondisi

Tujuan Jelas dengan persoalan2 terdefinisi Bervariasi dan berubah

Kriteria Keberhasilan Pencapaian tujuan secara formal Realisasi tindakan Kolektif

Pemenuhan UU, pemberitahuan dan


Membuat kondisi untuk pembelajaran sosial dan kapasitas
Sasaran Partisipasi pembelajaran, memperoleh dukungan
penyelesaian persoalan
masyarakat untuk kebijakan

Legitimasi Demokratis Demokrasi perwakilan Demokrasi langsung

Ditetapkan oleh komponen peran


Sumber dari sistem tingkah laku Ditetapkan oleh interaksi partisipan
partisipan
Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03 Outline 04

Critical Review

Critical Review: Collaborative Governance dalam Pencegahan Tindak


Kekerasan Pada Anak di Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
mendapat penghargaan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak sebagai Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) tingkat madya.
Sebagai komitmen dan mewujudkan Bojonegoro sebagai Kabupaten/Kota Layak
Anak, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah melahirkan beberapa
terobosan yang tertuang dalam salah satu 17 program prioritas Bupati
Bojonegoro, yaitu "Mewujudkan lingkungan Ramah perempuan, anak,
penyandang disabilitas serta kaum dhuafa". Salah satunya adalah KELANA
(Kecamatan Layak Anak) dan DEKALA (Desa Layak Anak) yang
dideklarasikan pada Agustus 2020.

Sinergitas yang dibangun pemerintah dalam kolaborasi pencegahan maupun


penanganan tindak kekerasan pada anak di Kabupaten Bojonegoro
belum berjalan baik berdasarkan indikator yang digunakan untuk menilai
program tersebut

Sehingga saran yang saya ajukan yaitu diperlukan penguatan struktur jaringan
kolabrasi dan memaksimalkan kembali peran stakeholder dan mengatur
penyusunan aturan/SOP untuk membantu memperjelas pembagian
tanggungjawab oleh setiap stakeholder.
Title Page Outline Outline 01 Outline 02 Outline 03 Outline 04

Sekian Pemaparannya, Terima Kasih.

Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai