Anda di halaman 1dari 5

Teori connectivism diperkenalkan oleh George Siemens pada tahun 2005.

Teori
konektivisme memandang belajar sebagai terkoneksi atau terhubungnya antara
pendidik, peserta didik, sumber belajar, dan teknologi informasi. Teori tersebut
menjelaskan fenomena belajar masa kini ketika proses belajar tidak selalu terjadi di
dalam ruang-ruang kelas, melainkan memanfaatkan internet sebagai media dan
sumber belajar.
Spinello (Ambawani, dkk, 2024) menyatakan teori connectivism terdapat empat
unsur dalam belajar, yaitu (a) otonomi, (b) keterhubungan, (c) keragaman dan (d)
keterbukaan. Otonomi mengacu pada pengendalian diri dalam memilih koneksi dan
sumber yang relevan untuk menimba ilmu tanpa bimbingan guru. Keterhubungan
atau koneksi berarti pembelajaran terjadi ketika siswa, siswa dan guru, serta guru
dan guru menghubungkan dan bertukar pendapat, pengetahuan, dan ide dalam
suatu proses kolaboratif. Keragaman mewakili perspektif unik dan kreativitas
anggota dalam jaringan yang berkontribusi terhadapkeseluruhan. Karena guru
bukan lagi satu-satunya sumber belajar, siswa didorong untuk mengungkapkan
pendapatnya kepada orang lain. Lalu, keterbukaan dipahami sebagai pertukaran
pendapat dan gagasan dalam suatu sistem jaringan guna memperoleh pengetahuan
dan informasi sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa prinsip utama dalam teori belajar konektivisme sebagaimana yang
dinyatakan oleh Ariyanto & Fauziati (2022), antara lain: (1) pembelajaran merupakan
suatu proses penghubungkan beberapa sumber informasi, (2) mendorong dan
memelihara hubungan untuk memfasilitasi terjadinyapembelajaran berkelanjutan
(continual learning), (3) kemutakhiran dan keakuratanpengetahuan merupakan
tujuan dari kegiatan pembelajaran, (4) dapat memilah, memilih dan mengelola
informasi untuk penentuan pengambilan suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian, unsur, dan prinsip dari teori konektivitas di atas, maka cara
menerapkan teori konektivisme dalam proses pembelajaran di kelas senagai berikut.

1. Memanfaatkan teknologi
2. Pembelajaran berbasis proyek
3. Pembelajaran kolaboratif
4. Pengajaran berbasis masalah
5. Pengembangan keterampilan metakognisi
6. Mendorong kreativitas dan inovasi

Penerapan dari teori konektivisme saya lakukan dengan pendekatan TPACK


(Technological, Pedagogical, Content Knowledge) selama mengajar di kelas VI, III,
dan IV SDN Kliwonan 1 Masaran, Sragen. TPACK adalah kerangka kerja untuk
memahami pengetahuan yang dibutuhkan guru untuk mengefektifkan pembelajaran
dan pemahaman konsep dengan mengintegrasikan sebuah teknologi di lingkungan
belajar. Adapun aplikasi yang telah dimanfaatkan, antara lain, Quizizz, Kahoot,
Canva, YouTube, Rumah Belajar, WordWall, GMail, Google Translate, Google
Classroom, WhatsApp, Google Meet, dan Microsoft Word. Berikut salah satu alur
pembelajaran yang telah saya terapkan di kelas dengan teori konektivisme.

Topik: “Magnet”
Kelas: VI
IPA

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Mengidentifikasi sifat-sifat magnet 3.5.1 Menyimpulkan cara membuat magnet


dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggosok (C5)
4.5 Membuat laporan hasil percobaan 4.5.1 Menyajikan karya hasil pembuatan magnet
tentang sifat-sifat penerapannya dalam dengan menggosok (P5)
kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator

3.6 Mencermati petunjuk dan isi teks 3.6.1 Menganalisis isi formulir lembar jawab
formulir (pendaftaran, kartu anggota, komputer (LJK). (C4)
pengiriman uang melalui
bank/kantor pos, daftar riwayat hidup,
dsb.)
4.6 Mengisi teks formulir (pendaftaran, 4.6.1 Menerapkan langkah-langkah
kartu anggota, pengiriman uang pengerjaan LJK. (P4)
melalui bank/kantor pos, daftar
riwayat hidup, dll.) sesuai petunjuk
pengisiannya.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui tanya jawab berbantuan Talking Stick tentang pembuatan magnet dengan
menggosok, peserta didik dapat menyimpulkan cara membuat magnet dengan
menggosok dengan benar. (C5)
2. Melalui eksperimen tentang pembuatan magnet dengan menggosok, peserta didik
dapat menyajikan karya hasil pembuatan magnet dengan menggosok dengan benar.
(P5)
3. Melalui kegiatan Make a Match melalui media WordWall tentang isi formulir LJK,
peserta didik mampu menganalisis isi formulir ujian dengan benar (C4)
4. Melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab tentang formulir ujian, peserta didik
mampu menerapkan langkah-langkah pengerjaan LJK dengan lengkap. (P4)

MATERI PEMBELAJARAN
1. Cara membuat magnet dengan menggosok.
2. Formulir ujian.

PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan : TPACK
2. Model : Problem Based Learning (PBL), Make a Match, Talking
Stick
3. Metode : Ceramah, tanya jawab, pengamatan, eksperimen, dan diskusi.

ALAT, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN


1. Alat : Layar, proyektor, chromebook, speaker, papan tulis, spidol, dan
penghapus.
2. Media : PowerPoint Cara Membuat Magnet, Canva, Video,
WordWall, kompas, gabus, jarum, baskom, air.
3. Sumber Pembelajaran
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Tema 5 Wirausaha Buku Siswa SD/MI Kelas VI. Jakarta
: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Alexander, Said, & Abadi. 2022. Buku Interaktif Tema 5 Wirausaha
untuk SD/MI Kelas VI. Yogyakarta: Intan Pariwara.
c. Purnamasari, Ervina. 2020. Tema 5 Wirausaha. Karanganyar: CV.
Pustaka Persada
d. Anggari, dkk. 2018. Wirausaha : Buku Guru Edisi Revisi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
e. YouTube: https://youtu.be/Nc1_IMojEPs

LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Kegiatan 1. Peserta didik menjawab salam dan berdoa bersama. (PPK 10


Religiusitas-Collaboration, Communication)
Pendahuluan menit
2. Peserta didik menyampaikan kabar dan melakukan presensi.
(Communication)
3. Peserta didik diingatkan untuk selalu mematuhi protokol
kesehatan dan disiplin setiap saat beserta manfaatnya.
(Communication)
4. Peserta didik dimotivasi oleh guru dengan menyanyikan lagu
“Garuda Pancasila” dengan diiringi musik. (Nasionalisme-
Collaboration, Communication, TPACK)
5. Peserta didik bersama guru mengaitkan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dipelajari dan
kehidupan nyata melalui pertanyaan apersepsi
(Communication, critical thinking, collaboration):
a. Dimana saja kamu menemukan magnet?
b. Bagaimana ibu menemukan jarum jahit yang jatuh?
c. Apakah magnet di gunting termasuk magnet alam?
d. Bagaimana cara membuat magnet?
6. Peserta didik menyimak penyampaian tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. (Communication)
Kegiatan Fase 1 : 50
Inti Orientasi peserta didik pada masalah menit
1. Peserta didik memperhatikan gambar tentang masalah anak
yang tersesat di hutan dan membutuhkan penunjuk arah.
2. Peserta didik bersama guru bertanya jawab tentang solusi
permasalahan.
3. Peserta didik memperhatikan video tentang cara membuat
magnet dan penjelasan ringkas tentang formulir ujian.
Fase 2 :
Mengorganisasikan peserta didik dalam belajar
4. Peserta didik membentuk kelompok dengan anggota 4-5
orang.
5. Peserta didik dengan bimbingan guru memilih ketua
kelompok.
6. Guru membagikan LKPD dan Bahan Ajar tentang
pembuatan magnet dengan menggosok dan formulir ujian.
Fase 3 :
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
7. Peserta didik berdiskusi menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan cara membuat magnet dengan menggosok
dan formulir ujian.
8. Peserta didik menggunakan berbagai sumber dalam
menyelesaikan masalah.
9. Guru memberikan bimbingan kelompok.
Fase 4 :
Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
10. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
11. Peserta didik memberi tanggapan terhadap hasil presentasi
kelompok lain.
12. Peserta didik menyimak apresiasi dari guru untuk kelompok
yang tampil.

Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
13. Bersama peserta didik, guru mengevaluasi pemecahan
masalah yang ditampilkan peserta didik.
14. Peserta didik bersama guru menentukan keberhasilan
diskusi.
Kegiatan 1. Peserta didik dipandu oleh guru menyimpulkan pembelajaran 10
(Integritas-Communication, Collaboration)
Penutup 2. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dengan menit
mengajukan pertanyaan (Communication):
a. Hal apa saja yang telah dipelajari hari ini?
b. Bagaimana perasaan kalian mengikuti kegiatan?
c. Sikap apa yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran?
3. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi. (Critical Thinking)
4. Peserta didik menerima tindak lanjut dari hasil evaluasi.
(Communication, Critical thinking, Collaboration)
5. Peserta didik bersama guru menyanyikan lagu “Padhang
Bulan” (Nasionalisme-Communication, Collaboration)
6. Peserta didik mendapatkan apresiasi dari guru karena
mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyampaikan
materi pembelajaran yang akan datang.
7. Peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa dan menjawab
salam penutup. (Communication, Religiusitas)

___
Daftar Pustaka:
Ambawani, C. S. L., Kusuma, T. M. M., Fauziati, E., Haryanto, S., & Supriyoko, A.
(2024). PERSPEKTIF CONNECTIVISME TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA
GAMIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN. PROFICIO, 5(1), 636-644.
Ariyanto, A., & Fauziati, E. (2022). Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar dalam
Perspektif Teori Belajar Konektivisme George Siemens. Jurnal Mitra Swara
Ganesha, 9(2), 144-153.
Sarkim, T. Konektivisme: Teori Belajar di Era Internet. Mendidik Generasi Milenial
Cerdas Berkarakter, by Ignatius Edi Santosa, 45-62.
Wicaksono, D., & Suradika, A. (2022). DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS
TEORI KONEKTIVISME: KERTAS KERJA EVALUASI KURIKULUM DI PRODI
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA. Perspektif, 2(1). https://doi.org/10.53947/perspekt.v2i1.537

Anda mungkin juga menyukai