Teori
konektivisme memandang belajar sebagai terkoneksi atau terhubungnya antara
pendidik, peserta didik, sumber belajar, dan teknologi informasi. Teori tersebut
menjelaskan fenomena belajar masa kini ketika proses belajar tidak selalu terjadi di
dalam ruang-ruang kelas, melainkan memanfaatkan internet sebagai media dan
sumber belajar.
Spinello (Ambawani, dkk, 2024) menyatakan teori connectivism terdapat empat
unsur dalam belajar, yaitu (a) otonomi, (b) keterhubungan, (c) keragaman dan (d)
keterbukaan. Otonomi mengacu pada pengendalian diri dalam memilih koneksi dan
sumber yang relevan untuk menimba ilmu tanpa bimbingan guru. Keterhubungan
atau koneksi berarti pembelajaran terjadi ketika siswa, siswa dan guru, serta guru
dan guru menghubungkan dan bertukar pendapat, pengetahuan, dan ide dalam
suatu proses kolaboratif. Keragaman mewakili perspektif unik dan kreativitas
anggota dalam jaringan yang berkontribusi terhadapkeseluruhan. Karena guru
bukan lagi satu-satunya sumber belajar, siswa didorong untuk mengungkapkan
pendapatnya kepada orang lain. Lalu, keterbukaan dipahami sebagai pertukaran
pendapat dan gagasan dalam suatu sistem jaringan guna memperoleh pengetahuan
dan informasi sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa prinsip utama dalam teori belajar konektivisme sebagaimana yang
dinyatakan oleh Ariyanto & Fauziati (2022), antara lain: (1) pembelajaran merupakan
suatu proses penghubungkan beberapa sumber informasi, (2) mendorong dan
memelihara hubungan untuk memfasilitasi terjadinyapembelajaran berkelanjutan
(continual learning), (3) kemutakhiran dan keakuratanpengetahuan merupakan
tujuan dari kegiatan pembelajaran, (4) dapat memilah, memilih dan mengelola
informasi untuk penentuan pengambilan suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian, unsur, dan prinsip dari teori konektivitas di atas, maka cara
menerapkan teori konektivisme dalam proses pembelajaran di kelas senagai berikut.
1. Memanfaatkan teknologi
2. Pembelajaran berbasis proyek
3. Pembelajaran kolaboratif
4. Pengajaran berbasis masalah
5. Pengembangan keterampilan metakognisi
6. Mendorong kreativitas dan inovasi
Topik: “Magnet”
Kelas: VI
IPA
Bahasa Indonesia
3.6 Mencermati petunjuk dan isi teks 3.6.1 Menganalisis isi formulir lembar jawab
formulir (pendaftaran, kartu anggota, komputer (LJK). (C4)
pengiriman uang melalui
bank/kantor pos, daftar riwayat hidup,
dsb.)
4.6 Mengisi teks formulir (pendaftaran, 4.6.1 Menerapkan langkah-langkah
kartu anggota, pengiriman uang pengerjaan LJK. (P4)
melalui bank/kantor pos, daftar
riwayat hidup, dll.) sesuai petunjuk
pengisiannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui tanya jawab berbantuan Talking Stick tentang pembuatan magnet dengan
menggosok, peserta didik dapat menyimpulkan cara membuat magnet dengan
menggosok dengan benar. (C5)
2. Melalui eksperimen tentang pembuatan magnet dengan menggosok, peserta didik
dapat menyajikan karya hasil pembuatan magnet dengan menggosok dengan benar.
(P5)
3. Melalui kegiatan Make a Match melalui media WordWall tentang isi formulir LJK,
peserta didik mampu menganalisis isi formulir ujian dengan benar (C4)
4. Melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab tentang formulir ujian, peserta didik
mampu menerapkan langkah-langkah pengerjaan LJK dengan lengkap. (P4)
MATERI PEMBELAJARAN
1. Cara membuat magnet dengan menggosok.
2. Formulir ujian.
LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
13. Bersama peserta didik, guru mengevaluasi pemecahan
masalah yang ditampilkan peserta didik.
14. Peserta didik bersama guru menentukan keberhasilan
diskusi.
Kegiatan 1. Peserta didik dipandu oleh guru menyimpulkan pembelajaran 10
(Integritas-Communication, Collaboration)
Penutup 2. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dengan menit
mengajukan pertanyaan (Communication):
a. Hal apa saja yang telah dipelajari hari ini?
b. Bagaimana perasaan kalian mengikuti kegiatan?
c. Sikap apa yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran?
3. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi. (Critical Thinking)
4. Peserta didik menerima tindak lanjut dari hasil evaluasi.
(Communication, Critical thinking, Collaboration)
5. Peserta didik bersama guru menyanyikan lagu “Padhang
Bulan” (Nasionalisme-Communication, Collaboration)
6. Peserta didik mendapatkan apresiasi dari guru karena
mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyampaikan
materi pembelajaran yang akan datang.
7. Peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa dan menjawab
salam penutup. (Communication, Religiusitas)
___
Daftar Pustaka:
Ambawani, C. S. L., Kusuma, T. M. M., Fauziati, E., Haryanto, S., & Supriyoko, A.
(2024). PERSPEKTIF CONNECTIVISME TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA
GAMIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN. PROFICIO, 5(1), 636-644.
Ariyanto, A., & Fauziati, E. (2022). Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar dalam
Perspektif Teori Belajar Konektivisme George Siemens. Jurnal Mitra Swara
Ganesha, 9(2), 144-153.
Sarkim, T. Konektivisme: Teori Belajar di Era Internet. Mendidik Generasi Milenial
Cerdas Berkarakter, by Ignatius Edi Santosa, 45-62.
Wicaksono, D., & Suradika, A. (2022). DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS
TEORI KONEKTIVISME: KERTAS KERJA EVALUASI KURIKULUM DI PRODI
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA. Perspektif, 2(1). https://doi.org/10.53947/perspekt.v2i1.537