Disusun oleh:
1. Rengganis Murtya R : H0222103
2. Renita Puspa W : H0222104
3. Rhafles Anugrah A.P : H0222105
4. Ririn Dwi Wulandari : H0222106
5. Valma Syifa C : H0222124
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan mata kuliah
Pengelolaan Tanah ini. Laporan ini dibuat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Pengelolaan Tanah.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Tanah;
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari seandainya dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil
yang lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberi tambahan ilmu bagi pembaca. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan komoditas tanaman pangan yang mencapai batas dan
tidak dapat ditingkatkan lagi (levelling off) terjadi karena berbagai faktor
eksternal dan internal. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya
untuk mengeliminasi ketergantungan pada impor dengan peningkatan potensi
produksi pangan, mengoptimalkan pengelolaan lahan, dan menggunakan
teknologi dan sarana yang lebih canggih. Levelling off adalah kondisi dimana
pertambahan input hara tidak lagi mampu meningkatkan produksi tanaman,
yang dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu ketersediaan hara mikro yang
rendah, tanah dengan kualitas rendah (masam), dan pengelolaan lahan yang
tidak tepat. Levelling off juga dapat terjadi akibat penggunaan pupuk dan
pestisida anorganik (kimia) (Hermawan dan Budiyanti, 2020).
Teknologi pengolah tanah masam merupakan teknologi yang digunakan
untuk mengatasi kemasaman tanah. Teknologi pengolah tanah pasang surut
merupakan teknologi yang digunakan untuk mengatasi masalah pasang surut.
Lahan pasang surut adalah lahan yang ditandai dengan adanya pengaruh air,
yang berperan sebagai pasang surutnya. Lahan pasang surut dapat disebabkan
oleh air yang tersusun dan mempengaruhi genangan air tanah. Permasalahan
terkait unsur hara yang ditemui di lahan pasang surut adalah rendahnya
kandungan P dan bahan organik. Selain masalah P, tanah di lahan pasang surut
juga mempunyai kandungan C-organik yang rendah. Kemampuan bahan
organik dalam memperbaiki kesuburan tanah tergantung dari sumber bahan
organik yang digunakan (Masganti et al., 2017).
Pengelolaan lahan dengan teknologi masukan rendah merupakan
strategi untuk mengatasi masalah kemasaman tanah masam kering dan pasang
surut dengan biaya rendah. Teknologi LEISA (low external input sustainable
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sifat dan Karakteristik Lahan Kering Masam dan Lahan Pasang Surut
a. Berat jenis tanah relatif rendah (<1,2 g/cm2)
Berat jenis tanah menunjukkan kerapatan dari partikel padat secara
keseluruhan. Berat jenis kedua tanah ini relatif rendah dikarenakan lahan
kering masam dan lahan pasang surut memiliki nilai kepadatan yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kandungan mineral silikat pada
kedua tanah tersebut.
b. Memiliki nilai pH yang rendah
pH tanah akan cenderung lebih rendah di tempat yang lebih rendah dan
sebaliknya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena pada lokasi yang lebih
tinggi kandungan bahan organik lebih tinggi dimana bahan organik
berfungsi sebagai penyangga pH tanah yang memiliki dampak pada nilai
pH tanah.
c. Memiliki kestabilan agregat tanah yang baik
Akibatnya laju infiltrasi dan perkolasi sehingga sebagian besar hara,
terutama hara P akan tercuci ke lapisan tanah yang lebih dalam.
d. Memiliki konduktivitas hidraulik yang baik
Kondisi ini dapat menyebabkan pencemaran air tanah karena
terakumulasinya hara-hara dan obat-obatan pertanian akibat proses
pencucian yang tinggi. Solusinya adalah dengan memberikan bahan
pembenah tanah yang tepat, yakni yang dapat memperbaiki kemampuan
tanah menyimpan air (water holding capacity), memperbaiki kegemburan
tanah, tidak bersifat meracun, meningkatkan pH tanah, mengurangi
keracunan Al, dan meningkatkan manfaat sisa (residual) dalam jangka
panjang.
e. Populasi mikroba yang sedikit
3
4
Hal ini dipengaruhi oleh kandungan Al yang tinggi pada tanah masam,
kandungan C-organik yang rendah menyebabkan mikroorganisme tidak
berkembang dengan baik. Solusinya dengan menambahkan mikroba tanah
terutama bakteri pelarut fosfat sehingga meningkatkan ketersediaan fosfat.
f. Memiliki kandungan fraksi pasir yang didominasi oleh kuarsa, dan opak,
sedangkan fraksi liat didominasi oleh kaolinit, goetit, dan hematit.
Kandungan liat dalam tanah dapat mengakibatkan rendahnya kandungan
C-organik karena mineralisasi C nya rendah.
g. Kandungan C-organik rendah
Kondisi ini dapat disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat,
penggunaan bahan organik tidak pernah dilakukan dan bahan organik sisa
hasil tanaman dibuang dari lahan atau dibakar. Selain itu kadar C-organik
cenderung semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ketinggian
tempat.
2. Potensi Lahan Kering Masam dan Lahan Pasang Surut
Lahan kering masam merupakan lahan yang memiliki tingkat pH
sangat rendah (<5,5) sehingga memiliki karakteristik biofisik yang tidak
cocok bagi berbagai tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman
perkebunan. Lahan kering masam dapat digunakan dengan optimal apabila
dibarengi dengan pengelolaan yang disertai dengan input yang tinggi.
Produktivitas tanaman pangan pada lahan kering masam umumnya rendah
karena tingkat pengelolaannya tidak berdasarkan pada karakteristik tanah.
Perbaikan tanah sebagai kunci yang perlu dilakukan agar tanah menjadi
optimum dalam penyediaan hara tanaman. Masalah utama pada lahan
kering masam adalah kemasaman tanah dan kandungan Al tinggi, KTK,
kejenuhan basa, dan C-organik rendah. Perbaikan tanah ditujukan untuk
memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah (Kasno, 2019).
5
air diperlukan untuk menjaga ketinggian air tanah agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
Pengelolaan praktik rotasi tanaman secara bergantian pada musim
tanam yang berbeda. Tanaman kacang-kacangan yang mampu
memperbaiki nitrogen dalam rotasi untuk meningkatkan ketersediaan
nitrogen bagi tanaman lainnya. Dengan melakukan rotasi tanaman, tanah
kering masam dapat dihindarkan dari kelelahan tanah akibat tanaman yang
terus-menerus ditanam, serta penyerapan nutrisi yang tidak seimbang oleh
tanaman yang sama. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan
ketersediaan unsur hara dalam tanah dan mengurangi risiko serangan hama
dan penyakit yang spesifik terhadap satu jenis tanaman. Salah satu solusi
yang mampu menambah bahan organik yaitu dengan dilakukan rotasi
tanam serta upaya dalam meningkatkan biomassa tanah yaitu dengan
dilakukannya rotasi tanam. Rotasi tanam dapat meningkatkan produksi
tanaman, meningkatkan pH tanah, meningkatkan bahan organik tanah serta
meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah (Thirdyawati et al. 2013).
Konservasi tanah secara vegetatif merupakan tindakan konservasi
yang direkomendasikan untuk lahan kering masam. Beberapa jenis
teknologi konservasi vegetatif yang sesuai untuk diterapkan lahan pangan
tanaman semusim di antaranya adalah alley cropping dan strip cropping.
Pada lahan kering iklim kering teknologi konservasi vegetatif juga
direkomendasikan untuk diterapkan, namun perlu dipilih tanaman
konservasi yang tahan kering. Tanaman legum tree yang tahan kekeringan
di antaranya adalah gamal (gliriside) dan lamtoro, sedangkan rumput yang
relatif tahan kering adalah rumput gajah.
Pengelolaan dan tindakan konservasi untuk lahan kering masam
dan lahan pasang surut membutuhkan pendekatan yang berbeda tergantung
pada karakteristik setiap jenis lahan tersebut. Namun, prinsip-prinsip
9
umum seperti pengelolaan air yang baik, pemupukan yang tepat, dan
pengendalian erosi dan gulma tetap relevan untuk keduanya. Peran petani,
pemerintah, dan peneliti sangat penting dalam mengembangkan dan
menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang berkelanjutan untuk
menjaga produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan.
b) Pengelolaan Kesuburan Tanah (pengapuran/pemberian kapur,
pemupukan, dan penambahan bahan organik)
1) Pengapuran/Pemberian Kapur
Pengolahan lahan kering masam dan lahan pasang surut dengan
pengelolaan pH tanah, langkah pertama dalam meningkatkan
produktivitas lahan kering masam dan lahan pasang surut adalah dengan
mengelola pH tanah. Lahan ini memiliki pH rendah, sehingga
pemberian kapur pertanian atau dolomit dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian pH tanah ini membantu
meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Salah satunya
dengan melakukan pengapuran yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan pH tanah, selain itu pengapuran juga dapat meningkatkan
ketersediaan kalsium dan fosfor, mengurangi keracunan Al serta
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) (Andi dan Abdullah, 2004).
Kapur tersebut dapat bertindak sebagai penyangga (buffer) yang dapat
membantu menetralkan kemasaman tanah dan meningkatkan
ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Pengapuran biasanya dilakukan secara berkala berdasarkan hasil
tes tanah untuk menentukan dosis yang sesuai, agar pemilihan jenis
kapur dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanah tersebut. Terdapat
beberapa jenis kapur seperti kapur dolomit dan kapur kalsit. Pada kapur
dolomit mengandung magnesium dan kalsium sedangkan kapur kalsit
hanya mengandung kalsium saja. Dosis pengapuran harus disesuaikan
10
beras yang tinggi, dan tahan blas, wereng coklat) (Noor dan Rahman,
2015).
Adapun komoditas lainnya yaitu jagung. Jagung merupakan sumber
utama karbohidrat yang sangat penting setelah padi dan gandum,
digunakan sebagai bahan pangan pokok, pakan, bioetanol, dan bahan baku
industri, sehingga jagung merupakan salah satu komoditas strategis dalam
pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia (Agus, 2021).
Varietas jagung yang cocok adalah Kalingga, Arjuna, dan Suwon.
Komoditas jagung merupakan komoditas yang fleksibel dan dapat tumbuh
diberbagai kondisi tanah. Namun, pertumbuhan dan hasil jagung dapat
dipengaruhi oleh karakteristik tanah khususnya pada tanah kering masam
dan pasang surut. Tanah kering masam memiliki tingkat kemasaman yang
tinggi maka jagung memerlukan tanah netral agar tumbuh secara optimal,
maka perlu untuk penambahan bahan kapur sesuai yang sudah dijelaskan
pada pembahasan pengapuran. Sedangkan tanah pasang surut seringkali
memiliki masalah drainase yang buruk karena genangan air. Hal ini dapat
menyebabkan akumulasi air yang berlebihan dan kekurangan oksigen di
zona akar tanaman. Tanaman jagung memiliki kebutuhan air yang cukup,
namun, air yang tergenang diatas tanah dapat mengahambat pertumbuhan
dan menyebabkan pembusukan akar. Oleh karena itu, penting untuk
memperbaiki sistem drainase pada lahan tersebut seperti menggunakan
pembuatan saluran air atau pengaturan pola tanam yang sesuai.
Selain jagung ada juga komoditas kedelai, Kedelai merupakan
salah satu komoditi pangan utama yang diperlukan sebagai pangan
murah dan bergizi, pakan ternak serta bahan baku industri (Jumakir et al.,
2016). Kedelai (Glycine max) adalah tanaman pangan yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, termasuk
tanah kering masam dan tanah pasang surut. Kedelai memiliki toleransi
yang relatif tinggi terhadap kekeringan. Ini berarti bahwa tanaman kedelai
14
mampu bertahan dalam kondisi tanah yang kering atau dengan sedikit air.
Ini membuatnya menjadi pilihan yang baik untuk ditanam di tanah kering,
di mana pasokan air sering kali menjadi masalah. Kedelai juga memiliki
toleransi yang baik terhadap tingkat keasaman tanah. Meskipun tanah
masam mungkin menghambat ketersediaan beberapa nutrisi bagi tanaman,
banyak varietas kedelai telah dikembangkan untuk tumbuh dengan baik di
tanah dengan pH yang rendah. Ini membuat kedelai menjadi pilihan yang
sesuai untuk tanah kering masam. Meskipun kedelai tidak dianggap
sebagai tanaman yang tahan terhadap genangan air, ia memiliki toleransi
yang cukup baik terhadap kondisi tanah yang pasang surut. Ini berarti
bahwa kedelai bisa bertahan dalam kondisi tanah yang cenderung
tergenang air untuk sementara waktu, meskipun tidak secara permanen.
Selanjutnya ada kacang tanah. Pengembangan kacang tanah pada
lahan kering masam berhadapan dengan kemasaman tanah tinggi, pH rata-
rata <4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kan- dungan hara makro terutama
P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah, sedangkan untuk
lahan pasang surut selain hal tersebut juga masalah pengendalian air
(Kasno, 2019). Dengan demikian, pengembangan kacang tanah di lahan
kering masam dan lahan pasang surut memiliki harapan yang baik karena:
(a) secara alamiah kacang tanah adaptif pada lahan masam, (b) bernilai
ekonomis dan memiliki keunggulan komparatif dibanding tanaman pangan
lainnya, (c) permintaan kacang tanah dalam negeri sangat besar, dan (d)
tersedia teknologi generik seperti: pengelolaan air, pengendalian Al, Fe,
dan pH, varietas toleran, dan pengelolaan LATO. Guna mendapatkan hasil
yang optimal dalam pengembangan lahan kering masam atau lahan pasang
surut, disa- rankan bahwa teknologi generik yang tersedia disintitesis
melalui pengkajian sehingga didapatkan teknik produksi lebih spesifik. Ubi
jalar dan ubi kayu adalah dua jenis tanaman umbi-umbian yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, termasuk
15
tanah kering masam dan tanah pasang surut. Ubi jalar dan kayu memiliki
toleransi yang cukup baik terhadap kekeringan. Ini membuatnya cocok
untuk ditanam di tanah kering, di mana pasokan air terbatas. Ubi jalar dan
kayu juga memiliki toleransi yang baik terhadap tanah yang masam. Ini
berarti bahwa ubi jalar bisa tumbuh dengan baik di tanah dengan pH rendah
atau tanah masam. Meskipun ubi jalar dan kayu tidak tahan terhadap
genangan air yang berkepanjangan, beberapa varietas ubi jalar memiliki
toleransi terhadap kondisi tanah yang pasang surut yang bersifat sementara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Sifat dan karakteristik lahan masam kering dan pasang surut yaitu memiliki
berat jenis, nilai pH, kadungan C-organik, dan populasi mikroba yang
relatif rendah, kestabilan agregat dan konduktivitas hidrauliknya baik, serta
memiliki kandungan fraksi pasir yang didominasi oleh kuarsa dan opak
sedangkan fraksi liat didominasi oleh kaolinit, goetit, dan hematit.
2. Potensi lahan masam kering yaitu produktivitas tanaman pangan umumnya
rendah karena kurangnya pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik
tanah. Namun, berbagai komoditas seperti padi, jagung, kedelai, dan ubi
kayu masih dapat tumbuh dan memberikan hasil yang layak, terutama
dengan varietas yang sesuai dan pengelolaan yang tepat.
3. Potensi lahan pasang surut memiliki potensi tinggi jika diolah dengan
metode yang sesuai, seperti penataan lahan, pengelolaan air, ameliorasi dan
pemupukan. Untuk komoditas padi, varietas yang unggul dan dapat
beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan pasang surut harus dipilih
sesuai dengan tingkat keasaman dan kandungan besi tanah.
4. Tindakan konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan pembuatan
sistem drainase dan rotasi tanaman untuk meningkatkan kualitas tanah dan
mengurangi risiko serangan hama. Konservasi tanah vegetatif, seperti alley
cropping, juga disarankan.
5. Pengelolaan kesuburan tanah dengan pengapuran, pemupukan, dan
penambahan bahan organik yaitu melibatkan pengaturan pH tanah untuk
melakukan pengapuran berkala, pemupukan dengan pupuk organik, dan
penambahan bahan organik hal tersebut digunakan untuk memperbaiki
16
17