Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERBEDAAN PENDAPAT TAFSIR AYAT TENTANG TUJUAN


DAKWAH
Di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Tafsir Ayat Dakwah
Dosen Pengampu: Hery Sabarudin, S.Ag M.Ag

Di Susun Oleh:

Kelompok 3

Muhammad Nopal Sawaludin 2341030008

Ibnu Aqwam Solihan 2341030005

Muhammad Zakki Akmal Saputra 2341030022

KELAS A
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karuniaNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah Tafsir Ayat Dakwah. Sholawat beserta salam semoga
dapat tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya,
Sahabat-sahabatNya dan kita selaku umatnya kelak diakhir zaman. Alhamdulillah makalah
yang penulis buat yang berjudul “PERBEDAAN PENDAPAT TAFSIR AYAT TENTANG
TUJUAN DAKWAH” telah selesai dan terima kasih penulis hanturkan kepada dosen kami
Hery Sabarudin, S.Ag M.Ag yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan benar. Makalah kami tidak bisa mendekati atas sempurna
karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata, kami berharap makalah kami
berguna terutama mahasiswa UIN RADEN INTAN LAMPUNG sendiri selanjutnya kami
mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Bandar Lampung, 31 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ..................................................................................................

C.Tujuan ....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.Tafsir Ayat-ayat tentang Tujuan Dakwah .............................................................

1. Q.S Al-Fath ayat 28 ......................................................................................... 2

2.Q.S Al-Hajj ayat 41 .......................................................................................... 4

3.Q.S Al-Kahf ayat 29 ......................................................................................... 6

4.Q.S An-Nahl ayat 125 ...................................................................................... 7

B.Perbedaan Pendapat Tentang Tercapainya Tujuan Dakwah ............................. 10

BAB III PENTUP

A.Kesimpulan ........................................................................................................ 14

B.Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam konteks memahami tujuan dakwah dalam Islam, terdapat beragam pendekatan
dan interpretasi yang dapat menjadi landasan bagi praktik dakwah yang efektif dan
bermakna. Melalui penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an seperti Al-Fath ayat 28, Al-Hajj ayat 41,
Al-Kahf ayat 29, dan An-Nahl ayat 125, serta melalui analisis pemikiran tokoh-tokoh seperti
M. Natsir dan Kutadi Suhandang, dapat diungkap bahwa dakwah tidak sekadar tentang
menyampaikan kebenaran agama, tetapi juga melibatkan pembaharuan agama, interaksi
sosial yang bijaksana, dan pencarian keridhaan Ilahi.

Dalam penelusuran ini, akan dibahas perbedaan penekanan antara pandangan M. Natsir
dan Kutadi Suhandang terkait tujuan dakwah, serta bagaimana pandangan ini mencerminkan
orientasi dan strategi pelaksanaan dakwah yang berbeda. Melalui pembahasan ini, diharapkan
dapat tergambar gambaran yang lebih komprehensif tentang esensi dan prinsip-prinsip yang
mendasari dakwah dalam Islam, serta relevansinya dalam konteks kontemporer.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tafsir Ayat-ayat tentang Tujuan Dakwah seperti Al-Fath ayat 28, Al-Hajj ayat
41, Al-Kahf ayat 29, dan An-Nahl ayat 125 ?

2.Bagaimana Perbedaan Pendapat Tentang Tercapainya Tujuan Dakwah?

C.Tujuan

1.Untuk mengetahui mengenai tafsir ayat-ayat tentang tujuan dakwah seperti Al-Fath ayat 28,
Al-Hajj ayat 41, Al-Kahf ayat 29, dan An-Nahl ayat 125

2.Untuk mengetahui perbedaan pendapat tentang tercapainya tujuan dakwah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Tafsir Ayat-ayat tentang Tujuan Dakwah

1. Q.S Al-Fath ayat 28

‫ش ٍِ ْٕدًا‬ ‫علَّ ال ِدّٔ ِْه ُك ِلّ ًٖۗ ََ َك ٰفّ ثِ ه‬


َ ِ‫بّٰلل‬ ْ ٕ‫ق ِل‬
َ ‫ُظ ٍِ َز ٗي‬ ِ ّ ‫ص ُْلًَٗ ثِ ْبل ٍُ ٰدِ ََ ِدٔ ِْه ْال َح‬ ْْٓ ‫ٌُ َُ الَّذ‬
َ ‫ِْ ا َ ْر‬
ُ ‫ص َل َر‬

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar
agar Dia mengunggulkan (agama tersebut) atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai
saksi.”1

 Tafsir

Dalam ayat ini ditegaskan kebenaran Muhammad saw sebagai rasul yang diutus Allah
kepada manusia dengan menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah yang diutus untuk
membawa petunjuk dan agama Islam sebagai penyempurna terhadap agama-agama dan
syariat yang telah dibawa oleh para rasul sebelumnya, menyatakan kesalahan dan kekeliruan
akidah-akidah agama dan kepercayaan yang dianut manusia yang tidak berdasarkan agama,
dan untuk menetapkan hukum-hukum yang berlaku bagi manusia sesuai dengan
perkembangan zaman, perbedaan keadaan dan tempat. Hal ini juga berarti dengan datangnya
agama Islam yang dibawa Muhammad saw, maka agama-agama yang lain tidak diakui lagi
sebagai agama yang sah di sisi Allah.

Pada akhir ayat ini, dinyatakan bahwa semua yang dijanjikan Allah kepada Rasulullah
saw dan kaum Muslimin itu pasti terjadi dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi
terjadinya.

 Kandungan Surat Al Fath Ayat 28

Dato Philosopher Dr. Halo-N, dkk. (2016: 292) dalam bukunya yang berjudul Al
Fathun Nawa Jilid 1 menjelaskan bahwa Surat Al Fath Ayat 28 termasuk dalam kelompok Al
Bayan, yakni sumber prinsip dan falsafah. Ayat tersebut menjelaskan prinsip pada tiga aspek,
yaitu:

1
https://quran.nu.or.id/al-fath/28

2
1.Secara jelas menerangkan bahwa setiap rasul diutus oleh Allah SWT membawa petunjuk
dan agama (gaya dan cara hidup) yang sebenarnya.

2.Secara jelas menerangkan bahwa petunjuk dan agama yang diperkenalkan merupakan asal
furqan, yakni kandungan perubahan dan pembaharuan. Oleh sebab itu, agama menjadi
pegangan dan panduan mutlak bagi manusia dalam menggambarkan dirinya sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi.

3.Secara jelas menerangkan bahwa petunjuk dan agama yang di bawa oleh para rasul tetap
mendapat perhatian Allah SWT sendiri menjadi saksi terhadapnya. Wallahu a‟lam bish-
shawab.

Dari Penjabaran di atas, hal ini berkaitan dengan ayat-ayat tujuan dakwah, seperti Surah
Al-Fath ayat 28, dengan menggambarkan prinsip-prinsip penting yang terkandung dalamnya:

1. Prinsip Kehakiman Rasulullah: Ayat tersebut menegaskan bahwa setiap rasul diutus oleh
Allah SWT dengan membawa petunjuk dan agama yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan
tujuan dakwah untuk menyampaikan kebenaran agama kepada manusia dan membimbing
mereka ke jalan yang lurus. Sebagaimana dalam Surah Al-Fath ayat 28 yang menyatakan:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
Dia mengunggulkan (agama tersebut) atas semua agama."

2. Prinsip Pembaharuan Agama: Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa petunjuk dan agama
yang dibawa oleh para rasul merupakan asal furqan, yaitu kandungan perubahan dan
pembaharuan. Ini mengindikasikan bahwa agama-agama sebelumnya telah mengalami
perubahan atau penyimpangan, dan datangnya rasul terakhir, Muhammad SAW, membawa
pembaharuan yang diperlukan. Sebagaimana dalam Surah Al-Fath ayat 28 yang menyatakan:
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar..."

3. Prinsip Kesaksian Allah SWT: Ayat tersebut juga menegaskan bahwa petunjuk dan agama
yang dibawa oleh para rasul tetap mendapat perhatian Allah SWT dan menjadi saksi
terhadapnya. Ini menunjukkan bahwa dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
didukung oleh kesaksian Allah SWT sendiri, memperkuat kebenaran dan otoritasnya.
Sebagaimana dalam Surah Al-Fath ayat 28 yang menyatakan: "...Cukuplah Allah sebagai
saksi."

3
Dengan demikian, penjabaran tersebut memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat-ayat tujuan dakwah, menguatkan urgensi
dan kebenaran misi dakwah yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

2. Q.S Al-Hajj ayat 41

‫ع ِه ْال ُم ْى َك ٖۗ ِز‬
َ ‫ف ََوَ ٍَ ُْا‬ َّ ‫ص ٰلُح َ ََ ٰار َ ُُا‬
ِ َْ ‫الز ٰكُح َ ََا َ َم ُز َْا ثِ ْبل َم ْع ُز‬ ِ ‫اَلَّ ِذْٔهَ ا ِْن َّم َّكىه ٍُ ْم فِّ ْاْلَ ْر‬
َّ ‫ض اَقَب ُمُا ال‬
‫عبقِجَخُ ْاْلُ ُم ُْ ِر‬ َ ِ‫ََ ِ هّٰلل‬

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka
menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.”2

 Tafsir

Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang yang diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta Nabi Muhammad saw,
yang kepada mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika kemenangan telah mereka
peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik dan orang-orang yang gila kekuasaan
tetapi mereka akan tetap melaksanakan:

1.Salat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diperintahkan Allah.
Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu tiang agama, merupakan tali penghubung
yang langsung antara Allah dengan hamba-Nya, mensucikan jiwa dan raga, mencegah
manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta merupakan perwujudan takwa yang
sebenarnya.

2.Mereka menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak
orang-orang fakir dan miskin. Karena itu mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah
karena mereka mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk
menyerahkan hak orang fakir dan miskin yang terdapat dalam harta mereka. Jika mereka
diangkat sebagai penguasa, mereka berusaha agar hak orang-orang fakir dan miskin itu
benar-benar sampai ke tangan mereka.

3.Perintah untuk menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar.
Mereka mendorong manusia mengerjakan amal saleh, memimpin manusia melalui jalan lurus

2
https://quran.nu.or.id/al-Hajj/41

4
yang dibentangkan Allah. Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa melanggar
larangan-larangan Allah.

Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu.
Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama
dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-
daerah di luar Jazirah Arab.

Tindakan mereka sesuai dengan firman Allah:

َ‫بّٰللِ ٖۗ ََلَ ُْ ٰا َمه‬


‫ف ََرَ ْى ٍَ ُْنَ َع ِه ْال ُم ْى َك ِز ََرُؤْ ِمىُ ُْنَ ثِ ه‬ ِ َْ ‫بس ر َأ ْ ُم ُز َْنَ ثِ ْبل َم ْع ُز‬ ِ َّ‫ذ ِللى‬ ْ ‫ُك ْىز ُ ْم َخٕ َْز ا ُ َّم ٍخ ا ُ ْخ ِز َج‬
َ‫ت لَ َكبنَ َخٕ ًْزا لَّ ٍُ ْم ٖۗ ِم ْى ٍُ ُم ْال ُمؤْ ِمىُ ُْنَ ََا َ ْكث َ ُز ٌُ ُم ْال ٰف ِضقُ ُْن‬ ِ ‫ا َ ٌْ ُل ْال ِك ٰز‬

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Āli
„Imrān/3: 110)3

Penjabaran mengenai tafsir Surat Al-Hajj ayat 41 berkiatan dengan ayat-ayat tujuan
dakwah sebagai berikut:

1. Pengertian Kesucian Salat dan Zakat: menjelaskan bahwa para sahabat dan Nabi
Muhammad saw, yang dijanjikan kemenangan oleh Allah, tetap melaksanakan salat pada
waktu-waktu yang ditentukan dan menunaikan zakat dengan penuh keyakinan akan
kepentingan dan urgensi keduanya dalam menegakkan agama. Ini sejalan dengan tujuan
dakwah untuk menegakkan ibadah dan kewajiban agama di antara umat manusia, mengikat
mereka dengan hubungan langsung kepada Allah SWT. Mereka yakin bahwa salat adalah
tiang agama yang mencegah dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar, sementara zakat
adalah hak orang-orang fakir dan miskin yang harus dipenuhi.

2. Perintah untuk Menyuruh Berbuat Makruf dan Mencegah Mungkar: upaya para sahabat
dan Nabi Muhammad saw dalam menyuruh berbuat makruf dan mencegah mungkar. Mereka
bertindak sebagai pemimpin yang membimbing umat manusia ke jalan yang benar,
menegakkan larangan-larangan Allah, dan membenci pelanggaran terhadap aturan-Nya. Hal

3
https://quran.nu.or.id/al-imran/110

5
ini sejalan dengan tujuan dakwah untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran, serta
memerangi kejahatan dan ketidakadilan di masyarakat.

3. Kemenangan yang Dijanjikan Allah: mengingatkan bahwa janji Allah kepada para sahabat
untuk mendapatkan kemenangan adalah benar. Mereka dipilih oleh Allah sebagai pengurus
urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Ini mencerminkan tujuan dakwah
untuk mendirikan keadilan, kebenaran, dan kebaikan di muka bumi, serta menegakkan agama
Allah SWT.

Dengan demikian, penjabaran tersebut memberikan pemahaman yang lebih dalam


tentang bagaimana prinsip-prinsip yang terkandung dalam tafsir Surat Al-Hajj ayat 41
mengaitkan dengan tujuan-tujuan dakwah yang diemban oleh para sahabat dan Nabi
Muhammad saw.

3.Q.S Al-Kahf ayat 29

‫ط ِث ٍِ ْم‬َ ‫َبر ۙا ا َ َحب‬ ‫ََقُ ِل ْال َح ُّق ِم ْه َّر ِثّ ُك ٖۗ ْم فَ َم ْه ش َۤب َء فَ ْلُٕؤْ ِم ْه ََّ َم ْه ش َۤب َء فَ ْل َٕ ْكفُ ْۚ ْز اِوَّب ْٓ ا َ ْعز َ ْدوَب ِلل ه‬
ً ‫ظ ِل ِمْٕهَ و‬
‫د ُم ْزرَفَقًب‬ ْ ‫ص ۤب َء‬ ُ ٖۗ ‫ش َز‬
َ ََ ‫اة‬ َّ ‫ش ال‬ َ ْ‫ص َزا ِدقُ ٍَ ٖۗب ََا ِْن َّٔ ْضزَ ِغ ْٕث ُ ُْا ُٔغَبث ُ ُْا ِث َم ۤبءٍ َك ْبل ُم ٍْ ِل َٔ ْش ُِِ ْال ُُ ُج ُْ ٖۗيَ ِثئ‬ ُ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka,


siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki
(kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang
zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan
meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang
menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling
jelek.”4

 Tafsir

Dalam Tafsir yang dikeluarkan Kementerian Agama (Tafsir Depag RI), menyatakan
bahwa Allah SWT memerintahkan lagi kepada Rasulullah SAW agar menegaskan kepada
orang-orang kafir itu, bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu yaitu dari
Tuhan semesta alam.

4
https://quran.nu.or.id/al-kahf/29

6
1. Didalam ayat ini manusia dibebaskan untuk menentukan pilihan, apakah mereka ingin
menjadi orang yang beriman atau kafir. Sebelum mereka menentukan pilihan, mereka telah
diberi tahu bahwa kebenaran berasal dari Allah Swt.

2. Orang – orang kafir adalah orang – orang yang menolak kebenaran yang datang dari Allah
Swt, maka dari itu mereka akan ditempatkan di neraka, yaitu tempat dimana mereka akan
menerima kesengsaraan.

3. Neraka adalah tempat orang – orang kafir, tempat yang merupakan tempat istirahat yang
paling jelek, serta apabila mereka meminta minum, mereka akan diberi minuman yang paling
buruk.

Penjabaran tersebut berkaitan dengan ayat-ayat tujuan dakwah, termasuk QS. Al-Kahfi
ayat 29, sebagai berikut:

1. Penegasan Kebenaran dari Tuhan: bahwa dalam ayat tersebut, Rasulullah disuruh
menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa kebenaran berasal dari Tuhan semesta alam. Ini
mencerminkan tujuan dakwah untuk menyampaikan kebenaran agama kepada manusia dan
membimbing mereka ke jalan yang benar. Sebagaimana QS. Al-Kahfi ayat 29 yang
menyatakan: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu.'"

2. Kebebasan Memilih Iman atau Kufur: menekankan bahwa manusia diberi kebebasan untuk
memilih antara beriman atau kufur. Sebelum mereka membuat pilihan, mereka telah diberi
pengetahuan bahwa kebenaran berasal dari Allah SWT. Ini mencerminkan tujuan dakwah
untuk memberikan kesadaran kepada manusia tentang kebenaran agama dan konsekuensi
memilih iman atau kufur. Sebagaimana QS. Al-Kahfi ayat 29 yang menyatakan: "Maka,
siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki
(kufur), biarlah dia kufur."

3. Neraka sebagai Tempat bagi Orang-orang Kafir: Penjabaran tersebut menegaskan bahwa
orang-orang kafir akan ditempatkan di neraka sebagai tempat untuk menerima kesengsaraan
yang menghimpit mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan dakwah untuk memberikan
peringatan kepada manusia tentang konsekuensi dari penolakan terhadap kebenaran agama.
Sebagaimana QS. Al-Kahfi ayat 29 yang menyatakan: "Sesungguhnya Kami telah
menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka."

7
Dengan demikian, penjabaran tersebut memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang bagaimana prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat tersebut mengaitkan dengan
tujuan-tujuan dakwah yang diemban oleh Rasulullah SAW.

4.Q.S An-Nahl ayat 125

‫ض ٖۗ ُه ا َِّن َرث ََّك ٌُ َُ ا َ ْعلَ ُم‬ َ ٌِ ْٓ ‫ضىَ ِخ ََ َجبد ِْل ٍُ ْم ثِبلَّ ِز‬
َ ‫ٓ ا َ ْح‬ َ ‫ظ ِخ ْال َح‬َ ‫صجِ ْٕ ِل َر ِثّ َك ثِ ْبل ِح ْك َم ِخ ََ ْال َم ُْ ِع‬ َ ّ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰل‬
َ‫ص ِج ْٕ ِلً ََ ٌُ َُ ا َ ْعلَ ُم ثِ ْبل ُم ٍْز َ ِدْٔه‬
َ ‫ع ْه‬ َ ‫ثِ َم ْه‬
َ ‫ض َّل‬

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling
tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang
5
mendapat petunjuk.”

 Tafsir

Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) RI, melalui surah An Nahl ayat 125
tersebut, Allah SWT memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak
manusia (dakwah) ke jalan Allah SWT. Maksud jalan Allah SWT di sini adalah syariat Islam
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dijelaskan lebih lanjut, Allah SWT meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan
bagi umat Rasulullah SAW di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.

1.Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah
dakwah untuk agama Allah SWT sebagai jalan menuju ridha-Nya, bukan dakwah untuk
pribadi dai (pendakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya.

2.Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah SAW agar berdakwah dengan hikmah.
Kemenag menafsirkan hikmah mengandung beberapa arti. Di antaranya hikmah adalah
pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu, hikmah adalah perkataan yang tepat
dan benar yang menjadi dalil untuk menjelaskan mana yang hak dan batil ayatu syubhat
(ragu).

Arti hikmah lainnya adalah mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an,


paham agama, takut kepada Allah, serta benar dalam perkataan dan perbuatan. Adapun, arti

5
https://quran.nu.or.id/an-nahl/125

8
hikmah yang mendekati kebenaran menurut Tafsir Kemenag adalah pengetahuan yang
memberikan manfaat.

"Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan
dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat," jelas tafsir tersebut.

Allah SWT menjelaskan cara dakwah lainnya menurut surah An Nahl ayat 125 adalah
dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan. Sehingga, apa yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.

"Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas,
dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan
atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan
orang lain sehingga menyakitkan hati," jelas Kemenag dalam tafsirnya.

Dalam ayat tersebut Allah SWT juga menjelaskan apabila terjadi perdebatan,
hendaknya untuk membantah dengan cara yang baik. Perdebatan yang baik adalah perdebatan
yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati,
dan berusaha mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Demikian
bunyi tafsir tersebut.

Ulama tafsir, Imam Ibnu Katsir, dalam kitab tafsirnya juga menjelaskan, cara
membantah yang baik dapat dilakukan dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara
yang bijak.

Menurut Ibnu Katsir, cara membantah sebagaimana termaktub dalam surah An Nahl
ayat 125 tersebut sama pengertiannya dengan ayat lain yang disebutkan oleh firman-Nya,

َ َ ‫ِْ ا ُ ْو ِز‬ َ َ‫ض ُۖ ُه ا َِّْل الَّ ِذْٔه‬


ْْٓ ‫ظلَ ُم ُْا ِم ْى ٍُ ْم ََقُ ُْلُ ُْْٓا ٰا َمىَّب ِثبلَّذ‬ ِ ‫۞ ََ َْل ر ُ َجب ِدلُ ُْْٓا ا َ ٌْ َل ْال ِك ٰز‬
َ ٌِ ْٓ ‫ت ا َِّْل ِثبلَّ ِز‬
َ ‫ٓ ا َ ْح‬
َ‫احد ٌ ََّو َْح ُه لًَٗ ُم ْض ِل ُم ُْن‬ ِ ََ ‫اِلَ ْٕىَب ََا ُ ْو ِز َ َ اِلَ ْٕ ُك ْم ََا ِٰل ٍُىَب ََا ِٰل ٍُ ُك ْم‬

"Janganlah kamu mendebat Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali
terhadap orang-orang yang berbuat zalim di antara mereka. Katakanlah, "Kami beriman

9
pada (kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu. Tuhan kami dan
Tuhanmu adalah satu. Hanya kepada-Nya kami berserah diri." 6(QS Al Ankabut: 46)

Penjabaran tersebut mengaitkan dengan ayat-ayat tujuan dakwah, termasuk QS. An-
Nahl ayat 125, sebagai berikut:

1. Dakwah Menuju Jalan Allah: menekankan bahwa surah An-Nahl ayat 125 memberikan
pedoman kepada Rasulullah tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah SWT. Ini
mencerminkan tujuan dakwah untuk membimbing manusia menuju jalan yang benar, yakni
syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Dakwah dengan Hikmah: Tafsir tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menasihati
Rasulullah agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah dalam dakwah mencakup pengetahuan
tentang rahasia dan faedah agama, serta penggunaan perkataan yang tepat dan benar untuk
menjelaskan kebenaran agama. Ini sesuai dengan tujuan dakwah untuk menyampaikan pesan
agama dengan cara yang bijaksana dan mudah dipahami oleh umat.

3. Dakwah dengan Pengajaran yang Baik: menyatakan bahwa Allah SWT mengarahkan
Rasulullah untuk berdakwah dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan.
Tujuannya adalah agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
pendengar. Ini mencerminkan tujuan dakwah untuk memberikan pemahaman yang mendalam
tentang agama dan mendorong perubahan positif dalam perilaku manusia.

4. Membantah dengan Cara yang Baik: menjelaskan bahwa jika terjadi perdebatan,
Rasulullah dan para pendakwah seharusnya membantah dengan cara yang baik, lemah
lembut, dan bijaksana. Ini bertujuan untuk menghindari timbulnya sifat negatif seperti
sombong dan tinggi hati, serta mempertahankan harga diri secara yang tercela. Demikianlah,
penjabaran tersebut menggambarkan tujuan dakwah untuk menghindari konflik dan
mempromosikan dialog yang konstruktif.

Dengan demikian, penjabaran tersebut memberikan pemahaman yang lebih dalam


tentang bagaimana prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat tersebut mengaitkan dengan
tujuan-tujuan dakwah yang diemban oleh Rasulullah SAW dan para pendakwah.

B.Perbedaan Pendapat Tentang Tercapainya Tujuan Dakwah

6
https://quran.nu.or.id/al-ankabut/46

10
 Menurut M. Natsir, tujuan dakwah adalah:

a. Memanggil kita kepada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup
perseorangan atau persoalah berumahtangga, berjama'ah-bermasyarakat, berbangsa-bersuku
bangsa, bernegara dan berantarnegara.

b. Memanggil kita kepada fungsi hidup kita sebagai hamba Allah di atas dunia, berisikan
manusia berbagai jenis, bermacam pola pendi- rian dan kepercayaannya, yakni fungsi sebagai
syubada 'ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia.

c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yaitu menyembah Allah. Demikianlah,
kita hidup mempunyai fungsi tujuan yang tertentu.

Tujuan dakwah tersebut, secara lebih tegas disampaikan oleh M.Natsir bahwa tujuan
risalah yang dibawa Nabi Muhammad adalah petunjuk (huda), bagaimana manusia manjaga
nilai dan martabat kemanusiaannya itu agar jangan sampai turun, dan sebaliknya agar bakat
potensinya dapat berkembang dan kualitasnya meningkat mencapai tingkat yang lebih tinggi
(M. Natsir, 1978:110). Secara lebih rinci, tujuan dakwah tersebut adalah:

Pertama, memanggil manusia kembali kepada syaria'at atau hokum-hukumagama agar dapat
mengatur dirinya sesuai dengan agama. Menurutnya, agama tidak sekedar satu sistem
kepercayaan saja, tetapi di dalamnya terdapat multisistem untuk mengatur kehidupan
manusia, baik dalam garis vertical dengan Allah SWT maupun horizontal denan manusia darı
lingkungannya. Hal tersebut sebagaimana diakuinya sendiri, agam seharusnya menjadi
pemimpimn dan penuntun bagi orang-orang untuk mencapai perkembangan setinggi mungkin
dalam kemampuan rohaniah, akhlak, intelektual, dan fisik. Selanjutnya fungsi agama adalah
menetapkan, memelihara dan menyelaraskan hubungan antara Tuhan dan insan dan juga
antara manusia dengan manusia (M. Natsir, 1988:207).

Kedua, Tujuan dakwah Islam adalah mempertegas fungsi hidup manusia sebagai hamba
Allah di muka bumi ini, yaitu mengabdi kepada Allah SWT

ِ ‫وش ِإ َّْل ِل َٕ ْعجُد‬


‫َُن‬ ِ ْ ََ ‫ََ َمب َخلَ ْقذُ ْال ِج َّه‬
َ ‫اْل‬

11
"Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku 7"(adz-Dzariyat:56).

Dengan demikian, semua bakat potensi yang ada dalam fitrah kejadian manusia dapat
berkembang maju menurut fungsinya masing- masing, berkembang dalam keseimbangan,
dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi.

Ketiga, tujuan dakwah adalah memanggil manusia untuk kembali kepada tujuan hidup, yaitu
mencari keridhaan Allah. Menurut M, .Natsir tujuan hakiki adalah keridhaan Ilahi, keridhaan
yang memungkinkan tercapainya "hidup yang sebenarnya hidup"yang lebih tinggi mutunya
dari hidup manusia; hidup immaterial sebagai kelanjutan dari hidup materiil. Hidup yang
ukhrowi, yang puncak kebahagiaannya terletak dalam pertemuan dengan khaliq Azza wa
Jalla. Itulah menyembah sebagai tujuan hidup .8

 Menurut Kutadi Suhandang dengan mengutip pendapat Rosyad Saleh membagi tujuan
dakwah menjadi dua, yakni tujuan utama dan tujuan perantara.

Menurutnya, tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau
diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah, yaitu terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di duni dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Sedangkan tujuan
perantara berintikan nilai-nilai yang bisa mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang
di ridhoi Allah SWT, masing- masing sesuai dengan bidangnya, yang sudah tentu pula sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh Da'i saat menyampaikan pesan dakwahnya. Karena itu
pula Jamaluddin Kafie membagi tujuan dakwah menjadi tujuan hakiki, tujuan umum, tujuan
khusus, tujuan urgen, tujuan insidental, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Secara hakiki, dakwah bertujuan membentuk akhlak masyarakat, negara, dan umat
manusia seluruhnya melalui pengenalan terhadap Tuhan dan mempercayai sekaligus
mengikuti jalan petunjuk-Nya.

b. Secara umum, dakwah bertujuan menyeru manusia agar mengindahkan seruan Allah dan
Rasul-Nya, serta memenuhi panggilan-Nya, di dunia dan akhirat kelak.

c. Secara khusus dakwah berusaha membentuk satu tatanan masyarakat Islam yang utuh, atau
mungkin kita sebut sebagai masyarakat Islam yang madani.

7
https://quran.nu.or.id/adz-dzariyat/56
8
Mubasyaroh,M.Ag,”M.Natsir dan pandangannya tentang dakwah dalam buku fiqhud dakwah”,AT-
TABSYIR,Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam,Vol.1,No.2,Juli-Desember 2013,hlm.154

12
d. Secara urgen, dakwah merupakan upaya pembentukan tingkah laku manusia yang
berakhlak Islami, yang bisa mempengaruhi jalan pikirannya serta tercermin dalam faktu
hidup dan lingkungannya.

e. Secara insidental, dakwah berupaya meringankan beban manusia dengan memberikan


pemecahan-permecahan permasalahan yang terus berkembang atau memberi jawahan atau
berbagai persoalan yang dihadapi oleh setiap golongan manusia disetiap ruang dan waktu. 9

 Perbedaan

Pendapat M. Natsir menekankan bahwa tujuan dakwah adalah memanggil manusia


kembali kepada syaria'at atau hukum-hukum agama, mempertegas fungsi hidup manusia
sebagai hamba Allah, dan memanggil manusia untuk kembali kepada tujuan hidup yang
hakiki, yaitu mencari keridhaan Allah.

Sementara itu, pendapat Kutadi Suhandang dengan mengutip Rosyad Saleh, membagi
tujuan dakwah menjadi tujuan utama dan tujuan perantara. Tujuan utama dakwah adalah
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhoi Allah,
sedangkan tujuan perantara berintikan nilai-nilai yang bisa mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang di ridhoi Allah sesuai dengan bidangnya.

Perbedaan pendapat tersebut terletak pada penekanan aspek-aspek yang berbeda dalam
tujuan dakwah. M. Natsir menyoroti aspek pengaturan kehidupan sesuai dengan ajaran
agama, fungsi hidup sebagai hamba Allah, dan pencarian keridhaan Ilahi. Sementara Kutadi
Suhandang menekankan pada hasil akhir yang diinginkan dari dakwah (kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat) serta nilai-nilai perantara yang mendukung pencapaian
tujuan utama dakwah.

9
Kustandi Suhandang,Strategi Dakwah Penerapan Strategi Komunikasi dalamDakwah,hlm.106-107

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Penafsiran ayat-ayat tentang tujuan dakwah, termasuk Al-Fath ayat 28, Al-Hajj ayat 41,
Al-Kahf ayat 29, dan An-Nahl ayat 125, dapat disimpulkan bahwa: Rasulullah dan para
pendakwah diarahkan untuk menyampaikan dakwah dengan tiga prinsip utama: pertama,
menegaskan kebenaran agama Islam sebagai petunjuk yang dibawa oleh setiap rasul; kedua,
melakukan pembaharuan agama dengan membawa hikmah dan pengajaran yang baik agar
pesan agama dapat diterima dengan baik oleh umat; dan ketiga, berinteraksi dengan
masyarakat dengan cara yang baik, lemah lembut, dan bijaksana, bahkan dalam situasi
perdebatan, untuk mencegah timbulnya konflik dan mempromosikan dialog yang
konstruktif.Dengan demikian, dakwah Rasulullah dan para pendakwah tidak hanya tentang
menyampaikan kebenaran agama, tetapi juga tentang membimbing umat menuju jalan yang
benar dengan pengajaran yang bijaksana dan interaksi yang baik dengan masyarakat. Ini
semua diarahkan untuk mencapai tujuan akhir dakwah, yaitu menegakkan kebenaran,
keadilan, dan kebaikan di muka bumi serta mendapatkan ridha Allah SWT.

Secara garis besar, perbedaan pendapat antara M. Natsir dan Kutadi Suhandang
(dengan mengutip Rosyad Saleh) dalam mencapai tujuan dakwah terletak pada penekanan
aspek yang berbeda. M. Natsir menitikberatkan pada pengaturan kehidupan sesuai ajaran
agama, fungsi hidup sebagai hamba Allah, dan pencarian keridhaan Ilahi. Di sisi lain, Kutadi
Suhandang menekankan pada hasil akhir yang diinginkan dari dakwah (kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat) serta nilai-nilai perantara yang mendukung pencapaian
tujuan utama dakwah. Dengan demikian, dua pandangan tersebut menyoroti aspek yang
berbeda dalam mencapai kesuksesan dakwah, baik dari segi orientasi maupun strategi
pelaksanaannya.

B.Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik serta saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah
manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan

14
saran dari pembaca, penulis ke depan nya bisa mengoreksi diri dan menjadikan makalah
berikutnya supaya lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://quran.nu.or.id/adz-dzariyat/56
https://quran.nu.or.id/al-ankabut/46
https://quran.nu.or.id/al-fath/28
https://quran.nu.or.id/al-Hajj/41
https://quran.nu.or.id/al-imran/110
https://quran.nu.or.id/al-kahf/29
https://quran.nu.or.id/an-nahl/125
Kustandi Suhandang,Strategi Dakwah Penerapan Strategi Komunikasi
dalamDakwah,hlm.106-107
Mubasyaroh,M.Ag,”M.Natsir dan pandangannya tentang dakwah dalam buku fiqhud
dakwah”,AT-TABSYIR,Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam,Vol.1,No.2,Juli-Desember
2013,hlm.154

16

Anda mungkin juga menyukai