Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL TERHADAP HASIL

BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BUKIT BATU


PADA KONSEP KEMAGNETAN

Dosen Pengampu : Dr. Azhar, S.Pd., M.T


Proposal
Disajikan Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah

Metode Penelitian Pendidikan

Oleh :
Dzaidatul Masyhurah
2105111829

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU
2023
DAFTAR ISI

A. JUDUL.................................................................................................................................................3
B. LATAR BELAKANG.........................................................................................................................3
C. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................5
D. TUJUAN PELITIAN...........................................................................................................................5
E. MANFAAT PENELITIAN.................................................................................................................5
F. DEFINISI OPERASIONAL................................................................................................................5
G. LANDASAN TEORITIS.....................................................................................................................5
II. Media Visual........................................................................................................................................7
1. Fungsi Media Visual............................................................................................................................7
2. Tujuan Penggunaan Media Visual.......................................................................................................8
3. Bentuk-Bentuk Media Visual..............................................................................................................8
4. Kelebiahan dan Kekurangan Media Visual.......................................................................................10
III. Hasil Belajar Penguasaan Materi Kognitif....................................................................................11
IV. Pemahaman Konsep.......................................................................................................................12
1. Magnet...............................................................................................................................................12
2. Benda Magnetik dan Non Magnetik..................................................................................................12
3. Sifat-Sifat Magnet..............................................................................................................................13
4. Teori Kemagnetan..............................................................................................................................13
5. Pembuatan Magnet.............................................................................................................................14
6. Kemagnetan Bumi.............................................................................................................................15
H. HIPOTESIS........................................................................................................................................16
I. METODE PENELITIAN...................................................................................................................16
2. Populasi dan Sampel..........................................................................................................................17
3. Variabel Penelitian.............................................................................................................................17
4. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................................17
Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................................................17
6. Teknik Uji Coba Instrumen...............................................................................................................19
7. Analisisi Data.....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26
A. JUDUL

Pengaruh Media Pembelajaran Visual Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa
Kelas IX SMP NEGERI 1 BUKIT BATU Pada Konsep Kemagnetan

B. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran
terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material,
meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video
tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual,
juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang mempelajari
semua benda yang ada di alam, peristiwa dan fenomena yang muncul yang dapat
diperoleh melalui proses pembelajaran, sehingga IPA bukan hanya sebagai produk
kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan untuk mendapatkan pengetahuan. Untuk itu siswa
dituntut dapat mempelajari dan memahami fenomena alam sekitar sehingga dapat
memberikan manfaat sekaligus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran fisika sebagai mata pelajaran disekolah ternyata menjadi mata
pelajaran yang membosankan bagi siswa, Berdasarkan hasil observasi di SMP
NEGERI 1 BUKIT BATU, alasan yang membuat siswa merasa bosan dengan
pelajaran fisika karena materinya yang bersifat abstrak dan metode yang
digunakannya masih konvensional dengan pendekatan guru sebagai pusat belajar
(teacher centered). Pembelajaran demikian sering tidak memacu daya serap, imajinasi
siswa untuk digunakan, akibatnya siswa pun kurang memahami materi yang
disampaikan guru.
Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas IX SMP NEGERI 1 BUKIT
BATU menunjukkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Hasil belajar fisika siswa
pada konsep kemagnetan di kelas IX tahun pelajaran 2023/2024. Menunjukkan nilai
rata-rata yang masih berkisar pada nilai 45, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang digunakan adalah 60. Karena pembelajarannya masih berorientasi pada
guru dengan sumber ajar menggunakan white board, buku paket, dan bahan ajar
siswa.

3
Pada proses pembelajarannya guru belum maksimal menjalankan fungsinya
sebagai fasilitator karena hanya menggunakan white board sebagai media dan proses
belajarnya pun siswa hanya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi,
mendengar, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan
yang pada akhirnya siswa pun kurang semangat untuk belajar fisika. Padahal fasilitas
yang dimiliki sekolah cukup mendukung untuk menggunakan komputer dengan akses
internet, namun komputer dengan akses internet yang ada itu hanya digunakan untuk
mata pelajaran teknologi informasi saja. Sebenarnya materi akan jauh lebih menarik
perhatian siswa dan memperjelas pesan belajar yang disampaikan guru jika dikemas
dengan sebuah media.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara khusus diperlukan perubahan
dalam kegiatan proses belajar mengajar, seorang guru hendaknya pandai dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, tidak kekurangan akal dan sarana
untuk mengaktitkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru dalam hal ini
membutuhkan sarana untuk proses pembelajarannya, salah satunya berupa media.
Materi yang dikemas dengan menggunakan media akan lebih efektif sebagai perantara
penyampaian materi, kerumitan bahan pelajaran dapat disederhanakan dengan
bantuan media. Media disini sangat penting untuk menarik minat belajar siswa dan
membuat siswa antusias dengan materi yang diberikan.
Media merupakan suatu Sarana pembelajaran yang dirancang untuk membantu
peserta didik memahami materi dengan lebih mendalam melalui pengalaman-
pengalaman belajar. Hal ini senada dengan Pendapat Peter L. Berger dalam buku
media pembelajaran aktif, pada hakekatnya manusia memproduksi dirinya melalui
pengalaman dan realitas sosial. Permainan sebagai media pembelajaran melibatkan
siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapat
inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan sesama
siswa dalam melakukan permainan ini. Setiap siswa walau melakukan kegiatan yang
sama dengan teman-temannya, tetapi proses pengalaman batin dalam
mengembangkan potensinya sendiri mungkin berbeda-beda.
Media pembelajaran visual merupakan sumber belajar yang berisikan pesan
atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar,
teks, gerak dan animasi yang disesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat
menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan
tidak menjenuhkan.
4
Melihat pentingnya penggunaan media untuk menumbuhkan semangat, minat
dan aktifitas siswa dalam belajar, serta dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
pada konsep kemagnetan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
dengan judul penelitian: "Pengaruh Media pembelajaran Visual terhadap Hasil Belajar
Fisika siswa kelas IX SMP NEGERI 1 BUKIT BATU pada konsep Kemagnetan"

C. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah: “Apakah pengaruh media pembelajaran visual terhadap
hasil belajar fisika siswa pada konsep kemagnetan?”

D. TUJUAN PELITIAN
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran visual terhadap
hasil belajar fisika siswa pada konsep kemagnetan.

E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak:
1. Bagi peneliti dan peneliti lain diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang media pembelajaran visual dan dapat menjadi bahan informasi untuk
penelitian lanjutan.
2. Bagi sekolah dan guru dapat memberikan informasi mengenai alternatif
pembelajaran fisika yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas.

F. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri atas variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah Media pembelajaran visual yang dilambangkan dengan X. variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dilambangkan
dengan Y

G. LANDASAN TEORITIS

I. Media Pembelajaran
Kata "media" berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

5
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Bovee media adalah
sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan
komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology
(AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik tang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film,
kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association/NEA), memiliki pengertian berbeda. bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.
Pengertian media pembelajaran yang lebih komperhensif adalah yang
dikemukakan oleh Raphael Raharjo dalam jurnal Pendidikan dan kebudayaan , yaitu
segala sesuatu, baik yang sengaja dirancang (media by utilization) maupun yang telah
tersedia (media by design) , baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan (materi pelajaran) dari sumber (misalnya
guru) kepada penerima (peserta didik) sehingga membuat atau membantu peserta
didik melakukan kegiatan belajar (Rahardjo). Hamalik mengatakan media pendidikan
adalah Suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi
Suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.
Jika dilihat dari bahan pembuatannya media dibagi menjadi dua, pertama,
media sederhana, yakni media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dengan harga
murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaanya tidak sulit. Kedua, media
kompleks yakni media dengan bahan yang sulit didapat, alat tidak mudah dibuat dan
harga relative mahal.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran pada dasarnya sangat berperan
sebagai alat bantu untuk membuat penyampaian pesan berupa materi pelajaran dari
guru kepada siswa secara lebih kongkrit. Menurut Ronahoe Media digital seperti
komputer grafik, video and animasi akan membantu membawa materi yang dipelajari
dalam hidupnya dan membantunya memahami konteks dan hubungan materi ke
secara lebih nyata, bagaimanapun siswa butuh lebih lengkap

6
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah alat bantu atau Sarana pendidikan yang bersifat audio, visual maupun audio
visual yang harus dikembangkan atau dipilih sebagai penghantar pesan materi dalam
proses pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar guna mencapai
tujuan pembelajaran.
II. Media Visual
Secara umum, media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat
dilihat dengan indra penglihatan (mata). Media visual juga merupakan penyampaian
pesan atau informasi secara teknikdan kreatif yang mana menampilkan gtambar,
grafik serta tata dan letaknya jelas, sehingga penerima pesan dan gagasan dapat
diterima sasaran.
Media visual dapat juga diartikan sebagai sumber belajar yang berisikan pesan
atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar,
teks, gerak dan animasi yang disesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat
menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan
tidak menjenuhkan.
1. Fungsi Media Visual
Wibawa dan Mukti (19992 : 28) menjelaskan fungsi media visual dalam
proses belajar mengajar, yaitu :
a) Mengembangkan kemampuan visual
b) Mengembangkan daya imajinasi anak
c) Membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak,
atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas.
d) Mengembangkan kreatifitas siswa
e) Memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak kepada siswa
f) Membantu siswa lenih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan
dalam proses pembelajaran
g) Menggambarkan suau hakikat suatu pesandalam bentuk yang menyerupai
keadaan yang sebenarnya
h) Memvisualisasikan pesan verbal dan makna isi pesan dan menyederhanakn
makna dalam bentuk visualisasi.
i) Merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu
hakikat dari pesan yang disampaikan
j) Pembuka diskusi yang efektif

7
k) Menumbuhkan minat baca
l) Memvangkitkan motivasi, minat, ingatan
m) Mengembangkan perbendaharaan kata dan keterampilan membaca.
Dari empat fungsi media visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan
visual secara tepat. Teknik afektif adalah tehnik untuk memahami teknik pesan
visual yang dimulai dari :
a) Fase diffrensiasi yaitu dimana pembelajar mula-mula mengamati,
mengidentifikasi dan menganalisis.
b) Fase integrasi yaitu di mana mempelajar menempatkan unsur-unsur visual
secara serempak, menghubungkan pesan-pesan visual kepada pengalaman
pengalamannya.
c) Kesimpulan, yaitu dari pengalaman visualisasi untuk kemudian menciptakan
konseptualisasi baru dari apa yang mereka pelajari sebelumnya.
2. Tujuan Penggunaan Media Visual
Tujuan penggunaan media visual yaitu :
a) Agar pembelajaran tidak hanya bersifat monoton, melainkan pembelajaran
tersebut dibuat lebih menarik, efektif dan efesien, sehingga dapat
memudahkan siswa dalam mencerna maupun menerima pelajaran dengan
baik.
b) Untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c) Untuk membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
d) Untuk menumbuhkan daya tarik siswa dalam belajar, karena dipenuhi dengan
berbagai gambar menarik, sehingga dapat mengurangi rasa kebosanan siswa
dalam belajar
3. Bentuk-Bentuk Media Visual
a) Gambar atau Foto
Media grafis yang paling umum digunakan dalam proses belajar mengajar,
karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta
didik.
Kelebihan media ini :
1) Sifatnya kongkrit, lebih realistic dibandingkan dengan media verbal.
2) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia
muda atupun tua.

8
3) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam
penyampainnya.
Kelemahan media ini :
1) Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata.
2) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
3) Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat
terlihat oleh sekelompok siswa.
4) Jika gambar terlalu kompleks, kurang efektif untuk tujuan pembelajaran
tertentu.
b) Diagram
Merupakan gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan
symbol-simbol, secara garis besar dan menunjukkan hubungan antar
komponennya atau proses yang ada pada diagram tersebut. Diagram ini untuk
menyederhanakan yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
Oleh karena itu, diagram bersifat :
1) Simbolis dan abstrak kadang-kadang sulit dimengerti.
2) Untuk dapat membaca diagram diperlukan keahlian khusus dalam
bidangnya tentang isi diagram tersebut.
3) Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat diagram dapat
memperjelas arti.
c) Bagan
Merupakan media yang berisi tentang gambar, keterangan, daftar, dsb. Bagan
digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagan secara jelas dan sedehana
antara lain : perkembangan, perbandingan, struktur, organisasi.
Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit
sehingga lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-
butir penting dari suatu penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis
yang lain seperti gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Agar menjadi
yang baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak berbelit-belit
dan up to date.
d) Grafik
Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan grafis, titik, simbol
verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik sebagai
penyajian kembali data yang berupa angka-angka dalam bentuk visual

9
simbolis.Grafik digunakan untuk menjelaskan perkembangan atau perbandingan
suatu obyek yang saling berhubungan. Grafik biasanya disusun berdasarkan
prinsip matematika dan menggunakan data komparatif. Ada beberapa bentuk
grafik, antara lain; grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
4. Kelebiahan dan Kekurangan Media Visual
Wahana dan Mukti ( 1992 : 29 ) menjelaskan bahwa media visual memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
1. Kelebihan media visual :
a. Umumnya murah harganya
b. Mudah didapat
c. Mudah digunakan
d. Dapat memperjelas suatu masalah
e. Lebih realistis
f. Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau
mengelipingnya.
g. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir
lebih spesifik tentang isi tulisan.
h. Pembelajaran yang menggunakan media visual akan lebih menarik,
efektif, dan efisien
i. Proses pembelajarannya akan lebih menyenangkan dan tidak
menjenuhkan, karena disertai dengan kombinasi gambar yang menarik.
j. Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
k. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
2. Kekurangan media visual antara lain :
a. Ukuran gambar sering kali kurang tepat dalam pengajaran kelompok besar
b. Memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan, dan kejelian guru
dapat memanfaatkannya
c. Lambat dan kurang praktis
d. Tidak adanya audio, media visual hanya berbentuk tulisan tentu tidak
dapat didengar, sehingga kurang mendetail materi yang disampaikan.
e. Visual yang terbatas, media ini hanya dapat memberikan visual berupa
gambar yang mewakili isi berita.

10
f. Bahan visual dipandang sebagai “alat bantu” semata bagi guru dalam
melakukan kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan
pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.

III. Hasil Belajar Penguasaan Materi Kognitif


Dalam domain kognitif meliputi kemampuan Insert pages from scanner
menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-
kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada
dalam domain kognitif.
Bloom dalam buku kurikulum dan pembelajaran menggolongkan enam
tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyederhanaan
terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian (evaluasi)
yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Tingkatan-tingkatan tersebut telah direvisi oleh Lorin W. Anderson dkk.
Rincian untuk masing-masing perbaikan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1. Mengingat (C1) meliputi kata kerja: memilih, menguraikan, mendefnisikan,
menunjukkan, memberi label, mendaftar, menempatkan, memadankan,
mengingat, menanamkan, menghilangkan, mengutip, mengenali, menentukan,
dan menyatakan.
2. Memahami(C2) meliputi kata kerja: menggolongkan, mernpertahankan,
mendemonstrasikan, membedakan, menerangkan, mengekspresikan,
mengemukakan, memperluas, memberi contoh, menggambarkan, menunjukkan,
mengaitkan, menafsirkan, menaksir, rnempertimbangkan, memadankan,
tnetnbuat ungkapan, mewakili, menyatakan ketnbali, menulis kembali,
menentukan, merangkum, mengatakan, menerjernahkan, dan mejabarkan.
3. Menerapkan(C3) meliputi kata kerja: menerapkan, menentukan,
mendramatisasikan, menjelaskan, menggeneralisasikan, memperkirakan,
mengelola, mengatur, menyiapkan, menghasilkan, memproduksi, memilih,
menunjukkan, membuat sketsa, menyelesaikan, dan menggunakan.
4. Menganalisis (C4) meliputi kata kerja: menganalisis, mengkategorikan,
mengelompokkan, membandingkan, membedakan, mengunggulkan,
memdiverifikasikan, mengidentifikasi, menyimpulkan, membagi, merinci,
memilih, menentukan, menunjukkan, dan melaksanakan survei.

11
5. Menilai (C5) meliputi kata kerja: menghargai, mempertimbangkan, mengkritik,
mempertahankan, dan membandingkan.
Menciptakan (C6) meliputi kata kerja: memilih, menentukan, menggabungkan,
mengkombinasikan, mengarang, menkonstruksi, membangun, menciptakan,
mendesain, merancang, mengembangkan, melakukan, merumuskan, membuat
hipotesis, menemukan, membuat, mempercantik, mengawali, mengelola,
merencanakan, memproduksi, memainkan peran, dan menceritakan.

IV. Pemahaman Konsep


Pemahaman konsep adalah kemampuan mengungkapkan makna suatu konsep
yang meliputi kemampuan membedakan, menjelaskan, menguraikan lebih lanjut, dan
mengubah konsep. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa
yang sama dengan konsepsi para fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa
dalam memahami hubungan antar konsep pada materi yang diajarkan. Sering kali
pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara
konsep dengan konsep-konsep yang lainnya. Dengan demikian, konsep baru tidak
masuk dalam jaringan konsep yang telah ada di dalam kepala siswa, tetapi konsepnya
berdiri sendiri tanpa ada hubungan dengan konsep lain. Sehingga konsep baru tersebut
tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti.
1. Magnet

Magnet adalah logam yang dapat menarik logam lain seperti besi, baja, nikel, dan
sejenisnya. Magnet terdiri atas berbagai macam, yaitu sebagai berikut :
Menurut asal atau kejadiannya :
1. Magnet alam
2. Magnet buatan

Menurut sifatnya :
1. Magnet permanen
2. Magnet

sementara Menurut

bentuknya :

1. Magnet batang
2. Magnet jarum
3. Magnet silinder
4. Magnet tapal kuda(ladam)
5. Magnet U
6. Magnet keping

2. Benda Magnetik dan Non Magnetik


Benda magnetik adalah benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet. Benda
magnetik terdiri atas :

12
1. Benda feromagnetik, yaitu benda yang ditarik kuat oleh magnet. Contoh :
nikel, baja, besi, dan kobalt.
2. Benda paramagnetik, yaitu benda yang ditarik lemah oleh magnet. Contoh :
platina, magnesium, dan alumunium.
3. Benda diamagnetik, yaitu benda yang ditolak lemah oleh magnet. Contoh :
bismuth, timah, seng, emas, dan timbal.

Benda non magnetik adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh
magnet.Contoh : tembaga, perak, dan karet

3. Sifat-Sifat Magnet

Magnet memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Keduanya
memiliki sifat :

1. kutub magnet yang sejenis bila didekatkan akan tolak menolak


2. kutub magnet yang tidak sejenis bila didekatkan akan tarik menarik

4. Teori Kemagnetan

Setiap benda magnetik terdiri atas magnet-magnet kecil yang disebut magnet
elementer. Benda yang bukan magnet arah magnet elementernya tidak teratur (gambar
a). Sedangkan, benda magnet arah magnet elementernya teratur (gambar b).

a) Benda yang bukan magnet arah magnet elementernya tidak teratur


b) benda magnet arah magnet elementernya teratur

13
Besi memiliki sifat magnet-magnet elementer yang mudah diatur, tetapi juga
lebih mudah berubah susunannya. Itulah sebabnya besi sangat mudah dijadikan
magnet, akan tetapi juga sangat mudah kehilangan sifat magnetnya. Jadi kemagnetan
besi bersifat sementara.
Baja memiliki sifat magnet-magnet elementer yang sulit diatur, tetapi juga
lebih sulit berubah susunannya. Itulah sebabnya baja sulit dijadikan magnet, akan
tetapi juga lebih sulit kehilangan sifat magnetnya. Jadi kemagnetan baja bersifat tetap.
5. Pembuatan Magnet
a) Dengan cara digosok dengan magnet tetap
Cara menggosoknya adalah searah. Ujung besi atau baja yang
digosok pertama kali, kutubnya akan sama dengan kutub magnet yang
digunakan untuk menggosok.
Contoh :

Gambar a.1 Mengosok Magnet


b) Dengan dialiri arus listrik
Sebatang besi atau baja bisa dibuat menjadi magnet dengan dililiti
kawat kumparan dan dihubungkan dengan baterai. Untuk menentukan kutub-
kutub magnetnya digunakan kaidah tangan kanan menggenggam di mana arah
empat jari menunjukkan arah arus listrik pada kumparan, sedangkan arah ibu
jari menunjukkan arah kutub utara magnet.
Contoh :

Gambar b.1 Magnet di aliri listrik

14
c) Dengan induksi (influensi atau imbas)
Caranya yaitu dengan mendekatkan magnet pada batang besi atau baja. Kutub
magnet yang terbentuk pada ujung besi/baja yang diinduksi
berlawanan dengan kutub magnet yang menginduksi. Contoh :

Gambar c.1 Induksi Magnet

6. Kemagnetan Bumi
Sebuah magnet yang bebas bergerak ternyata selalu menunjukkan arah
utara – selatan. Hal ini menunjukkan bahwa di permukaan bumi terdapat medan
magnet dan gaya yang mempengaruhi kutub-kutub magnet tersebut.
Kutub utara magnet selalu menghadap ke arah utara. Hal ini dapat dijelaskan
dengan beranggapan bahwa :
1. Di kutub utara bumi terdapat suatu kutub selatan magnet
2. Di kutub selatan bumi terdapat suatu kutub utara magnet
3. Bumi sebagai sebuah magnet besar dengan kutub selatan terletak di dekat
kutub utara dan

Gambar Kutub Magnet Bumi

15
Magnet di dalam kompas pada umumnya tidak dapat
menunjukkan utara–selatan tetapi agak menyimpang. Sebab letak kutub-
kutub magnet bumi2. tidak tepat pada kutub-kutub bumi. Oleh karena itu
garis-garis gaya magnet bumi tidak berimpit arahnya dengan arah utara-
selatan. Penyimpangan dari arah utara–selatan yang sebenarnya
ini disebut sudut deklinasi.
Sudut yang dibentuk oleh magnet dengan garis mendatar disebut sudut
inklinasi. Adanya inklinasi ini disebabkan garis-garis gaya magnet bumi,
ternyata tidak sejajar dengan permukaan bumi. Oleh karena itu sebuah magnet
jarum yang dapat berputar pada sumbu mendatar biasanya tidak menempatkan
diri pada kedudukan mendatar, tetapi miring.

H. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Media Pembelajaran Visual dapat mempengaruhi Hasil Belajar Kognitif fisika siswa
kelas IX pada konsep Kemagnetan.

I. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Desain Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu).
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran. Sampel dibagi dua
bagian yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan media film animasi dan
kelompok kontrol dengan tanpa perlakuan media film animasi. Oleh karena itu,
rancangan penelitian yang digunakan adalah : desain kelompok pretest-posttest
(pretest-posttest group design). Adapun desain penelitian dapat di lihat pada tabel
Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Desain
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Keterangan :

X1: Perlakuan dengan media pembelajaran visual


X2: Perlakuan tanpa media pembelajaran visual

16
Y1: Pemberian pretest
Y2: Pemberian posttest
2. Populasi dan Sampel
1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP NEGERI 1 BUKIT BATU
yang terdiri dari 4 kelas yang pada masing-masing kelas terdapat 32 siswa.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010: 118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu dipilih 2 kelas secara acak
dari populasi yang dianggap homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, materi
berdasarkan pada kurikulum yang sama dan tidak ada kelas unggulan.
3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60). Adapun variabel
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran visual,
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif fisika siswa.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes
pengetahuan (kognitif) dan angket. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu
ditentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan dan instrumen
yang digunakan.

Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen


Data
Siswa Hasil belajar siswa Melaksanakan tes awal Butir soal
sebelum terlibat dalam pilihan
media pembelajaran ganda
visual

Siswa Hasil belajar siswa Melaksanakan tes Butir soal


setelah terlibat dalam akhir pilihan
media pembelajaran ganda
visual
Siswa Angket yang berasal dari Mengisi angket Butir
siswa pertanyaan

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat bantu yang dapat digunakan dalam
sebuah penelitian untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diolah dan disusun
secara sistematis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tes hasil belajar


Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa
menguasai materi yang diberikan. Tes yang diberikan merupakan tes tertulis
berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan (option) pada pokok bahasan zat yang
meliputi jenjang mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan. Sebelum tes ini
diujikan kepada siswa kelas IX, Tes ini terlebih dahulu diujicobakan di kelas X
untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan konsep atau subkonsep berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
b. Membuat kisi-kisi instrumen tes hasil belajar.
c. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi instrumen tes hasil belajar.
d. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan pembimbing.
e. Melaksanakan uji coba instrumen.kepada pembimbing
2. Lembar angket
Angket merupakan seperangkat pernyataan yang diberikan kepada responden
untuk mengungkapkan pendapat, keadaan dan kesan. Dalam penelitian ini, angket
digunakan untuk mengetahui bagaimana respon siswa (kelompok eksperimen)

18
terhadap media yang disuguhkan dengan cara memilih kriteria SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
6. Teknik Uji Coba Instrumen

Langkah-langkah analisis yang dilakukan untuk soal tes meliputi: validitas,


reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal.

1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Untuk validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi product moment yaitu:

keterangan:
rXY = koefisien korelasi
X = skor tiap butir soal
Y = skor total yang benar dari tiap subjek
N = jumlah peserta tes

Kemudian harga rXY yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product


moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga, rXY > rtabel maka butir soal yang
diuji bersifat valid (Arikunto, 2007 : 72). Setelah dianalisis dari 30 soal yang
diujicobakan ada 20 soal yang dikategorikan valid yaitu soal nomor: 3, 4, 5, 6, 9,
11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 25, 27, 28, 29, dan 30. Sedangkan soal
yang tidak valid berjumlah 10 butir yaitu soal nomor: 1, 2, 7, 8, 10, 13, 18, 21,
23, dan 26.
2. Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat menunjukan hasil yang
ajeg, jika tes tersebut digunakan pada kesempatan yang lain. Reliabilitas soal
pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R 20.

Keterangan:
r11: reliabilitas instumen

19
k : banyaknya butir pertanyaan
s2 : varians butir pertanyaan
p : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir
q : proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir

r11 diketahui, kemudian


Setelah dibandingkan dengan harga rtabel. Jika r11 >
rtabel, maka instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2007: 101). Dari hasil analisis
yang dilakukan, diketahui bahwa r11 = 0,82 dan rtabel untuk n = 25 dengan taraf
kepercayaan 5% adalah 0,41. Dengan demikian r11 > rtabel berarti soal reliabel.
3. Tingkat Kesukaran Soal
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara
0-1. Taraf kesukaran untuk soal bentuk objektif, digunakan rumus:
𝑃= 𝐵
.......................................................................................... (3.4)
𝐽𝑆

Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba didapat 10 soal mudah yaitu soal
nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 18, 21, 22, 23; soal sedang sebanyak 14 butir yaitu soal
nomor 5, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 25, 27, 28, 29; dan soal sukar sebanyak 6
butir yaitu soal nomor 10, 13, 19, 24, 26, 30.
4. Daya Pembeda Soal

20
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab
soal. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus berikut:
...................................................... (3.5)
Keterangan:
D𝑃 : daya pembeda
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
𝐽A : banyaknya peserta kelompok atas
𝐽B : banyaknya peserta kelompok bawah
𝑃A : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝑃B : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

Hasil analisis daya pembeda dari soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.5.
berikut ini.

Kriteria soal yang dipakai adalah soal yang valid, reliabel, mempunyai tingkat
kesukaran mudah, sedang atau sukar. Serta daya pembeda baik sekali, baik, cukup,
dan jelek. Dari hasil analisis diambil 20 butir soal yang memenuhi kriteria di atas
yaitu soal nomor 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 25, 27, 28, 29,
30.
7. Analisisi Data
1. Analisis Tahap Awal (Uji Homogenitas)

21
Uji homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel
yang akan diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini jumlah sampel
yang diteliti ada 2 kelas, untuk meneliti kesamaan varians dari k buah kelas (k≥2)
yang memiliki data berdistribusi normal sebagai populasi, digunakan uji Bartlett.
Kriteria pengujiannya adalah jika χ2 hitung < χ2 (1-α)(k-1) dengan dk = k-1
dan k adalah jumlah kelas, maka masing-masing kelas dalam populasi mempunyai
varians yang sama atau homogen (Sudjana 2002: 263).
2. Analisis tahap akhir(Uji Normalitas)
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi
normal atau tidak. Uji statistika yang digunakan adalah uji chi -kuadrat dengan
rumus :

Keterangan :
X2 : harga chi-kuadrat
Oi : frekuensi
pengamatan Ei : frekuensi
harapan

Jika x2 ≤ x2 (1−α)
dengan taraf signifikansi 5 % maka akan berdistribusi normal
(Sudjana, 2002: 273).

3. Analisis Deskriptif hasil belajar


Untuk menganalisis data hasil belajar siswa menggunakan análisis deskriptif
presentase. Langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data
b. Menghitung presentase data dengan rumus:

c. Mendeskripsikan persentase data secara kualitatif dengan cara:


d. Menentukan persentase skor ideal (skor maksimal) = 100%
e. Menentukan persentase skor terendah (skor minimal) = 25%
f. Menentukan range persentase = 100% - 25% = 75%
g. Menentukan banyak interval yang dikehendaki
h. Menentukan lebar interval = 75% : 4 = 18,75%
i. Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval

22
Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif untuk hasil belajar
siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi Hasil Belajar

4. Analisis Pemahaman Konsep


Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa, digunakan tes pilihan
ganda yangmasing-masing disediakan 5 alternatif jawaban. Perhitungan tingkat
pemahaman konsep menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
Np % : presentase skor yang diharapkan
n : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimum
Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria pemahaman konsep dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.7 Klasifikasi Pemahaman Konsep Siswa

5. Uji Gain
Untuk melihat besarnya peningkatan pemahaman konsep siswa digunakan uji gain
ternormalisasi dengan persamaan sebagai berikut:

6. Uji t Satu Sampel


Uji t satu sampel dilakukan untuk mengetahui apakah media pembelajaran visual
mempengaruhi hasil belajar kognitif fisika siswa.

23
Ho : μ ≤ µ0 : media pembelajaran visual tidak mempengaruhi hasil belajar kognitif
fisika siswa.
Ha : μ > µ0 : media pembelajaran visual mempengaruhi hasil belajar kognitif
fisika siswa.

Keterangan:
X : nilai rata-rata
µ0: nilai KKM
s : simpangan baku
n : banyaknya subjek

Kriteria pengujian diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n-1) dan


peluang (1-α). Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel , yang artinya rata-rata nilai siswa lebih
besar atau sama dengan nilai KKM (Sugiyono, 2010: 250).
7. Uji t Dua Sampel
Uji t dua sampel digunakan untuk mengetahui mengetahui peningkatan hasil
belajar kognitif siswa yang diajar dengan media pembelajaran visual lebih tinggi
dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran yang selama ini sudah
dilaksanakan. Uji t dua sampel yang digunakan adalah rumus untuk sampel
berkorelasi/ berpasangan karena dalam penelitian ini terdapat dua sampel
berpasangan yang berasal dari populasi yang homogen yang terbagi ke dalam dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing kelas mendapatkan
perlakuan berupa model pembelajaran yang berbeda. Kedua kelas tersebut akan
diukur peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diberi perlakuan. Untuk
sampel berkorelasi/ berpasangan, misalnya membandingkan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, maka dig2unakan rumus t-test sebagai berikut

24
Selanjutnya harga t dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n1+ n2-
2 dan taraf kesalahan 5%, jika harga t hitung lebih kecil atau sama dengan harga t
tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 20 10: 273)

25
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Soleh, Muhammad. Pengaruh media card terhadap hasil belajar fisika siswa.(skripsi FITK
tahun 2014)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sindymonica, Materi Kemagnetan Kelas IX Semester 2, di akses jumat,27/12/2019


https://sindymonica4.blogspot.com/2017/01/materi-kemagnetan-kelas-ix-
semester-2.html

variansmakalah,Makalah Media Visual, di akses jumat,27/12/2019


http://variansmakalah.blogspot.com/2015/06/media-visual.html

ruangguru, pengertian media pembelajaran, di akses jumat,27/12/2019


https://ruangguruku.com/pengertian-media-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai