Makalah Pak Rano Sem 3
Makalah Pak Rano Sem 3
Manajemen ZISWA
Akhlak dan Etika dalam Zakat
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................... I
Kata penganntar…………………………………………………...……. II
Kata Daftar isi ......................................................................................... III
BAB I
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Masalah .................................................................... 3
BAB II Pembahasan
1. Pengertian akhlak ........................................................................ 4
2. Pengertian zakat .......................................................................... 5
3. Adab-adab bagi muzakki ............................................................. 8
4. Adab-adab bagi pengelola zakat .................................................. 9
5. Akhlak dalam zakat .............................................................…… 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu dari kerangka dasar ajaran Islam
yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan
buah yang dihasilkan dari prosesmenerapkan aqidah dan syariah.Ibarat
bangunan,akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah
pondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan
terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah
yang baik.Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter
yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku
seseorang.Akhlak -menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang makalah di atas, maka
perumusan masalah dalam makalah meliputi:
1. Bagaimana Pengertian akhlak ?
2. Bagaimana Pengertian zakat ?
3. Apa saja adab-adab bagi para muzakki ?
4. Apa saja adab-adab bagi pengelola zakat ?
5. Bagaimana akhlak dalam zakat ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diambil tujuan
penulisan makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian zakat
3. Untuk mengetahui apa saja adab-adab bagi para muzakki
4. Untuk mengetahui apa saja adab-adab bagi pengelola zakat
5. Untuk mengetahui bagaimana akhlak dalam zakat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia
berasal dari kosakata bahasa arab (akhlak) yang merupakan bentuk jamak
dari kata ق9999 خل. Dalam kamus Lisanul Arab kata ق9999 خلyang
berarti assajiyyah (perangai), at-tabi’ah (watak), al
adab (kebiasaan)dan addin (keteraturan).1
Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagi berikut:
الخلق عبارة عن َهْيَئة ِفي الَّنْفِس َر اِس َخ ٌة َعْنَها ُتْص ِدُر اَأْلْفَعاَل ِبُسُهوَلٍة َو ُيْس ٍر ِمْن َغْيِر َح اَجٍة ِإَلى ِفْك ٍر َو َر ِوَّيٍة َفِإْن َكاَنِت
اْلَهْيَئُة ِبَح ْيُث َتْصُدُر َعْنَها اَأْلْفَعاُل اْلَجِم يَلُة اْلَمْح ُموَدُة َعْقاًل َو َشْرًعا ُسِّمَيْت ِتْلَك اْلَهْيَئُة ُخ ُلًقا َحَسًنا َوِإْن َكاَن الَّص اِدُر َعْنَها
12 اَأْلْفَعاَل اْلَقِبيَح َة ُسِّمَيِت اْلَهْيَئُة اَّلِتي ِهَي اْلَمْصَدُر ُخ ُلًقا َسِّيًئا
Akhlak adalah ibarat dari sikap yang menetap kuat dalam jiwa seseorang,
bersumber darinya perrbuatan-perbuatan tertentu, secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan
sebelumnya. Apabila sikap tersebut menimbulkan perbuatan yang bagus
menurut akal dan syara` maka haeah tersebut dinamakan akhlak baik.
Dan apabila haeah tersebut menimbulkan perbuatan yang jelek maka
disebut ahklak yang jelek.
1
Tim Tafsir al-Qur’an Tematik, Tafsir Al-Quran Tematik: Etika Berkeluarga,
Bermasyarakat Dan Berpolitik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2009), hlm. 1
4
Etika bersifat temporal dan sangat bergantung pada aliran filosofis
yang dianutnya.
1. Zakat
2. Sodaqah tathowwu
3. Waqaf
4. Pemberian seseorang karena haknya
5. Kebaikan
2
] Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr al-
Muashir, TT, Jil III), hlm. 1788
3
Dr. Najih Hammad,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi Lughatil
Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm. 237
5
اإلنفاقmenurut bahasa artinya habis. menurut istilah syara’ adalah
mengeluarkan harta yang dimiliki. Menurut ar-Raghib al-Asfahani infak
itu bisa berupa harta bisa juga yang lainnya, bisa wajib bisa sunnah.
ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِهْم َص َدَقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّكيِهْم ِبَها َو َص ِّل َعَلْيِهْم ِإَّن َص اَل َتَك َسَكٌن َلُهْم َو الَّلُه َسِميٌع َعِليٌم
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
6
organisasi, lembaga maupun pemerintah adalah penjabaran praktis
dari apa yang dimaksud amil zakat, sebagaimana yang termaktub
dalam QS. at-Taubah: 60.
Wewenang mengangkat amil adalah wewenang negara. Dalam
QS. at-Taubah tersebut Allah mengatakan والعاملين عليهاsetelah kata
‘amilin dikuti dengan kata ‘alaiha kata ‘ala menunjukkan pemerintahan.
Sebagaimana dikatakan ُفاَل ٌن َع َلى َبَل ِدJika ia adalah penguasa Negara
tersebut.4
Oleh karena itu Muhammad Rasyid Ridha menafsirkan sebagai
berikut:
َو َعَلى ِح ْفِظَها َو ُهُم، اَّلِذيَن ُيَو ِّليِهُم اِإْلَماُم َأْو َناِئُبُه اْلَعَمَل َعَلى َجْمِعَها ِم َن اَأْلْغ ِنَياِء َو ُهُم اْلُج َباُة: َو اْلَعاِمِليَن َعَلْيَها َأِي
َو َيِج ُب َأْن َيُكوُنوا ِم َن اْلُمْسِلِميَن، َو اْلَكَتَبُة ِلِديَو اِنَها، َو َكَذا الُّرَعاُة ِلَأْلْنَعاِم ِم ْنَها،اْلَخَزَنُة،
Amil Zakat itu adalah orang yang diangkat oleh pemimpin atau
wakilnya untuk mengumpulkan zakat dari orang kaya yang disebut al-
jubah dan yang memeliharanya yang disebut al-khazanah. Dan begitu
juga yang mengembala binatang ternak (hasil zakat) serta pencatat
pada diwan. Dan mesti mereka itu adalah dari kalangan muslimin. 5
4
Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (Beirut: Dar Ihyaut Turast al-Arabi,
1420, Jil.16), hlm. 85
5
Muhammad Rasyid bin ali Ridha, Tafsir al-Quranil Hakim hlm. 426
7
samping akan terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan
fungsi zakat terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat,
akan sulit diwujudkan.
C. Adab-Adab Bagi Para Muzakki:6
a) Niat yang ikhlas hanya karena Allah
b) Memilih dan mengeluarkan yang terbaik dan yang paling disukai
dari hartanya.
c) Berasal dari harta dan usaha yang halal
d) Tidak Riya
e) Menghormati para mustahik dan tidak menyakiti mereka
f) Tidak mengambil kembali apa yang sudah di zakatkan,
g) Menyegerakan membayar zakat.
h) Mengeluarkan zakat dengan tersenyum dan wajah berseri serta
dengan keridhaan
i) Merahasiakannya
Menurut madhab Hanafi ini adalah yang utama karena bisa
menjauhkan diri dari riya dan tidak menghinakan orang fakir.
Sedangkan menurut Madhab Syafi’i dan Hambali yang paling utama
adalah menampakkannya supaya menjadi contoh dan menghilangkan
su’udzan. Adapun tentang shadaqah sunnah maka sepakat para ulama
yang utama adalah merahasiakannya.
6
Muzaki adalah orang yang di kenai kewajiban zakat atas kepemilikan harta yang telah
mencapai nisab dan haul
8
D. Adab-Adab Bagi Lembaga Pengelola Zakat
a) Bersikap amanah, jujur dan professional
b) Di kelola atas bimbingan para Ulama dan dengan kaedah-kaedah
syar’i.
c) Tidak berbuat dzalim pada masyarakat [para muzakki] dengan
berbuat
d) Tidak boleh menfungsikan harta zakat kecuali dibenarkan oleh
ketentuan syari’at Islam.
e) Mendoakan para muzakki
3. Etika membayar zakat yang harus diperhatikan ada 7:
9
Etika ini dilakukan ketika situasi dan kondisi mendukungnya.
Yaitu ada kalanya agar ditiru atau karena ada seseorang yang
meminta zakat secara terang-terangan di depan orang lain. Dalam
kondisi seperti ini, hendaknya muzakki tidak menghindar dari
memberikan zakatnya dengan alasan khawatir riya’. Namun
seharusnya ia tetap memberikan zakat serta menjaga hati dari riya’
semampunya. Sebab, dalam membayar zakat secara terang-terangan,
selain terdapat riya’ dan al-mann (menyebut kebaikan), terdapat
unsur yang tercela lain, yaitu menampakkan kefakiran orang lain.
Karena terkadang seseorang merasa hina ketika dirinya terlihat
membutuhkan. Sebab itu, orang yang terang-terangan meminta, ia
telah merusak rahasianya sendiri, dan unsur tercela (menampakkan
kefakiran orang lain) yang ada dalam pembayaran zakat secara
terang-terangan tadi sudah tidak berarti lagi.
4. Tidak Merusak Zakat
Maksudnya tidak merusak zakat dengan al-mann dan al-adza.
Al-Mann adalah menyebut-nyebut amal saleh (dalam hal ini zakat)
dan menceritakannya, mengeksploitasi si penerimanya, atau takabur
kepadanya karena zakat yang diberikan. Sementara al-adza adalah
menampak-nampakkan zakat, mencela kefakiran, membentak-
bentak, atau mencerca si penerima karena meminta-minta zakat
kepadanya.
5. Menganggap Zakatnya Sebagai Hal Kecil
Hendaknya orang yang membayar zakat menilai zakatnya
sebagai hal kecil dan tidak membesar-besarkannya. Sebab bila
dibesar-besarkan maka akan melahirkan sifat ‘ujub (kagum terhadap
diri sendiri). Padahal ‘ujub termasuk perkara yang melebur amal.
6. Zakat dengan Harta Terbaik
Mengeluarkan zakat dengan harta yang terbaik dan yang
paling disukai. Sebab, Allah adalah Dzat Yang Maha Baik dan tidak
10
menerima kecuali harta yang baik. Bila yang dikeluarkan bukan
harta yang terbaik maka termasuk su`ul adab kepada Allah SWT.
7. Selektif Memilih Penerima Zakat
Yaitu dengan memprioritaskan orang-orang yang mempunyai
sifat-sifat berikut ini; bertakwa, ahli ilmu agama, benar tauhidnya,
merahasiakan dari membutuhkan zakat, punya keluarga, sedang sakit
dan semisalnya, dan merupakan keluarga atau kerabat. 7
7
Jamaluddin Al-Qasimi, Mauizhatul Mu`minin, juz I, halaman 95-99
11
kesulitan membuat daftar orang-orang yang berhak menerima zakat.
Tingkat ekonomi antar warga hampir sama. Oleh karena itu, lebih baik
penerimaan zakat disampaikan kepada lembaga penyalur zakat
terpercaya di kota Anda.
e. Jangan sekali-kali mengungkit zakat yang telah diberikan kepada
orang lain karena perbuatan tersebut haram hukumnya. Agar dapat
diterima oleh Allah SWT, setiap amal ibadah harus dilakukan dengan
keikhlasan. Selain itu, mengungkit amal perbuatan juga menunjukkan
kerendahan akhlaq seseorang.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harta dan pemiliknya dalam syariat Islam tidak semata sebagai
wujud material yang bernilai temporal yang bisa dimiliki dan digunakan
secara bebas tanpa batas, tetapi ia mempunyai nilai moral sakral yang akan
dipertanggungjawabkan kepada pemilik mutlaknya, yaitu Allah SWT.
Yang telah menetapkan fungsi-fungsi harta dan ketentuan-ketentuan
tentang pemilikannya. Oleh karena itu harta harus dipergunakan dan
difungsikan secara optimal dan maksimal melalui berbagai aktifitas
ekonomi, termasuk penunaian zakat, infak dan sadakoh, serta berbagai
amal kebajikan lainnya guna mencapai ridho-Nya. Zakat adalah salah satu
rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam wujud
mengkhususkan sejumlah harta atau nilainya dari milik perorangan atau
badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat
tertentu, untuk mensucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi
para wajib zakat, meningkatkan pembangunan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami selaku
penyusun berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembacanya, khususnya para mahasiswa bisa
melakukan pendidikan sesuai statistika pendidikan khususnya materi yang
telah kita pelajari bersama.kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Makadari itu, kami mengharap
saran dan kritik yang konstruktif agar nantinya bisa lebih baik dalam
pembuatan makalah berikutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
As-sayyid salim abu malik kamal. Fikih sunnah, Jakarta Timur. 2013.
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya:
Indah, 1987
K.H.M. Syukri Ghozali, dkk. 1997. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyeksi
Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf
14