Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Manajemen ZISWA
Akhlak dan Etika dalam Zakat

Dosen pengampu : Rano Karno, M.S.I


Kelas III B
Sartiana linda sari, NIM : S.ES.1.2018.091
Di susun oleh : kelompok 15

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SMQ BANGKO


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
2019

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................... I
Kata penganntar…………………………………………………...……. II
Kata Daftar isi ......................................................................................... III

BAB I
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Masalah .................................................................... 3

BAB II Pembahasan
1. Pengertian akhlak ........................................................................ 4
2. Pengertian zakat .......................................................................... 5
3. Adab-adab bagi muzakki ............................................................. 8
4. Adab-adab bagi pengelola zakat .................................................. 9
5. Akhlak dalam zakat .............................................................…… 11

BAB III Penutup


Kesimpulan .......................................................................... …. 13
Saran …………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu dari kerangka dasar ajaran Islam
yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan
buah yang dihasilkan dari prosesmenerapkan aqidah dan syariah.Ibarat
bangunan,akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah
pondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan
terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah
yang baik.Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter
yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku
seseorang.Akhlak -menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang makalah di atas, maka
perumusan masalah dalam makalah meliputi:
1. Bagaimana Pengertian akhlak ?
2. Bagaimana Pengertian zakat ?
3. Apa saja adab-adab bagi para muzakki ?
4. Apa saja adab-adab bagi pengelola zakat ?
5. Bagaimana akhlak dalam zakat ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diambil tujuan
penulisan makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian zakat
3. Untuk mengetahui apa saja adab-adab bagi para muzakki
4. Untuk mengetahui apa saja adab-adab bagi pengelola zakat
5. Untuk mengetahui bagaimana akhlak dalam zakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia
berasal dari kosakata bahasa arab (akhlak) yang merupakan bentuk jamak
dari kata ‫ق‬9999‫ خل‬. Dalam kamus Lisanul Arab kata ‫ق‬9999‫ خل‬yang
berarti assajiyyah (perangai), at-tabi’ah (watak), al
adab (kebiasaan)dan addin (keteraturan).1
Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagi berikut:
‫الخلق عبارة عن َهْيَئة ِفي الَّنْفِس َر اِس َخ ٌة َعْنَها ُتْص ِدُر اَأْلْفَعاَل ِبُسُهوَلٍة َو ُيْس ٍر ِمْن َغْيِر َح اَجٍة ِإَلى ِفْك ٍر َو َر ِوَّيٍة َفِإْن َكاَنِت‬
‫اْلَهْيَئُة ِبَح ْيُث َتْصُدُر َعْنَها اَأْلْفَعاُل اْلَجِم يَلُة اْلَمْح ُموَدُة َعْقاًل َو َشْرًعا ُسِّمَيْت ِتْلَك اْلَهْيَئُة ُخ ُلًقا َحَسًنا َوِإْن َكاَن الَّص اِدُر َعْنَها‬
12 ‫اَأْلْفَعاَل اْلَقِبيَح َة ُسِّمَيِت اْلَهْيَئُة اَّلِتي ِهَي اْلَمْصَدُر ُخ ُلًقا َسِّيًئا‬

Akhlak adalah ibarat dari sikap yang menetap kuat dalam jiwa seseorang,
bersumber darinya perrbuatan-perbuatan tertentu, secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan
sebelumnya. Apabila sikap tersebut menimbulkan perbuatan yang bagus
menurut akal dan syara` maka haeah tersebut dinamakan akhlak baik.
Dan apabila haeah tersebut menimbulkan perbuatan yang jelek maka
disebut ahklak yang jelek.

Adapun perbedan akhlak, etika adalah sebagai berikut:

a. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari al-Quran dan as-


sunnah. Nilai-nilai yang menetukan baik dan bururk layak atau tidak
layaknya sesuatu perbuatan, kelakuan sifat dan perangai bersifat
universal dan bersumber dari Allah
b. Etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan
filosofis yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani.

1
Tim Tafsir al-Qur’an Tematik, Tafsir Al-Quran Tematik: Etika Berkeluarga,
Bermasyarakat Dan Berpolitik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2009), hlm. 1

4
Etika bersifat temporal dan sangat bergantung pada aliran filosofis
yang dianutnya.

B. Pengertian Zakat dan Korelasinya Dengan Akhlak


Untuk mencapai tujuan pemerataan kekayaan nasional, Islam
menetapkan sejumlah aturan yang mencakup sedekah dan zakat serta
infak. ‫ الزكاة‬menurut bahasa adalah tumbuh dan bertambah dikatakan ‫زكا‬
‫ الزرع‬apabila tumbuh dan berkembang. Bisa juga berarti bersih, seperti
dalam QS. asy-Syam: 9, bisa juga berarti pujian seperti dalam QS. An-
Najm: 32, bisa juga berarti baik dikatakan ‫ رجل زكّي‬yaitu selalu bertambah
kebaikan dari kaum yang baik. Dinamakan harta yang dikeluarkan secara
syariat zakat karena bertambah ketika dikeluarkan.2
Sedangkan Zakat menurut istilah syara’ adalah:
‫الحصة المقدرة من المال التي فرضها الله للمستحقين‬

Artinya: Bagian yang ditentukan dari harta yang diwajibkan oleh


Allah untuk orang-orang yang berhak menerimanya.3
‫ صدقة‬menurut bahasa adalah pemberian yang mengharapkan pahala dari
Allah. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah memilikkan kepada orang
lain tanpa pengganti karena ingin mendekatkan diri pada Allah.

Sodaqah dalam istilah Fuqaha ada lima arti yaitu:

1. Zakat
2. Sodaqah tathowwu
3. Waqaf
4. Pemberian seseorang karena haknya
5. Kebaikan

2
] Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr al-
Muashir, TT, Jil III), hlm. 1788
3
Dr. Najih Hammad,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi Lughatil
Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm. 237

5
‫ اإلنفاق‬menurut bahasa artinya habis. menurut istilah syara’ adalah
mengeluarkan harta yang dimiliki. Menurut ar-Raghib al-Asfahani infak
itu bisa berupa harta bisa juga yang lainnya, bisa wajib bisa sunnah.

Kedudukan zakat menempati satu tempat yang penting di dalam


Islam. Perintah untuk menunaikan shalat dalam al-Quran selalu diikuti
acuan pada zakat dengan penekanan yang sama. Oleh karena itu Allah
berfirman dalam QS. At-Taubah: 103;

‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِهْم َص َدَقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّكيِهْم ِبَها َو َص ِّل َعَلْيِهْم ِإَّن َص اَل َتَك َسَكٌن َلُهْم َو الَّلُه َسِميٌع َعِليٌم‬

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Dalam menafsirkan ayat tersebut Muhammad Rasyid Ridha


mengatakan ‫ ُتَطِّه ُر ُهْم َو ُت َز ِّك يِه ْم ِبَه ا‬yaitu dengan zakat itu membersihkan
mereka dari akhlak jelek seperti bakhil, tamak, egoisme dan bengis
terhadap orang fakir serta akhlak jelek lainnya. dan mensucikan
mereka yaitu menumbuhkan dan mengembangkan serta mengangkat jiwa
mereka dengan kebaikan dan berkah baik akhlak maupun amal sehingga
dengan zakat itu mereka menjadi ahlu sa’adah baik didunia maupun
akherat. Kemudian menurut az-Zamkhsyari ‫ة‬999‫( التزكي‬mensucikan) itu
memiliki arti lebih dalam membersihkan.
1. Penerimaan zakat
Adab-Adab Bagi Para Mustahik
a) Menerima zakat dengan lapang dada.
b) Mendo’akan kepada para muzakki dan para pengelola zakat
c) Mempergunakan harta zakat untuk kebaikan.
2. Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat baik itu berupa kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh

6
organisasi, lembaga maupun pemerintah adalah penjabaran praktis
dari apa yang dimaksud amil zakat, sebagaimana yang termaktub
dalam QS. at-Taubah: 60.
Wewenang mengangkat amil adalah wewenang negara. Dalam
QS. at-Taubah tersebut Allah mengatakan ‫ والعاملين عليها‬setelah kata
‘amilin dikuti dengan kata ‘alaiha kata ‘ala menunjukkan pemerintahan.
Sebagaimana dikatakan ‫ ُفاَل ٌن َع َلى َبَل ِد‬Jika ia adalah penguasa Negara
tersebut.4
Oleh karena itu Muhammad Rasyid Ridha menafsirkan sebagai
berikut:
‫ َو َعَلى ِح ْفِظَها َو ُهُم‬،‫ اَّلِذيَن ُيَو ِّليِهُم اِإْلَماُم َأْو َناِئُبُه اْلَعَمَل َعَلى َجْمِعَها ِم َن اَأْلْغ ِنَياِء َو ُهُم اْلُج َباُة‬: ‫َو اْلَعاِمِليَن َعَلْيَها َأِي‬
‫ َو َيِج ُب َأْن َيُكوُنوا ِم َن اْلُمْسِلِميَن‬،‫ َو اْلَكَتَبُة ِلِديَو اِنَها‬،‫ َو َكَذا الُّرَعاُة ِلَأْلْنَعاِم ِم ْنَها‬،‫اْلَخَزَنُة‬،

Amil Zakat itu adalah orang yang diangkat oleh pemimpin atau
wakilnya untuk mengumpulkan zakat dari orang kaya yang disebut al-
jubah dan yang memeliharanya yang disebut al-khazanah. Dan begitu
juga yang mengembala binatang ternak (hasil zakat) serta pencatat
pada diwan. Dan mesti mereka itu adalah dari kalangan muslimin. 5

Pengelolan zakat oleh lembaga amil zakat, memiliki beberapa


keuntungan, antara lain:
1. Pertama,untuk menjamin kepastian dan displin pembayar zakat.
2. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para
muzakki.
3. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala perioritas yang
ada pada suatu tempat.
4. Keempat, untuk memperlihatkan syi’ar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada
mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi di

4
Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, (Beirut: Dar Ihyaut Turast al-Arabi,
1420, Jil.16), hlm. 85
5
Muhammad Rasyid bin ali Ridha, Tafsir al-Quranil Hakim hlm. 426

7
samping akan terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan
fungsi zakat terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat,
akan sulit diwujudkan.
C. Adab-Adab Bagi Para Muzakki:6
a) Niat yang ikhlas hanya karena Allah
b) Memilih dan mengeluarkan yang terbaik dan yang paling disukai
dari hartanya.
c) Berasal dari harta dan usaha yang halal
d) Tidak Riya
e) Menghormati para mustahik dan tidak menyakiti mereka
f) Tidak mengambil kembali apa yang sudah di zakatkan,
g) Menyegerakan membayar zakat.
h) Mengeluarkan zakat dengan tersenyum dan wajah berseri serta
dengan keridhaan
i) Merahasiakannya
Menurut madhab Hanafi ini adalah yang utama karena bisa
menjauhkan diri dari riya dan tidak menghinakan orang fakir.
Sedangkan menurut Madhab Syafi’i dan Hambali yang paling utama
adalah menampakkannya supaya menjadi contoh dan menghilangkan
su’udzan. Adapun tentang shadaqah sunnah maka sepakat para ulama
yang utama adalah merahasiakannya.

Namun Mazhab Syafi’i menambahkan jika niatnya supaya menjadi


contoh dan tauladan, bukan riya dan tidak yang menrima maka
menampakkan sedekah lebih utama

j) Bersyukur pada Allah atas nikmat harta dan infak serta


menjauhkan diri dari kesombongan dan ujub .
k) Tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih
l) Berdoa ketika menyerahkan zakat

6
Muzaki adalah orang yang di kenai kewajiban zakat atas kepemilikan harta yang telah
mencapai nisab dan haul

8
D. Adab-Adab Bagi Lembaga Pengelola Zakat
a) Bersikap amanah, jujur dan professional
b) Di kelola atas bimbingan para Ulama dan dengan kaedah-kaedah
syar’i.
c) Tidak berbuat dzalim pada masyarakat [para muzakki] dengan
berbuat
d) Tidak boleh menfungsikan harta zakat kecuali dibenarkan oleh
ketentuan syari’at Islam.
e) Mendoakan para muzakki
3. Etika membayar zakat yang harus diperhatikan ada 7:

1. Segera Membayar Zakat Setelah Waktu Wajibnya Tiba Ini dilakukan


karena beberapa pertimbangan, yaitu:
a) menampakkan rasa senang menaati perintah Allah SWT dan Rasul-
Nya;
b) membahagiakan orang yang menerimanya;
c) sadar bahwa kalau ditunda bisa saja ada hal lain yang
menghalanginya; dan
d) menjadi maksiat apabila sampai habis waktunya zakat belum jadi
dikeluarkan.
2. Merahasiakan Pembayaran Zakat
Merahasiakan zakat lebih dapat menghindarkan seseorang dari
riya’ (pamer) dan sum’ah (mencari popularitas). Bahkan segolongan
ulama salaf secara sungguh-sungguh berupaya merahasikan
zakatnya, yaitu dengan menyalurkannya lewat perantara, sehingga
penerima zakat tidak mengetahui siapa pemberi sebenarnya. Hal itu
dilakukan tidak lain karena menghindari sifat riya’ dan sum’ah.
Sebab, ketika sifat riya' mendominasi pembayaran zakat, maka ia
akan meleburnya, meskipun secara fiqh zakatnya sah.
3. Membayar Zakat Secara Terang-terangan

9
Etika ini dilakukan ketika situasi dan kondisi mendukungnya.
Yaitu ada kalanya agar ditiru atau karena ada seseorang yang
meminta zakat secara terang-terangan di depan orang lain. Dalam
kondisi seperti ini, hendaknya muzakki tidak menghindar dari
memberikan zakatnya dengan alasan khawatir riya’. Namun
seharusnya ia tetap memberikan zakat serta menjaga hati dari riya’
semampunya. Sebab, dalam membayar zakat secara terang-terangan,
selain terdapat riya’ dan al-mann (menyebut kebaikan), terdapat
unsur yang tercela lain, yaitu menampakkan kefakiran orang lain.
Karena terkadang seseorang merasa hina ketika dirinya terlihat
membutuhkan. Sebab itu, orang yang terang-terangan meminta, ia
telah merusak rahasianya sendiri, dan unsur tercela (menampakkan
kefakiran orang lain) yang ada dalam pembayaran zakat secara
terang-terangan tadi sudah tidak berarti lagi.
4. Tidak Merusak Zakat
Maksudnya tidak merusak zakat dengan al-mann dan al-adza.
Al-Mann adalah menyebut-nyebut amal saleh (dalam hal ini zakat)
dan menceritakannya, mengeksploitasi si penerimanya, atau takabur
kepadanya karena zakat yang diberikan. Sementara al-adza adalah
menampak-nampakkan zakat, mencela kefakiran, membentak-
bentak, atau mencerca si penerima karena meminta-minta zakat
kepadanya.
5. Menganggap Zakatnya Sebagai Hal Kecil
Hendaknya orang yang membayar zakat menilai zakatnya
sebagai hal kecil dan tidak membesar-besarkannya. Sebab bila
dibesar-besarkan maka akan melahirkan sifat ‘ujub (kagum terhadap
diri sendiri). Padahal ‘ujub termasuk perkara yang melebur amal.
6. Zakat dengan Harta Terbaik
Mengeluarkan zakat dengan harta yang terbaik dan yang
paling disukai. Sebab, Allah adalah Dzat Yang Maha Baik dan tidak

10
menerima kecuali harta yang baik. Bila yang dikeluarkan bukan
harta yang terbaik maka termasuk su`ul adab kepada Allah SWT.
7. Selektif Memilih Penerima Zakat
Yaitu dengan memprioritaskan orang-orang yang mempunyai
sifat-sifat berikut ini; bertakwa, ahli ilmu agama, benar tauhidnya,
merahasiakan dari membutuhkan zakat, punya keluarga, sedang sakit
dan semisalnya, dan merupakan keluarga atau kerabat. 7

Dengan memenuhi tujuh etika ini, harapannya zakat yang dilakukan


dapat diterima dan diridhai Allah SWT, serta mendapatkan balasan pahala
yang sangat sempurna.

D. Akhlak dalam berzakat


a. Niatkanlah menjalankan ibadah zakat dengan tulus dan penuh
keikhlasan semata-mata. Karena mengikuti rukun Islam, tanpa
mengharapkan imbalan atau pujian apapun dari orang-orang di sekitar
kita.
b. Keluarkanlah zakat sesuai nisab yang berlaku dan tidak mencurangi
hukum agama Islam. Nisab zakat fitrah dan zakat maal tidak sama.
Zakat fitrah diwajibkan kepada setiap muslim yang menjumpai bulan
Ramadhan dan dibayarkan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan
zakat maal dapat dikeluarkan sewaktu-waktu bila telah tercapai
nisabnya.
c. Keluarkanlah zakat secara diam-diam agar tidak mengusik hati dan
menjadi riya’ (pamer amal). Kecuali penyaluran zakat berhubungan
dengan organisasi penerima zakat dan laporan keuangan, kegiatan
sosial mengeluarkan zakat sebaiknya tidak diekspos secara berlebihan.
d. Berikanlah zakat kepada tetangga kiri-kanan rumah yang
membutuhkan terlebih dahulu. Mengapa? Karena kita sendiri yang
memahami kondisi ekonomi warga yang tinggal di sekitar rumah. Saat
ini masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan mungkin akan

7
Jamaluddin Al-Qasimi, Mauizhatul Mu`minin, juz I, halaman 95-99

11
kesulitan membuat daftar orang-orang yang berhak menerima zakat.
Tingkat ekonomi antar warga hampir sama. Oleh karena itu, lebih baik
penerimaan zakat disampaikan kepada lembaga penyalur zakat
terpercaya di kota Anda.
e. Jangan sekali-kali mengungkit zakat yang telah diberikan kepada
orang lain karena perbuatan tersebut haram hukumnya. Agar dapat
diterima oleh Allah SWT, setiap amal ibadah harus dilakukan dengan
keikhlasan. Selain itu, mengungkit amal perbuatan juga menunjukkan
kerendahan akhlaq seseorang.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harta dan pemiliknya dalam syariat Islam tidak semata sebagai
wujud material yang bernilai temporal yang bisa dimiliki dan digunakan
secara bebas tanpa batas, tetapi ia mempunyai nilai moral sakral yang akan
dipertanggungjawabkan kepada pemilik mutlaknya, yaitu Allah SWT.
Yang telah menetapkan fungsi-fungsi harta dan ketentuan-ketentuan
tentang pemilikannya. Oleh karena itu harta harus dipergunakan dan
difungsikan secara optimal dan maksimal melalui berbagai aktifitas
ekonomi, termasuk penunaian zakat, infak dan sadakoh, serta berbagai
amal kebajikan lainnya guna mencapai ridho-Nya. Zakat adalah salah satu
rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam wujud
mengkhususkan sejumlah harta atau nilainya dari milik perorangan atau
badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat
tertentu, untuk mensucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi
para wajib zakat, meningkatkan pembangunan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami selaku
penyusun berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembacanya, khususnya para mahasiswa bisa
melakukan pendidikan sesuai statistika pendidikan khususnya materi yang
telah kita pelajari bersama.kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Makadari itu, kami mengharap
saran dan kritik yang konstruktif agar nantinya bisa lebih baik dalam
pembuatan makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi Shiddieqy. Hukum-hukum Fiqih Islam, Yogyakarta. 1970.

As-sayyid salim abu malik kamal. Fikih sunnah, Jakarta Timur. 2013.

Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya:
Indah, 1987
K.H.M. Syukri Ghozali, dkk. 1997. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyeksi
Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf

14

Anda mungkin juga menyukai