Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Pendidikan Progresif

Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan ... |9

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Alben Ambarita
FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung
e-mail: alben@unila.ac.id

Abstract: Improving Activity and Academic Achievement of Mathematics through


Problem Solving Strategy towards Primary School Student. This classroom action research
aims to improve the quality of the activity and the student learning outcomes in mathematics.
Subjects were the fourth grade students of SD Negeri 2 East Metro with totally 35 students.
Students and teacher’s activity data were collected by observation. Result learning collection by
assessment. The results showed that the use of problem solving strategies in mathematics
learning material of rupture numbers, can increase the activity and student learning outcomes.

Abstrak: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Problem
Solving pada Siswa Sekolah Dasar. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Metro Timur sejumlah 35 orang. Data aktivitas
siswa dan guru dikumpulkan melalui observasi. Data hasil belajar diperoleh melalui asesmen
bentuk pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi problem
solving dalam pembelajaran matematika materi bilangan pecah, dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar siswa, problem solving.

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan khususnya mengembangkan kemampuan memecahkan


di sekolah dasar (SD) ditentukan banyak masalah, dan (5) mengembangkan
faktor, seperti kurikulum, manajemen, kemampuan menyampaikan informasi atau
kepemimpinan dan kualitas sumber daya mengkomunikasikan gagasan.
manusia pengelolanya. Peran guru sangat me- Sumardyono (2010: 6) memberikan
nentukan untuk terselenggaranya pendidikan solusi di antaranya melalui problem solving
yang bermutu, seperti yang diharapkan dalam (pemecahan masalah), karena matematika
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru merupakan pengetahuan yang logis,
dan Dosen pada pasal 20, ayat (a) yang sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan
menyatakan, bahwa kewajiban guru adalah yang tak kalah penting menghendaki
merencanakan pembelajaran, melaksanakan justifikasi atau pembuktian.
proses pembelajaran yang bermutu, serta Sementara itu berdasarkan pengamatan
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. awal peneliti atas aktivitas siswa dalam
Sementara menurut Adjie (2006: 34) pembelajaran matematika yang dilakukan di
tujuan pembelajaran matematika di sekolah kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur,
dasar (SD) antara lain: (1) melatih cara didapatkan hasil bahwa ketika pembelajaran
berpikir dan bernalar, (2) mengembangkan berlangsung sebagian besar siswa enggan
aktivitas kreatif, (3) mengembangkan memperhatikan materi pelajaran yang
kemampuan memecahkan masalah, (4) disampaikan oleh guru; pertanyaan-
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 10

pertanyaan yang diajukan oleh guru jarang kreatif, efektif dan menyenangkan.
sekali mendapat respon dari siswa, serta siswa Setiap mahluk hidup memerlukan
kurang siap mengikuti pembelajaran; guru perubahan untuk lebih mudah memenuhi
lebih mendominasi aktivitas di kelas kebutuhannya. Perubahan tersebut tidak
sementara siswa tampak cenderung pasif; terjadi seketika, namun memerlukan proses
aktivitas pembelajaran siswa cenderung pasif; dan waktu yang lama. Belajar merupakan
siswa sering kurang aktif ketika pembelajaran proses perubahan perilaku yang dilakukan
berlangsung; sementara ketika diberi seseorang secara sadar dan bersifat menetap,
kesempatan untuk mengemukakan sesuatu yang oleh Bloom perubahan perilaku tersebut
siswa jarang sekali yang dapat meliputi perubahan kognitif, afektif dan
mengemukakan pendapatnya dan siswa tidak psikomotor.
pernah mengemukakan gagasan atau ide; serta Sagala (2010: 37) mendefinisikan
kurangnya aktivitas dalam bertanya belajar merupakan suatu proses perubahan
khususnya mengenai materi yang belum perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
dikuasai oleh siswa. praktik atau pengalaman tertentu. Belajar
Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya akan membawa kepada perubahan tingkah
diadakan perbaikan kualitas pembelajaran laku, kecakapan baru dan merupakan hasil
dengan menggunakan strategi problem dari usaha yang disengaja. Hasil belajar pada
solving, karena dengan strategi problem diri seseorang, akan berdampak pada dirinya
solving siswa dapat belajar berdasarkan dan orang lain.
permasalahan yang mereka temukan dalam Menurut Budiningsih (2005: 75) belajar
kehidupan sehari-hari (kontekstual) selain itu berdasarkan pandangan teori belajar
siswa diajak untuk berpikir logis dan strategik humanistik, merupakan teori yang lebih
sehingga minat, motivasi serta kemampuan menekankan kepada apa yang seharusnya
bemalar siswa dalam belajar dapat meningkat. dikuasai individu (sebagai tujuan belajar),
Secara umum, tujuan penelitian dan setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar.
pengembangan strategi problem solving ini Tujuan belajar dirangkum ke dalam tiga
adalah untuk meningkatkan kualitas proses ranah (kawasan) yang dikenal dengan sebutan
dan hasil pembelajaran operasi bilangan bulat taksonomi Bloom. Ketiga ranah tersebut
dan pecahan, pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut: (1) Domain kognitif,
SD Kelas IV B semester ganjil tahun terdiri atas 6 tingkatan, yaitu: (a)
pelajaran 2011/2012. Sedang tujuan khusus pengetahuan, (b) pemahaman, (c) aplikasi,
adalah: (a) mendeskripsikan peningkatan (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi; (2)
aktivitas siswa dengan menggunakan strategi Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
problem solving pada pem-belajaran bilangan (a) pengenalan, (b) merespon, (c)
pecahan mata pelajaran Matematika Kelas penghargaan, (d) pengorganisasian, dan (f)
IVB SD Negeri 2 Metro Timur. (b) pengalaman; dan (3) Domain psikomotor,
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar terdiri asat 5 tingkatan, yaitu: (a) peniruan,
siswa dengan menggunakan strategi problem (b) penggunaan, (c) ketepatan, (d)
solving pada pem-belajaran bilangan pecahan perangkaian, dan (f) naturalisasi.
mata pelajaran Matematika Kelas IVB SD Selanjutnya, Sagala (2010: 38)
Negeri 2 Metro Timur. (c) mendeskripsikan menyatakan pemikiran tentang belajar
hambatan-hambatan penggunaan strategi mengacu pada proses: (1) belajar tidak hanya
problem solving pada materi bilangan sekedar menghafal, (2) anak belajar dari
pecahan mata pelajaran Matematika Kelas IV mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola
B SD Negeri 2 Metro Timur. (d) bermakna dari pengetahuan baru, (3)
mendeskripsikan strategi problem solving pencerminan pengetahuan yang mendalam
yang dapat membuat siswa belajar aktif, tentang suatu persoalan (subject matter), (4)
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 11

pecerminan keterampilan yang dapat penghayatan dalam diri individu yang belajar.
diterapkan, (5) manusia mempunyai tingkatan Gagne dalam Wahyudin, dkk. (2006:
yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, 2.19) menyebutkan beberapa hal yang tidak
dan (6) pebelajar perlu dibiasakan meme- termasuk ke dalam hasil belajar antara lain:
cahkan masalah menemukan sesuatu yang (1) kete-rampilan intelektual, (2) strategi
berguna bagi dirinya. kognitif, (3) informasi verbal, (4) sikap, dan
Sedangkan prinsip-prinsip belajar, (5) keterampilan.
menurut Hemawan dkk. (2007: 2) Sementara itu, matematika berasal dari
memerlukan pengetahuan untuk mencapai kata mathanein (Yunani) yang berarti
hasil yang diinginkan, yaitu: (a) ada mempelajari, memiliki arti ilmu pengetahuan
perbedaan individual dalam belajar, sehingga yang didapat dengan berpikir (bernalar). Jadi
dalam proses pembelajaran memerlukan matematika lebih menekankan kegiatan
perlakuan dan pelayanaan yang sesuai dengan dalam dunia rasio (penalaran), bukan mene-
kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri; kankan dari hasil eksperimen atau hasil
(b) pemberian perhatian dan motivasi tertentu observasi. Matematika terbentuk karena
untuk mempelajarinya yang berdampak pikiran-pikiran ma-nusia yang berhubungan
positif terhadap aktivitasnya; (c) pengaktifan dengan ide, proses, dan penalaran. Logika
dalam proses belajar untuk merespon merupakan dasar terbentuknya matematika
stimulus pem-belajaran; (d) keterlibatan (Russefendi dalam Suwangsih, 2006: 3).
langsung setiap individu dalam belajar untuk Berdasarkan Standar Isi Mata
mengalaminyan; dan (e) pemberian balikan Pelajaran Matematika SD, kompetensi yang
dan penguatan. harus dikuasai siswa setelah mempelajari
Dengan demikian, belajar adalah suatu mata pelajaran matematika antara lain
proses yang dilakukan seseorang secara sadar penalaran (reasoning), pemecahan masalah
dan bersifat menetap berdasarkan praktek (problem solving) dan komunikasi
atau pengalaman tertentu yang akan (communication). Sedangkan ciri-ciri
membawa kepada perubahan tingkah laku, pembelajaran matematika di SD menurut
yang meliputi perubahan dalam kognitif, Suwangsih (2006: 25) adalah: (1)
afektif dan psikomotor, serta akanmembawa Pembelajaran matematika menggunakan
kecakapan baru. metode spiral, artinya pembelajaran konsep
Aktivitas belajar merupakan proses atau suatu topik matematika selalu diajarkan
yang dilakukan seseorang untuk mencapai dengan mengaitkan atau menghubungkan
tujuannya. Aktivitas merupakan segala bentuk dengan topik sebelumnya. (2) Pembelajaran
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. matematika bertahap, yaitu dimulai dari
Aktivitas belajar siswa adalah se-bagai konsep-konsep yang sederhana menuju
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, konsep-konsep yang lebih sulit. Selain itu
pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam pembelajaran matematika dimulai dari yang
kegiatan pembelajaran guna menunjang konkrit, ke semi konkrit dan akhirnya kepada
keberhasilan proses belajar dan memperoleh konsep abstrak. (3) Pembelajaran
manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, matematika menggunakan metode induktif,
2010: 277). sebagai contoh pengenalan bangun-bangun
Hasil belajar merupakan dampak positif ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi
dari proses belajar pada diri seseorang. dimulai dengan memberikan contoh-contoh
Perubahan positif pada diri seseorang dilihat dari bangun ruang tersebut, menentukan
pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. sifat-sifatnya baru kemudian pemahaman
Perubahan yang terjadi pada individu yang konsep bangun ruang itu. (4) Pembelajaran
belajar tidak hanya mengenai pengetahuan, matematika menganut kebenaran konsistensi,
tetapi juga membentuk kecakapan dan artinya tidak ada pertentangan antara
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 12

kebenaran yang satu dengan kebenaran yang bahwa terdapat tiga macam interpretasi istilah
lain. (5) Pembelajaran matematika problem solving dalam pembelajaran
hendaknya bermakna, artinya cara matematika, yaitu (1) problem solving sebagai
mengajarkan materi pelajaran lebih tujuan (as a goal), (2) problem solving
mengutamakan pengertian (pema-haman) sebagai proses (as a process), dan (3)
dari pada hafalan. problem solving sebagai keterampilan dasar
Dengan demikian, pembelajaran (as a basic skill).
matematika di SD merupakan kegiatan guru Langkah-langkah dalam strategi yang
yang dilakukan secara terprogram dengan harus ditempuh dalam problem solving
memperhatikan karakteristik siswa SD adalah: (l) memahami masalah, pada tahap
sehingga terjadi proses belajar yang ini, siswa harus dapat menentukan hal-hal apa
berdampak pada peningkatan kemampuan yang diketahui dan hal-hal apa yang
berpikir, serta penguasaan materi ditanyakan, (2) membuat rencana
pembelajaran oleh siswa. penyelesaian, dalam tahap ini siswa dapat
Pengertian problem (masalah) yang menentukan strategi yang sesuai untuk
dipahami dalam kehidupan sehari-hari adalah memecahkan masalah tersebut, (3)
kesenjangan antara apa yang diharapkan melaksanakan rencana pemecahan, dengan
terjadi dengan kondisi faktual atau kenyataan setiap kali mengecek kebenaran di setiap
yang berlangsung. langkah, serta (4) mengecek atau meninjau
Sumardyono (2010: 1), menyatakan kembali hasil pemecahan masalah tersebut
bahwa ciri-ciri suatu soal disebut "problem" dengan cara mengevaluasi langkah-langkah
paling tidak memuat 2 hal yaitu: (1) soal pemecahan masalah serta memeriksa jawaban
tersebut menantang pikiran (challenging), dan permasalahannya.
dan (2) soal tersebut tidak otomatis diketahui
cara penyelesaiannya (nonroutine). METODE
Problem solving (pemecahan masalah)
merupakan suatu proses penerapan ilmu Metode penelitian ini menggunakan
pengetahuan yang didapat dalam situasi yang penelitian tindakan kelas. Pemilihan metode
belum pernah ditemui sebelumnya. ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa
Suwangsih dan Tiurlina (2006: 126) penelitian ini mendeskripsikan dan
menyatakan bahwa pemecahan masalah menganalisis tentang peningkatan aktivitas
mengandung pengertian sebagai proses dan hasil belajar, setelah melakukan
berpikir tingkat tinggi dan mempunyai perbaikan pembelajaran yang diawali refleksi
peranan yang penting dalam pembelajaran kinerja guru, menggunakan pendekatan
matematika. pemecahan masalah dalam pembelajaran.
Harris dalam Wardhani (2010: 15) Menurut Bogdan dan Biklen (1998)
menyatakan bahwa memecahkan masalah pendekatan kualitatif mempunyai ciri-ciri
adalah the management of a problem in a way antara lain settingnya aktual, peneliti sebagai
that successfully meets the goals established insrumen kunci, data bersifat deskriptif,
for treating it (memecahkan masalah adalah menekankan pada proses; analisis data
pengelolaan masalah dengan suatu cara bersifat induktif, dan meaning (pemaknaan)
sehingga berhasil menemukan tujuan yang setiap event menjadi perhatian utama dalam
dikehendaki). Artinya, pemecahan masalah penelitian. Sedangkan ciri fenomenologis
memerlukan keahlian pengelolaan untuk menurut Strauss dan Corbin (1997) adalah
mengatasinya, sehingga bermanfaat bagi yang bahwa penelitian ini dapat mengungkapkan
bersangkutan. peristiwa nyata di lapangan, dapat
Secara garis besar, Branca dalam mengungkapkan nilai-nilai yang tersembunyi
Sumardyono (2010: 15) mengemukakan hidden value), lebih peka terhadap informasi
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 13

yang bersifat deskriptif serta berusaha dan yang tidak hadir pada saat post-tes
mempertahankan ke-butuhan objek yang sebanyak 1 orang (2,86%). Ketuntasan
diteliti. tersebut didasarkan pada KKM dengan nilai ≥
Instrumen yang digunakan untuk 60.
menjaring data dalam penelitian dan Untuk aktivitas siswa (afektif) diperoleh
pengembangan ini terdiri dari: (1) instrumen nilai rata-rata 75,76 (kategori aktif), dan untuk
aktivitas siswa dan guru, (2) instrumen aktivitas siswa (psikomotor) diperoleh nilai
penggunaan berbagai alat/media rata-rata 75,95 (kategori aktif). Dilihat dari
pembelajaran, dan (3) instrumen untuk perhitungan analisis uji perbedaan dengan uji
melihat hasil belajar siswa. t-tes untuk testing signifikansi pre-tes dan
post-tes didapatkan hasil thitung = 7,37 dan ttabel
HASIL DAN PEMBAHASAN = 2,03 dengan α = 0,05 (taraf kepercayaan
5%), dk = n-1. Berdasarkan ketentuan
Setelah melakukan pembelajaran tersebut, maka thitung = 7,37 > ttabel = 2,03.
sebanyak 3 pertemuan bagi siswa kelas IVB, Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
diperoleh hasil assesmen terhadap 35 siswa Artinya ada peningkatan secara signifikan
diperoleh nilai rerata 62,21 dengan antara pre-test dengan post-test menggunakan
persebaran hasil belajar secara keseluruhan strategi problem solving pada hasil
sebanyak 24 siswa (68,57%) dinyatakan pembelajaran matematika bagi siswa kelas
tuntas pembelajarannya, sedangkan siswa IVB SD Negeri 2 Metro Timur.
yang tidak tuntas sebanyak 11 orang siswa Melalui hasil refleksi terhadap
(31,43%). Ketuntasan tersebut didasarkan pembelajaran dengan strategi problem solving
pada KKM dengan nilai ≥ 60. tersebut, maka strategi yang akan
Untuk aktivitas siswa (afektif) diperoleh dipertimbangkan dalam pembelajaran
nilai rata-rata 60,86 dengan kategori cukup matematika di antaranya: (a) Guru perlu
aktif, dan untuk aktivitas siswa (psikomotor) mempersiapkan berbagai perangkat yang
di-peroleh nilai rata-rata 55,45 dengan mendukung pelaksanaan pembelajaran
kategori cukup aktif. Dengan analisis uji dengan baik, seperti media, alat peraga yang
korelasi dengan uji t-tes untuk testing kontekstual, serta pemilihan metode yang
signifikansi pre-tes dan post-tes didapatkan relevan dengan strategi problem solving. (b)
hasil thitung = 2,60 dan ttabel = 2,03 dengan α = Sebelum pembelajaran, siswa dan guru perlu
0,05 (taraf kepercayaan 5%), dk = n-1, dan n memahami berbagai prasyarat yang harus
= 33. dimiliki untuk pembahasan materi tertentu.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Masing-masing individu harus diberikan
thitung = 2,60 > ttabel = 2,03. Dengan demikian kesempatan untuk menyampaikan gagasan
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada atau pendapat pada setiap konsep, dan secara
peningkatan signifikan hasil belajar bersama-sama membuat kesimpulan hasil
menggunakan strategi problem solving bagi diskusi yang akan dituliskan atau dilaporkan
siswa kelas IVB SD Negeri 2 Metro Timur. di kelasnya. (c) Setelah kelompok diskusi
Setelah melakukan pembelajaran belajar menyampaikan hasil diskusinya, guru
matematika bagi siswa kelas IVB sebanyak 3 perlu memandu dan memantapkan
pertemuan pada siklus II, dilakukan asesmen. kesimpulan pembelajaran tentang perumusan
Hasil asesmen terhadap 35 orang siswa konsep materi (dalam kajian ini bilangan
diperoleh nilai rata-rata 79,87 dengan pecah) dalam memecahkan masalah. (d) Guru
persebaran hasil asesmen menunjukkan harus mempertahankan kinerja yang sudah
sebanyak 32 orang (91,43%) dinyatakan baik pada proses pembelajaran yang sudah
tuntas pembelajarannya, sedangkan siswa dilakukan, beberapa diantaranya guru mem-
yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (8,57%) berikan bimbingan secara intensif kepada
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 14

setiap kelompok. (e) Selalu memperhatikan reward kepada kelompok yang aktif dan
alokasi waktu untuk setiap tahapan yang ada siswa yang berprestasi.
dalam pemetaan SK/KD, silabus, dan RPP Sanjaya (2006: 25) menyatakan, bahwa
agar dapat mencapai tujuan dengan indikator keunggulan strategi pembelajaran berbasis
yang ditetapkan. (f) Selalu memperhatikan masalah yaitu pemecahan masalah (problem
langkah-langkah pemecahan masalah dengan solving) dapat meningkatkan aktivitas
menggunakan strategi problem solving. (g) pembelajaran siswa.
Menggunakan variasi metode pelaksanaan Berdasarkan pengamatan observer dapat
dan asesmen untuk menghilangkan kejenuhan dibuat rekapitulasi aktivitas siswa (afektif)
siswa. Demikian juga dengan pemilihan dan dalam proses pembelajaran matematika
penggunaan alat peraga, serta pemberian dengan menggunakan pendekatan problem
solving pada tabel berikut.

Tabel Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus


Rata-rata
Keterangan Kriteria
(%)

Cukup
Siklus I 60,86%
Aktif

Siklus II 75,76% Aktif

Peningkatan 14,90%

Tabel menunjukkan bahwa terjadi SIMPULAN


peningkatan rata-rata persentase skor aktivitas
siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 14,90 Berdasarkan hasil tindakan dan
selama mengikuti kegiatan pembelajaran pembahasan dapat diberikan kesimpulan
dengan menggunakan strategi problem sebagai berikut.
solving. Dapat meningkatkan aktivitas belajar
Hal tersebut dapat dilihat bahwa siswa siswa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan
tuntas dalam kegiatan pembelajaran dengan aktivitas siswa (afektif) dari rata-rata siklus I
kategori memenuhi KKM mengalami ke siklus II yaitu 14,90%. Sedangkan
peningkatan tiap siklusnya, yaitu dari siklus I peningkatan aktivitas siswa (psikomotor) dari
ke siklus II sebesar 22,86%. rata-rata siklus I ke siklus II yaitu 20,34%.
Dengan demikian proses pembelajaran, Penggunaan strategi problem solving
dengan menggunakan strategi problem dalam pembelajaran matematika materi
solving menunjukan kualitas pembelajaran bilangan pecah, dapat meningkatkan hasil
yang semakin membaik yang didukung oleh belajar dan ketuntasan belajar kelas. Nilai
perangkat pembelajaran, contoh aplikasi hasil belajar pada siklus I dan siklus II,
materi yang kontekstual dan memudahkan ketuntasan belajar 24 siswa (68,57%) pada
mereka memahami materi pembelajaran siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi
sehingga pelaksanaan pembelajaran pada 32 siswa (91,43%).
masing-masing siklus, menunjukkan
peningkatan mutu pembelajaran.
Alben Ambarita, Peningkatan Aktivitas dan . . . | 15

DAFTAR RUJUKAN Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna


Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Adjie, Nahrowi dan Maulana. 2006. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran.
Pemecahan Masalah Mate-matika.UPI Jakarta: Kencana Prenada Media Group
PRESS. Bandung. Strauss, A. & Corbin, J. (eds.) (1997).
Bogdan, Robert S., and S. Knopp Biklen. Grounded Theory in Practice. London:
1998. Qualitative Research in Education: Sage.
An Introduction to Theory and Methods. Sumardyono. 2010. “Pengertian Dasar
3rd ed. Allyn and Bacon. Boston. Problem Solving”. Pentingnya Problem
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Solving (ebook). 6-8. Diakses pada 27
Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Januari 2011. http://p4tkmate-
Hernawan, Asep Herry dkk.. 2007. Belajar & matika.org/2011/03/pengertian-dasar-
Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI problem-solving/.
PRESS. Bandung. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Pembelajaran Matemati-ka. UPI PRESS.
Tindakan Kelas Se-bagai Pengembangan Bandung.
Profesi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai