Anda di halaman 1dari 4

Menurut Elaine B.

Johnson, pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses


pendidikan untuk membantu para siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menuntut guru untuk mampu menyuguhkan gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan
demikian, peserta didik lebih mudah memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari.
Berdasarkan sumber yang saya baca, pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry),
bertanya(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).Berikut ini merupakan penjelasan dari
masing-masing ketujuh komponen tersebut:
- Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme dalam pembelajaran menekankan terbangunnya pemahaman sendiri siswa
terhadap suatu pengetahuan secara aktif, kreatif dan produktif sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang sempit/terbatas dan tidak sekonyong konyong. Dalam
pembelajaran ini terjadi proses pembelajaran yang bermakna. Hal ini berarti bahwa pengetahuan
atau ketrampilan ini didapat dan perilaku akan terbentuk oleh siswa itu sendiri, bukan hanya
diberikan oleh guru melalui pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan nyata.

- Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri atau kegiatan menemukan adalah suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri merupakan bagian inti
dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual di mana pengetahuan dan keterampilan yang
didapat/diperoleh oleh siswa diharapkan merupakan hasil dari menemukan sendiri bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran harus berbentuk
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan dimulai dengan merumuskan masalah,
mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
- Bertanya(Questioning)
Kegiatan bertanya merupakan cerminan dalam kondisi berfikir, menggali informasi,
mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang
belum diketahui siswa. Hal ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran, bertanya mempunyai
tujuan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa tehadap
pengetahuan/ketrampilan yang diperoleh melalui kontekstual learning.

- Masyarakat Belajar (Learning Community)


Masyarakat Belajar atau Learning Community berarti bahwa guru diharapakan mampu
menciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok.Wujud dari learning
community ini dalam pembelajaran bisa dalam pembentukan kelompok, bekerja berpasangan
maupun mendatangkan narasumber di dalam kelas. Narasumber tersebut biasanya merupakan
orang atau suatu badan yang profesional di bidangnya, misalnya mengundang pihak ECO Bali
yang merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang lingkungan hidup terutama masalah
sampah dalam pembelajaran pemilahan sampah di kelas.
- Pemodelan (Modeling)
Pemodelan merupakan suatu pembelajaran dimana dihadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, misalnya dalam bentuk demonstrasi, bermain peran, serta pemberian contoh
tentang konsep atau aktivitas belajar. Beberapa contoh wujud modeling yang dapat kita lihat
adalah dalam pembelajaran pengetahuan sosial guru bisa menggunakan globe sebagai media
pembelajaran, menunjukkan gambar, perilaku bahkan menunjukkan menunjukan aktivitas
penggunaan komunikasi telepon atau kentongan.
- Refleksi (Reflection)
Biasanya guru dan siswa melakukan refleksi di akhir pertemuan dalam pembelajaran. Refleksi
dalam suatu pembelajaran adalah suatu respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima yang bertujuan untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun
sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Refleksi ini dapat berupa pernyataan langsung
dari guru, catatan atau jurnal di buku siswa atau cara-cara lain yang digunakan guru untuk
mengarahkan siswa terhadap pemahaman mereka pada suatu pelajaran.
- Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian autentik atau penilaian sebenarnya merupakan suatu upaya pengumpulan berbagai
data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang dikumpulkan dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Penilaian ini perlu
dilakukan oleh guru baik dalam penilaian proses maupun hasil pembelajaran. Menurut Nurhadi,
ciri-ciri penilaian otentik yaitu: harus mengukur semua aspek pembelajaran (proses,kinerja,
produk), dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, menggunakan berbagai cara
dan sumber, tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan
harus bersifat kontekstual, dan penilaian harus menekankan kualitas bukan kuantitas.

Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat


tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan

Prinsip ketergantungan di sini berarti bahwa sebagai suatu sistem, ada keterikatan dan
keterkaitan setiap elemen di sekolah yaitu saling tergantung satu sama lain seprti hubungan
antara peserta didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan
seterusnya termasuk hal-hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung yaitu
bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.

2. Prinsip diferensiasi

Prinsip diferensiasi di sini berarti bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang kekal dan
selalu berubah, termasuk di dunia pendidikan. Hal tersebut memicu terbentuknya perbedaan,
keseragaman, dan keunikan sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan, pendidik selalu
dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

3. Prinsip organisasi diri

Prinsip oranisasi diri berarti bahwa guru diharapkan mampu memberikan dorongan atau motivasi
pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal. Seperti
yang kita ketahui bahwa tiap indvidu itu unik dan punya potensi sendiri. Demikian pila halnya
dengan siswa, diharapakan mampu bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
potensinya masing-masing.

Sumber referensi :

Winataputra, Udin S.,dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran-kontekstual/amp/
#Prinsip_Pembelajaran_Kontekstual

Anda mungkin juga menyukai