Anda di halaman 1dari 40

Case Report Session

HERNIA INGUINALIS

Oleh :
Dody Febrianto Zaidir
1610070100090

Preseptor:
dr. M. Nurhuda, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH
RSI SITI RAHMAH PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Case Report Session ini yang berjudul “Hernia
Inguinalis”. Case ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada
bagian Ilmu Bedah di RSI Siti Rahmah Padang.

Dalam penyusunan case ini penulis mengalami beberapa hambatan dan kesulitan,
namun atas bantuan dan bimbingan dari dr. M. Nurhuda, Sp.B selaku pembimbing, maka
case ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah meluangkan waktu serta
ilmu pengetahuannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan case ini masih terdapat banyak kekurangan.
Karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
di masa yang akan datang. Semoga jerih payah dalam penulisan case ini dapat memberikan
manfaat bagi semua kalangan pembaca terutama dibidang kesehatan. Atas perhatiannya
penulis ucapkan terimakasih.

Padang, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.2. Latar Belakang...............................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

1.4. Manfaat Penulisan..........................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4

2.1 Definisi Hernia Inguinalis...............................................................................................4


2.2 Anatomi Regio Inguinalis...............................................................................................4
2.3 Etiologi...........................................................................................................................6
2.4 Faktor Resiko..................................................................................................................7
2.5 Epidemiologi...................................................................................................................8
2.6 Patofisiologi....................................................................................................................9
2.7 Klasifikasi Hernia Inguinalis..........................................................................................11
2.7.1 Hernia Berdasarkan Letak Anatomis...............................................................11
2.7.2 Hernia Berdasarkan Terjadinya.......................................................................12
2.7.3 Hernia Berdasarkan Sifat.................................................................................13
2.8 Manifestasi Klinis...........................................................................................................14
2.9 Diagnosis Klinis..............................................................................................................15
2.10 Pemeriksaan Khusus.....................................................................................................17
2.11 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................19
2.12 Diagnosa Banding.........................................................................................................20
2.13 Komplikasi....................................................................................................................20
2.14 Tatalaksana...................................................................................................................22
2.15 Prognosis.......................................................................................................................26
2.16 Pencegahan...................................................................................................................26
BAB III. LAPORAN KASUS.................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................32

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang

abnormal.1 Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolus aponeurotik

dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.2

Hernia banyak di derita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah

khusus nya pekerja berat, kemudian pada orang yang rutin melakukan olahraga

beban, selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan

pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Bila penyakit ini

dibiarkan dan bertambah parah maka akan dapat menyebabkan kematian.3

Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis

medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari

hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.

Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.2

Faktor risiko hernia inguinalis yaitu peningkatan intra abdomen (batuk

kronis, konstipasi, asites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan

kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan, prematuritas), pembedahan insisi

1
yang mengakibatkan hernia insisional (overweight dan obesitas). Hernia inguinalis

dapat di derita oleh semua umur, tetapi angka kejadian hernia inguinalis meningkat

dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi bimodal (dua modus) untuk usia

yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40 tahun. Insiden

hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight dan obesitas

dibandingkan dengan berat badan normal.4

Sampai saat ini hernia merupakan tantangan dalam peningkatan status

kesehatan masyarakat karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam

penanganannya, serta berkurangnya skala fungsi dan produktifitas seseorang dalam

jangka waktu yang cukup lama akibat lambatnya proses penyembuhan dan tingginya

angka rekurensi. Hal tersebut dapat menurunkan produktifitas seseorang sehingga

akan menimbulkan masalah sosial dan ekonomi.4,5

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Penulisan Case ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan

Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Islam Siti

Rahmah Padang.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Hernia Inguinalis mulai

dari definisi hingga penatalaksanaan.

2
1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

Sebagai bahan acuan dalam mempelajari, memahami dan

mengembangkan teori Hernia Inguinalis

1.3.2 Bagi Instusi Pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan

yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan, khususnya yang

berkaitan dengan Hernia Inguinalis

1.3.3 Bagi Masyarakat

Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit beserta pencegahan

dan pengobatan Hernia Inguinalis

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hernia Inguinal

Hernia berasal dari bahasa latin herniae, artinya penonjolan isi suatu rongga

melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga tersebut. Dinding rongga

yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering

terjadi di perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus.6

Hernia inguinal adalah kondisi prostusi (penonjolan) organ intestinal masuk

kerongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin

inguinalis. Materi yang masuk adalah usus halus, tetapi juga bisa merupakan sesuatu

jaringan lemak atau omentum.7

2.2 Anatomi Regio Inguinalis

Gambar.2.1 Anatomi Regio Inguinalis.

4
Daerah inguinalis atau selangkangan, merupakan daerah transisi antara bagian

bawah abdomen dan bagian atas paha (Gambar 2.1). Daerah ini ditandai dengan

kelemahan pada dinding abdomen bagian bawah, terutama pada laki-laki, yang rentan

menyebabkan terjadinya hernia inguinalis. Hernia inguinalis lebih sering terjadi pada

laki-laki karena adanya proses penurunan testis ke skrotum, yang terjadi di sepanjang

daerah inguinal.1,2

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium,

isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ ekstra

peritonial seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli-buli. Unsur terakhir adalah

struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus

atau organ-organ lainnya. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik

(miring) dengan panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm diatas ligamentum inguinal,

ligamentum inguinal merupakan penebalan bagian bawah aponeorosis m. oblikus

eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis.2

Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah :

a. Anterior : dibatasi oleh aponeurosis m. oblikus eksternus dan 1/3

lateralnya muskulus oblikus internus.

b. Posterior : dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis

yang bersatu dengan fascia transversalis dan membentuk dinding

posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fascia

5
transversalis dan contjoint tendon, dinding posterior berkembang dari

aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.

c. Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus dan

muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

d. Inferior : di bentuk oleh ligamentum inguinal dan lakunare bagian ujung

atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan

defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”

dan terletak dibagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada

bagian atas m. transversus abdominis, iliopubiktract dan interfoveolar

(hasselbach) ligamen dan pembuluh darah epigastrik inferior dibagian

medial.8

Gambar 2.2 segitiga Hesselbach

6
2.3 Etiologi

Hernia inguinal adalah hernia di dalam kanalis inguinal. Hernia inguinalis

dapat terjadi pada bayi dan anak karena 99% adalah anomali kongenital. Lebih

banyak laki-laki dari pada perempuan yang terkena hernia inguinalis. Faktor

penyebab yang berperan penting adalah pembentukan pintu masuk hernia pada anulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia

(terbuka) dan anomali kongenital. Salah satu penyebab munculnya hernia yang sering

terjadi adalah adanya peningkatan intra abdomen, seperti: batuk kronis, hipertrofi

prostat, asites, peningkatan cairan peritoneum dari atresia bilier, organomegali, dan

konstipasi.9

2.4 Faktor resiko

Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian hernia inguinalis antara lain :

a. Hereditas

Terdapat suatu kecendrungan bahwa hernia inguinalis lebih sering terjadi pada

penderita yang memiliki riwayat keluarga yang pernah menderita hernia

inguinalis. Selain riwayat keluarga, jenis kelamin juga merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi kejadian hernia inguinalis.

b. Jenis kelamin

Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan

pada perempuan. Hernia pada laki-laki 95% adalah jenis hernia inguinalis,

7
sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini disebakan karena

ukuran ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi dari prosesus

vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.1

c. Usia

Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis,

sebagaimana kejadian hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada usia lanjut

karena pada otot-otot dinding rongga perut melemah dan jaringan tubuh telah

mengalami degenerasi.14 Sebaliknya pada dewasa muda yang berkisar antara

20-40 tahun merupakan usia produktif. Pada usia ini bisa terjadi peningkatan

tekanan intra abdominal apabila pada usia ini melakukan kerja fisik yang

berlangsung terus menerus yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hernia

inguinalis indirek.1

d. Konstitusi atau keadaan badan

Pada orang yang mempunyai berat badan berlebih atau obesitas memang

menjadi banyak faktor resiko terjadinya penyakit - penyakit, termasuk ada

didalamnya hernia inguinalis. Banyaknya lemak peritoneal akan mendesak

dinding abdomen dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan

otot serta terjadi relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum

dan mesentrium akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi

peningkatan tekanan intra abdomen.

e. Aktifitas fisik

Pekerjaan berat mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya

hernia inguinalis. Durasi pekerjaan juga dapat meningkatkan faktor resiko

8
terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan sedang dan berat yang

dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan peningkatan resiko sebesar 4 kali.

Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut yang

mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang

lemah atau pada robekan dinding otot yang tipis.8

f. Lahir prematur

Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang

memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti

kelainan pelvik, atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan

kerusakan pada saluran inguinal secara tak langsung. Hal yang jarang terjadi

kelainan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan timbulnya hernia

inguinalis langsung.5

2.5 Epidemiologi

Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian yang

paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi diregio inguinalis, 50% merupakan hernia

inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinalis direk.3

Populasi dewasa dari 15% yang menderita hernia inguinal, 5-8% pada rentang

usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai

25 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Angka kemungkinan

terjadinya hernia strangulata adalah 2,8 persen setelah 3 bulan munculnya hernia dan

4,5 persen setelah dua tahun. Pertambahan usia berbanding lurus dengan tingkat

9
kejadian hernia. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi pada semua usia, namun

paling banyak terjadi pada usia antara 45 sampai 75 tahun. insidensi hernia inguinalis

di Indonesia diperkirakan mencapai 15% populasi dewasa, 58% pada rentang usia 25-

40 tahun, dan 45% pada usia 75 tahun.

2.6 Patofisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari

kehamilan terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan

testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan

peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak

dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,

karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis

yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini

akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul

hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan

timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

Hernia pada orang dewasa biasanya terjadi karena lanjut usia, karena pada

umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan

bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada

orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus

minoris resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal

10
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat, mengangkat barang-barang berat

dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul

hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan keluar

melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas

akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan

kongenital.9

2.7 Klasifikasi Hernia Inguinalis

2.7.1 Hernia Berdasarkan Letak Anatomis

1. Hernia inguinalis lateralis (Indirek)

Hernia inguinalis lateralis atau disebut juga dengan hernia indirek

adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus (cincin)

inguinalis interna yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,

kemudian masuk ke kanalis inguinalis, dan keluar di anulus inguinalis

eksternal. Herna ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan, dan lebih sering

dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda.6

2. Hernia inguinalis medialis (Direk)

Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal

posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga

hasselbach,” segitiga hasselbach merupakan daerah dengan batas inferior

ligamentum inguinal, batas lateral vasa episgastrika inferior dan batas medial

11
tepi muskulus rectus abdominis. Hernia inguinalis direk jarang terjadi pada

perempuan. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan

kelemahan otot dinding abdomen dan merupakan jenis hernia didapat

(akuisita) yang jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan

strangulasi.6

Gambar.2.3 Hernia Inguinal medial dan Hernia Inguinal Lateral.

2.7.2 Hernia Berdasarkan Terjadinya

Hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia didapat atau

akuisita:

1. Hernia bawaan (kongenital) : timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-

anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang

disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses

penurunan testis ke skrotum atau seluruhnya.

12
2. Hernia didapat (akuisita) : timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia.

Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan

dalam waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi,asites dan

sebagainya. Insiden ini meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-

otot dinding perut yang sudah melemah, manifestasi klinis umumnya

adalah hernia inguinalis medialis.6

2.7.3 Hernia Berdasarkan Sifat

1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika

berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,

tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.3

2. Hernia irreponibel : bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan

kedalam rongga. Hernia irreponibel terbagi menjadi 3 yaitu :

 Hernia akreta yaitu hernia yang bila hanya pelekatan akibat

fibrosis. Tanpa ada gejala dan gangguan pasase usus.

 Hernia inkarserata (terperangkap) yaitu bila isinya terjepit oleh

cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat

kembali ke dalam rongga perut serta sudah mengalami gangguan

pasase isi usus.

 Hernia strangulata yaitu jika bagian usus yang mengalami hernia

terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah

normal dan pengerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan

penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.6

13
Gambar 2.4 : A. Hernia reponibel, B. Hernia irreponibel / Hernia

akreta, C. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus, D.

Hernia Strangulata.

2.8 Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis hernia inguinalis :

a. Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimptomatik

b. Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan

pada annulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus

inguinalis profundus.

c. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan dilipat paha yang

timbul pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan

menghilang waktu istirahat baring.

14
d. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul pada lipat paha

biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi,

gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang

perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan terjadi hernia strangulata.

e. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,

skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta

mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat

dilihat.

f. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya

dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan

tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Cincin

hernia dapat diraba, dan berupa anulus inguinalis yang melebar.

g. Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,

penyebab, dan gambaran.

h. Hernia inguinalis direk, isi hernia tidak terkontrol oleh tekanan pada cincin

internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat paha, tidak

turun kedalam skrotum.

i. Hernia inguinalis indirek, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati

cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.

15
2.9 Diagnosis Klinis

a. Anamnesis

Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-

keluhan, antara lain :

 Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya

“Benjolan” dilipatan paha atau perut bagian bawah pada skrotum atau

labia mayor pada wanita.

 Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul dilipatan

paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.

 Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal,

misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat.

Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring

(reponibilis). Tidak dapat kembali atau tidak dapat menghilang ketika

berbaring (irreponibilis).

 Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium dan para umbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

mesentrium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.

 Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata

karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan

keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena

nekrosis atau gangren (akibat adanya gangguan vaskularisasi).4

16
b. Pemeriksaan Fisik

Posisi penderita berdiri dan berbaring.

Inspeksi

 Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri.

Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan

manuver valsava.

 Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM).

 Tanda-tanda radang atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda

radang (-).

Palpasi

 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan

penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.

 Tentukan konsistensinya.

 Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak).

 Kompresable umumnya (+).

Auskultasi

 Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan).9

2.10 Pemeriksaan Khusus

 Ziemans Test

17
Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong hernia terisi,

kita masukkan dulu ke dalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian

kanan digunakan tangan kanan atau sebaliknya. Tes ini dapat dikerjakan

pada penderita laki-laki ataupun perempuan.

Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus

inguinalis internus (lebih kurang 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan

tuberkulum pubikum). Jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis

eksternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan

maka timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas. Bilamana

dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari

ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat hernia

femoralis.

Gambar.2.5 Zieman’s test.

18
 Finger Test

Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan

menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasi

menelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis.

Kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan

timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila

pada samping jari maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

Gambar 2.6 : finger test

 Thumb Test

Penderita tidur dalam posisi telentang atau pada posisi berdiri. Setelah

benjolan dimasukkan kedalam rongga perut. Ibu jari kita tekankan pada

annulus eksternus. Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan

hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu

mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti

hernia inguinalis lateralis.2

19
Gambar.2.7 Thumb test

2.11 Pemeriksaan Penunjang

Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,

sebagai penyebab timbulnya hernia.

a. Rectum toucher : BPH, stenosis anal, tumor rektum

b. Foto thorak : Batuk kronis, asma, tumor paru

c. USG abdomen : Asites, tumor abdomen

d. Genitalia eksterna : Striktura uretra, phymosis

e. Radiologi abdomen : Sejumlah gas terdapat dalam usus diregio inguinal.

2.12 Diagnosa Banding

a. Hernia femoralis

b. Hidrokel pada funikulus spermatikus maupun testis.

c. Kriprokismus yaitu testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi

kemungkinannya hanya sampai kanalis inguinalis.

20
d. Limfadenopati/limfadenitis inguinal perhatikan apakah ada infeksi pada kaki

seisi.

e. Varises vena saphena magna di daerah lipat paha.

f. Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia

inguinalis medialis).1

2.13 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi

kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstra peritoneal (hernia

geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia

strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat

terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang

elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih

sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen

usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam

rongga peritoneum seperti huruf “W”.1

Gambar. 2.8 Hernia seperti huruf W

21
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam

hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan

jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah

jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat

berupa cairan serosaguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi

yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut.1

Komplikasi operasi hernia ingiunalis:6

 perdarahan (yang mungkin disebabkan oleh kerusakan yang tidak disengaja

pada pembuluh darah epigastrium atau iliaka inferior)

 retensi urin yang mungkin memerlukan kateterisasi.

 Infus anestesi lokal yang terlalu antusias dapat menyebabkan blokade saraf

femoralis, pasien tidak dapat bergerak kakinya. Ini biasanya sembuh lebih dari

12 jam tetapi mengkhawatirkan.

 pembentukan seroma dan infeksi luka dapat terjadi. Seroma disebabkan oleh

peradangan yang berlebihan respon terhadap jahitan atau mesh dan tidak

dapat dicegah. Di dalam kebanyakan kasus cairan sembuh secara spontan

tetapi mungkin memerlukan aspirasi. Setelah operasi laparoskopi, seroma

mungkin salah didiagnosis sebagai kekambuhan dini. Infeksi luka tidak luar

biasa.

 Nyeri kronis yang muncul 3 bulan setelah operasi

22
2.14 Tatalaksana

a. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi.

 Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali

pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual tangan kiri

memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan

mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi

menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih

sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih

sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika

dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin

hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif

dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak

disiapkan untuk operasi dihari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak

berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

 Bantalan penyangga

23
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang

telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus

dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000

tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak

dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit

dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan

strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat

menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tangki sperma yang

mengandung pembuluh darah testis.

b. Operatif

Hernia inguinalis tidak dapat sembuh sendiri, maka harus dilakukan

tindakan operasi. Perbaikan hernia harus dilakukan secepat mungkin untuk

mengurasi risiko inkarserata dan komplikasi lainnya. Pada bayi dengan

usia kurang dari 1 tahun, risiko inkarserata meningkat dua kali lipat jika

operasi ditunda selama lebih dari 30 hari dibandingkan operasi yang

dilakukan kurang dari 14 hari setelah diagnosis. Insidensi komplikasi

akibat perbaikan seperti luka pada usus, atrofi testis, hernia rekuren, dan

infeksi juga rendah (-1 %), namun dapat meningkat sampai 18-20% saat

perbaikan dilakukan pada hernia inkarserata. Pada anak yang sudah

berusia lebih dari 1 tahun, resiko inkarserata berkurang dan perbaikan

dapat dilakukan tanpa terburu-buru. Walaupun dikhawatirkan adanya efek

paparan anestesi terhadap perkembangan neurologi anak, namun pilihan

yang paling baik yaitu dilakukan operasi secepat mungkin setelah

24
ditegakkan diagnosis. Pasien yang melakukan operasi juga akan sembuh

total dalam waktu 48 jam.3

Tindakan operasi yang paling sering dilakukan yaitu open repair, yang

terdiri dari pembukaan kanalis inguinalis, reduksi isi kantong hernia,

memisahkan kantong hernia dengan pembuluh darah korda spermatika

dan vas deferens di kanalis inguinalis, dan high ligation kantong hernia di

cincin internal. Namun sekarang teknik tension free repair merupakan

teknik yang dominan dilakukan dengan menggunakan mesh prostetik

untuk “menjembatani” defek, yang dipopulerkan oleh Lichtenstein, karena

rekurensi hernia inguinalis sering terjadi karena adanya tegangan pada

hasil operasi. Walaupun testis sering terlihat iskemik, umumnya testis

akan pulih setelah inkarserata diperbaiki dan jangan dibuang.4

Walaupun tindakan open repair hernia inguinalis yang paling sering

dilakukan, namun penggunaan tindakan laparoskopi oleh dokter bedah

anak yang sudah berpengalaman dengan teknik ini juga meningkat.

Prinsipnya sama, yaitu high ligation kantong hernia inguinalis indirek.

Pada tindakan laparoskopi, kantong hernia dilakukan suture-ligated pada

cincin inguinalis internal tanpa mengeksplorasi struktur korda spermatika.

Keuntungan tindakan ini yaitu memudahkan pemeriksaan kanalis

inguinalis kontralateral, meminimalisasi manipulasi vas deferens dan

pembuluh darah korda spermatika, waktu yang singkat, dan dapat

mengidentifikasi hernia inguinalis direk atau hernia femoralis yang tidak

25
terduga. Hasil operasi juga lebih cepat sembuh, berkurangnya rasa nyeri,

dan bekas luka yang sedikit.

Gambar 2.9 Lichtenstein Tension-Free Hernia Repair.

Gambar 2.10 Laparaskopi pada hernia direk/ Medial

26
Gambar 2.11 Laparaskopi pada hernia indirek/ Latera;

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional, indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, hemioplastik

dan herniography.

 herniotomy adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan

kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan

memotong kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak

dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana prosessus

vaginalis tidak menutup.

 hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Hernioplasty lebih penting artinya dan mencegah terjadinya residif

dibandingkan

dengan

herniotomy.

Dikenal berbagai

metode

hernioplasty

27
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan

tertutup, menutup dan memperkuat fasia transversal, dan menjahitkan

pertemuan m.transversus internus abdominis dan m. oblikus internus

abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum

inguinale poupart menurut metode bassini, atau menjahitkan fascia

transversa, m.transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis

keligament cooper pada metode Mc Vay.9,4

 Hernioraphy yaitu membuang kantong hernia disertai tindakan bedah

plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang

kanalis inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena

adanya kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen.6

Gambar 2.12 Hernioplasti

28
Gambar 2.13 Herniotomi

2.15 Prognosis

Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan

penanganan. Tetapi pada umumnya “baik” karena kekambuhan setelah operasi jarang

terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan

penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah

faktor predisposisinya.6

2.16 Pencegahan

Pencegahan lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan

dengan menjaga berat badan agar tetap ideal, menderita batuk menahun, sembelit

menahun atau BPH yang menyebabkan harus mengedan ketika berkemih, serta

menghindari mengangkat beban yang terlalu berat atau melakukannya dengan

29
perlahan dan dengan cara yang benar. Berbagai keadaan diatas bisa mengurangi

resiko terjadinya hernia.8

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. V

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 75 kg

Alamat : Lubuk Minturun

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal datang ke RS : 28 februari 2022

1.2 Anamnesis
 Keluhan utama:

30
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke poli dengan keluhan terdapat
benjolan di lipatan paha kanan sejak 12 tahun yang lalu

 Riwayat Penyakit Sekarang:


- Pasien mengatakan kurang lebih 12 tahun yang lalu muncul benjolan dari
lipatan paha kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil dan bisa hilang
dengan didorong masuk kedalam dengan jari. Benjolan timbul apabila
pasien mengejan atau berdiri dan benjolan hilang apabila pasien berbaring
. Pasien juga mengeluhkan perut terasa kembung sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengatakan benjolannya tidak disertai nyeri
- Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang keras.
- Pasien sering mengangkat beban yang berat dengan durasi waktu kurang
lebih 2 jam.
- pasien tidak mengeluhkan nyeri saat BAK dan warnanya normal.
- Nafsu makan pasien baik, berat badan pasien tidak pernah menurun.

 Riwayat Penyakit dahulu:


- Sebelumnya pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat Penyakit keluarga:
Abang Kandung pasien ada yang menderita penyakit yang sama

1.3 Status Generalisata


- Umum
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis kooperatif (GCS→ E4M6V5)
 Tekanan darah : 133/ 79 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Pernapasan : 20x/menit

31
 Suhu : 36,50C
 Turgor kulit : Normal

Pemeriksaan Fisik

 Kepala : Normochepal
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks pupil (+/+)
isokor
diameter 3mm/3mm
 Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB dan tiroid (-)

 Thorax
1. Paru

Inspeksi :simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : vokal fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : sonor di semua lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

2. Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : reguler, murmur (-/-), gallop(-/-)

32
 Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)

Auskultasi: Bising usus dalam batas normal

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), distensi
abdomen (-), defense muscular (-), nyeri tekan mc burney (-),
rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), dan Murphy sign (-)

Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-)

 Ekstremitas
Inspeksi : Deformitas (-)

Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik

Status Lokalis

Regio Inguinalis Dextra

Inspeksi : Terdapat benjolan dibawah ligamentum inguinale, diameter ± 8 cm x


4 cm, warna sesuai dengan warna kulit tidak kemerahan

Palpasi : Teraba massa diregio ingunal dextra, permukaan rata, batas reguler
nyeri tekan (-), masa teraba kenyal dan bisa dimasukkan kembali
kedalam cavum abdominalis

Auskultasi : Bising usus normal 10 x/menit.

1.4Pemeriksaan Penunjang

 Hasil pemeriksaan laboratorium ( Tanggal 28 februari 2022)

Hb : 15.0 gr%

33
Leukosit : 9000 mm3

Hematokrit : 43%

Trombosit : 339.000/mm3

Waktu perdarahan (BT) : 2 menit

Waktu pembekuan (CT) : 3 menit

GDR : 134 mg/dl

Rapid PCR : Negatif

1.3 Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibilis

1.4 Penatalaksanaan
• IVFD RL 16 tts/i
• Cefotaxime 2x1 mg
• Ketorolac 3x1 drip
• Rencana : Hernioraphy
• Antibiotik diberikan di OK
• Edukasi
Kontrol ke poli 6 hari post operasi untuk ganti perban

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC. 2016.
2. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and
surface markings, Bartleby. Philadelphia.
4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
5. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
6. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London:
ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
7. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010

35
8. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
9. Schwartz. 2000. Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu
bedah, edisi VI, Jakarta : EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai