Case Dody Hernia Inguinalis (DR - Nurhuda)
Case Dody Hernia Inguinalis (DR - Nurhuda)
HERNIA INGUINALIS
Oleh :
Dody Febrianto Zaidir
1610070100090
Preseptor:
dr. M. Nurhuda, Sp.B
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Case Report Session ini yang berjudul “Hernia
Inguinalis”. Case ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada
bagian Ilmu Bedah di RSI Siti Rahmah Padang.
Dalam penyusunan case ini penulis mengalami beberapa hambatan dan kesulitan,
namun atas bantuan dan bimbingan dari dr. M. Nurhuda, Sp.B selaku pembimbing, maka
case ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah meluangkan waktu serta
ilmu pengetahuannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan case ini masih terdapat banyak kekurangan.
Karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
di masa yang akan datang. Semoga jerih payah dalam penulisan case ini dapat memberikan
manfaat bagi semua kalangan pembaca terutama dibidang kesehatan. Atas perhatiannya
penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................32
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
abnormal.1 Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolus aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.2
khusus nya pekerja berat, kemudian pada orang yang rutin melakukan olahraga
beban, selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan
pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Bila penyakit ini
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis
medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari
kronis, konstipasi, asites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan
kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan, prematuritas), pembedahan insisi
1
yang mengakibatkan hernia insisional (overweight dan obesitas). Hernia inguinalis
dapat di derita oleh semua umur, tetapi angka kejadian hernia inguinalis meningkat
dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi bimodal (dua modus) untuk usia
yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40 tahun. Insiden
hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight dan obesitas
jangka waktu yang cukup lama akibat lambatnya proses penyembuhan dan tingginya
1.2 Tujuan
Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah Padang.
2
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia berasal dari bahasa latin herniae, artinya penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga tersebut. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
kerongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk adalah usus halus, tetapi juga bisa merupakan sesuatu
4
Daerah inguinalis atau selangkangan, merupakan daerah transisi antara bagian
bawah abdomen dan bagian atas paha (Gambar 2.1). Daerah ini ditandai dengan
kelemahan pada dinding abdomen bagian bawah, terutama pada laki-laki, yang rentan
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis. Hernia inguinalis lebih sering terjadi pada
laki-laki karena adanya proses penurunan testis ke skrotum, yang terjadi di sepanjang
daerah inguinal.1,2
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium,
isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ ekstra
peritonial seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli-buli. Unsur terakhir adalah
struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus
atau organ-organ lainnya. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis.2
5
transversalis dan contjoint tendon, dinding posterior berkembang dari
c. Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus dan
atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan
defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”
dan terletak dibagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada
medial.8
6
2.3 Etiologi
dapat terjadi pada bayi dan anak karena 99% adalah anomali kongenital. Lebih
banyak laki-laki dari pada perempuan yang terkena hernia inguinalis. Faktor
penyebab yang berperan penting adalah pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia
(terbuka) dan anomali kongenital. Salah satu penyebab munculnya hernia yang sering
terjadi adalah adanya peningkatan intra abdomen, seperti: batuk kronis, hipertrofi
prostat, asites, peningkatan cairan peritoneum dari atresia bilier, organomegali, dan
konstipasi.9
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian hernia inguinalis antara lain :
a. Hereditas
Terdapat suatu kecendrungan bahwa hernia inguinalis lebih sering terjadi pada
inguinalis. Selain riwayat keluarga, jenis kelamin juga merupakan faktor yang
b. Jenis kelamin
pada perempuan. Hernia pada laki-laki 95% adalah jenis hernia inguinalis,
7
sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini disebakan karena
c. Usia
sebagaimana kejadian hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada usia lanjut
karena pada otot-otot dinding rongga perut melemah dan jaringan tubuh telah
20-40 tahun merupakan usia produktif. Pada usia ini bisa terjadi peningkatan
tekanan intra abdominal apabila pada usia ini melakukan kerja fisik yang
inguinalis indirek.1
Pada orang yang mempunyai berat badan berlebih atau obesitas memang
otot serta terjadi relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum
e. Aktifitas fisik
8
terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan sedang dan berat yang
dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan peningkatan resiko sebesar 4 kali.
Pekerjaan berat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut yang
mengakibatkan organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang
f. Lahir prematur
Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang
memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti
kerusakan pada saluran inguinal secara tak langsung. Hal yang jarang terjadi
inguinalis langsung.5
2.5 Epidemiologi
paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi diregio inguinalis, 50% merupakan hernia
Populasi dewasa dari 15% yang menderita hernia inguinal, 5-8% pada rentang
usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai
terjadinya hernia strangulata adalah 2,8 persen setelah 3 bulan munculnya hernia dan
4,5 persen setelah dua tahun. Pertambahan usia berbanding lurus dengan tingkat
9
kejadian hernia. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi pada semua usia, namun
paling banyak terjadi pada usia antara 45 sampai 75 tahun. insidensi hernia inguinalis
di Indonesia diperkirakan mencapai 15% populasi dewasa, 58% pada rentang usia 25-
2.6 Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul
hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
Hernia pada orang dewasa biasanya terjadi karena lanjut usia, karena pada
umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus
minoris resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal
10
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat, mengangkat barang-barang berat
dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas
kongenital.9
adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus (cincin)
eksternal. Herna ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan, dan lebih sering
ligamentum inguinal, batas lateral vasa episgastrika inferior dan batas medial
11
tepi muskulus rectus abdominis. Hernia inguinalis direk jarang terjadi pada
perempuan. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan
(akuisita) yang jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan
strangulasi.6
Hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia didapat atau
akuisita:
1. Hernia bawaan (kongenital) : timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-
12
2. Hernia didapat (akuisita) : timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia.
Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan
1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
13
Gambar 2.4 : A. Hernia reponibel, B. Hernia irreponibel / Hernia
Hernia Strangulata.
inguinalis profundus.
c. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan
14
d. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul pada lipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada anak atau bayi,
e. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat
dilihat.
tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Cincin
g. Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,
h. Hernia inguinalis direk, isi hernia tidak terkontrol oleh tekanan pada cincin
internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat paha, tidak
i. Hernia inguinalis indirek, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati
15
2.9 Diagnosis Klinis
a. Anamnesis
“Benjolan” dilipatan paha atau perut bagian bawah pada skrotum atau
Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul dilipatan
berbaring (irreponibilis).
epigastrium dan para umbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
16
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri.
manuver valsava.
radang (-).
Palpasi
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan
Tentukan konsistensinya.
Auskultasi
Ziemans Test
17
Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong hernia terisi,
kanan digunakan tangan kanan atau sebaliknya. Tes ini dapat dikerjakan
eksternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan
maka timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas. Bilamana
dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari
ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat hernia
femoralis.
18
Finger Test
timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila
Thumb Test
Penderita tidur dalam posisi telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut. Ibu jari kita tekankan pada
hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu
mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti
19
Gambar.2.7 Thumb test
a. Hernia femoralis
20
d. Limfadenopati/limfadenitis inguinal perhatikan apakah ada infeksi pada kaki
seisi.
inguinalis medialis).1
2.13 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi
kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstra peritoneal (hernia
geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat
terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih
sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen
usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
21
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah
jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat
berupa cairan serosaguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi
Infus anestesi lokal yang terlalu antusias dapat menyebabkan blokade saraf
femoralis, pasien tidak dapat bergerak kakinya. Ini biasanya sembuh lebih dari
pembentukan seroma dan infeksi luka dapat terjadi. Seroma disebabkan oleh
peradangan yang berlebihan respon terhadap jahitan atau mesh dan tidak
mungkin salah didiagnosis sebagai kekambuhan dini. Infeksi luka tidak luar
biasa.
22
2.14 Tatalaksana
a. Konservatif
telah direposisi.
Reposisi
sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
Bantalan penyangga
23
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000
tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak
b. Operatif
usia kurang dari 1 tahun, risiko inkarserata meningkat dua kali lipat jika
akibat perbaikan seperti luka pada usus, atrofi testis, hernia rekuren, dan
infeksi juga rendah (-1 %), namun dapat meningkat sampai 18-20% saat
24
ditegakkan diagnosis. Pasien yang melakukan operasi juga akan sembuh
Tindakan operasi yang paling sering dilakukan yaitu open repair, yang
dan vas deferens di kanalis inguinalis, dan high ligation kantong hernia di
25
terduga. Hasil operasi juga lebih cepat sembuh, berkurangnya rasa nyeri,
26
Gambar 2.11 Laparaskopi pada hernia indirek/ Latera;
dan herniography.
dibandingkan
dengan
herniotomy.
Dikenal berbagai
metode
hernioplasty
27
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
28
Gambar 2.13 Herniotomi
2.15 Prognosis
penanganan. Tetapi pada umumnya “baik” karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan
penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah
faktor predisposisinya.6
2.16 Pencegahan
dengan menjaga berat badan agar tetap ideal, menderita batuk menahun, sembelit
menahun atau BPH yang menyebabkan harus mengedan ketika berkemih, serta
29
perlahan dan dengan cara yang benar. Berbagai keadaan diatas bisa mengurangi
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 50 tahun
Berat Badan : 75 kg
Agama : Islam
Suku : Minang
1.2 Anamnesis
Keluhan utama:
30
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke poli dengan keluhan terdapat
benjolan di lipatan paha kanan sejak 12 tahun yang lalu
31
Suhu : 36,50C
Turgor kulit : Normal
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks pupil (+/+)
isokor
diameter 3mm/3mm
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB dan tiroid (-)
Thorax
1. Paru
Inspeksi :simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
2. Jantung
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS, tidak kuat angkat
32
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-), distensi
abdomen (-), defense muscular (-), nyeri tekan mc burney (-),
rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), dan Murphy sign (-)
Ekstremitas
Inspeksi : Deformitas (-)
Status Lokalis
Palpasi : Teraba massa diregio ingunal dextra, permukaan rata, batas reguler
nyeri tekan (-), masa teraba kenyal dan bisa dimasukkan kembali
kedalam cavum abdominalis
1.4Pemeriksaan Penunjang
Hb : 15.0 gr%
33
Leukosit : 9000 mm3
Hematokrit : 43%
Trombosit : 339.000/mm3
1.3 Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibilis
1.4 Penatalaksanaan
• IVFD RL 16 tts/i
• Cefotaxime 2x1 mg
• Ketorolac 3x1 drip
• Rencana : Hernioraphy
• Antibiotik diberikan di OK
• Edukasi
Kontrol ke poli 6 hari post operasi untuk ganti perban
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC. 2016.
2. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and
surface markings, Bartleby. Philadelphia.
4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
5. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders.
6. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London:
ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
7. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010
35
8. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium,
dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC.
9. Schwartz. 2000. Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu
bedah, edisi VI, Jakarta : EGC.
36