Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Pelaporan dan
Akuntansi Keuangan
(Pelaporan Korporat)

Etika dan Tata Kelola

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

2
Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi 1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E.,
M.Si, Ak., CA.
2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.
3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak.,
CA.

Abstract Kompetensi
Akuntan (khususnya akuntan publik) Mahasiswa mampu menjelaskan,
diharapkan mampu mengawasi tentang kode etik akuntan
pelaksanaan Good Governance. professional, etika dalam pelaporan
Untuk mewujudkan korporat, pengertian tata kelola,
terlaksanya Good prinsip tata kelola, tanggung jawab
Governance, akuntan publik dewan, pengungkapan dan
diharapkan menerapkan sepenuhnya transparansi, dan evaluasi
kode etik akuntan public. mekanisme tata kelola
.
Pokok Bahasan

1. Kode etik akuntan professional


2. Etika dalam pelaporan korporat
3. Pengertian tata kelola
4. Prinsip tata kelola
5. Tanggung jawab dewan
6. Pengungkapan dan
7. Transparansi
8. Evaluasi mekanisme tata kelola

1. KODE ETIK AKUNTAN PROFESSIONAL

Akuntan (khususnya akuntan publik) diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan Good


Governance. Untuk mewujudkan terlaksanya Good Governance, akuntan publik diharapkan
menerapkan sepenuhnya kode etik akuntan public. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia secara paralel dengan Kode Etik Akuntan
Indonesia yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Institut Akuntan Manajemen
Indonesia, yang didukung oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan
RI. Kode Etik Profesi Akuntan Publik 2020 mengadopsi Handbook of the International Code
of Ethics for Professional Accountants including International Independence Standards 2018
Edition yang diterbitkan oleh International Ethics Standards Board for Accountants. Kode
Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini menggantikan Kode Etik yang lama, efektif per 1
Juli 2019, dengan berbagai penyempurnaan. Kode Etik Profesi Akuntan Publik menetapkan
prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip
tersebut. Kode Etik Profesi Akuntan Publik terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut:
Bagian 1 Kepatuhan terhadap Kode Etik, Prinsip Dasar Etika, dan Kerangka Kerja
Konseptual. Bagian 2 Anggota yang Bekerja di Bisnis. Bagian 3 Anggota yang Berpraktik
Melayani Publik. Bagian 4a Independensi dalam Perikatan Audit dan Perikatan Reviu.
Bagian 4b Independensid dalam Perikatan Asurans Selain Perikatan Audit dan Perikatan
Reviu.

Lima prinsip dasar etika untuk Anggota adalah:

(a) Integritas - bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

2 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
(b) Objektivitas - tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak
lain.

(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:

(i) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level
yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan

(ii) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar
teknis yang berlaku.

(d) Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis.

(e) Perilaku Profesional - mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan


menghindari perilaku apapun yang diketahui oleh Anggota mungkin akan
mendiskreditkan profesi Anggota.

2. ETIKA DALAM PELAPORAN KORPORAT

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan


keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk
memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut dibuat manajemen bertujuan untuk memberikan informasi
tentang posisi laporan keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas pernggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan dibuat untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan sehingga menghasilkan
informasi bagi pihak-pihak terkait. Etika menggambarkan prinsip moral atau
peraturan perilaku individu atau kelompok individu yang mereka akui. Etika ini
berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dan beberapa alternatif
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

3 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
menyangkut prinsip moral. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan.
Dalam menyusun laporan keuangan, tidak terlepas dari perilaku menajer
perusahaan yaitu sehubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi. Manajer akan
menerapkan kebijakan konservatif atau cenderung liberal, tergantung nilai pelaporan
laba yang diinginkan.

Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan
keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim, dan di
Indonesia prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akutansi Indonesia. Unsur penyajian
laporan keuangan yang layak terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. Misstate (kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan


keuangan). Kecenderungan bagi setiap perusahaan di Indonesia yang sering
mengalami kesulitan dalam menyajikan laporan keuangan yang baik dan sesuai
dengan standar akuntansi merupakan sesuatu problematika tersendiri. Dan hal ini
merupakan sesuatu kondisi yang ada korelasinya memiliki keterkaitan antara
penyusunan laporan keuangan dan sikap serta perilaku baik para penyaji maupun
penggunanya. Hal ini memunculkan semacam kode etik yang terbentuk secara
prosedural dan sistematis yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwewenang,
yaitu IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Namun demikian masih terdapat perbedaan-
perbedaan persepsi tentang penyajian laporan keuangan yang terbentuk dari sikap
dan perilaku masing-masing individu. Oleh karena itu sifat manusia yang cenderung
memiliki ketidakterikatan tentang suatu pemikiran. Bahkan di dalam naungan
perusahaan yang sama pun akan terjadi perbedaan sikap dan persepsi diantara
individu-individu yang berkepentingan terhadap penyajian laporan keuangan.
b. Disclosure (Pengungkapan Laporan Keuangan). Laoran keuangan merupakan
komponen sentral dari pelaporan keuangan dan memegang peran penting dalam
mengkomunikasikan efek dari bergbagai transaksi serta kejadian-kejadian ekonomi
lain bagi para pengambil keputusan. Untuk itu laporan keuangan harus dapat
menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang
berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan secara
bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang tercakup. Variasi tersebut
antara lain meliputi informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi untuk
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

4 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
mengidentifikasikan hubungan-hubungan informasi tersebut, maka diperlukan
analisis data yang dingkapkan dalam perhitungan laporan laba rugi, neraca, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan tersebut sebagai komponen laporan
keuangan.
c. Cost & Benefit (beban persahaan untuk melakukan pengungkapan). Laporan
keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Adanya laporan keuangan sangat
membantu setiap pihak yang berkepentingan demi mencapai tujuan.
d. Responsibility (tanggung jawab dalam penyajian laoran keuangan yang
informatif bagi penggunanya). Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Pihak manajemen harus bertanggung
jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan keuangan artinya pihak manajemen
harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya sehingga laporan
keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi penggunanya.

3. PENGERTIAN TATA KELOLA

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Corporate


governance dapat didefinisikan sebagai: seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstem
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Manfaat Penerapan Corporate Governance

Manfaat melaksanakan Corporate Governance, antara lain:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan


keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada Stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
Corporate Value.

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

5 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanarnkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligusakan meningkatkan Shareholders's Value dan deviden. Khusus bagi
BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
privatisasi.

4. PRINSIP TATA KELOLA

UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance, sebagai berikut:

1. Participation. Setiap warganegara mempunyai suara dalam pembuatan


keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas
dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia.
3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat
diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan
dapat dimonitor.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
5. Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas
baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity. Semua warganegara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
8. Accountabilily. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta
dan masyarakal (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

6 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada oganisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakali keputusan tersebut untuk kepentingan internal
atau eksternal organisasi.
9. Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunansemacam ini.

Kesembilan karakterislik tersebut di atas saling memperkuat dan tidak dapat berdiri
sendiri.

5. TANGGUNG JAWAB DEWAN

Pada prinsipnya Dewan Komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi


tindakan Direksi, dan memberikan nasehat kepada Direksi jika dipandang perlu oleh
Dewan Komisaris. Untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas
tersebut, Dewan Komisaris, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh
Dewan Komisaris, dapat menggunakan jasa penasehat profesional yang mandiri
dan/atau membentuk komite khusus. Setiap anggota Dewan Komisaris harus
berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan
untuk menjalankan tugasnya. Dewan Komisaris harus memantau efektivitas good
corporate governance yang diterapkan Perseroan dan bilamana perlu melakukan
penyesuaian.

6. PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI

Pengertian Pengungkapan

Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release)


informasi.Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas
yaitu penyampaian informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan
keuangan biasanya laporan tahunan.

Pengungkapan adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak-


pihak yang berkepentingan mengenai keadaan perusahaan.Pengungkapan semua
informasi didalamnya harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti
komponen persediaan dalam nilai mata uang), dan komponen kualitatif (seperti
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

7 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
tuntutan hukum). Menurut Securities and Exchange Commission (SEC), setiap
kejadian yang terjadi dengan tiba-tiba yang dapat mempengaruhi posisi keuangan
harus diungkapkan secara khusus (GAAP,1998:42) untuk membantu para pengguna
laporan tahunan.

Definisi pengungkapan (disclosure) menurut Siegel dan Shim (1994:147) adalah


pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan
keuangan sebagai catatan kaki atau tambahan.Informasi ini menyediakan
penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan
kebijakan perusahaan.Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat
juga diberikan dalam laporan pemeriksaan.Semua materi harus disingkapkan
termasuk informasi kuantitatif maupun kualitatif yang sangat membantu pengguna
laporan.

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) atau prinsip keterbukaan


adalah menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan yang dapat
memengaruhi pemahaman pembaca. Penafsiran atas prinsip ini sangat subyektif
dan berpotensi menyebabkan terlalu banyak informasi yang disajikan. Oleh karena
itu, prinsip materialitas digunakan agar hanya mengungkapkan informasi tentang
peristiwa yang mungkin berdampak material terhadap posisi atau hasil keuangan
entitas.

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Ghozali
dan Chariri, 2007). Bila dikaitkan dengan pengungkapan informasi,
disclosure mengandung pengertian bahwa pengungkapan informasi tersebut harus
memberikan penjelasan yang cukup dan bisa mewakili keadaan yang sebenarnya
dalam perusahaan. Dengan demikian, informasi harus lengkap, jelas, akurat, dan
dapat dipercaya dengan mencitrakan kondisi yang sedang dialami perusahaan, baik
informasi keuangan maupun non-keuangan, sehingga tidak ada pihak yang akan
dirugikan.

Ruang Lingkup Pengungkapan

Berdasarkan PP Nomor 71 tahun 2010, pengungkapan laporan keuangan yang


disusun pemerintah di Indonesia menggunakan prinsip pengungkapan lengkap,
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

8 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
dimana laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan. Informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan keuangan tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka (on the
face) laporan keuangan atau pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang


ditetapkan oleh standar dan regulasi, yaitu:

1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure).

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan yang diharuskan


dalam laporan tahunan menurut peraturan Bapepam. Pengungkapan Wajib
merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku
(Murni, 2004:193).

2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang tidak


diwajibkan oleh Bapepam, dengan kata lain pengungkapan yang melebihi dari yang
diwajibkan. Menurut Alan Levinsohn (2001), pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dibagi mejadi 5 kategori, yaitu:

a. Data bisnis. Meliputi operasi operasi dan pengukuran kinerja level atas.
b. Analisis manajemen mengenai data bisnis. Meliputi alasan -alasan perubahan
pada operasi perubahan serta mencantumkan data yang terkait serta dampak
trend bisnis pada perusahaan.
c. Forward looking information. Meliputi peluang, risiko dan termasuk rencana-
rencana manajemen.
d. Informasi mengenai manajemen dan shareholders. Meliputi informasi mengenai
direktur, manajemen, dan pemegang saham.
e. Latar belakang perusahaan. Meliputi tujuan perusahaan dan ruang lingkup
perusahaan.

Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui


pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam
memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan sukarela merupakan
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

9 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi


oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara, teknologi informasi,
kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga
yang berwenang. Ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya, yaitu:

a) Adequate disclosure (pengungkapan cukup). Pengungkapan yang disyaratkan


oleh peraturan yang berlaku, dimana angka – angka yang disajikan dapat
diinterpretasikan dengan benar oleh investor.
b) Fair disclosure (pengungkapan wajar). Pengungkapan wajar secara tidak
langsung merupakan tujuan etisagar memberikan perlakuan yang sama kepada
semua pemakai laporandengan menyediakan informasi yang layak terhadap
pembaca potensial.
c) Full disclosure (pengungkapan penuh). Pengungkapan penuh menyangkut
kelengkapan penyajian informasiyang digunakan secara relevan. Pengungkapan
penuh memiliki kesanpenyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa
pihakmenganggapnya tidak baik.

Menurut PSAK nomor 1 ayat 74, informasi mengenai manajemen dan shareholders
yang meliputi susunan nama anggota direksi dan komisaris merupakan mandatory
disclosure (pengungakapan wajib). Begitu pula halnya dengan latar belakang
perusahaan yang meliputi tujuan perusahaan dan bidang usaha utama perusahaan
(ruang lingkup) merupakan mandatory disclosure (pengungkapan wajib).

Apabila sebuah perusahaan memberikan pengungkapan wajib (mandatory


disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) secara sekaligus,
berarti perusahaan tersebut memberikan pengungkapan secara penuh (full
disclosure). Pengungkapan penuh (full disclosure) harus mengungkapkan :

a) Prinsip pengungkapan penuh, yaitu peningkatan persyaratan pelaporan dan


pengungkapan diferensial.
b) Catatan atas laporan keuangan, mengenai kebijakan akuntansi dan catatan-
catatan umum.
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

10 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
c) Masalah pengungkapan, yang terdiri dari pengungkapan transaksi atau peristiwa
khusus, peristiwa selain tanggal neraca, perusahaan yang terdiversifikasi, dan
laporan intern.
d) Laporan auditor dan manajemen.
e) Masalah pelaporan masa berjalan, yaitu pelaporan tentang penjualan dan
proyeksi, pelaporan keuangan melalui internet untuk pilihan akuntansi dan
pelaporan.

Special commite on financial reporting (AICPA), mengindikasikan bahwa para


pemakai mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda, dan tidak semua
perusahaan harus melaporkan seluruh unsur informasi. Untuk itu untuk memenuhi
kebutuhan pemakai yang berubah-ubah, pelaporan harus :

a) Meyediakan informasi yang lebih mengacu kemasa depan tentang


perencanaan, peluang atau kesempatan, risiko dan ketidakpastian.
b) Memusatkan perhatian pada factor -faktor yang menciptakan nilai yang bersifat
jangka panjang, termasuk ukuran nonkeuangan yang menunjukkan bagaimana
proses bisnis kunci berjalan.
c) Menyesuaikan dengan lebih baik antara informasi yang dilaporkan untuk pihak
eksternal dengan informasi yang dilaporkan secara internal.

Tujuan dan Manfaat dari pengungkapan Laporan Keuangan

Tujuan pengungkapan:

a) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang


relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan
keuangan.
b) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang
bermanfaat.
c) Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai
risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
d) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan
diantara beberapa tahun.
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

11 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
e) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas atau keluar dari masa depan.
f) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

Tujuan pengungkapan oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa kepentingan


yaitu oleh perusahaan pencari laba (profit making interpreise) berdasarkan pada tiga
kategori kepentingan yaitu kepentingan perusahaan, kepentingan investor, dan
kepentingan nasional.

Pengungkapan (disclosure) dalam Laporan Keuangan

Tujuan yang positif dari disclosure adalah untuk memberikan informasi yang penting
dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga dapat membantu
mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik. Ini berarti bahwa
informasi yang tidak material atau relevan harus diabaikan apabila kita
mengaharapkan bahwa informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat
dimengerti.

Sejalan dengan tujuan dasar akuntansi, salah satu tujuan yang dicapainya adalah
penyajian informasi yang cukup sehingga perbandingan dari hasil yang diharapkan
dapat dilakukan. Kemungkinan membandingkan (comparability) dapat dicapai
dengan dua cara, yaitu:

a) Penyajian disclosure yang cukup mengenai bagaimana angka-angka akuntansi


diukur dan dihitung.
b) Memberikan kemungkinan kepada investor untuk melakukan rangkai dari
berbagai masukan kedalam decision

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1, menyatakan bahwa


laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan
calon investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi,
kredit dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Informasi tersebut harus dapat
dipahami oleh mereka yang mempunyai wawasan bisnis dan ekonomi.Informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan agar dapat dipahami dan tidak menjadikan
salah intepretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan
disclosure yang cukup (adequate disclosure), artinya informasi yang disajikan tidak

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

12 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
berlebihan namun juga tidak kurang sehingga tidak menyesatkan orang yang
membacanya.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi dua,


yaitu pengungkapan wajib (Mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(Voluntary disclosure). Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas
pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan. Mutu dan luas pengungkapan
laporan tahunan masing-masing berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik
dan filosofi manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan disclosure dalam laporan tahunan juga
digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.

Disclosure meliputi seluruh proses pelaporan keuangan. Ada beberapa metode


untuk melakukan disclosure (Hendriksen, 1992):

a) Bentuk dan cara pengaturan ikhtisar-ikhtisar keuangan.


b) Istilah-istilah yang digunakan adalah penyajian secara terperinci.
c) Info yang disajikan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan dalam bentuk
tanda kurung (parenthefical information).
d) Catatan kaki (foot notes) atas ikhtisar dan perincian atau daftart ambahan.
e) Supplementary statement (informasi tambahan yang disajikan dalam bentuk
yang agak berbeda diikhtisar keuangan dasar, misalnya namadan ikhtisar laba
rugi dengan indeks harga konsumen).

Transparansi

Bushman & Smith (2001) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai


ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya
mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan,
kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat
umum. Dalam tingakatan negara, Bushman, Piotroski, dan Smith (2004)
mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan
dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara disusun

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

13 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis,
dan media penyebarannya.

7. EVALUASI MEKANISME TATA KELOLA

Kepatuhan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan dan tata kelolam


yang berlaku merupakan suatu prasyarat untuk menjadi warga korporat yang baik.
Oleh karena itu, korporasi harus selalu mengikuti perubahan berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan usahanya dan peraturan perundang-
undangan pada umumnya, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Korporasi harus membuat pernyataan dalam laporan tahunannya bahwa


korporasi telah mematuhi seluruh ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang terkait dengan aktivitas usaha korporasi.
2. Korporasi harus memiliki sebuah fungsi yang berperan untuk senantiasa
mengikuti perubahan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang terkait dengan usahanya dan peraturan perundang-undangan
pada umumnya, serta memiliki sistem untuk memastikan kepatuhan korporasi
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Daftar Pustaka

1. Modul Pelaporan Korporat, Penerbit IAI


2. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengacu pada SAK yang berlaku efektif pada 1
Januari 2019.
3. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
4. Kieso, 2015, Financial Acoounting
5. Kieso, 2016, Intermediate Accounting
6. Kieso, 2018, Advance Accounting
7. Modul Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat, Penerbit IAI.
8. Hendriksen, E. S., dan M. F. Breda. 1992. Accounting Theory. 5th Edition: Richard D.
Irwin.
9. Bushman, R., J. Piotroski, and A. Smith. 2001. “What Determines Corporate
Transparency?” Unpublished paper, University of Chicago.
10. Bushman, R., and A. Smith. 2001. “Financial Accounting Information and Corporate
Governance.” Journal of Accounting and Economics 32, no. 1-3: 237-333.
‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

14 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.
11. Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel 2009. Accounting Principles.
9th Edition Volume I. John Wiley & Sons, Inc. by John Wiley & Sons, Inc
12. B Purnomosidhi, 2006. Analisis empiris terhadap determinan praktik pengungkapan
modal intelektual pada perusahaan publik di BEJ. Jurnal riset akuntansi Indonesia
13. Alan Levinsohn (2001), FASB Weighs the Value of Voluntary Disclosure. Strategic
Finance (Vol. 82, Issue 9). Publisher: Institute of Management Accountants.
14. Murni, 2004:193. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan Terhadap
Aktivitas Volume Perdagangan dan Return Saham (Studi Empiris Terhadap
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2015). e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi

‘20 Pelaporan dan Akuntansi Keuangan/Pelaporan Korporat Biro Akademik dan Pembelajaran
1. DR. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si, Ak., CA. http://www.widyatama.ac.id

15 2. DR. H. Islahuzaman, S.E., M.Si, Ak., CA.


3. DR. Debbie Christine, S.E., M.Si, Ak., CA.

Anda mungkin juga menyukai