Anda di halaman 1dari 7

Praktikum 4.

ANALISIS DIVERSITAS BIOTA PERAIRAN


Ekosistem perairan tawar pada hakekatnya dibedakan menjadi ekosistem lentik atau perairan
menggenang dan ekosistem lotik atau perairan mengalir. Menurut Odum (1971) perbedaan antara
ekosistem lotik dan lentik terletak pada tiga kondisi berikut yang akan menentukan sifat fisika dan kimia
perairan sehingga akan menentukan juga jenis biotanya.
1. Arus, merupakan faktor pembatas utama yang mengakibatkan perbedaan kehidupan di kedua
ekosistem tersebut.
2. Proses pertukaran bahan organik antara tanah dan air di sungai terjadi lebih intensif karena sungai
mendapatkan persediaan bahan organik dari tepi sungai. Hal ini akan menentukan jenis biota yang
mampu beradaptasi pada kondisi tersebut.
3. Kelarutan gas di sungai lebih seragam sehingga hampir tidak didapatkan stratifikasi suhu dan zat
kimia.
Kualitas suatu perairan ditentukan oleh sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi dari perairan tersebut.
Interaksi antara sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi yang ada di perairan menentukan kemampuan perairan
tersebut untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya. Interaksi tersebut berpengaruh terhadap
jumlah, komposisi, keanekaragaman jenis, produktivitas, dan keadaan fisiologi organisme perairan.
Oleh karena air merupakan suatu ekosistem yang mudah sekali mengalami perubahan kualitas
maupun kuantitas akibat pengaruh sifat fisika dan kimia air tersebut, maka organisme perairan harus dapat
beradaptasi dalam mencari naungan dan makanan serta menggunakan gas-gas yang larut pada
lingkungan tersebut. Pengaruh sifat fisika dan kimia air di sini bukan semata-mata sebagai gejala fisik atau
kimia, tetapi sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan adanya gejala-gejala
dan perubahan produktivitas biologis.
Menurut Goldman & Horne (1983), Secara umum organisme yang hidup dalam suatu perairan
dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
1. Plankton, yaitu organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya mikroskopis), mempunyai kekuatan
atau gerakan yang relatif kecil atau lemah dan sangat dipengaruhi oleh gelombang, arus, dan gerakan
air.
2. Nekton, ialah organisme yang berukuran besar dan berenang bebas dalam air dengan distribusi
dalam ruang gerak di sekitar perairan.
3. Bentos, adalah organisme yang hidup di dalam atau pada permukaan dasar perairan.
4. Perifiton, yaitu organisme yang hidup di permukaan benda yang tenggelam di perairan. Perifiton dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu – (1) epifiton – yang hidup pada tanaman (2) epizoon –
yang hidup pada binatang (3) epiliton – yang hidup pada batu-batu dan (4) epixylon – yang hidup pada
daun mati.
5. Neuston, yaitu organisme yang hidup di permukaan perairan.
6. Pleuston, yaitu makrofita yang hidup di perairan.

Dalam praktikum ini akan dipelajari a) struktur komunitas (komposisi, kerapatan, keanekaragaman,
keseragaman, dominansi) dari plankton, bentos dan perifiton di ekosistem perairan menggenang atau
mengalir, serta b) pola penyebaran populasi masing-masing jenis plankton, bentos dan perifiton yang
ditemukan.

1. Analisis Komunitas Plankton


a. Pengambilan contoh plankton
Pengumpulan plankton dapat dilakukan dengan cara mengambil contoh air yang menjadi obyek
penelitian. Pengambilan contoh air dapat dilakukan dengan water sampler yang bisa bersifat horisontal
atau vertikal sehingga dapat diketahui volumenya. Volume air yang disaring adalah 1-6 liter (Findlay &
Kling, 2001). Contoh air tersebut kemudian disaring dengan menggunakan jaring plankton yang dilengkapi
dengan tabung pengumpul plankton.

Gambar 6.1. Jaring plankton

28
Cara lain yaitu dengan jalan menarik jaring plankton dari atas perahu atau jembatan, baik secara
vertikal dari kedalaman tertentu atau secara horisontal dalam perairan. Apabila pengumpulan plankton
dilakukan dengan cara ini, volume air yang disaring dapat diketahui dengan rumus berikut.
V =  r2 d
dengan: V = volume air yang disaring
r = jari-jari jaring plankton
d = jarak yang dilewati oleh jaring plankton
Contoh plankton yang tersaring dalam tabung pengumpul selanjutnya diawetkan dengan
formalin 4% (sebanyak 5 tetes untuk setiap contoh air). Untuk menjaga agar klorofil fitoplankton tidak
mudah rusak maka pada setiap contoh air diberikan larutan CuSO4 jenuh 3-4 tetes.

b. Penghitungan plankton
Contoh plankton yang telah tersaring dalam tabung pengumpul kemudian diambil dengan pipet
dan dimasukkan dalam Counting Chamber Sedgewick Rafter (1 mL) dan diamati dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran rendah agar mendapat gambaran umum terlebih dahulu. Penghitungan
kerapatan plankton dilakukan menurut cara Effendi (1979), dengan cara sebagai berikut:
Ke dalam cell Sedgewick Rafter isi dengan contoh yang akan diamati, kemudian tempatkan di
meja obyek mikroskop. Penghitungan dilakukan pada setiap lapang pandang (sel sedgewick rafter) dimulai
dari lapang pandang pertama yaitu sel paling kiri pada barisan pertama paling kiri diteruskan sampai sel
paling kanan pada barisan pertama paling kanan dan dilanjutkan pada barisan berikutnya dengan cara
yang sama sampai selesai. Jumlah sel seluruhnya adalah 1000 kotak (Gambar 6.2). Apabila plankton yang
akan dihitung terlalu padat, penghitungan dilakukan minimum pada 250 kotak yang diplih secara acak.
Pada tiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang ada termasuk yang tidak
dikenal. Masing-masing yang tidak dikenal diberi tanda atau kode tersendiri misalnya A, B, dan seterusnya
agar kemudian menjadi lebih mudah. Tiap organisme dihitung dan perhitungan diteruskan untuk lapang
pandang yang lain. Sesudah perhitungan jumlah masing-masing organisme dari sepuluh lapang pandang
selesai, dengan ekstrapolasi hitunglah kerapatan (jumlah) masing-masing organisme yang ditemukan per
liter. Berikut adalah rumus yang merupakan pengali untuk merubah jumlah organisme dari sejumlah
lapang pandang yang diamati menjadi jumlah organisme per liter air.

Jumlah lapang pandang dalam


cell Sedgewick Rafter ml yang terkonsentrasi
----------------------------------- x -------------------------------- = pengali
Jumlah lapang pandang yang Jumlah liter yang disaring
yang diamati

20 mm

50 mm

Gambar 6.2. Penataan Lapang Pandang dalam cell Sedgewick Rafter

Apabila organisme terletak pada garis batas Sedgewick Rafter tiap-tiap lapang pandang di
sebelah atas atau sebelah kiri harus dimasukkan ke dalam perhitungan, sedangkan pada garis batas
bawah dan sebelah kanan tidak. Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan buku Bernard (1908),
Whipple (1959), Edmondson (1959), Prescot (1978) dan Bold & Wynne (1985).

29
2. Analisis Komunitas Bentos
a. Cara pengambilan bentos di habitat air tergenang
Dasar dari perairan tergenang umumnya didominasi oleh lumpur. Pengambilan contoh organisme
yang hidup di dalam lumpur ini dilakukan dengan Ekman Grab. Caranya, mulut Ekman Grab dibiarkan
terbuka saat alat tersebut diturunkan ke dalam perairan. Pada saat mulut alat tadi menyentuh dasar
perairan, tali pengikatnya kemudian dipegang sedemikian rupa sampai rentangannya kencang (lurus),
kemudian pemberat (messenger) dilepaskan. Pemberat tersebut akan turun dan akhirnya menghantam
triggering mechanism. Pada saat ini akan disusul dengan menutupnya mulut (jaw) dari alat tersebut
sehingga lumpur dasar terperangkap ke dalam alat.

A. B.

Gambar 6.3. Ekman Grab (A) alat pengambil bentos pada perairan dengan dasar berlumpur dan Jaring
Surber (B) untuk dasar berbatu atau berkerikil

Contoh lumpur yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam ember, untuk selanjutnya dicuci
dengan air bersih dan disaring dengan ayakan (saringan) bertingkat yang mempunyai ukuran tertentu.
Penyaringan dilakukan untuk menghilangkan lumpur dan kotoran yang dapat mengganggu pemilihan
organisme bentos. Selesai dibersihkan, organisme bentos diawetkan dengan formalin 4%. Selanjutnya
dengan bantuan mikroskop stereo, organisme bentos dipisahkan satu per satu, diidentifikasi, dan dihitung
jumlah (kerapatannya) per m2 dengan menggunakan rumus berikut (Welch, 1948).
O N = Jumlah bentos per m2
N = ------ x 10.000 O = Jumlah bentos yang dihitung per sampel
S S = Luas area Ekman Grab atau Jaring Surber (cm 2)

b. Cara pengambilan bentos di habitat air mengalir


Dasar perairan mengalir kebanyakan didominasi oleh batuan atau kerikil. Pengambilan contoh
bentos pada habitat seperti ini digunakan alat yang disebut jaring Surber. Penggunaan alat tersebut adalah
sebagai berikut: Letakkan bagian frame foot dari jala tersebut dengan arah menentang arus. Substrat yang
terdapat di dalam frame foot diaduk-aduk dengan tangan secara hati-hati, sehingga organisme bentos
yang melekat di batu-batuan ataupun kerikil terbilas, hanyut, dan tertampung di jaring surber. Contoh yang
diperoleh kemudian ditampung dalam ember atau talam, selanjutnya disortir dan dipisahkan dari sampah
serta kotoran yang terikut. Contoh organisme bentos terpilih lalu diawetkan dengan formalin 4%, dan
dilakukan identifikasi serta penghitungan seperti cara sebelumnya. Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan kunci identifikasi menurut Edmondson (1959); Quigley (1977) dan Jutting (1953 &1956).

3. Analisis Komunitas Perifiton


a. Analisis kualitatif
Perifiton mencakup bentuk melekat dan bentuk berpindah. Perlu tetap diingat pada saat memilih
cara pengambilan sampel untuk mencegah eksklusi organisme apa pun yang membentuk bagian dan
kompleks perifiton.
Perifiton dikumpulkan dengan menyerok bahan dari batuan, tumbuhan air atau benda melayang
lainnya. Batang tanaman harus dipotong dekat dengan dasar, dan dibiarkan mengambang ke permukaan.
Potongan kecil dari bagian yang melayang dalam air kemudian dipotong dengan gangguan yang terkecil,
dan dimasukkan ke dalam botol yang mengandung air ledeng. Sisirlah bagian menurun dari jaringan dan
potongan tumbuhan, dalam panci yang dangkal dengan melewatkan jaring plankton. Pindahkan kepada
cawan petri dan periksalah di mikroskop. Perangkap yang dirancang oleh Wisconsin dapat juga
digunakan, untuk mengumpulkan binatang besar yang hidup dalam biji-bijian. Perangkap tersebut memiliki

30
kerangka segi empat yang dipegang ditengahnya. Bila dilipat, kedua tepinya tepat berhimpitan. Lubang-
lubang dibuat pada kerangka untuk perlekatan tas kanvas menyudut yang panjang, yang dasarnya dibuat
dari jaring kasar. Alat yang demikian, sangat berguna untuk bekerja dalam air dangkal. Peganglah
perangkap secara tegak dengan kerangkanya ke arah bawah. Turunkan perlahan-lahan di atas tanaman
yang akan diperiksa. Potong atau cabut tanaman dan tutuplah mulut perangkap. Tariklah perangkap keluar
dan biarkan airnya mengering. Pindahkan tanaman ke dalam bak atau kotak dangkal yang berisi air bersih.
Cucilah tanaman dengan seksama untuk mengeluarkan semua binatang. Baliklah jaring perangkap yang
sebelah dalam ke luar, dan bilaslah dengan air yang sama untuk melepaskan binatang-binatang yang
mungkin melekat pada jaring. Tuangkan air cucian melalui jaring dengan ukuran yang sesuai. Pilih dan
identifikasi.

b. Analisis kuantitatif
Hitunglah jumlah binatang pada panjang potongan tanaman yang telah diukur, dan nyatakan
hasilnya dalam jumlah per satuan panjang. Tumbuhan dapat juga ditimbang setelah pengeringan air dan
jumlah binatang dapat dinyatakan sebagai jumlah, berat atau volume per satuan berat tanaman yang
dimaksud. Cara yang lain adalah dengan memasukkan sepotong sampel yang diketahui (berat atau
volumenya) ke dalam penghitung sel. Sebuah cawan petri dengan dasar yang ditandai segi empat akan
sesuai untuk tujuan tersebut. Dengan menggunakan sepasang jarum pemotong, ambillah sebagian massa
berserabut yang kompak. Letakkan penghitung sel di bawah mikroskop binokuler, dan buatlah
penghitungan total seluruh binatang besar dalam sel. Gunakan penghitung sel jenis Sedgewick-Rafter
untuk organisme yang lebih kecil seperti diatom, rotifer, dan nematoda. Ambillah sampel dengan baik.
Gunakan pipet bermulut lebar untuk memindahkan 1 ml sampel kepada penghitung sel. Letakkan
penghitung sel pada tangga mekanis dari suatu mikroskop, dan buatlah total jumlah binatang.

c. Cara penghitungan langsung


Pilihlah batuan yang memiliki permukaan halus. Potonglah dasar suatu botol plastik dan letakkan
batuan berhadapan dengan permukaan yang terpotong. Masukkan sikat dengan bulu yang kaku melalui
mulut botol dan sikatlah organisme yang melekat pada permukaan batuan. Peganglah menghadap dasar
botol, basuhlah permukaan batuan dengan air dari botol pencuci. Tutuplah botol dan baliklah. Keluarkan
batuan dan masukkan organismenya dalam formalin. Pekatkan sampel dan hitung organisme dengan
menggunakan sel penghitung. Daerah permukaan batuan yang diambil sebagai sampel akan sesuai
dengan daerah dasar botol. Hitunglah rapatan organisme per satuan luas.
Guntinglah batang tumbuhan air dengan panjang yang telah diukur, misalnya 1 cm. Letakkan
dalam cawan petri dan periksalah di bawah mikroskop. Hitung dan catatlah jumlah spesies binatang yang
hidup di dalamnya. Dapatkan banyak sampel seperti itu. Pelubang gabus juga dapat digunakan untuk
memperoleh sampel dari suatu daerah yang diketahui. Hitunglah kerapatan rata-rata organisme, dan
nyatakan hasilnya sebagai jumlah per satuan panjang atau luas.
Ulaskan lapisan pencat kuku yang jernih atau lak pada permukaan batuan. Biarkan lapisan
mengeras. Kupaslah dan periksalah dengan mikroskop. Organisme tembus pandang dapat diwarnai
dengan pewarna. Untuk mengukur luas lapisan tipis, letakkanlah di atas grafik satu sentimeter, dan
gambarlah garis pinggirnya. Hitunglah jumlah kotak yang tertutup olehnya, untuk memperoleh luas lapisan
tipis itu. Organisme yang menempel kuat pada permukaan batuan (seperti diatom) harus diambil dengan
cara ini.

d. Cara kuantitatif massa


Bila pertumbuhan perifiton sangat hebat, tidak akan mungkin menentukan susunan spesies dan
memperkirakan kerapatan setiap spesies. Bila keadaan seperti ini dihadapi, cara kuantitatif massa akan
berguna dalam penentuan jumlah total perifiton yang ada.
Dapatkan sampel dari permukaan batuan dengan menggunakan sikat kaku dan sebuah botol
plastik, seperti dijelaskan dalam tata kerja untuk membuat penghitungan langsung. Pekatkan organisme
dengan sentrifuse, atau dengan penyaringan. Timbanglah sampel tanpa air. Jumlah jasad penempel
dinyatakan sebagai biomassa, yaitu berat organisme per satuan luas. Lebih disukai untuk
mengeringkannya agar mendapatkan berat yang tetap dan nyatakan sebagai berat kering biomassa, atau
berat kering biomassa bebas debu setelah pembakaran dalam tungku pembakar.
Cara ekstraksi pigmen juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah klorofil dan pigmen lain
yang ada. Karena jumlah ini memberikan hubungan langsung terhadap jumlah jasad penempel organisme
yang ada dapat digunakan sebagai cara tak langsung yang cocok untuk memperkirakan jumlah jasad
penempel. Nyatakan hasil anda sebagai konsentrasi pigmen per satuan luas.

E. Cara Substrat Tiruan


Kaca preparat atau gelas obyek adalah substrat tiruan yang cocok untuk diletakkan dalam badan
air. Organisme penempel lebih mudah tumbuh pada substrat ini. Karena obyek ini lembut dan datar, maka

31
penentuan luas daerah yang tertutup oleh jasad penempel adalah lebih mudah. Dalam air yang mengalir,
kaca preparat ini harus ditahan dan dipegang tepat di atas dasar dan searah dengan arus. Sepotong kayu,
bambu atau botol bertutup yang kosong dapat bertindak sebagai jangkar.
Gambar 6.4 memperlihatkan tatanan kaca preparat yang dipasang pada penutup karet yang
berat, yang dikaitkan pada kedalaman yang berbeda-beda, serta dijangkarkan dengan kuat pada dasarnya
dengan batu-bata atau batu. Setiap kaca preparat harus ditandai untuk pencirian. Nomornya dapat
digoreskan padanya dengan menggunakan pensil intan.
Satu kaca preparat dari setiap tingkat dapat dilepaskan pada jeda waktu yang teratur, untuk studi
susunan spesies dan penghitungan jasad penempel. Catatan mengenai jasad penempel dalam jangka
waktu tertentu akan memperlihatkan pola pertambahan dalam koloni substrat. Cara lain adalah dengan
membersihkan sebagian dari kaca preparat yang diperiksa dan mengembalikannya ke dalam air. Preparat
kedua dibersihkan selama pemeriksaan berikutnya, dan ini dilakukan selama jangka waktu yang nyaman
atau sampai klimaksnya tercapai.

pemberat

Gambar 6.4. Tatanan gelas obyek untuk studi perifiton (Michael, 1995)

Penyusunan substrat buatan seperti terlihat pada Gambar 6.4 akan menghasilkan studi
mengenai pengaruh kedalaman dan arus pada koloni dari preparat yang mungkin, karena preparat
diarahkan pada ke empat penjuru dan diletakkan pada berbagai kedalaman. Pada saat mengangkut
preparat ke laboratorium, letakkanlah mereka dalam botol yang mengandung air kolom.
Letakkan preparat dalam cawan petri yang cukup besar untuk menampungnya. Biarkan kaca
preparat naik dari dasar piring petri, dengan menyelipkan korek api atau tusuk gigi di bawah setiap
ujungnya. Sinar harus difokuskan dari atas. Periksalah setiap sisi kaca preparat dan catatlah jumlah pada
setiap kedalaman.

4. Pengolahan Data Struktur Komunitas Organisme Air


Kesamaan komunitas plankton, bentos atau perifiton antar stasiun pengamatan dari ekosistem
perairan yang diteliti berdasarkan kerapatan spesies di dalam komunitas tersebut dapat dicari dengan
indeks kesamaan Morisita (CM) menurut rumus sebagai berikut (Cox, 2002).

CM = [ 2  Xi . Yi ] . [(SA + SB) NA. NB] -1


Xi , Yi : Jumlah individu spesies ke i masing-masing pada komunitas A atau komunitas B
NA =  Xi : Total jumlah individu di dalam komunitas A
NB =  Yi : Total jumlah individu di dalam komunitas B
SA = [  { Xi . (Xi-1)}] . [NA . (NA-1) ] -1
SB = [  { Yi . (Yi-1)}] . [NB . (NB-1) ] -1

Berdasarkan atas nilai CM tersebut, untuk melihat adanya pengelompokan komunitas plankton, bentos
atau perifiton maka dapat dibuat dendogram melalui analisis cluster rata-rata (Average Linkage Clustering)
dengan metode pengelompokan pasangan tanpa pembobotan (Unweighted Pair-Group Method atau
UPGMA) menurut Krebs (1989).
Data hasil identifikasi dan penghitungan kerapatan plankton, bentos dan perifiton dari stasiun
yang diteliti dapat ditentukan nilai indeks keanekaragaman (diversity index) Shannon - Wiener menurut
rumus sebagai berikut : (Odum, 1971 ; Krebs, 1978 ; Brower et al., 1990)
s H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

32
H = -  pi 2log pi pi = Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
i=1 s = Jumlah total spesies di dalam komunitas
Keseragaman populasi plankton, bentos dan perifiton pada masing-masing stasiun, dapat dilihat
dengan menghitung indeks keseragaman (Equitability = E) dengan rumus berikut (Krebs, 1978).
H E = Indeks keseragaman
E = ----------- H max = 2Log S
H max S = Jumlah spesies

Indeks keseragaman berkisar antara 0 - 1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi
yang berarti penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies
mendominasi. Begitu pula sebaliknya semakin besar nilai E maka tidak ada spesies yang mendominasi.
Nilai E yang kurang dari 0.4 menunjukkan keseragaman yang rendah, nilai E yang berkisar antara 0.4 - 0.6
menunjukkan keseragaman sedang, sedangkan apabila nilai E lebih dari 0.6 berarti keseragaman tinggi.
Untuk melihat adanya dominansi jenis plankton, bentos dan perifiton yang ditemukan di lokasi
penelitian, maka dicari nilai Indeks Dominansi Simpson dengan rumus sebagai berikut (Brower et al.,
1990).

 Ni (Ni - 1) Id = Indeks Dominansi Simpson


Id = ----------------- Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N (N - 1) N = Jumlah total individu

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 - 1. Apabila nilai indeks dominansi kurang dari 0.4 berarti
dominansi parsial rendah. Nilai yang berkisar antara 0.4 - 0.6 menunjukkan dominansi parsial yang
sedang, dan apabila lebih dari 0.6 berarti pada daerah tersebut didapatkan dominansi parsial yang tinggi.
Untuk melihat pola penyebaran populasi masing-masing jenis plankton, bentos atau perifiton
yang ditemukan dapat ditentukan dengan menggunakan “Index of Dispersion” menurut Elliott (1971)
dengan rumus sebagai berikut.
n
nilai variance S2  (Xi - X)2
i=1

I = ------------------------- = ---- = -----------------


rata-rata kelimpahan X X (n - 1)
n
 Xi
i=1

dengan X = -----------
n

Jika nilai variance sama dengan rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran spasial dari populasi tersebut
random, jika variance lebih kecil dari rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran populasi teratur, dan jika
variance lebih besar dari rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran mengelompok. Untuk melihat
signifikansi dari nilai indeks penyebaran (I), dilakukan pengujian lebih lanjut dengan mencari nilai X2 (Chi-
square) dengan rumus X2 = I (n - 1). Apabila nilai X2 lebih besar dari X2p (X20,975) pada derajat bebas n - 1
maka pola penyebaran mengelompok. Jika nilai X2 terletak antara X2p = X20,025 dan X20,975 maka pola
penyebaran bersifat random. Dan apabila nilai X2 lebih kecil dari X2p = X20,025 maka pola penyebaran
populasi bersifat teratur.

5. DAFTAR PUSTAKA

Bernard, C.H. 1908. Protococcacées et Desmidiées D’eau Douce, Recoltees À Java. Lands drukkerij.
Batavia.
Bold, C.H. & M.J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae: Structure and Reproduction. 2nd Ed. Prentice
Hall Inc. Engelwood Clif. New Jersey.
Brower. J.E., J.H. Zar, C.N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third
Edition. Wm.C. Brown Publishers, Dubuque.
Cox, G.W. 2002. General Ecology. Laboratory Manual. 8th Ed. McGraw Hill. Boston.
Edmondson, W.T. 1959. Freshwater Biology. Second Ed. John Wiley and Sons Inc., New York.
Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor, P.23.
Findlay, D.L. & H.J. Kling. 2001. Protocols for Measuring Biodiversity: Phytoplankton in Freshwater.
http://www.eman-rese.ca/eman/ecotools/protocols/freshwater/phytoplankton/intro.html. Diakses
22 Pebruari 2002.
Goldman, C.R. & A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill International Book Co., New York.

33
Krebs, C.J. 1978. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Second Ed. Harper
and Row Publ., New York.
Jutting, W.S. & S. Van Benthem. 1953. Critical Revision of the Freshwater Bivalves of Java. Treubia
22(1):19-73
Jutting, W.S. & S. Van Benthem. 1956. Critical Revision of the Javanese Freshwater Gastropods. Treubia
23(2):259-477
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Ed. W.B. Saunders Company, London.
Prescott, G.W. 1978. How to Know the Fresh Water Algae. 3rd Ed. Wm. C. Brown Company Publisher.
Iowa.
Quigley, M. 1977. Invertebrates of Streams and Rivers. A Key to Identification. Edward Arnold Publ. Ltd.,
London.
Welch, P.S. 1952. Limnology Methods. Mc. Graw Hill International Book Co., New York.
Whipple, W. 1959. Fresh Water Biology. 2nd Ed. John Wiley and Sons Inc., New York.

34

Anda mungkin juga menyukai