4 Diversitas Biota Akuatik New
4 Diversitas Biota Akuatik New
Dalam praktikum ini akan dipelajari a) struktur komunitas (komposisi, kerapatan, keanekaragaman,
keseragaman, dominansi) dari plankton, bentos dan perifiton di ekosistem perairan menggenang atau
mengalir, serta b) pola penyebaran populasi masing-masing jenis plankton, bentos dan perifiton yang
ditemukan.
28
Cara lain yaitu dengan jalan menarik jaring plankton dari atas perahu atau jembatan, baik secara
vertikal dari kedalaman tertentu atau secara horisontal dalam perairan. Apabila pengumpulan plankton
dilakukan dengan cara ini, volume air yang disaring dapat diketahui dengan rumus berikut.
V = r2 d
dengan: V = volume air yang disaring
r = jari-jari jaring plankton
d = jarak yang dilewati oleh jaring plankton
Contoh plankton yang tersaring dalam tabung pengumpul selanjutnya diawetkan dengan
formalin 4% (sebanyak 5 tetes untuk setiap contoh air). Untuk menjaga agar klorofil fitoplankton tidak
mudah rusak maka pada setiap contoh air diberikan larutan CuSO4 jenuh 3-4 tetes.
b. Penghitungan plankton
Contoh plankton yang telah tersaring dalam tabung pengumpul kemudian diambil dengan pipet
dan dimasukkan dalam Counting Chamber Sedgewick Rafter (1 mL) dan diamati dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran rendah agar mendapat gambaran umum terlebih dahulu. Penghitungan
kerapatan plankton dilakukan menurut cara Effendi (1979), dengan cara sebagai berikut:
Ke dalam cell Sedgewick Rafter isi dengan contoh yang akan diamati, kemudian tempatkan di
meja obyek mikroskop. Penghitungan dilakukan pada setiap lapang pandang (sel sedgewick rafter) dimulai
dari lapang pandang pertama yaitu sel paling kiri pada barisan pertama paling kiri diteruskan sampai sel
paling kanan pada barisan pertama paling kanan dan dilanjutkan pada barisan berikutnya dengan cara
yang sama sampai selesai. Jumlah sel seluruhnya adalah 1000 kotak (Gambar 6.2). Apabila plankton yang
akan dihitung terlalu padat, penghitungan dilakukan minimum pada 250 kotak yang diplih secara acak.
Pada tiap lapang pandang hitunglah jumlah tiap jenis plankton yang ada termasuk yang tidak
dikenal. Masing-masing yang tidak dikenal diberi tanda atau kode tersendiri misalnya A, B, dan seterusnya
agar kemudian menjadi lebih mudah. Tiap organisme dihitung dan perhitungan diteruskan untuk lapang
pandang yang lain. Sesudah perhitungan jumlah masing-masing organisme dari sepuluh lapang pandang
selesai, dengan ekstrapolasi hitunglah kerapatan (jumlah) masing-masing organisme yang ditemukan per
liter. Berikut adalah rumus yang merupakan pengali untuk merubah jumlah organisme dari sejumlah
lapang pandang yang diamati menjadi jumlah organisme per liter air.
20 mm
50 mm
Apabila organisme terletak pada garis batas Sedgewick Rafter tiap-tiap lapang pandang di
sebelah atas atau sebelah kiri harus dimasukkan ke dalam perhitungan, sedangkan pada garis batas
bawah dan sebelah kanan tidak. Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan buku Bernard (1908),
Whipple (1959), Edmondson (1959), Prescot (1978) dan Bold & Wynne (1985).
29
2. Analisis Komunitas Bentos
a. Cara pengambilan bentos di habitat air tergenang
Dasar dari perairan tergenang umumnya didominasi oleh lumpur. Pengambilan contoh organisme
yang hidup di dalam lumpur ini dilakukan dengan Ekman Grab. Caranya, mulut Ekman Grab dibiarkan
terbuka saat alat tersebut diturunkan ke dalam perairan. Pada saat mulut alat tadi menyentuh dasar
perairan, tali pengikatnya kemudian dipegang sedemikian rupa sampai rentangannya kencang (lurus),
kemudian pemberat (messenger) dilepaskan. Pemberat tersebut akan turun dan akhirnya menghantam
triggering mechanism. Pada saat ini akan disusul dengan menutupnya mulut (jaw) dari alat tersebut
sehingga lumpur dasar terperangkap ke dalam alat.
A. B.
Gambar 6.3. Ekman Grab (A) alat pengambil bentos pada perairan dengan dasar berlumpur dan Jaring
Surber (B) untuk dasar berbatu atau berkerikil
Contoh lumpur yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam ember, untuk selanjutnya dicuci
dengan air bersih dan disaring dengan ayakan (saringan) bertingkat yang mempunyai ukuran tertentu.
Penyaringan dilakukan untuk menghilangkan lumpur dan kotoran yang dapat mengganggu pemilihan
organisme bentos. Selesai dibersihkan, organisme bentos diawetkan dengan formalin 4%. Selanjutnya
dengan bantuan mikroskop stereo, organisme bentos dipisahkan satu per satu, diidentifikasi, dan dihitung
jumlah (kerapatannya) per m2 dengan menggunakan rumus berikut (Welch, 1948).
O N = Jumlah bentos per m2
N = ------ x 10.000 O = Jumlah bentos yang dihitung per sampel
S S = Luas area Ekman Grab atau Jaring Surber (cm 2)
30
kerangka segi empat yang dipegang ditengahnya. Bila dilipat, kedua tepinya tepat berhimpitan. Lubang-
lubang dibuat pada kerangka untuk perlekatan tas kanvas menyudut yang panjang, yang dasarnya dibuat
dari jaring kasar. Alat yang demikian, sangat berguna untuk bekerja dalam air dangkal. Peganglah
perangkap secara tegak dengan kerangkanya ke arah bawah. Turunkan perlahan-lahan di atas tanaman
yang akan diperiksa. Potong atau cabut tanaman dan tutuplah mulut perangkap. Tariklah perangkap keluar
dan biarkan airnya mengering. Pindahkan tanaman ke dalam bak atau kotak dangkal yang berisi air bersih.
Cucilah tanaman dengan seksama untuk mengeluarkan semua binatang. Baliklah jaring perangkap yang
sebelah dalam ke luar, dan bilaslah dengan air yang sama untuk melepaskan binatang-binatang yang
mungkin melekat pada jaring. Tuangkan air cucian melalui jaring dengan ukuran yang sesuai. Pilih dan
identifikasi.
b. Analisis kuantitatif
Hitunglah jumlah binatang pada panjang potongan tanaman yang telah diukur, dan nyatakan
hasilnya dalam jumlah per satuan panjang. Tumbuhan dapat juga ditimbang setelah pengeringan air dan
jumlah binatang dapat dinyatakan sebagai jumlah, berat atau volume per satuan berat tanaman yang
dimaksud. Cara yang lain adalah dengan memasukkan sepotong sampel yang diketahui (berat atau
volumenya) ke dalam penghitung sel. Sebuah cawan petri dengan dasar yang ditandai segi empat akan
sesuai untuk tujuan tersebut. Dengan menggunakan sepasang jarum pemotong, ambillah sebagian massa
berserabut yang kompak. Letakkan penghitung sel di bawah mikroskop binokuler, dan buatlah
penghitungan total seluruh binatang besar dalam sel. Gunakan penghitung sel jenis Sedgewick-Rafter
untuk organisme yang lebih kecil seperti diatom, rotifer, dan nematoda. Ambillah sampel dengan baik.
Gunakan pipet bermulut lebar untuk memindahkan 1 ml sampel kepada penghitung sel. Letakkan
penghitung sel pada tangga mekanis dari suatu mikroskop, dan buatlah total jumlah binatang.
31
penentuan luas daerah yang tertutup oleh jasad penempel adalah lebih mudah. Dalam air yang mengalir,
kaca preparat ini harus ditahan dan dipegang tepat di atas dasar dan searah dengan arus. Sepotong kayu,
bambu atau botol bertutup yang kosong dapat bertindak sebagai jangkar.
Gambar 6.4 memperlihatkan tatanan kaca preparat yang dipasang pada penutup karet yang
berat, yang dikaitkan pada kedalaman yang berbeda-beda, serta dijangkarkan dengan kuat pada dasarnya
dengan batu-bata atau batu. Setiap kaca preparat harus ditandai untuk pencirian. Nomornya dapat
digoreskan padanya dengan menggunakan pensil intan.
Satu kaca preparat dari setiap tingkat dapat dilepaskan pada jeda waktu yang teratur, untuk studi
susunan spesies dan penghitungan jasad penempel. Catatan mengenai jasad penempel dalam jangka
waktu tertentu akan memperlihatkan pola pertambahan dalam koloni substrat. Cara lain adalah dengan
membersihkan sebagian dari kaca preparat yang diperiksa dan mengembalikannya ke dalam air. Preparat
kedua dibersihkan selama pemeriksaan berikutnya, dan ini dilakukan selama jangka waktu yang nyaman
atau sampai klimaksnya tercapai.
pemberat
Gambar 6.4. Tatanan gelas obyek untuk studi perifiton (Michael, 1995)
Penyusunan substrat buatan seperti terlihat pada Gambar 6.4 akan menghasilkan studi
mengenai pengaruh kedalaman dan arus pada koloni dari preparat yang mungkin, karena preparat
diarahkan pada ke empat penjuru dan diletakkan pada berbagai kedalaman. Pada saat mengangkut
preparat ke laboratorium, letakkanlah mereka dalam botol yang mengandung air kolom.
Letakkan preparat dalam cawan petri yang cukup besar untuk menampungnya. Biarkan kaca
preparat naik dari dasar piring petri, dengan menyelipkan korek api atau tusuk gigi di bawah setiap
ujungnya. Sinar harus difokuskan dari atas. Periksalah setiap sisi kaca preparat dan catatlah jumlah pada
setiap kedalaman.
Berdasarkan atas nilai CM tersebut, untuk melihat adanya pengelompokan komunitas plankton, bentos
atau perifiton maka dapat dibuat dendogram melalui analisis cluster rata-rata (Average Linkage Clustering)
dengan metode pengelompokan pasangan tanpa pembobotan (Unweighted Pair-Group Method atau
UPGMA) menurut Krebs (1989).
Data hasil identifikasi dan penghitungan kerapatan plankton, bentos dan perifiton dari stasiun
yang diteliti dapat ditentukan nilai indeks keanekaragaman (diversity index) Shannon - Wiener menurut
rumus sebagai berikut : (Odum, 1971 ; Krebs, 1978 ; Brower et al., 1990)
s H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
32
H = - pi 2log pi pi = Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
i=1 s = Jumlah total spesies di dalam komunitas
Keseragaman populasi plankton, bentos dan perifiton pada masing-masing stasiun, dapat dilihat
dengan menghitung indeks keseragaman (Equitability = E) dengan rumus berikut (Krebs, 1978).
H E = Indeks keseragaman
E = ----------- H max = 2Log S
H max S = Jumlah spesies
Indeks keseragaman berkisar antara 0 - 1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi
yang berarti penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies
mendominasi. Begitu pula sebaliknya semakin besar nilai E maka tidak ada spesies yang mendominasi.
Nilai E yang kurang dari 0.4 menunjukkan keseragaman yang rendah, nilai E yang berkisar antara 0.4 - 0.6
menunjukkan keseragaman sedang, sedangkan apabila nilai E lebih dari 0.6 berarti keseragaman tinggi.
Untuk melihat adanya dominansi jenis plankton, bentos dan perifiton yang ditemukan di lokasi
penelitian, maka dicari nilai Indeks Dominansi Simpson dengan rumus sebagai berikut (Brower et al.,
1990).
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 - 1. Apabila nilai indeks dominansi kurang dari 0.4 berarti
dominansi parsial rendah. Nilai yang berkisar antara 0.4 - 0.6 menunjukkan dominansi parsial yang
sedang, dan apabila lebih dari 0.6 berarti pada daerah tersebut didapatkan dominansi parsial yang tinggi.
Untuk melihat pola penyebaran populasi masing-masing jenis plankton, bentos atau perifiton
yang ditemukan dapat ditentukan dengan menggunakan “Index of Dispersion” menurut Elliott (1971)
dengan rumus sebagai berikut.
n
nilai variance S2 (Xi - X)2
i=1
dengan X = -----------
n
Jika nilai variance sama dengan rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran spasial dari populasi tersebut
random, jika variance lebih kecil dari rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran populasi teratur, dan jika
variance lebih besar dari rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran mengelompok. Untuk melihat
signifikansi dari nilai indeks penyebaran (I), dilakukan pengujian lebih lanjut dengan mencari nilai X2 (Chi-
square) dengan rumus X2 = I (n - 1). Apabila nilai X2 lebih besar dari X2p (X20,975) pada derajat bebas n - 1
maka pola penyebaran mengelompok. Jika nilai X2 terletak antara X2p = X20,025 dan X20,975 maka pola
penyebaran bersifat random. Dan apabila nilai X2 lebih kecil dari X2p = X20,025 maka pola penyebaran
populasi bersifat teratur.
5. DAFTAR PUSTAKA
Bernard, C.H. 1908. Protococcacées et Desmidiées D’eau Douce, Recoltees À Java. Lands drukkerij.
Batavia.
Bold, C.H. & M.J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae: Structure and Reproduction. 2nd Ed. Prentice
Hall Inc. Engelwood Clif. New Jersey.
Brower. J.E., J.H. Zar, C.N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third
Edition. Wm.C. Brown Publishers, Dubuque.
Cox, G.W. 2002. General Ecology. Laboratory Manual. 8th Ed. McGraw Hill. Boston.
Edmondson, W.T. 1959. Freshwater Biology. Second Ed. John Wiley and Sons Inc., New York.
Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor, P.23.
Findlay, D.L. & H.J. Kling. 2001. Protocols for Measuring Biodiversity: Phytoplankton in Freshwater.
http://www.eman-rese.ca/eman/ecotools/protocols/freshwater/phytoplankton/intro.html. Diakses
22 Pebruari 2002.
Goldman, C.R. & A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Graw Hill International Book Co., New York.
33
Krebs, C.J. 1978. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Second Ed. Harper
and Row Publ., New York.
Jutting, W.S. & S. Van Benthem. 1953. Critical Revision of the Freshwater Bivalves of Java. Treubia
22(1):19-73
Jutting, W.S. & S. Van Benthem. 1956. Critical Revision of the Javanese Freshwater Gastropods. Treubia
23(2):259-477
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Ed. W.B. Saunders Company, London.
Prescott, G.W. 1978. How to Know the Fresh Water Algae. 3rd Ed. Wm. C. Brown Company Publisher.
Iowa.
Quigley, M. 1977. Invertebrates of Streams and Rivers. A Key to Identification. Edward Arnold Publ. Ltd.,
London.
Welch, P.S. 1952. Limnology Methods. Mc. Graw Hill International Book Co., New York.
Whipple, W. 1959. Fresh Water Biology. 2nd Ed. John Wiley and Sons Inc., New York.
34