Anda di halaman 1dari 31

PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA

Dosen Pembimbing
M.Nizar Syarif, M.kes

Disusun Oleh
Kelompok 4
1. Maisa Lestari
2. Indria Mahmudah
3. Suci Angelina Siregar
4. Fajira Yuhibbah
5. Arisa Insani
6. Yolla Olivia Febrian

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis telah dianugerahkan kekuatan dan


kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Selawat
dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat sekalian yang telah membawa perubahan dari alam
jahiliyah ke alam yang penuh dengan hidayah.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk ini
penulis mohon saran-saran dan perbaikan dari semua pihak.

Bangkinang, Desember 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN`.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Umum ............................................................................................... 2
1.4. Tujuan Khusus .............................................................................................. 2
1.5. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3


2.1. Promosi Kesehatan ........................................................................................ 3
2.1.1. Definisi Promosi kesehatan ........................................................................ 3
2.1.2. Tujuan Promosi Kesehatan ........................................................................ 5
2.1.3. Sasaran Promosi Kesehatan ....................................................................... 5
2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan ....................................................................... 6
2.1.5. Jenis Metode Promosi Kesehatan............................................................... 7
2.1.6. Pemilihan Metode Promosi Kesehatan ...................................................... 8
2.1.7. Pendekatan Promosi Kesehatan ................................................................. 8
2.1.8. Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan ............................................. 10
2.2. Metode Demonstrasi ................................................................................... 14
2.2.1. Definisi Metode Demonstrasi .................................................................. 14
2.2.2. Tujuan Metode Demonstrasi .................................................................... 15
2.2.3. Manfaat Metode Demonstrasi .................................................................. 15
2.2.4. Prinsip Metode Demonstrasi .................................................................... 16
2.3. Konsep Lansia ............................................................................................. 16
2.3.1. Pengertian Lansia ..................................................................................... 16
2.3.2. Batasan Lansia ......................................................................................... 16
2.3.3. Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik .......... 16
2.3.4. Senam Lansia ........................................................................................... 19

ii
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25
3.2 Saran ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada
tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05
tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah
lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29
juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat
secara konsisten dari waktu ke waktu.
Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi
masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah meningkatnya
angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah populasi penduduk
usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia pada tahun 2000-2005 yaitu
67, 8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun pada periode tahun 2020–2025
(Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah
usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%) dari jumlah seluruh penduduk sedangkan
tahun 2025 mencapai 14,4% (Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini
sebenarnya tidak menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang
sehat. Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit
degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, jantung.(Depkes
RI, 2010)
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu
angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan usia di
atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun waktu 10 tahun
penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi penyebab utama
lansia meninggal. (Cengkunek, 2009)
Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas,
kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia

1
mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia
mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya ingat,
kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami
kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak mampu
melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI, 2007).

1.2. Rumusan Masalah


1) Bgaimana konsep promosi kesehatan?
2) Bagaimana model promosi kesehatan dengan demonstrasi pada lansia?
3) Bagaimana menyusun perencanaan promosi kesehatan?

1.3. Tujuan Umum


Untuk menjelaskan dan mengetahui promosi kesehatan dengan metode
demonstrasi pada lansia.

1.4. Tujuan Khusus


1) Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan.
2) Mahasiswa mengetahui dan memahami promosi kesehatan pada lansia
dengan metode demonstrasi.
3) Mahasiswa mengetahui dan memahami dalam menyusun perencanaan
promosi kesehatan.

1.5. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi tentang promosi kesehatan dengan metode
demonstrasi secara tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikan
kepada praktik keperawatan komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan


2.1.1. Definisi Promosi kesehatan
Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan
penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan, dan sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh
promosi kesehatan(di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini
esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku
masyrakat yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi
pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan
perilaku.
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok,
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk
masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui
pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.( Depkes RI, 2006).
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana, dan
advokasi (Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan
serta metode dan sarana komunikasi yang tepat. Strategi tersebut harus
dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah perilaku

3
baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program kesehatan.
Lingkup promosi kesehatan mencakup diantaranya sebagai berikut :
a. Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan
(pemberdayaan) masyarakat.
b. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat
bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan.
c. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program
kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk
mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan
dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup,
Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing
tatanan.
Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan
masyarakat (health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi
kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit.
Level and Clark, mengatakan ada empat tingkat pencegahan penyakit dalam
perspektif kesehatan masyarakat, yakni :
a. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)
Oleh sebab itu pengertian promosi kesehatan dalam konteks ini adalah
peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan
diartikan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual
kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual
atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan,
sehingga masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku
kesehatan) dan akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.

4
2.1.2. Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang dimaksud
tujuan dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan
sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Tujuan umum promosi
kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.23/1992, maupun
WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun social. Promosi kesehatan di semua program
kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara
pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan
individu, kelompok maupun masyarakat.

2.1.3. Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat
lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci,
dan jelas melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran
utama (primer), sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (terSasaran
primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku baru.
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,
ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran
primer. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat disekitarnya. Upaya promosi kesehatan

5
yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi
dukungan social (social support).
Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana. Para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran primer tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan strategi
dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan tenaga
kesehatan dan sektor terkait. Strategi tersebut adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2006)
1. Advokasi
Yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan adalah kebijakan
dan peraturan peraturan yang mendukung untuk memengaruhi terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat serta adanya dukungan dana atau sumber
daya lainnya. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pendekatan
perorangan melalui lobi, dialog, negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar,
dan lain lain.
2. Bina suasana
Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan perilaku
hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan
berkembang jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam hal ini, lingkungan
mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.
3. Gerakan pembedayaan masyarakat
Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan memelihara
masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara, meningkatkan, dan

6
melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan ini
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.5. Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
langsung berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya denganperantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan
rumah, hubungantelepon, dan lain-lain
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,

7
2.1.6. Pemilihan Metode Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar
(perubahan perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan metode
pendidikan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
2. Pemilihan metode tergantung kepada kemampuan guru atau
pendidiknya.
3. Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran
belajar (pihak yang belajar).
4. Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok sasaran.
5. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau
penyampaian pesan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia

2.1.7. Pendekatan Promosi Kesehatan


Beberapa model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan adalah alat
analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan dan nilai-nilai
yang diantu. Menurut Ewles dan Simnett (1994), terdapat kerangka lima
pendekatan yang menunjukkan nilai-nilai yang melekat pada masing-masing
pendekatan tersebut. Pendekatan tersebut meliputi :
1) Pendekatan medic
Tujuan pendekatan medik adalah membebaskan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi,
kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan intervensi
kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin
dengan menggunakan metode persuasif atau paternalistik (misal, memberi
tahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk
memanfaatkan KB, dan pria umur pertengahan untuk melakukan skrining
tekanan darah). Pendekatan ini memberikan arti penting terhadap
tindakan pencegahan medik, dan merupakan tanggung jawab profesi
kedokteran membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang
dianjurkan.

8
2) Pendekatan perubahan perilaku
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan. Pendekatan perubahan perilaku
bertujuan mengubah sikap dan perilaku indvidual masyarakat sehingga
mengadopsi gaya hidup sehat. Orang-orang yang menggunakan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal
paling baik bagi klien, dan akan melihatnya sebagai tanggungjawab
mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna mengadopsi
gaya hidup sehat yang mereka anjurkan. Contoh penggunaan pendekatan
perubahan perilaku antara lain mengajari orang bagaimana menghentikan
merokok, pendidikan tentang minum alkohol, mendorong orang
melakukan kegiatan olahraga, memelihara kesehatan gigi, dan
mengonsumsi makanan yang baik.
3) Pendekatan Pendidikan
Pendekatan pendidikan lebih dikenal sebagai pendidikan kesehatan yang
bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan yang
ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Pendekatan ini menyajikan
informasi mengenai kesehatan, dan membantu individu menggali nilai
dan sikap dan membuat keputusan mereka sendiri. Program pendidikan
kesehatan sekolah, misalnya menekankan upaya membantu murid
mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuan saja. Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan
memberi arti tinggi proses pendidikan, menghargai hak individu untuk
memilih perilaku mereka sendiri, dan melihatnya sebagai tanggung jawab
mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka
anggap menjadi hal paling baik bagi klien mereka.
4) Pendekatan berpusat pada klien
Tujuan pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan

9
membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai kepentingan dan
nilai mereka. Promotor berperan sebagai fasilitator, membantu individu
mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan supaya
memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien
menjadi sentra tujuan ini. Klien dihargai sebagai individu yang
mempunyai pengetahuan, keterampilan, kemampuan berkontribusi, dan
memiliki hak absolut untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
5) Perubahan sosial
Ruang lingkup perubahan sosial menurut William F. Ogburn (1922),
meliputi pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-
unsur imaterial. Kecenderungan terjadi perubahan-perubahan sosial
merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Tujuan pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam upaya membautnya lebih
mendukung untuk keadaan yang sehat. Pendekatan ini pada prinsipnya
mengubah masyarakat, bukan perilaku seiap individu. Orang-orang yang
menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi
mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen pada penempatan
kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya
pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan
sehari-hari individual yang tinggal di tempat itu.

2.1.8. Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik
secara langsung maupun melalui media tertentu. Dalam situasi di mana
pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran, media
pendidikan sangat diperlukan. Media promosi kesehatan adalah saluran
komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media
yang dapata dipergunakan adalah sebagai berikut (Efendi & Makhfudli,
2009) :

10
- Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, handphone,
teleconference
- Media cetak : majalah koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet,
papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board
- Media lain : surat
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung. Contohnya, di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai
dengan pesawat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang
diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka
media yang dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber
dayanya memungkinkan.
Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan
sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan
partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap
sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga dengan billboard dan
sebagainya. Berikut adalah media dan alat peraga yang dapat
dipergunakan dalam promosi kesehatan :
1. Leaflet dan pamflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu
maslaah khsusu untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas
200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan gambar. Leaflet
berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat.
2. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau
keduanya. Sasaran booklet adalah masayarakat yang dapat membaca
3. Flyer
Selebaran berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak terlipat. Biasanya
disebarkan melalui udara (pesawat udara)
4. Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan/atau
gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau

11
dilihat oleh pemakai jalan.Billboard juga dapat berupa gambar besar
yang ditempelkan pada kendaraan umum sehingga dapat meraih lebih
banyak sasaran.
5. Poster
Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster
biasanya sekitar 50 x 60 cm. Karena ukurannya yang terbatas, maka
tema dalam poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada
satu tema dalam satu poster.
6. Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang di
belakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut
kemudian ditempekan pada papan berlapis kain flanel atau kain
berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah
peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang
diinginkannya untuk ditempelkan di tempat yang ia inginkan.
7. Bulletin board
Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang di
dinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor
kecamatan). Pada papan ini ditempelkan gambar-gambar, leaflet,
poster, atau media massa lain yang mengandung informasi penting
yang secara berkala diganti dengan topik-topik lain.
8. Lembar balik
Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar.
Lembar balik (flip chart) mempunyai dua ukuran. Ukuran besar terdiri
atas lembaran-lembaran yang berukuran ± 50 x 75 cm, sedangkan
ukuran kecil ± 38 x 50 cm. Lembar balik yang berukuran lebih kecil
(21 x 28 cm) disebut flip book atau flip chart meja.
9. Flashcard
Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Gambar-
gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan
diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum di belakang
setiap kartu. Flashcard dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang

12
dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri
media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini
perlu diterapkan :
- Membuat konsep pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan
- Melakukan pretest terhadap konsep pesan
- Memperbaiki konsep pesan.
Setelah tehnik, media, serta alat peraga pendidikan siap, maka
dilaksanakan pelatihan bagi pendidik kesehatan (health educator) yang
akan bertugas dalam pendidikan kesehatan. Pelatihan dimulai dengan
melalui rekrutmen tenaga. Setelah itu, diteruskan dengan penjelasan
mengenai tujuan, sasaran, dan metode yang dipergunakan dalam
pendidikan kesehatan. Tenaga pendidik juga dibekali dengan
pengetahuan struktur dan proses kelompok serta keterampilan dalam
menangani problem kelompok. Bekal ini berguna untuk menghadapi
masalah masalah yang sering kali timbul dari dalam atau dari luar
kelompok sasaran penyuluhan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Metode promosi kesehatan pada tiap tahap perkembangan (Efendi


& Makhfudli, 2009) :
Pra sekolah Bahasa sederhana, permainan, musik dan demonstrasi
Usia sekolah Bahasa beragam dengan tingkat kemampuan dan
kemampuan kognitif, menggunakan permainan
interaktif, teka teki, mencocokkan, dan role play
Remaja Pembelajaran kooperatif, problem based learning,
diskusi, demonstrasi, dan role play
Dewasa Kuliah klasikal, diskusi, demonstrasi dan role play
yang menekankan pada tingkat emosional

13
2.2. Metode Demonstrasi
2.2.1. Definisi Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian suatu pengertian atau ide
yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
menjalankan suatu tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana
menggunakan suatu prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba
sendiri prosedur yang telah diperlihatkan oleh komunikator. Contohnya yaitu
menyajikan larutan oralit langkah demi langkah (Efendy & Makhfudli, 2009).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun menggunakan media yang relevan dengan pokok bahasan atau
dengan materi yang sedang disajikan. Metode ini sangat efektif diterapkan pada
materi yang membutuhkan banyak praktek untuk menunjukkan suatu proses atau
kegiatan, biasanya digabungkan dengan metode dan tanya (Sumartini, 2014).
Metode demonstrasi memperlihatkan dan memperagakan sesuatu secara
nyata yang disertai dengan penjelasan verbal. Pemberian pendidikan kesehatan
melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan, memperbaiki
sikap, dan kemampuan tindakan menjadi lebih baik dan efektif. Metode
demonstrasi dapat membuat tingkat partisipasi belajar dari responden menjadi
lebih tinggi ( Magfiroh, 2012).
Metode demonstrasi sering digunakan untuk mengajarkan keterampilan
psikomotorik disertai dengan penjelasan dan diskusi oleh demonstator. Hal ini
dapat memberikan gambaran sensorik yang jelas tentang bagaimana melakukan
sesuatu. Metode demonstrasi harus berada dalam jangkauan mudah antara visual
dan auditori peserta sehingga harus diperagakan di depan kelompok kecil atau
klien tunggal. Saat metode demonstrasi berlangsung, demonstrator dan
klien/peserta harus menggunakan jenis peralatan yang sama. Demonstrator
memperagakan dengan baik bagaimana cara melakukan sesuatu dengan benar
sesuai prosedur, dan memberikan kesempatan untuk berlatih secara mandiri
kepada klien/peserta (Allender, et al., 2010).

14
2.2.2. Tujuan Metode Demonstrasi
Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses
membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannnya, harapan yang membentuk sesuatu, membangun suatu cara
lain, serta untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu langkah (Efendy &
Makhfudli, 2009), atau untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu (Syah,
2000).
Menurut Rochman (2007) mengemukakan bahwa tujuan penerapan
metode demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadiny sesuatu seperti :
1. Mengajarkan klien/peserta tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan
penglihatan klien/peserta secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan pada klien/peserta.
Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa metode
demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar
mengajar secara independen karena metode demonstrasi merupakan alat bantu
untuk memperjelas apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun tekstual.
Metode demonstrasi bertujuan untuk menghindari atau menghilangkan verbalisme
sehingga membantu klien/peserta agar dapat memahami dengan jelas, mengerti
dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.3. Manfaat Metode Demonstrasi


Menurut Simamora (2009), manfaat metode demonstrasi :
1. Perhatian peserta atau responden dapat lebih terpusatkan.
2. Proses pendidikan kesehatan dapat lebih terarah pada materi yang
sedang diberikan atau dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat pada
peserta atau responden.

15
2.2.4. Prinsip Metode Demonstrasi
Menurut Sumartini (2014), beberapa prinsip metode demonstrasi yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan peserta/klien serta menarik
perhatian sehingga ada keinginan dan kemauan dari klien/peserta untuk
menyaksikan apa yang didemonstrasikan.
2. Memberikan penjelasan yang baik untuk peserta/klien sehingga dapat
memahami suatu prosedur yang sebelumnya belum dipahami.
3. Menetapkan inti pokok atau garis besar langkah-langkah yang
dilakukan pada saat demonstrasi agar peserta/klien dapat benar-benar
memahami.
4. Menyiapkan alat yang sesuai dan dapat diamati dengan jelas oleh
klien/peserta.
5. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan atau topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui
klien/peserta sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.

2.3. Konsep Lansia


2.3.1. Pengertian Lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode
terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat
(Hurllock, 1999).
2.3.2. Batasan Lansia
Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur
lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang aakan
pensiun. Tapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh Badan
Kesehatann Dunia (WHO) bahwa batasan umur lansia adalah 60 tahun.

2.3.3. Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik
1. Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

16
saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau
membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan
menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori
akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran
dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki
seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
2. Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan
permukaandorsalistangandankaki. Penipisan ini menyebabkan vena-
vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa
melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang
terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan
lengan bawah.
3. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia,
perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena
penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa
hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-
arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan
maupun spontan.
4. Perubahan pada Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10–20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat
kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20
tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun. Penurunan ini
kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak
mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang
berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada

17
penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam.
5. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural
maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering
terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darahyangteroksigenasi. Jumlah
detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama
latihan berat berkurang
6. Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding
dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20%
pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar
0,2 liter/dekade.
7. Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar
gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa
ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan.
Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari
jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan
“apatheicthyrotoxicosis”.
8. Perubahan pada Sistem Renal
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1
juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron
terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan
kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas sebagai
penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi
kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan,
ekskresi, dan matabolik
sistem renal.
9. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

18
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan
dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan
morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang,
mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.
10. Perubahan pada Sistem Reproduksi
1) Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi pria akibat proses menua :
a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus
hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75%
pria > 90 tahun.
2) Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi wanita akibat proses menua:
a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini
adalah atrofi jaringan payudara dan genital.
b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal
ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis
dan fraktur, peningkatan kecepatan aterosklerosis.
2.3.4. Senam Lansia
1. Pengertian Senam Lansia
Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yangmerupakan
representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatubentuk latihan fisik yang
dikemas secara sistimatis yang tersusundalam suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan kesegarantubuh. Memberikan pengaruh baik (positif ) terhadap
kemampuanfisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar..
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,

19
memdorong jantungbekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang berkeliaran didalam tubuh.
2. Fisiologi Senam Lansia
Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal (rangka) yang
akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009), respons
mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup
vena menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi
meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan
regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai
mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).
Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama otot aktif
berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh
darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun
berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan
meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah
meningkat (Latief, 2002).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada
pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat
pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang
akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan
epinephrin), dan 31 saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH
yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton,
2001).
3. Manfaat Senam Lansia
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke
atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

20
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,
sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang
dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan
menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah
lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,pikiran
tetap segar.
Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot
yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang
dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan
bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi
kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinovalsehingga
persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Manfaat senam lansia secara khusus :
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam
kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan
terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga
seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan
fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan
bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit
arteri koroner dan kecelakaan.
5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu

21
istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya
lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
6. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
4. Prinsip Senam Lansia
Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa
tersaing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi / menghambat proses penuaan.
f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali
Ketentuan- ketentuan senam :
Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit
(termasuk pemanasan dan pendinginan).
1. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian
latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan
peregangan lagi.
2. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air
sebelum , selama dan sesudah berlatih.
3. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak
mengganggu pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu
makan sebelumnya.
4. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.
5. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan

22
tidak boleh menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang
belakang.
6. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan
memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training
spak lengkap dan tebal.
7. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk
berjalan kaki yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada
daerah tumit.
8. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari,
bila latihan diluar gedung.
9. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
10. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan
dianjurkan berlatih diatas tanah atau rumput dan bukan diatas
lantai ubin atau semen yang keras, hal ini untuk mengurangi cedera
kaki dan tungkai (Menpora, 2008).
5. Hal – hal yang Harus Diperhatikan Demi Keselamatan Lansia
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama senam
meliputi; Ketahanan kardio pulmonal, kelentukan, kekuatan otot,
komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera.
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat,sesuai dengan
kemampuan.
d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit.
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun.
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan ke
dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
diperlukan untuk penjaringan kesehatan dan merupakan tahap
persiapan senam.
6. Gerakan Senam Lansia
Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen
a. Pemanasan (warming up)

23
Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan
sendi) di lakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama
dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit.
Pada 5 (lima) menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. 34.
Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
metabolisme yang meningkat (Menpora, 2008).
b. Latihan inti
Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka bentuk
latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan
senam dilakukan berurutan seperti contoh dalam buku ini dapat
diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan. Untuk
usia lanjut biasanya dilatih :
1. Daya tahan (endurance)
2. Kardio–pulmonal dengan latihan latihan yang bersifat aerobik
3. Fleksibilitas dengan peregangan
4. Kekuatan otot dengan latihan beban
5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan,
latihan aerobik, kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan shit-up perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali
normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya
keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan yaitu
selama 8-10 menit.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok
dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk
masyarakat sesuai denagn faktor budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan
ini adalah tujuan pendidikan, tujuan saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari
promosi kesehatan adalah sasaran primer, sekunder dan tersier. Stretegi dalam
promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha, dan gerakan pemberdayaan
masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan medic, pendekata
perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada klien, pendekatan social.
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock,
1999). Batasan umur lansia adalah 60 tahun berdasarkan WHO. Promosi
kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi diberikan agar lansia mudah
memahami apa yang disampaikan penyuluh serhubungan dengan penurunan
fungsi organnya.

3.2 Saran
Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga
kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada lansia dengan
metode demonstrasi. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan
keluarga dan masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara promosi kesehatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Allender J.A, Cherie Rector, Kristine D. Warner. 2010. Community Health


Nursing : Promoting & Protecting the Public Health, 7 th edition. Lippincott
: Philadelphia
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, Edisi 3,
Jakarta: Bala Penerbit FKUI
Dilman, Vladimir et. al.Theories OfAging. http://www.antiaging-
systems.com/ARTICLE-613/theories-of-aging.htm. Diaskes pada tanggal
10 November2015
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Latif, N, 2002. Sosialisasikan Senam Lansia, Available from :
http://www.epsikologi.com , (Cited 2013 Mar 16)
Maghfiroh S.D., Ninuk D.K, Kristiawati. 2012. Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi dan Ceramah Meningkatkan Kemampuan Latihan Batuk
Efektif pada Anak Usia Sekolah
Menpora. 2008. Senam Lanjut Usia. Jakarta, Kementrian Pendidikan dan
Olahraga.
Miller, Carol A. 1999. Nursing Careof Older Adults: Theory and Practice.
Philadepia: Lippincott
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Nugroho . 2008 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC
Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
EGC
Sumartini, Yosephine. 2014. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode
Demonstrasi. Volume 7 Nomor 1.
Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Stanley, Mickey,and Patricia GauntlettBeare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC
Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

26
Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gerakan Senam Lansia
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mialidiawa-6616-3-
babii.pdf
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud91514203818final%20thesis%2
0isi%20bu%20gong.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai